2024

bahasa sunda 4


 



kaya tetapi dalam kehidupan sehari-hari ia melarat'. 

b. 

 Ku lantaran ka baraya kuring mikeun eta barang, tapi ari ka 

batur mah moal dibikin. 

      

'Karena saudara saya berikan barang itu, tetapi 

kepada orang lain tak akan saya berikan'. 

c. 

 Maranehanana ngahargaan soteh ku lantaran jadi direktur 

tapi lamun jadi pagawe biasa mah bororaah. 

'Mereka menghargai karena -ia- menjadi direktur' 

'tetapi sebagai pegawai biasa tidak demikian' . 

d. 

 Bane bae resep soteh ku geulisna,kalakuanana mah pika­

ijideun. 

'Pantas saja -orang- senang karena kecantikannya, 

sedangkan kelakuannya menjijikkan' . 

Kita dapat mempunyai pendapat yang berbeda tentang orang yang sarna 

untuk rincian peranannya. Unsur antarwacana atau konteks penting dalam 

menentukan penafsiran makna. Oalam wacana pengertian sebuah leks 

atau bagian-bagiannya sering ditentukan oJeh teks lain . Teks dapat ber­

wujud ujaran , paragraf, atau wacana. 

Tuturan yang berurutan dapat saling menopang dalam penafsiran 

maknanya. Hal ini  mungkin disebabkan oleh sifat linearitas bahasa. 

Oleh karena itu pasangan berdekatan seperti -    - menunjukkan 

pentingnya ko-teks. 

-    - A: Pa! telepon! 

B: Oi kamar mandi! 

Pembicara B beranggapan bahwa ada telepon untuk dirinya, tetapl la 

berada di kamar mandi, dan mungkin menyuruh A memberitahukan 

-menjawab- telepon dengan memberi tahu penelpon bahwa ia -Bapaknya 

berada di karnar mandi- meskipun hanya ekspresi 'di kamar mandi' dan 

tidak muncul ekspresi 'Mohon jawab saya sedang berada di karnar mandi , 

nanti telepon lagi'. Bandingkan dengan ekspresi - - terdahulu, per­

hatikanlah -    -, berikut. 

-    - a. i. Katingali aya budak awewe jeung budak lalaki di hareup. 

'Terlihat ada anak perempuan dan anak laki-Iaki di 

depan'. 

ii. Budak awewe teh seuseurian bangun gumbira, tapi ari 

budak lalakina mah kacirina siga nu bingung jarnedud 

bae. 

'Anak perempuan itu tertawa tampak gembira, 

      


sedangkan anak laki-Iaki ilu lampaknya seperti ke­

bingungan dan diam marah'. 

b. i. Budak lalakina indil ka jero imah, luluy diuk dina korsi . 

•Anak laki-laki ilU masuk ke dalam rumah, lalu duduk di 

atas kursi'. 

ii. Manehna leu daek cicing, leu lemek leu nyarek tu]uy 

kaluar. 

'Ia tidak mau diam -gelisah-, lanpa bicara lalu keluar'. 

c. i. Barang nepi ka hiji warung budak lalaki leh asup. 

'Wasup sampai di sebuah warung nak laki-laki itupun 

masuk'. 

ii . Manehna diuk nyanghareupan meja luluy mesan kopi . 

'Ia duduk menghadapi sebuah meja lalu memesan kopi'. 

Pada -    a, ii- budak awewe mengacu pada budak awewe -    a,i- lebih­

lebih dengan munculnya leh 'itu' acuan sudah pasli merujuk kepada 

pronomina, peristiwa, hal sebelumnya. Pada -aii- budak lalakina me­

ngacu pada budak lalaki pada -ai- upaya -device- untuk menunjukkan 

bahwa persona, perisliwa, hal itu mengacu ke yang scbelumnya, selain 

leh digunakan pemarkah lakrif -na '-nya'. Pada -bi- budak lalakina 

mengacu pad a nu bingung jamedud bae 'yang kebingungan diam marah', 

dan pada -bii- manehna 'ia' -pronomina persona III- yang mengacu 

kepada budak lalakina 'anak laki-laki ilu' pada -bi-. Pada -ci- budak. 

LaLaki -teh- mengacu pada baik -bi- maupun -bii- dan seluruh kegialan 

pada -ci- dan -cii- dilakukan budak LaLaki yang sarna dengan -ai-, -aii-, 

-bi- yang koreferen dengan manehna pada -bii- dan -cii-. 

Kila dapal menerapkan prinsip penafsiran -lennasuk ruang dan 

waktu- dan prinsip analogi dalam menafsirkan pengertian -makna- yang 

terkandung di dalam wacana. Prinsip panafsiran lokal menyalakan bahwa 

pesapa -pendengar/pembaca- tidak membentuk konteks leibh besar dari­

pada yang diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui 

penggunaan akal yang didasarkan alas pengalam annya. Bandingkanlah 

kedua contoh berikut: 

-   - Mangga ka lebel! 'silakan masuk' 

Pada -    - ekspresi imperalif ini menginklusifkan pesapa -pronomina 

persona II- dengan status sosial lebih rendah dari penyapa; sedangkan 

      

pada ekspresi imperatif -   - status sosial pesapa lebih tinggi daripada 

penyapa. Ekspresi -    - dan -   - sarna-sarna menginklusifkan pronomina 

persona II, hanya berbeda dari status sosial persona sebagai pesapa kar­

ena bahasa Sunda mengenal tingkat sosial, baik pesapa maupun yang di­

bicarakan. Pilihan kata -diksi- di dalarn bahasa Sunda dapat menentukan 

status sosial orang yang diajak bicara -pesapa- dan yang dibicarakan 

-lihat Djajasudarma,      : studi kasus Undak-Usuk Basa Sunda-. 

Manusia menggunakan akal yang didasarkan atas pengaJarnannya 

sebagai pedoman dalarn menyesuaikan perilaku dengan kebiasaan dalam 

masyarakat bahasanya. Hal ini  menunjukkan bahwa manusia dapat 

menerapkan prinsip analogi sebagai dasar berpijak yang dipakai baik oleh 

penyapa maupun pesapa untuk menentukan penafsiran konteks. Pengala­

man -pengalaman manusia yang mirip/sama merupakan dasar yang 

tersedia bagi kelancaran komunikasi -lihat pula Moeliono dan 

Oardjowidjojo,      -. Karena pengalaman kita tahu bahwa makna puasa 

'puasa' pada -   a- dan -   b- berbeda, bandingkanlah: 

-   - a. Bulan puasa rarne ku nu taraweh di masigit. 

'Bulan puasa rarnai oleh orang yang bertarawih di Mesjid' . 

-   - b. Sakali ieu mah puasa we teu kudu laJajo nu kitu! 

'Sekali ini, ya berhenti saja tak usah menonton -film- begitu!' 

Pada -   b- terdapat analogi makna puasa yang berani berhenti dari 

kegiatan, karena puasa pada -   a- menunjukkan 'berhenti dari makan dan 

minum serta kegiatan yang dilarang menu rut agama'; di sini analogi 

berhubungan dengan makna asosiatif. 

    .   Kohesi dan Koherensi 

Kohesi adaJah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan 

unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengenian yang apik 

atau koheren -Moeliono dan Dardjowidjojo,      -. Kohesi merujuk ke 

perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada 

umumnya wacana yang baik memiliki kedua-duanya. Kalimat atau kata 

yang dipakai bertautan; pengertian yang satu menyambung pengertian 

yang lain secara berturut-turut. Jadi wacana yang kohesif dan koheren 

merupakan wacana yang utuh. Keutuhan wacana merupakan faktor yang 

     


menentukan kemampuan bah as a dapat dilihat dari kedua wacana berikut, 

mana yang kohesif dan koheren -utuh-, mana yang tidak. 

-   - Indungna kungsi ngasuh indung kuring. Bapana purah nganteur­

keun bapa kuring, keur masantren di tegalgubug. Cenah, ari 

nganteuran bekel teh badarat aya dua poena. Dan can ilahar 

tutumpakan, harita mah -Sjarif Amin 'Nyi Haji Saonah',       -. 

'Ibunya pemah mengasuh ibu saya. Ayahnya yang selalu meng­

antar ayah saya, pada waktu menuntut ilmu di pesantren 

Tegalgubug. Katanya, bila -ia- mengantarkan bekal dengan ber­

jalan kaki sampai memakan waktu selama dua hari. Karena 

belum bisa naik kendaraan, pada waktu itu'. 

-   - Nganggapna ka indung kuring kumaha ilahama ka dunungan 

bae. Kuring masih jongjon nyerankeun nu leumpang dina 

galeng, basa indung kuring ngageroan reh. Ku kolot kuring 

diamprokeunana oge. Disebut misah imah teh teu jauh, meh 

paantel curem. 

'Anggapannya kepada ibu saya sarna halnya dengan kebiasaan 

seperti kepada majikan saja. Saya masih tetap mempertahatikan 

-orang- yang sedang beljalan di atas pematang, waktu ibu say a 

memangg il itu. Oleh ibu saya dipertemukan dengannya. 

Dikatakan berbeda itu, tidaklah jauh, hampir bertemu atap'. 

Wacana -   - dianggap wane ana utuh karena unsur kohesi yang di­

dapatkan pada wacana ini  mendukung keutuhan 'wacana, adanya 

pengulangan kuring 'saya' -pronomina I- pada kalimat    dan    sebagai 

posesif; dan pada kalimat berikutnya ada cenah 'katanya' sebagai kata 

yang anatoris, merujuk ke hal sebelumnya, dan partikel da sebagai 

pemarkah hubungan sebab. Proposisi pada kalimat pertama, kedua sena 

ketiga memiliki hubungan sebab dari pemaparan hubungan dan identitas 

seseorang. Kebalikannya, pada -   - antara kalimat pertama dengan kali­

mat berikutnya tidak ada pertalian, sebab tidak jelas hubungan kuring 

'saya ' -sebagai pronomina persona I atau sebagai posesif. Tidak. terdapat 

baik baik kohesi maupun pertautan peristiwa antara kalimat-kal imat yang 

mendukung wacana terse but, sehingga   e bih merupakan kalimat-kalimat 

lepas. 

     

Kohesi dan koherensi umwmya berpautan, tetapi tidak berarti bahwa 

kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Mungkin ada percakapan 

yang di 'njau dari segi kata-katanya sarna sekali tidak kohesif, tetapi dan 

segi maknanya koheren. Perhatikanlah percakapan -    - terdahulu. Pada 

percakapan terse but bila dari hubungan katanya tidak tampak peraturan 

antara -    - A: Pa, telepon! dengan -    - B: Di kamar mandi! Akan tetapi 

kedua kalimat ini  koheren karena maknanya berkaitan. Hubungan 

-pertautan- itu karena kata-kata yang tersembunyi tiak diucapkan. Ka­

limat -    - B: Di kamar mandi ! sebenamya berbunyi "Maaf, beritahukan 

bapak sedang mandi, nanti telepon lagi!" atau 'Tolong beritahukan bapak 

sedang di kamar mandi, nanti telepon lagi!". Dalarn bahasa Sunda pun 

demikian pula, maka yang muncul sebenamya bila terdapat ekspresi 

seperti -    - B: ... ' sebenamya adalah "Ke, bapa keur di karnar mandi! 

'Sebentar, bapak lagi di kamar mandi!" atau "Wartoskeun, bapa di karnar 

mandi, engke bae nelepon deui kituh!" 'Beritahukan, bapak di karnar 

mandi, nanti -dia- telepon lagi!' atau 'Nanti, bapak lagi di kamar mandi, 

biar nanti bapak telepon dia!' 

Dalam bahasa Sunda kata atau partikel tertentu dugunakan untuk 

menjadikan wacana kohesif -memiliki pertautan bentuk- sehingga ter­

capai koherensi. Upaya ini  dapat berupa pronomina persona III ma­

nehna --na- 'ia' atau 'dia'; konjungsi tapi 'tetapi' dan sanajan dan sakitu 

'meskipun' -yang menunjukkan makna kontranstit-; nomina temporal 

seperti harita teh 'waktu itu' atau . saat i tu', dst. 

    .  Deiksis 

Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau 

konstruksi yang hanya dapat ditafslrkan acuannya dengan memper­

hitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu -hanya 

dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicara­

an- bersifat deiktis -Tata Bahasa Baku,      -. Kata deiktis berasal dari 

deiktikos -Yunani- yang berarti 'hal penunjukan langsung' -Kaswanti 

Purwo,      -. 

Dalarn linguistik kata itu dipakai untuk menggambarkan fungsi 

pronomina persona, pronomina demonstratif, fungsi waktu dan ber­

macam-macarn ciri gramatikal dan leksikallainnya yang menghubungkan 

ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalarn tindak ujaran -Lyons, 

     :    -. Di dalam wacana deiksis ini dapat membedakan eksofora 

     


-deiksis luar tuturan- dan endofora -deiksis dalam tuturan-. Deiksis dalam 

tuturan -endofora- dapat berupa katafora dan anafora. Baik pronomina 

persona, pronomina demonstratif, maupun waktu dan unsur gramatikal 

dan leksikallainnya -sepeni yang disebutkan Lyons,      - dapat menjadi 

upaya wacana, baik sebagai anafora maupun katafora -endofora- dan 

eksofora. Dikatakan eksofora bila referen -acuan- berada di luar tuturan, 

dan dikatakan endofora bila referen berada dalam tuturan -lihat pula 

Purwo,      -. 

Paham deiktis yang dikemukakan oleh Brech -     - mencakup 

wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan batasan tradisional -yang 

dikemukakan antara lain oleh Lyons,      -. Deiksis menurut pandangan 

tradisional adalah Iuar tuturan. -utterance-external-, menurut pendangan 

ini, yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara -pe­

nyapa-, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri -berbeda 

dengan subjek kalimat, yang dalam statusnya sebagai kata, merupakan 

salah satu unsur di dalam bahasa- -lihat pula Kaswanti Purwo,      -. 

Perluasan batasan deiksis yang tradisional itu menu rut Brecht me­

mungkinkan analisisnya, antara lain, masalah yang berhubungan dengan 

unsur sematan -embedded structure- dapat dicakup di dalam deiksis yang 

lebih luas. Perhatikanlah contoh berikut: 

-   - Mulia nyaaheun ka anak adina. 


'Mulia menyayangi anak adiknya'. 


bandingkan dengan 

-   - Mulia boga pikiran yen manehna nyaah ka anak adina. 

'Mulia berpikir bahwa dia menyayangi anak adiknya'. 

Pada -   -yang dibuktikan melalui sufiks -eun pada nyaaheun 'menya­

yangi' -diduga sufiks -eun bahasa Sunda ini sebagai pemarkah aspek 

subjek pengalami yang berperan objektif-. Pada -   - tercermin sikap 

pembicaraan yang memandang Mulia sebagai subjek kalimat. Dari kedua 

contoh kalimat bahasa Sunda ini dapat di bandingkan dengan contoh 

bahasa lain yang melibatkan sikap pembicara -modalitas-, demikian pula 

dalam contoh terlihat bahwa orientasi deiksis yang terbatas pada pem­

bicara -batasan tradisional- itu terlalu sempit. Interpretasi semantis 

deiksis yang lebih luas dapat mencakup dua kemungkinan titik orientasi 

suatu elemen deiktis di dalam konteksnya. 

     

Dalam struktur bukan sernalan lilik orientasi berada di dalam konteks 

di luar bahasa. Dalarn slruklur sernalan -pelesapan-, lilik orientasi berada 

di dalam kalirnal -wacana- ilu sendiri. Deiksis luar turunan rnenurut 

Brecht disebut eksofora -exophora-, deiksis dalarn-tuturan rnenurut 

Brecht disebut endofora -endophora- yang terdiri atas anafora dan 

katafora. Pengenian anafora yang menu rut pandangan tradisional anafora 

rnencakup baik pengacuan pada konstituen di sebelah kiri rnaupun pada 

konstituen di sebelah kanan,. Menurut Buhler -      -, dikUlip oleh Lyons 

-     - pengacuan pada litik tolak di sebelah kiri, disebut anafora, 

sedangkan pengacuan pada titik tolak di sebelah kanan disebut katafora 

-cataphora-. Perhatikanlah contoh berikut. 

-   - Pa Lurah ningal waktos anjeunna ka Iebet. 


'Pak Lurah rnelihat waktu ia rnasuk'. 


badingkanlah dengan 

-    - Saparantos anjeunna liren, Juragan Camat teh rnulih 

'Sesudah ia berhenti, Juragan Carnat itu pulang ke Cisarua'. 

Persyaratan bagi suatu konstituen untuk dapat disebut anafora atau kata 

fora ialah bahwa konstituen itu harus berkoreferensi -rnerniliki referen 

yang sarna -secara luar tuturan- dengan konstituen yang diacu. Dalarn 

kalirnat -    - anjeunna 'ia' mernpunyai referen yang sarna dengan Jura­

gan Camat; dernikian juga pada -   - Pa Lurah 'Pak Lurah' rnerniHki 

acuan yang sarna dengan anjeunna 'ia'. Perhatikanlah pronornina persona 

manehna 'ia' atau 'dia' yang kadang-kadang rnenjadi -na sebabai anafora 

di dalarn paragraf wacana berikut. 

-    -Geus pada nyaho yen Pa Erned urang Babakan teh pohara 

beungharna. Hana bandana salieuk beh. Najan kitu, teu aya nu 

kabita hayang nurutan hirup kawas manehna. Kurnaha atuh, 

dan neunghar oge Pa Erned rnah henteu dipake. Papakean teu 

sirikna asal nyangsang. Keur langka ganti teh jeung ledrek 

deuih. Langka diseuseuh dalebar meuli sabun. Barangdahar 

sakasarnpeurna. Munkapaksa kudu barangbeuli, rnilih anu 

sakirana babari seubeuh. Lain ngarah ngeunah atawa rnatak 

sehat kana awak -Mangle Alit no.     -. 

     


'Sudah diketahui umum bahwa Pak Emed yang tinggal di 

Babakan itu sangat kaya. Harta bendanya banyak sekali. Akan 

tetapi, tidak ada seorang pun yang ingin mencontoh hidup 

seperti dia. Apalagi, meskipun Pak Emed banyak kekayaannya 

tetapi tak dinikmatinya. Pakaian yang dipakainya asal saja ada. 

Tambahan pula jarang mengganti pakaian dan pakaian yang 

dipakai pun kumal . Jarang dicuci karena mengint sabun cuci. 

Makannya pun seadanya tidak teratur. Kalau terpaksa harus ber­

belanja -makanan- -ia- memilih apa yang dikiranya mudah 

mengenyangkan. Bukannya untuk makan atau enak atau supaya 

sehat'. 

Pada -    - kita perhatikan bahwa -na dapat berfungsi sebagai a:nafora 

terhadap pronomina -nama din- Pa Emed -kalimat I dan   -; sedangkan 

manehna 'ia' -yang dapat menjadi enklitik -na- berfungsi sebagai ka­

tafora yang referennya -antasedennya- Pa Emed pada kalimat - -. Di 

sam ping itu dalam wacana ini  digunakan kohesi lain, misalnya, 

penguJangan leksem: langka 'langka' dan kalimat enam pada kaiimar 

tujuh. Pada kalimat kedelapan muncul lagi -na -sakirana .seandainya '- 

yang memiliki koreferensi yang sarna -Pa Emed- . Dengan demikian, 

wacana ini  dapat dikatakan kohesif dan koheren; dengan kata lain 

memiliki pertautan bentuk dan pertautan malma. 

    .  Endofora dan Eksofora 

Seperti dinyatakan terdahulu bahwa ke dalam endofora tennasuk 

anafora dan katafora. Endofora sendiri adalah deiksis dalam tuturan 

-acuan atau referensinya ada dalam tuturan- sedangkan eksofora adalah 

deiksis luar-tuturan -referensinya luar-bahasa-. Salah satu akibat dari 

penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah ke­

mungkinan adanya konstiruen tertentu yang sudah disebutkan sebclum­

nya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu dengan 

penyebutan pronomina -I- entah bukan. Kedua konstituen itu karena 

kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang berkore­

ferensi. 

Dua konstituen atau lebih yang berkoreferensi disebut anafora. 

Hankamer dan Sag -     - menyebutkan bahwa ada dua macam anafora. 

yakni sUrface anaphora -anafora permukaan- deep anaphora -pragmati­

     

. cally controlled -deictic- anaphora-. Pada sUrface anaphora -anafora 

pennukaan atau lahir- pronomina -  - berkoreferensi dengan antesedennya 

-hadir dalam kalirnat ini -, sedangkan pada deep anaphora -anafora 

dala- tidak ada konstituen sebelurnnya yang rnendahului -lidak ada kons­

tituen fonnatif yang rnendahului-. Konstituen yang hadir rnenunjuk paa 

orang lertentu yang sarna-sarna diketahui baik olch penyapa rnaupun 

pesapa. Kaswanti Purwo -     - rnenyebutkan bahwa anafora dalam iru 

lcrmasuk eksoforis -rnenunjuk pada hal yang di luar bahasa-. Perhalikan­

lah contoh berikut: 

-    -Rusdi nitipkeun adina ka urang kOla. 


'Rusdi rnenilipkan adiknya kepada orang kOla'. 


bandingkan dengan 

-   -' Ip"Manehna ngornong yen kuda rnaneh teh kabur. 


'¢ Ia berbicara bahwa kuda kamu itu lepas'. 


Pada kalirnal -    - -na berkoreferensi dengan Rusdi -sebagai anteseden-; , 

kasus inilah yang disebut permukaan -surface anaphora-; dan pada -   - 

disebut deep anaphora karena tidak ada konsliluen -kalirnat- yang rnen­

dahuluinya -¢- dan ini disebut eksofora -konstituen luar-bahasa-. 

Manehna 'ia' pada -   - tidak rnengacu kepada konstiruen fonnatif yang 

disebutkan sebelurnnya, rnelainkan rnenunjuk pada orang tenentu yang 

sudah diketahui bersarna -penyapa-pesapa-. 

KJitik -na pada -    - rnengacu pada Rusdi -anteseden atau konstituen 

di sebelah kirinya- merupakan bentuk anafora. Bentuk yang rnengacu 

pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Konstituen ka­

laforis antesedennya berada di belakang, antara lain upaya yang diguna­

kan di dalam bahasa Sunda berupa: kieu -geura- 'begini -sebenamya-', 

saterusna 'selanjutnya', saperti di handap ieu 'seperti di ba wah ini' . 

Perhatikanlah data berikut. 

-   - Kieu -geura-: kudu diajar rikrik gemi, ulah ngarasa ateul ari 

nyekel duit teh, ulah kabongroy ku barang mewah. 

'Begini -sebenarnya-: harus belajar hernat, jangan merasa gatal 

kalau pegang uang, jangan tergoda oleh barang rnewah'. 

      


Bandingkan dengan contoh berikut. 

-   - Na aya panas mani nongtoreng kieu! 


'Aduh, panas sampai menyengat begini!. 


Pada -   -. kieu -geura- 'begini' berkoreferensi dengan konstituen 

berikutnya -kataforis-, sedangkan pada -   - kieu berkoreferensi dengan 

konSlituen sebelumnya, yakni panas sebagai anteseden -anaforis-. 

Pemarkah anafora dapat dibedakan antara bentuk tunggal dan jamak, 

antara manehna atau manehanana 'ia' atau 'dia' -tunggal- dan 

maranehna ataumaranehanana'mereka'. Di dalam bahasa Sunda di­

dapalkan pula perbedaan antara pronomina halus dan kasar, sepeni 

pronomina III manehna atau manehanana -tunggal- dan jamak aranjeun 

atau aranjeunanana 'mereka'. Bentuk pronominal --na- di dalam bahasa 

Sunda dapat menjadi pemarkah katafora bila didapatkan dalam kons­

truksi posesif dan sebagai nominalisator dari verba, seper:ti pada data 

berikut: 

-   - Dina omonganana mah, Tata teh siga nu enya bageur. 

'Dalam kata-katanya itu, Tata seperti yang benar-benar baik'. 

bandingkan dengan 

-   - Meunangna sabaraha atuh, silaing teh? 


'Dapatnya itu berapa, kamu? 


Pada -   - -ana sebagai alomorf dari -na '-nya' sebagai katafora yang 

berkoreferensi dengan anteseden Tara -nama diri-, dcmikian dalam kon­

struksi -   - Verba + -na dengan -na sebagai nominalisator dan sebagai ­

na kataforis yang berkoreferensi dengan konstituen kuring 'saya' 

-pronomina J-; demikian pula pada -   - -na '-nya' berkoreferensi dengan 

silaing 'kamu' -pronomina II-. Konstruksi -   - dan -   - adalah kon­

struksi yang lazim di dalam sistem gramatika bahasa Sunda. Dengan 

demikian - na sebagai katafora di dalam bahasa Sunda dapat berkore­

ferensi dengan pronomina persona II -manehna atau maranehanana 'ia' 

atau 'dia'-, persona II -silaing'kamu'-, persona I -kuring saya'-. Peneliti­

an khusus pronomina sebagai anafora dan katafora memerlukan ruang 

dan waktu yang Iebih lama. 

     I 

Di dalam bahasa Sunda dapat pula ditemukan afiks teI  entu yang 

menunjukkan baik anafora dan katafor.t, seperti pada: 

-  - Siga nu eraeun, buak teh ngan imut jeung tungkul bae. 

'Seperti yang malu, anak itu h anya senyum dan tunduk saja'. 

-   - Na bet eraan kitu maneh teh atuh? 


'Mengapa malu-malu, kamu itu? 


-   - Tong dikitukeun, bisi eraeun manehna! 


'jangan -dibuat- demikian, takut ia malu!' 


KonSlruksi -  -, -   -, dan -   - memiliki afiks yang berfungsi sebagai 

pemarkah kataforis, pada -  - sufiks -eun berkoreferensi dengan budak 

teh 'anak itu'; pada -   - scfiks -an -kataforis- berkoreferensi Jengan 

maneh 'kamu'; dan pada -   - sufiks -keun berkoreferensi dengan 

manehna 'ia' atau 'dia'. Kontruksi -   - dan -   - sering mempengaruhi 

ragam lisan bahasa negara kita  di Jawa Barat, antara lain dengan muncul­

nya konstruksi bahasa negara kita  sepeI  i terjemahan -   - dan -   - -sering 

pula muncul dalam interferensi morfemis, misalnya, "Takut malueun", 

apakah sufiks --eun 'interferen' morfemis di dalam bahasa negara kita  ini 

dianggap sebagai katafora, jelas menuntut pemahaman lebih lanjut-. 

SepeI  i dinyatakan terdahulu bahwa afiks bahasa Sunda ini  

dapat bersifat anaforis, bandingkanlah data berikut. 

-   - Si Asjum mah tara daekeun indit ti peuting sieuneun. 

'Si Asjum itu tak pemah mau pergi malam hari sebab -ia- takut'. 

-  - Tata mah tara eraan, budak sonagar pisano 

'Tata itu tak pemah malu-malu, anak pemberani sekali'. 

-  - Jigana Rusdi mah eraeun, matak teu unggah ka imah oge. 

'Rupanya Rusdi itu maIu, oleh karena itu -ia-tidak naik ke 

rumah'. 

-  - Maneh mah geus dikitukeun teh masih keneh daek bae. 

'Kamu itu sudah dibegitukan itu masih mau juga' . 

       

Pada -   - sufiks -eun berkoreferensi dengan Si Asjum -pronomina 

persona - nama din-, pada -  - sufiks -an berkoreferensi dengan Tara 

-nama din-, pada -  - sufiks -eun yang berkoreferensi dengan Rusdi 

-nama din-, dan pada -  - sufiks -keun yang berkoreferensi dengan 

pronomina persona n maneh 'kamu'. 

Dalam bahasa Sunda pronominal sebagai pemarkah katafora tidak 

ada bila menduduki subjek, seperti pada contoh -  - pronomina III ma­

nehna 'ia' atau 'dia' tidak berkoreferensi denagn Rusdi -nama diri- 

melainkan dengan konstruksi 

-  - Lamun manehna daekeun mah, Rusdi teh geus deui jadi menak. 

'Bila ia mau, Rusdi itu sudah menjadi menak'. 

bandingkan dengan 

-  - Manehna teh geus deui jadi menak, Iamun Rusdi daekeun mah. 

'Ia itu sudah menjadi menak, bila Rusdi mau -mengawininya-'. 

Baik manehna pada -  - maupun pada -  - menunjuk pada persona ber­

jenis kelamin perempuan, hanya bedanya pada -  - bila perempuannya 

yang mau, sedangkan pada -  - bila Rusdi -nama din laki-laki- yang 

mau mengawininya. 

Pronomina demonstratif bahasa Sunda dieu 'sini', ditu 'situ' dan 

dinya 'sana' sebagai leksem yang menunjuk ruang -lokatif- dapat ber­

gabung dengan preposisi di 'di', Ii 'dari', dan ka 'ke', perhatikanlah: 

dieu 'sini' - ditu 'situ' - dinya 'sana' 

selain itu didapatkan pula: 

~i }tl ieu 'ini' ,- itu 'itu' - eta 'itu' -agak dekat- 

ka 

Preposisi lain di samping di, ka, dan ti, di dalam bahasa Sunda 

ditemukan pula: 

       


dina'di' 

tina 

'dari' - lokasi spesifik atau dengan alat spesifik 

kana "ke' atau 'pada' 

Bandingkan dengan: 

di nu 

ti nu - lokasi spesifik atau orang yang melaksanakan 

ka nu peristiwa spesifik 

Pronomina lokatif digunakan pula sebagai pronomina orang, dieu -df 

dfeu- sebagai pronomina persona I, dinya -di dinya- sebagai pronomina 

II, dan ditu -di ditu- sebagai pronomina III, ieu, dapat menjadi pennarkah 

eksoforis untuk benda dan dapat pula sebagai pemarkah eksoforis dari 

pronomina persona I, dan baik ieu maupun itu dan eta dapat mengacu 

kepada pronomina persona bila bergabung dengan si 'si'. Bandingkan 

contoh berikut 

-  - Di dfeu mah rek nurutan di dinya bae, lamun nu di ditu teu milu. 

'Di sini sih mau ikut di sana saja , bila yang di situ tidak ikut'. 

-  - Keun, ku 

ieu bae nu nungguan imah mah!

'Biar, oleh sini saja yang menunggui rumah itu!'

-   - Tong milu ka si eta bisi teu meunang ku sf ftu! 

'jangan ikut -ke- si itu takut tidak boleh sama si itu'!. 

Deret preposisi dina, kana, tina -preposisi spesifik-lihat Djajasudarma,

     - tidak berfungsi sebagai deiktik yang bersifat endoforis maupun

eksoforis. Deret preposisi df nu 'di yang', ti nu 'dari yang' dan ka nu

'ke-pada- yang , dapat berfungsi eksoforis, berkoreferensi dcngan kon­

stituen luar-bahasa mengacu pada orang yang melakukan atau menga ­

lami peristiwa.

Bandingkanlah:

-   - 

Di nu hajat teh rame ku tatabeuhan. 

'Di yang pesta itu ramai dengan tabuhan -bunyi-bunyian-'. 

'Di tempat pesta itu ramai dengan tabuhan'. 

      


Bandingkan dengan yang endofora: katafora -   - dan anafora -  -, 

sebab -   - di nu hajat -eksofons- mengacu atau berkoreferensi dengan 

luar tuturan 'orang yang melakukan pesta'. 

-   - Siti mah aya di nu hajat. Mang Ola putra Pa Lurah Horrnal. 

'Siti itu ada di yang pesta. Mang Ola anak Pak Lurah Mantan'. 

'Sedangkan Siti berada di -tempat- yang pesta, Mang Ola anak 

Pak Lurah Mantan· . 

-  - Basa di Mang Ola. di nu hajat tea loba kaolahan nu araneh. 

'Waktu di -tempat- Mang Ola, di -tempat- yang pesta itu. ba­

nyak masakan yang aneh-aneh'. 

Pada -   - di nu hajat berkoreferensi ke kanan dengan Mang Ola, 

sedangkan pada -  - di nu hajat berkoreferensi ke kiri -sebelumnya- yang 

bersifat anaforis. 

Konstruksi frase yang bersifat eksoforis dapat teIjadi pula pada: 

-  - Kuduna mah di nu hajat teh loba nu ngabantuan. 

'Seharusnya di -tempat- pesta itu banyak yang membantu' . 

-  - Kuring mah tas ti nu hajat kalah ka lapar keneh. 

'Sedangkan saya sudah dari yang -mengadakan- pesta, malah 

lapar' . 

-  - Abdi sarimbit bade ka nu hajat di Garut. 

'Saya dengan istn -suami- akan -pergi- ke yang -mengadakan- 

pesta di Garut. 

Preposisi dina. tina. dan kana yang tidak deiktis mcngacu pad a arah yang 

spesifik. scperti pada: 

-  - A: Kana naon tadi maneh ti ditu? 

'Naik apa tadi kamu, dan sana?' 

B: Kana beca' 

Naik beca'. 

A: Sok teundeun babawaan teh dina meja! 

'Simpanlah bawaan -mu- itu di atas meja!' 

      

B: 

 Oupi ieuraksukan juragan simpen di mana?

'-Kalau- ini pakaian juragan -tuan- simpan di mana?'

A: 

 Teundeun bae kana lomari tong dina dipan bisi kakotoran! 

'Simpan saja ke dalam lernari jangan di atas bangku, nanti ter­

kotori! ' 

B: 

 Tos tina mobil teras kana beca mani asa cangkeul raraosan teh. 

'Sesudah naik mobil lalu naik beca, alangkah pegalnya'. 

Preposisi dina, tina, dan kana tidak bisa disulih dengan di, ti, dan ka, 

meskipun sarna menunjukkan preposisi direktif. Pembicara dalarn pcr­

cakapan ini  berbagai topik yang sarna, yang senang dibicarakan, 

pada wacana -  - topilmya ada dua bagi A kedatangan B, sedangkan bagi 

B tentunya tentang perjalanan dengan kendaraan. 

    .  Topik, Tema, dan Judul 

Sehubungan dengan wacana yang utuh -baik- lazimnya memiliki 

topik, yakni proposisi yang berwujud frase atau kalimat yang menjadi inti 

pembicaraan atau pembahasan. 

OaJam percakapan, para pembicara dapat berbicara sebuah topik, 

masing-masing berbicara tentang topilmya sendiri, atau mereka berbagai 

topik yang sedang dibicarakan, wacana ini  bertopik tunggal -Lihat 

Moeliono dan Oardjowidjojo,      -. 

Oi dalarn wacana yang benopik tunggal ini seolah-olah kawan bicara 

mengikuti arah pembicara -bisa bersifat melayani atau basa-basi atau 

memang benar-benar tertarik dengan topik ini -. Wacana lain dapat 

pula dengan hal yang berlainan,pembicara sibuk dengan pengalarnannya 

masing-masing. Percakapan lain dapat berupa wacana yang mengandung 

topik berbeda, artinya setiap pembicara memiliki ropik sendiri·, dan ropik 

biasanya dihubungkan denagn bagian ujaran yang diungkapkan oleh 

pembicara terdahulu, makna dalam 'wacana' ini tidak jelas. Bandingkan­

lah wacana berikut 

-  - 

Aman: Abdi sadaya mios ka Cipanas minggu pengker. 

'Saya semua pergi ke Cipanas minggu yang lalu'. 

Va: Atuh pinuh meureun, da poe pere, nya? 

'Pasti penuh, mungkin, hari libur kan, Ya?' 

      


Aman: Ngawitanana mah muhun kitu, nanging ka siangnakeun 

mah 

'Mula-mulanya ya, memang begitu, tetapi semakin 

siang' seueur nu marulih, sareng eta hujan deuih. 

banyak yang pulang, lagi pula hujan turun'. 

Ua Ah, atuh teu resep nyaba teh, huhujanan mah. 

'Aha, pasti tidak senang bepergian itu, berhujan-hujan'. 

Bandingkanlah dengan -  - yang memperlihatkan para pembicara yang 

sibuk dengan pengalamannya masing-masing. Para pembicara di dalam 

hal ini berbagi topik, tentang rekreasi. Bandingkan dengan -  - wacana 

bertopik tunggal kawan pembicara hanya mengikuti arah pembicaraan 

Aman dengan topik pergi ke Cipanas' . 

-  - Risa: Minggu pengker abdi ka Jakarta. 

'Minggu lalu say a ke Jakarta'. 

Guru: Bapa oge ka Surabaya. 

'Bapak juga ke Surabaya'. 

Risa: Abdi ka tempat-tempat rekreasi, seueur oge nu sarum­

pingna. 

'Saya ke tempat-tempat rekreasi , banyak juga pengun:. 

jungnya'. 

Guru: Bapa ningali palabuan di Surabaya anu sakitu ramena. 

'Bapa melihat pelabuhan di Surabaya yang sangat ramai 

itu'. 

Risa: Abdi mah resep nuju di Taman Mini negara kita  Indah. 

'Saya senang waktu di Taman Mini negara kita  Indah'. 

Pada -  - pembicara mengungkapkan pengalamannya sendiri-sendiri, 

tetapi masih ada sedikit koherensi, yang diucapkan Risa selalu dijadikan 

bandingan oleh Guru. Wacana berikut -   - berupa percakapan pembicara 

mempunyai topik sendiri-sendiri. Topik itu dihubungkan dengan salU 

bagian ujaran yang dinyatakan oleh pembicara sebelumnya, makna 

dalam 'wacana' lidak jelas. 

-   - Risa: Pa, ieu teh potret Bapa waklos di Luar Negara? 

'Pak, ini fOlO Bapak waktu di luar Negeri?' 

Apana: Ka Luar Negeri teh kudu loba duit, kakara sugema. 

'Ke Luar Negeri harus ban yak uang, baru memuaskan'. 

      


Risa: Sagala barang ge aya di Luar Negeri mah. 

'Segala macam barang ilU ada di Luar Negcri' . 

Apana: Teknologi canggih teh ayana di Luar Negeri. 

'Teknologi canggih itu berada di Luar Negeri' . 

Risa: Itu apa difoto sareng manuk mani seueur kiru ' 

'Bapak difoto bersama burung-burung yang sangat 

banyak iru'. 

Dari segi benruk wacana -   - ini  memiliki kohesi yang baik karena 

ujaran berikutnya seolah-olah menyatakan sesuatu yang disebutkan se­

belumnya. , 

Tetapi karena ujaran itu tidak membicarakan topik yang dikemukakan 

sebelumnya, terjadilah ketidakselarasan isi wacana. 

Pikiran pembicara jalan sendiri-sendiri . Wacana ini  kohesif tetapi 

tidak koheren. 

Sebuah topik dalam wacana terasa tcralihkan ke topik yang lain, 

sepeni pada -   -. Kalimatnya sering didahului oleh wacana "penanda alih 

topik" -lihat Moeliono dan Dardjowidjojo,      -.Penanda alih topik 

dalam bahasa Sunda, antara lain, oh enya, eta taeun, eta tea, sauma '   

ya', 'itu itu','itu itulah', 'katanya'. Perhatikanlah data berikul. 

-   - A Isukan aya rapat jurusan, nya? 

'Besok ada rapat jurusan, kan?' 

B Sumuhun pa, tabuh     .  . 

'Ya pak, pukul     .  '. 

A Eta bahanna pengmereskeun, kaasup absen dosenna anu 

kudu ditanda bisa dipariksa, oh enya surat cuti mahasiswa 

kade kudu dianggeskeun! 

'Bahannya tolong siapkan, termasuk absen dosennya 

yang harns ditandatangani takut diperiksa,   ya surat cuti 

mahasiswa harus diselesaikan!' 

B Mangga Pa, saurna Pa Odi teu tiasa sumping ku margi 

aya kaperyogian, angkat ka Tasik. 

'Ya Pak, katanya Pak Odi tidak dapat hadir karena ada 

keperluan, berangkat ke Tasik' . 

Pada wacana ini  dapat diperhatikan, pada waktu A berbicara tentang 

absen dosen teringat akan masalah surat cuti mahasiswa. Untuk me­

      


mindahkan 'topik surat cuti mahasiswa, A memakai upaya -device- alih 


topik oh enya 'oh ya'. 


Demikian juga B mengalihkan topik pembicara dengan upaya saurna

'katanya'. 


Berbeda dengan topik , tema lebih luas lingkupnya, dan biasanya 

lebih abstrak. Tiap topik dapat dijabarkan menjadi berbagai judul yang 

sifatnya lebih sempit dan menjurus. Dalam membicarakan tentang naik 

haji, tema dapat dibagi-bagi menjadi bebcrapa topik' seperti -  - Nganteur 

Nu Ka Mekah 'Mengantar Orang Yang Pergi Ke Mekah', -  - 

Mapagkeun . Nu Ti Mekah 'Menjcmput Orang Yang Pulang Dari 

Mekah', -  - Haji Kapal Laut ' Haji Kapal Laut' -Naik Haji Dengan Kapal 

Laut-, dan sebagainya. 

Tiap topik dapat dijabarkan lagi menjadi berbagai judul yang sifamya 

lebih mcnjurus . Dan topik -  - antara lain dapat muncul judul-judul -a- 

Tatahar Rek Nganteur Naek Haji ' Pcrsiapan Akan Mengantar -Orang- 

Naik Haji', -b- Pahala Nganleur Nu Ka Mckah 'Pahala Mengantar Orang 

Yang Akan Ke Mckah -Naik Haji-', -c- Umroh Jeung Naek Haji 'Umroh 

Dan Naik Haji', dan sebagainya. Topik merupakan sesuatu yang dibicara­

kan, biasanya terdapat dalam beberapa klausa atau dalam beberapa 

kalimal yang berturut-turut. 

Dalam klausa yang tidak benanda, atau klausa netral, ropik sarna 

dengan subjek, letapi subjek selalu merupakan gejala pada tingkat klausa. 

Subjek merupakan Nomina -Frase Nomina-  - dalam klausa yang 

memiliki hubungan sintaktik-semantik yang khusus dengan kata -frase- 

predikat. Topik yang ditandai dengan bentuk linguistik dalam klausa 

yang lidak nelral, dapat berupa bukan subjck. Klausa yang berpemarkah 

dalam bahasa Sunda, ialah klausa dengan topik yang memiliki hubungan 

genetif dengan subjek, Perhatikanlah data berikut. 

-   - Kueh teh rasana teu ngeunah. 


'Kue itu rasanya tidak. enak'. 


Pada kalimat -   - kueh teh 'kue itu' adalah topik, dan rasana 'rasanya' 

adalah subjek daJi predikat teu ngeunah 'tidak. enak.' . KaJimat ini  

dapat diubah tanpa perubahan makna konilif, rasana berani rasa dan kue 

itu. 

-  - Rasana kueh teh teu ngeunah. 


'Rasanya kue itu tidak enak.'. 


      


Data berikut menunjukkan bahwa LOpik bukan subjek kalimat. 

-  - Universitas Padjadjaran, umuma geus      taun. 


'Universitas Padjadjaran, umumya sudah      tahun'. 


Topik dalam kalimat ini  -  - adalah Universitas Padjadjaran, 

sedangkan umurna 'umumya' adalah subjek perdikat sudah      tahun. 

Umuma berarti umur Universitas Padjadjaran. Kalimat ini  dapat 

diubah tanpa perubahan makna kognitif. 

-  - Umuma Universitas Padjadjaran      tahun. 


'Umur Universitas Padjadjaran      tahun'. 


Klausa yang berpemarkan hubungan genetif dengan subjek ini  

sering muncul di dalam bahasa Sunda -frekuan munculnya- bila di­

bandingkan dengan topik yang bukan klausa yang memiliki hubungan 

genetif. Perhatikanlah data berikut. 

-  - Hayam broiler, carana ngurus kieu. 


'Ayam broiler, caranya memelihara begini'. 


KJausa terse but dapat diubah menjadi klausa dalam urutan netral. Perhati­

kan data berikut. 

-  - Carana ngurus hayam broiler Kieu. 


'Caranya memlihara ayam broiler begini'. 


Topik klausa pada -  - hayam broiler 'ayam broiler', dan topik pada 

klausa ini  menjadi komplemen dari verba ngurus 'memelihara', dan 

subjek verba ini  menjadi tindakan bersifat eksoforis -di luar klausa 

ini -. 

Oleh karena itu, klausa ini  dapat diubah dalam urutan netral 

-tindak mempenimbangkan hubungan tenenru-. 

Topik tidak sarna dengan judul; topik merupakan pokok yang akan 

diberikan atau masalah yang hendak dikemukakan di dalam wacana atau 

gagasan tenentu; judul adalah nama wacana atau gagasan yang akan 

dikemukakan -dalam karya ilmiah: nama karya ini , itulah judul-. 

Pemilihan topik merupakan salah satu faktor dalam penyusW  an sebuah 

wacana -karya-. 

      


    .  Refensi dan Inferensi Kewacaan 

Tiga macam referensi yang ada dalam bahasa ialah dengan nama diri, 

pronomina persona, dan dengan penghilangan. Kita dapat menemukan 

unsur seperti pelaku perbuatan, penderita perbuatan, pelengkap perbuat­

an, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, dan tempat perbuatan, di 

dalam wacana lisan dan tulisan. Unsur ini  sering diulang unluk 

memperjelas makna, dan sebagai acuan -referensi-. Referensi di dalam 

bahasa Sunda dengan nama diri digunakan untuk memperkenalkan topik 

baru atau untuk menegaskan bahwa topik masih sama. Biasanya topik 

yang sudah jelas dihapus . Dalam kalimat yamg panjang biasanya yang 

muncul hanya beberapa predikat dengan subjek yang sama dan menjadi 

topik juga. Subjek biasanya hanya disebut satu kali pada permulaan kali­

mat lalu tidak disebut lagi . Data berikul menunjukkan bila dalam wacana 

tersebul terdapat topik dengan beberapa predikal, topik tidak selamanya 

ada di depan -pcrrnulaan kalimat-. Topik dapat dilelakkan sesudah pre­

dikat pertama. Bandingkanlah conloh berikut. 

-  - Isukna Dipati Anom ngaso dina mumunggang, jut lungsur 

tina kuda nyawang ka lebahan karaton susuganan aya nu rek 

rekanan jangji pasini . Lila pisan anjeunana ngadeg hadapeun 

tangkal .... 

'Keesokan harinya, Dipati Anom berislirahal di Puncak, turun­

lah -ia- dari kuda memandang ke arah karaton bila ada bila ada 

yang akan memenuhi janji. Lama sekali beliau berdiri di bawah 

pohon .. .'. 

Bandingkan itu dengan contoh berikut. 

-  - Dina sajeroning ngimpen Dipali Anom ningali srangenge lujuh 

di langit nyorol ka jero lajug, cahayana hurung mancur nya­

angan salirana. 

' Dalam mimpi ilu Dipali Anom melihat matahari sebanyak 

tujuh buah dilangit, sinamya menembus tajug, cahayanya 

menyala memancar menerangi tubuhnya'. -tajug*: dangau 

tempal sembahyang- 

-dari 'Mataram Bedah' saduran 

dari Babad Tanah Jawi- 

       


Perhalikanlah, bila LOpik lama dileruskan, Iopik ilu tidak disebut lagi pada 

pennulaan kalimat baru, seperti pada data berikut. 

-   - 

 Keur kitu torojol aya budak lalaki sakembaran kasep 

ngalenggereng koneng, papakcanana murub mubyar nyampeur­

keun .... 

'Saat demikian, datanglah anak laki-laki kembar bcrparas elok 

berperawakan kuning, berpakaian gemerlapan mendekati ... '. 

Topik dan subjek kJausa pertama dalam kalimat -   - iru adalah Didapari 

Anom, yang menurur kalimar sebelumnya Dipati Anom berrnimpi lihal 

-  -. 

Pronominalisasi di dalam bahasa Sunda dipakai pula untuk menegas­

kan bahwa lopik rcrap sama atau untuk meletakkan tingkat fokus yang 

lebih tinggi pada topik iru. Perhatikanlah data berikuL. 

-   - Sanggeus kumpul tuluy 

Dipari Anom diistrenan jumeneng 

Sultan, jenenganana Susuhunan Mangku Rat Senapati ing 

Alaga Ngabdurrachman Sajidin Panatagama. 

'Sesudah berkumpul lalu Dipati Anom diresmikan menjadi 

Sultan, namanya Susunan Mangku Rat Senapati ing Alaga 

Ngabdurrachman Sajidin Panatagama' . 

-Saduran dari Babad Tanah Jawi- 

Bahwa Dipari Anom sebagai topik dalam kJausa ini , tanpa meng­

gunakan anjeunna 'beliau'. Karena iru dari segi topik, maka pronomina 

iru tidak diperlukan, tetapi kalau dihilangkan berarti bahwa topik me­

rupakan infonnasi yang kurang penting sebagai unsur kesatuan yang 

suplementer. Kalau pronomina dipakai dapat dijadikan kesaruan antisi­

paton -terdahuli-. Bila topik itu tanmahluk, pronomina demonstratif 

digunakan sebagai referensi -pengacuan-, dan kadang-kadang pronomina 

demonstratif -ieu "ini', era 'itu' -agak dekat-, dan itu ' iru'- digunakan 

untuk referen manusia, biasanya bergabung dengan si 'si atau dengan ku 

'oleh' Bandingkanlah data berikut. 

-   - 

 Boh si iru, boh si era, sarua bae papada bengal . 

'Baik si itu maupun si itu sarna saja keduanya jahat'. 

dengan 

       


-  - Eta kabeh bagian si ieu.

'Itu semua bagian si ini' . 


Perhatikanlah bahwa pada -   - mcngaeu pada manusia, sedangkan pada 

-  - eta kabeh 'itu semua' unsur eksoforis yang mengaeu pada benda atau 

pekerjaan -tidak pada mahluk- dan pada -  - si ieu 'si ini ' menunjukkan 

referensi mahluk, dapat sebagai pronomina I bila diujarkan langsung oleh 

pembieara; sebagai pronomina II bila diujarkan oleh partisipan ujaran 

dengan fungsi sebagai pronomina· demonstratif -orang yang ditunjuk 

pembieara-. 

Inferensi terjadi bila proses yang harus diJakukan oleh pendengar 

atau pembaea untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat 

di dalam waeana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. 

Perhatikanlah waeana berikut. 

-  - Ema. kuring teh teu boga baju. nu hiji geus butut. nu ieu 

potonganana teu pantes, kumaha nya? 

'Emak, saya ini tak punya baju, yang satu sudah jelek. yang ini 

modelnya tak pantas, bagaimana ya? 

Pada -  - jelas tidak ada pemyataan bahwa anak ini  meminta dibeli­

kan baju baru pada cmaknya. Tetapi sebagai pesapa -kawan bieara- kila 

harus dapat mengambil inferensi apa yang dimaksudnya . Pengambilan 

inferensi dapat memakan waktu lebih lama, dibandingkan dengan 

penafsiran seeara langsung -tanpa memerlukan inferensi-. Hal tersebu- 

membuktikan bahwa ada sesuatu yang tidak disampaikan pada pembaea 

atau pendengar -lihat Tala Bahasa Buku Bahasa Idonesia.      -. 

Bandingkanlah data -  - dan -  - berikut. yang memerlukan watak agak 

lama untuk menafsirkannya adalah -  -. karena perlu waktu untuk in­

ferensi -penyimpulan-. 

-  - a. Maranehna geus maruka bungkusan.

'Mereka sudah membuka bungkusan' . 


b. Sanguna geus tiis. 

'Nasinya sudah dingin' . 

dengan 

-  - a. Maranehna geus maruka berekat. 

'mereka sudah membuka "berekat" -makanan dari pasta-' 

       


b. Sang una geus tiis. 


'Nasinya sudah dingin' . 


Pada -  - hubungan makna bungkusan dan sangu 'nasi' agaknya melalui 

tahapan, karena bungkusan mencakup segala macam baik makanan 

maupun benda lain, sedangkan pada -  - hubungan semantis antara bere­

kat 'makanan dari pesta' dengan sangu 'nasi' dapat   ebih dirasakan. 

Lihatlah gambaran berikut. 

-  - c. 


bungkusan 


barang-barang se jenna 

'benda-benda lain' 

sangu deungeunna kueh 

'nasi' 'lauk-pauk' 'kue' 

-  - c. 

berekat 

deungeunna 

tahu daging hayam endog acar 

'tahu' 'ayam' 'telur' 'acar' 

tempe lauk daging 

'tempe' 'ikan' 'daging' 

Mata rantai yang hilang biasanya mengungkapkan hubungan yang nyata 

dan berwujud: misalnya tiap rumah memiliki atap. Di dalam hal ini  

bagian yang umum dimiliki rumah itu biasanya disembunyikan -tidak 

      


disampaikan-, demikian pula -  - dan -  - c merupakan "mata rantai" 

yang tidak disampaikan. Inferensi dapat bersifat otomalis -dianggap tidak 

ada inferensi- bila hubungannya bersifaL homonimi -generik spesifik- 

atau meronimi -seluruh-sebagian; sebagian-seluruh-. PerhaLikanlah data 

berikut, dan -  - serta -  - c bersifat otomatis. 

-  - a. Eta beus teh arek ka kOla. 


.Bus itu akan ke kota·. 


b. Mobil teh muatanana padedet'. 


'Mobil itu muatannya berjajal'. 


c. Beus teh angkutan umum. 


'Bus ieu kendaraan umum' 


-  - a. Manelma pindah ka imah kontrakan. 


'Ia pindah ke rumah kontrakan'. 


b. Model imalma siga imah Spanyol. 

'Model rumalmya seperti rumah Spanyol'. 

c. lmalma teh aya pantoan jeung jendelaan. 

'Rumalmya itu ada pintunya dan ada jendelanya' . 

     .  Keutuhan Wacana 

Peneliti bahasa dapat memahami secara mendalam tentang keutuhan 

wacana, baik terhadap data yang ada dalam wacana maupun data yang 

menghubungkan bahasa dengan alam luar bahasa. Penelitian wacana 

membedakan apa yang disebut ko teks dan konteks. Konteks adalah 

semua faktor dalam peroses komunikasi yang tidak menjadi bagian dan 

wacana; ko-teks merupakan semua kalimat yang mendukung wacana. 

Keutuhan wacana ini berhubungan dengan hubungan ko-tekstual dan 

unsur-unsur wacana -Iihat Pike dan Pike,      -; dan Kridalaksana,      -. 

Keutuhan wacana antara lain dapat ditelusuri melalui aspek semantik 

leksikon, dan gramatikal -Iihat Kridalaksana,      -. Penelitian bahasa 

atau pengamat bahasa dapat menentukan mana wacana dan mana yang 

bukan merupakan faktor kemampuan bahasa. Perhatikan wacana bahasa 

Sunda dan yang bukan wacana dapal dibandingkan contoh berikut. 

-  - Cipanonna ngembeng waktu akhjrna manelma sadar yen cicing 

di kamar heureut komplek Perumnas, diceboran ku deudeuh 

jeung asih indungna, digayuh ku dunga bapa, di lingkungan nu 

      


lieuk euweuh ragap taya. $arwa leutik sagalana. 

'Air matanya terbendung waktu akhimya ia sadar bahwa dia di 

kamar sempit di kompleks Perumnas, disirami dengan kasih 

dan sayang ibunya. dipacu dengan doa bapak, di lingkungan 

yang serba tiada. Serba kecil segalanya'. 

-Mangle No.        - Tina Korsi 

Roda Wawan Ngukir Harapan- 

-   - Tong heran lamun loba anu ngoyan hirup ayeuna mah 

kagugusur kujaman, lain ngadalikeun jaman. Naon nu jadi 

udagan modemitas teh, lamun beuki loba nilai kaagamaan nu 

diubrak-abrik? 

'Jangan heran bila banyak yang menempuh hidup sekarang ini 

lerseret-seret zaman, bukan mengendalikan zaman. Apa yang 

menjadi kejaran modemitas itu bila makin banyak nilai ke­

agamaan yang diobrak-abrik?' 

Wacana -  - dianggap sebagai wacana yang utuh; karena berbagai faktor : 

pertama, adanya unsur leksikal pada klausa kedua. sarwa yang mengacu 

pada keadaan yang diuraikan sebelumnya; kedua, adanya klitik -na pada 

kalimat pertama, cipanonna 'air matanya' bersifat kataforis dengan 

referan manehna 'ia' sebagai topik wacana; ketiga. saga/a 'segalanya' 

pada klausa kedua sebagai aspek leksikal. demikian pula alat leksikal 

sebagai alat kohesif wacana, antara kalimat pertama dan kedua digunakan 

leksem sarwa menjadikan wacana itu kohesif dan koheren. Kebalikannya 

pada -   - antara kalimat pertama dan kedua tidak ada pertalian apa-apa. 

Unsur yang memperlihatkan keutuhan wacana antara lain unsur 

semantis. Unsur semantis ini dapat berupa: hubungan semantis antara 

bagian-bagian wacana dan kesatuan latar belakang wacana. Hubungan 

senantis antara bagian-bagian wacana tampak dalam hubungan antar 

proposisi-proposisi dari bagian-bagian wacana. 

Hubungan proposisi terdapat juga di dalam satu kalimat bersusun 

maupun majemuk yang secara sintaksis terdiri atas beberapa klausa, dan 

yang secara semantis terdiri atas beberapa proposisi. 

Hubungan semantis antara bagian-bagian wacana antara lain dapat 

dirinci sebagai berikut. 

-l- hubungan sebab-akibat 

hubungan ini menyatakan sebab terjadinya sesuatu dan akibat se­

      

bagai hasil peristiwa ini . Perhalikanlah contoh 

-   - 

 Lebah jalan ka Bumi Alil mah kudu dikosongkeun, daengkena 

baris dipake ngaliwal ku rombongan. Anu Meunang lalar liwat 

kadinya mah ukur panitia. 

'Sepanjang jalan ke Bumi Alil harus dikosongkan, sebab nami­

nya akan djgunakan -dilalui- rombongan. Yang boleh lalu­

lalang di situ hanya panilia. 

-  - 

 hubungan alasan-akibat 

adalah satu bagiannya menjawab pertanyaan apa alasannya. 

-   - 

 Pengaruh ti luar kacida ncrekabna, scdeng kakualan do jero teu 

sabaraha. AlUh gancang pisan elehna teh. 

'Pengaruh dari luar sangal luas sedangkan kekualan di dalam 

tak seberapa. Dengan demikian akan cepal kalah! 

-  - 

 hubungan sarana-hasil 

hasil itu sudah dicapai dan bagaimana hal ilu terjadi . 

-  - 

 Manehna diajar salaker kebek. Teu malak helok lu­

'Ia belajar sekual lcnaga. Tak mengherankan lu­

lusna ge kumlaude.

lusnya juga kumlaude'.

- - 

 hubungan sarana-tujuan 

salah satu bagiannya mengcmukakan apa yang dilakukan untuk 

mencapai tujuan itu. Tujuan belum tentu berhasil, seperti pada: 

-  - 

Sing suhud diajar teh. Sagala kahayang moal teu 'Belajarlah 

dengan sungguh-sungguh. Segala keikahonlal engkena. 

nginan tak akan tidak lercapai nantinya'. 

- - 

 hubungan latar-kesimpulan 

salah satu bagiannya menyatakan bukti apa yang menjadi dasar 

kesirnpulan. 

-  - 

 Papakeanana kacida sieup. Jigana rnanehna pinter.

'Pakaiannya sangat serasi. Rupanya ia pandai

      

nyetelkeunana. 


mengatumya' . 


- - hubungan kelonggaran-hasil 

salah satu bagiannya menyatakan kegagalan suatu usaha. 

-  - Kuring datang isuk keneh. jeung lila ngadagoan q-

dieu. Manehna teu embol-embol. 


di sini. Ia tidak muneuI-muneul'. 


- - hubungan syarat-hasil 

salah satu bagiannya menyatakan apa yang harus dilakukan supaya 

berhasil. Seperti pada berikut. 

-  - Urang ngantep salira dina kaayaan baraseuh. henteu 


'Kita membiarkan badan dalam keadaan basah, tidak 


enggal digemos raksukanana. Tos puguh lebet angin 


eepat diganti pakaiannya. Sudah temu masuk angin 


mah, salesma, nyeri patuangan. sareng tiasa nyeri 


pasti. flu, sakit perut. serta dapat sakit paru-paru. 


paru-paru ". 


- - hubungan perbandingan 

hubungan iill seperti pada: 

-  - Parasea bae barudak teh ari bongoh ti kolot teh. 

'Bertengkar saja anak-anak itu kalau orang tua lengah'. 

Saperti ueing jeung anjing bae. 

'Seperti kueing dan anjing saja'. 

- - hubungan parafrasis 

hubungan yang menyataka.l   bagian lain dengan eara lain. seperti 

-  - Kuring mah teu satuju beuki loba duit proyek nu 


'Saya tak setuju semakin banyak uang proyek yang 


dipake. tina ngahutang ke bang dunya, beuki ripuh 


dipakai dari berhutang ke bank dinia, semakin su­

kudu mayaran hutang. Geus sakuduna urang ngirit 


lit harus membayar utang. Sudah seharusnya JUta 


      


duit rahayat. 


menghemat uang rakyat'. 


-   - hubungan amplifikatif 

bila salah satu bagian wacana memperkuat isi bagian lain, seperti 

pada: 

-   - Kurang ajar budak teh. Geus teu mayar teh maling 'Kurang ajar 

anak itu. Sudah tidak membayar 

mendeuih. 

curi Iagi'. 

-    -hubungan aditif yang bersangkutan dengan waktu , baik simultan 

maupun yang berurutan, seperti pada: 

-   - Pagawean kuring mah geus anggeus. Kuring geus 


'Pekerjaan saya sudah selesai. Saya sudah mengan­


tunduh, kuring mah rek sare ti heula. 


tuk, saya mau tidur duluan' . 


-    - hubungan identifikasi antara bagian-bagian wacana yang dapat di­

kenaI bahasawan berdasarkan pengetahuannya, seperti pada: 

-   - Pamarentah daerah ngadegkeun pabrik di mana-mana. 

'Pemerintah daerah mendirikan pabrik di mana-mana. 

Ku jalan ngadegkeun induslri maranehanana nyang­

Dengan jalan menggalakan industri mereka menduga 

ka yen tempat pikeun digawe Ieuwih Ioba. 

bahwa tempat untuk bekerja Ie bih banyak'. 

-    - hubungan generik-spesifik 

seperti pada: 

-  - Pamanna kacida koretna. Manehanana moal daek 


ngaluarkeun duit pikeun meuli koran. 


'Pamannya sangat kikir.   a tidak akan mau 


mengeluarkan uang untuk membeli koran'. 


-   - hubungan ibarat, seperti pada: 

      

-  - Sanajan gajih 

sim kuring alit, jeung hilJ.lp kula­

'Meskipun gaji saya kecil, serta kehidupan kelu­

warga malarat, sim kuring teu milu-milu narima

arga melarat, saya tidak ikut-ikutan menerima

panyogok. Kajeun kajual nyawa ti batan kajual

suap. Biarlah teIjual nyawa daripada terjual

ngaran.

nama'.

hubungan semantis antara bagian-bagian wacana ini dikemukakan di 

dalam Kridalaksana -     -. Nida -      dan      - berusaha mengadakan 

klasifikasi hubungan-hubungan semantis, tetapi tujuannya adalah klasi­

fikasi semantis atas hubungan antarklausa -Kridalaksana,      -. 

Kesatuan latar belakang semantik yang menjadi keutuhan wacana 

berupa: 

-  - 

 Kesatuan topik, seperti pada: 

-  - 

 Adi Surya di Garut teu aya dua . Saderek peryogi radio 

'Adi Surya di Garut tiada dua. Saudara perlu radio 

mangga deudeug Adi Surya. 

silakan kunjungi Adi Surya'. 

-  - 

hubungan sosial antara pembicara, seperti pada: 

-  - 

A: Geus pinuh.

'Sudah penuh'.

B: Titah dagoan 

di luar.

'Suruh menunggu di luar'.

-  - 

 jenis medium yang dipakai. 

Misalnya, pandangan pertandingan sepakbola dapat didengarkan 

melalui pesawat radio. 

Aspek leksikon yang mendukung keutuhan wacana merupakan per­

talian antarunsur leksikon di dalam wacana tersebur. Unsur leksikon 

ini  dapat berupa: 

-l- 

ekuivalensi leksikal, seperti pacta data: 

      


-  - MUD rnaneh teu bisa indit, kudu ngawakilkeun. Maneh 

nyaho Andi? Pan guru agama nu baheula nu ngajar di dieu . 

'Jika kamu tidak dapat pergi, kamu harus rnewakilkan. Karnu 

tahu Andi? Kan, guru agama yang dahulu mengajar di sini' . 

-  - antonim, sepeni pada data: 

-  - Seueur organisasi sosial anu dikokolakeun ku pamegal. /slri 

mah mung saukur ngabantuan. 

'Banyak organisasi sosial yang dikelola oleh pria. 

Perempuan hanya sekedar membantu '. 

-  - Sinonim, sepeI  i pada: 

-  - Anjeurma hoyong disanggul Jawa. Raina mah hoyong ' la ingin 

disanggul Jawa. Adiknya ingin dikode dikonde 

Sunda. 

Sunda'. 

- - hiponirn, sepeI  i pada: 

-l   - Menehna metik kern bang ros Ii kebon tatanggana. 

Kebon nu pinuh ku kembang teh mani asri katempona. 

'Ia memetik bunga ros dari kebun tetangganya. 

Kebun yang penuh dengan bunga-bunga itu, begitu indah 

kelihatarmya' . 

- - timbal-balik, seperti pada: 

-l   - Maranehna nu nyicingan imah duluma. Duluma nu 

'Mereka yang mendiami rurnah saudaranya. Saudara 

ninggalkeun eta imah geus aya di Surabaya. 

nya yang meninggalkan rumah itu sudah berada di Surabaya'. 

- - pengulangan leksem, sepeni pada: 

-l   -Jadi jalma kudu berseka. falma berseka terang di 'Jadi 

manusia harus apik dan sehat. Manusia apik sehat. 

dan sehat tahu akan kesehatan. 

       

Aspek leksikal yang sering muncul dalam pembuka dan penutup wacana 

adalah leksem-Ieksem tertentu atau frase tertentu yang menjadi ciri 

wacana narasi klasik, seperti di dalam narasi Sunda sering muncul: ka­

caritakeun 'terceritakan', mimitina, mula-mula'. 

Penutup narasi -wacana- dalam carita pantun Sunda disebut rajah 

penutup 'rajah penutup', seperti, yang tercantum di dalam carita pantun 

'Munding Laya Di Kusumah": 

-     - ... urang pada cageur beuteung waras batin adoh balaina parek 

rejekina jembar akaina ditulak ku tulak bala tarnal. 

' ... kita semua masing-masing sehat perut sehat batin 

jauh celakanya dekat rejekinya luas akalnya ditolak dengan pe­

nolak kecelakaan tamat'. 

bandingkan dengan rajah pembuka 'rajah pembuka' berikul. 

-l  -pun sapun 

'Ampun-ampun 

ka luhur ka sang rumuhun 

ke atas kepada sang "rumuhun" -sang arwah/ruh-nenek mo­

yang di angkasa- 

ka handap ka sang batara 

ke bawah kepada sang batara 

ka batara ka batari 

kepada batara dan betari 

ka batara naga raja 

kepada batara naga raja 

ka batari naga sugih 

kepada batari naga sugih Ckaya '- 

amit ampun ka nu kagungan 

pamit ampun kepada yang punya 

bumi langit jeung eusina 

bumi langit dan isinya 

angungna ka kangjeng gusti allah 

agungnya kepada gusti allah 

jembarna ka rasulullah 

lebih luas kepada rasulullah 

ka kangjeng nabi muhammad 

       

kepada kangj ng nabi muhammad 

ka 

para sahabat anu opat 

kepada para sahabat yang empat 

-Ajip Rosidi,      - 

Aspek gramatikal yang berhubungan dengan keutuhan wacana Inl 

merupakan upaya di dalam mendukung keutuhan wacana, Aspek grama­

tikal yang didapatkan di dalam wacana bahasa Sunda antara lain: 

-  - 

 leksem atau frasa yang dapat menyambung anlarkalimal atau kJausa 

-lihat konyugasi Kridalaksana,      -. Upaya ini  di dalam ba­

hasa Sunda dapat berupa: jadi 'jadi', ku lantaran kitu 'oleh sebab 

itu', eta oge 'itupun', sajeroning kitu 'sementara itu', sanajan kitu 

'sesungguhnya demikian', saupamana 'seandainya', sok sanajan kitu 

'sungguhpun demikian', bisa-bisa 'jangan-jangan', bisi 'kalau­

kalau'. 

-  - 

 elipsis, apa yang dilesapkan dalam salah satu bagian biasanya me­

ngulang apa yang telah diungkapkan dalam bagian wacana lain. Per­

hatikanlah wacana berikut. 

-    - 

A: Tiasa Nana sumping ka dieu enjing-enjing?

'Bisakah Nana datang ke sini pagi-pagi?'

B: 

 Tiasa -Nana dongkap ka dieu enjing-enjing unsur elipsis-. 

'Biasa'. 

-  - 

Paralelisme, seperti pada: 

-    - Budak balur dipiara. Budak sorangan diantep.

'Anak orang dipelihara. Anak sendiri dibiarkan'.

- - 

 Pronomina -sebagai uapaya penyulih yang berfungsi anaforis dan 

kataforis- Pronomina dapat berupa pronomina orangan -pronomina 

persona dan pronomina demonstralif-. Perhatikan data berikut. 

-  - Susi nu kamari datang ka dieu. Manehna arek ngin

'Susi yang kemarin datang ke sini. Ia akan memin­

jeun catetan kuliah.

jam catatan kuliah'.

       

Bandingkan dengan 

-    - 

Ah, ieu mah kumaha di dinya bae. Lamun tea mah

Ah,ini sih terserah di situ saja. Jika sean­

ceuk di dinya kudu milu ka itu, teu jadi ha­

dainya kata di situ harus ikut ke sana, tidaklah

langan.

berhalangan' .

Pronomina nama diri Susi pada -    - disulih dengan pronomina persona 

manehna 'ia' -pronomina persona III-: sedangkan pada -    -,pronomina 

demonstratif ieu 'ini' mengganti -menyulih pronomina I-, s~ angkan di 

dinya menyulih pronomina   I dan itu 'itu' menyulih pronomina III ; pada 

wacana -l  - pronomina demonstratif bersifat eksoforis, ,dengan di dinya 

'di situ' yang diulang berfungsi anaforis. Pada -    - manehna berf}mgsi 

anaforis terhadap nama diri. 

Bahasa Sunda memiliki -na dapat dikatakan: -  - sebagai varian dari 

manehna 'ia' -pronomina persona III-, -  - sebagai posesif, -  - sebagai 

klitika, - - sebagai nominalisator, - - sebagai pengganti nomina yang 

bersifat anaforis di dalam wac ana. Perhatikaruah data berikut. 

-  - 

 a. Buku eta mah buku anyar atuh. Maneh mah macana engke bae. 

'Buku itu buku baru. Kamu membacanya nanti saja'. 

--na pada macana bersifat anaforis mengacu pada benda - buku 

eta 'buku itu '- 

b. 

 Bukuna oge geus aya di dieu. Bisi engke arek dibawa 

'Bukunya ternyata sudah ada di sini. Kalau -buku itu- 

mah cokot bae ti dieu. 

nanti akan dibawa ambil saja dari sini' . 

-  - 

 Duitna beak dipake ngadu. Ku lantaran kitu, indungna ngamuk. 

'Uangnya habis dipakai berjudi. Oleh karena itu ibunya ngamuk' . 

--na sebagai posesif, yang sekaligus sebagai pronomina eksoforis 

mengacu kepada pronomina III, di luar konteks- 

-  - 

 Macana geus sababaraha kali. Ngitungna can keneh bisa. 

"Membacanya sudah beberapa kali. Menghitungnya belum bisa 

juga'. 

--nya nominalisator, dapat bennakna cara membaca - 'ia membaca 

alau cara menghitung pad a klausa kedua, atau 'ia menghitung-. 

      


- - Eta budak teh bapana babaturan kuring. Imahna jauh tidieu. 

'Anak itu ayahnya ternan saya. Rumahnya jauh dari sini'. --na yang 

mengacu pada posesif. -na pada bapana bersifat anaforis dihubung­

kan dengan eta budak teh 'anak itu'; demikian pula -na 'nya' pada 

imahna 'rumahnya'- 

Oi dalam bahasa Indo-Eropa pada - - itu disebut kontruksi yang menyim­


pang dari pola umum, tetapi lazim dalam bahasa lisan, ini disebut 


anakoLuthon -lihat Kridalaksana,      -. 


Konstruksi - - tennasuk konstruksi yang tidak benerima di dalam bahasa 


negara kita  -dianggap sebagai pengaruh Oaerah Jawa atau Sunda-. Oi 


dalam teks Melayu Klasik hal ini lazim ditemukan. 


    .  Jenis Wacana Bahasa Sunda 

Wacana bahasa Sunda dapat dipilah menjadi wacana tradisional dan 

wacana modem. Wacana tradisional ini muncul sekitar abad ke-  Masehi 

-Ekadjati, dick.,       -. Berbagai jenis huruf -aksara- telah digunakan 

untuk menulis wacana tradisional. antara lain, Palawa, Sunda Kuno, 

Arab, dan Latin. Huruf Pallawa hanya digunakan untuk menulis prasasti. 

Wacana modem dapat dilihat jenisnya, berupa; -I- wacana naratif, 

prosedural, ekspositoris, honatori, dramatik, epistolari, dan wacana se­

remonial -lihat Longacre,       dan Wedhawati, dick.,      -. Wacana 

tradisional dan modem Sunda ini masih memerlukan penelitian khusus 

yang mendalam. Sebagai uraian dan contoh data dari jenis wacana 

modem dapat diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut. 

-  - Wacana naratif 

Jenis wacana ini digunakan untuk menceritakan sebuah cerita. Narasi 

terdiri atas pelatardepanan -joregrounding- dan pelatarbelakangan 

-backgrounding-. Pelatardepanan merupakan wacana yang disaji­

kan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal 

para pembaca atau pendengar, dan mereka merasa mengalami dan 

atau melakukan apa yang diungkapkan wacana ini . Sebaliknya 

pelatarbelakangan merupakan pengungkapan informasi supaya pem­

baca atau pendengar benambah pengetahuannya -Ojajasudarma, 

     -. 

Jenis wacana ini uraiannya ringkas. Pada bagian-bagian yang di­

anggap penting sering diulang atau diberi tekanan. Biasanya dimulai 

      


dengan aline a pembukuan kemudian isi, dan akhimya alinea pe­

nutup. Data berikut menunjukkan pelatarbelakangan yang dilanjut­

kan dengan pelatar belakangan yang dilanjutkan dengan pelatar­

depanan dalam sebuah narasi bahasa Sunda. 

-  - Si Asmal budak borangan pisan nenjo nu poek-poek 

'Si Asmal anak penakut sekali melihat yang gelap 

sieun ririwa omongna mah. Dina hiji mangsa kira 

gelap takut hantu katanya. Pada satu waktu kira­

sareupna si Asmal dititah meuli daun kawung ku 

kira menjelang malam si Asmal disuruh membeli da­

bapana ka warung nu deukeut. Manehna kacida sieunun 

enau oleh ayahnya ke warung yang dekat. Ia na. 

sangat takutnya'. 

-  - Barang rek balik deui Si Asmal asa kop bae dihakan 


'Begitu akan kembali, si Asmal serasa -tiba-tiba- 


ku ririwa. Ti dinya berebet manehna lumpat datang 


dimakannya oleh hantu. Dan situ larilah ia, dana 


ka imah neumbag panto blug labuh di dinya. 


tangnya ke rumah menebrak pintu jatulah ia di situ'. 


Pada -  - penulis menyusun wacana secara dinamis -joregrounding- 

sedangkan pada -  - penulis menyusun wacana dengan maksud mem­

berikan informasi apa yang akan digambarkan di dalam pelatardepanan. 

Perhatikanlah unsur yang membuat foreground itu dinamis di dalam 

narasi bahasa Sunda, perpindahan ditandai dengan leksem barang 'be-· 

gitu '; upaya pelatardepanan digunakan kata antar -kecap anteuran - lihat 

Djajasudarma, \   -. 

-  - Wacana prosedural 

Wacana prosedural ini adalah wacana yang biasanya digunakan 

untuk menceritakan atau memberikan keterangan bagaimana sesuatu 

harus dilaksanakan atau menerangkan bagaimana hal itu dilak­

sanakan pada umumnya. Wacana ini mengemukakan persyaratan­

persyaratan tertentu supaya proses pembuatan sesuatu itu berhasil 

dengan baik. Yang termasuk wacana prosedural ini misalnya, masak­

memasak, pembuatan obat dan jamu, penyelenggaraan pertanian, 

dan perkcbunan. Perhatikanlah contoh berikut: 

      


-    - 

Kueh donat: 


'Kue Donat': 


Bahan tipung tarigu, endog hayam, min- 'ak kalapa 

'tepung terigu, telur ayam , minyak kelapa 

gula pasir. 

gula pasir'. 

Masakna endog hayam dikocok dugi ka ngabudah, 

'telur ayam dikocok sampai membuih, 

tetipung tarigu dilebetkeun, diaduk dugi 

pung terigu dimasukka, diaduk sampai 

ka rata, teras dibulcud-beleud di tengah 

rata, lalu dibundar-bundar di tengah­

na diliangan teras digoreng, saparan­

nya dilubangi lalu digoreng, sesudah 

tos asak dijait, dipurulukan tipung 

matang diangkat, ditaburi tepung gula 

gula bodas. 

pasir -gula halus-' . 

-  - Wacana ekspositoris 

Wacana ini bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat 

atau kesimpulan dari sebuah pandangan. 

Pada umumnya ceramah, pidato atau anikel pada majalah dan surat 

kabar termasuk wacana ekspositoris. Perhatikanlah wacana eksposi­

toris berikut yang tertuang di dalam pidato. 

-     - Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Puji syukur ka Allah SWT ku tinekanan cita-cita 


sim k\lring ngayakelUl ieu kagiatan. Kalawan rasa 


reueus sareng bingah yen para sepuh sadayana 


parantos ngarojong kana ieu kagiatan. Mugi-mugi ku 


pangrojong ti para sepuh jadi modal, tiasa diang­

go bekel kanggo langkung ngaronjatkeun 


ieu kagiatan.... 


'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan ter­


laksananya kegiatan ini. Dengan rasa bangga dan 


      

gembira bahwa para sepuh telah mendukung kegiatan 

ini. Semoga dukungan dari para sepuh. menjadi 

modal. dapat dijadikan bekal untuk lebih meningkalkan 

kegiatan ini ....•. 

- - 

 Wacana ho tatori 

Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pem­

baca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan, jadi se­

lalu berusaha agar memiliki pengikut/penginut, atau paling tidak 

menyetujui pendapat yang dikemukakan itu, kemudian terdorong 

untuk melakukannya. 

Yang termasuk wacana hortatori antara lain, khotbah, pidato tentang 

politik. Perhatikanlah data berikut. 

-     - Bakti Ka Negara 

Dina jihad atawa perang sud mah tara ieuh 

ngitung-ngitung umur atawa pangalaman hirup. Lamun 

enya bakti ka nagara. jeung ceuk komandan. 

barudak kudu maju perang. tara talangke 

deui bral bae miang. 

'Berbakti Pada Negara 

Dalam jihad atau perang sud itu tak pernah meng­

hitung-hitung usia atau pengalaman hidup. Kalau 

memang berbakti pada negara, dan kata komandan, 

anak-anak harus maju berperang. tak pernah 

menunggu lagi. berangkatlah mereka'. 

- - 

 Wacana ho tatori 

Wacana ini menyangkut beberapa orang penutur -lebih dari satu 

orang- dan sedikit bagian naratif. Pentas drama ini dahulu dikenal 

dengan 'sandiwara', tetapi sekarang lebih dikenal dengan drama. 

Sendratari Sunda merupakan drama lad. misalnya 'Lulung 

Kasarung", Munding Laya Di Kusumah". 

- - 

 Wacana dramatik 

Wancana ini digunakan dalam surat- ural, dengan sistem dan bentuk 

tertentu. Dimulai dengan alinea pembuka, isi dan alinea penutup. 

Pematikanlah sistem dan bentuk surat berikut 

      

-     - Sareng honnat, 

Serat dibujeng enggalna bae sim abdi ngawakilan reren­

cangan, pelajar Madrasah Tsanawryah Darul Falah Cipari 

Majalengka, hoyong terang alamat Mbak Tulut -lbu Siti 

Hardiyanti Indra Rukrnana- putra bapa presiden sareng Ibu 

Tien tea. 

Diantos waleranana, nuhun. 

Momoh Halimah 

Madrasah Tsanawiyah Darul Falah 

Kompl. Pasanlren Cipari Majalengka 

-Mangale No.       - 

- - 

Wacana epistolari 

Wacana ini berhubungan dengan upacara adal yang berlaku di 

masyarakat bahasa Sunda, misalnya, nasi hal -pidato- pada upacara 

perkawinan, kematian atau upacara cukuran anak. Contoh wacana 

pada upacara perkawinan -sawer penganlin- sebagai nasihat kepada 

pengantin perempuan. 

-    - Rarepeh parneget 

istri

'Diarnlah laki-laki dan perempuan'

kuring rek ngawuruk putri

'saya akan memberi nasihat kepada putri'

piwuruk terus jeung santri

'nasihat terus dengan santri'

sugana jadi pamatri

'barangkali akan menjadi patri'

kana manahna nyi putri'

'pada hatinya nyi putri'

Analisis wacan'a yang lebih mendalarn dapat dilakukan melalui anali­

sis mikrostrukturan dan makro struktural. Dihubungankan dengan jenis 

wacana yang telah dikemukakan, pada hakikatnya secara makro struk 

tural terdapat dominasi. Dominasi terse but berupa: 

I. 

 Narasi konjungsi temporal 

  . 

 Desk.Jipsi konjungsi satial 

      

  . 

 Klasifikasi konjungsi korelatif 

koordinatif 

altematif 

antitesis 

kontras' 

 . 

 Evaluasi konsesif 

syarat 

keadaan 

sebab-akibat 

Klasifikasi terse but dihubungkan dengan empat sikap dasar alau 

pendekatan yang disajikan oleh seorang penulis/pembicara, yaitu: ber­

cerita, mendeskripsikan ciri/sifat, menganalisis'/mengklasifikasi, dan 

mengevaluasi/mengulas -lihat Kinneavy,       - Wacana jarang hanya 

terdiri atas satu "mode" -keempat sikap yang disajikan di atas -naratif, 

deskriptif, kJasifikasi, dan evaluasi- disebut dengan istilah "discourse 

mode", tetapi salah satu mode mungkin mendominasi wacana tertentu. 


bahasa sunda 3


 


 KA dan modus. 

-Djajasudanna & Idat A.,      -. 

Contoh frasa adjektiva dapat dikemukakan sebagai berikut. 

Preposisi; Pos Adjektiva Pembatas Frase Adjektival 

posisi; Modali 

tas; KA 

jeung 'dan' murah 'murah' alus 'bagus' murah jeung alus 

tapi 'tapi mahal 'mahal' goreng 'goreng' mahal tapi goreng 

rada 'agak' penter 'pinter' - rada pinter 

leuwih 'lebih' hade 'bagus' - leuwih hade 

teuing 'terlalu beurang 'siang' - beurang teuing 

pisan 'terlalu' seungit 'wangi' - seungit pisan 

       

naker terlalu lucu 'lucu - lucu naker 

kudu 'harus' alus 'bagus' - kudu alus 

ulah 'jangan' hejo 'hijau' - ulah jejo 

henteu 'tidak' geulis 'cantik' - henteu geulis 

Jain 'bukan' sieun 'takut' - Jain sieun 

- bodo 'bodoh' kabina-bina bodo kabina-bina 

- bodas 'putih' ngepJak bodas ngepJak 

- beureum 'merah' euceuy beureum euceuy 

bray caang 'terang' - bray caang 

Jat poho 'lupa' - lat poho 

BAB VllI 


ADVERBIA 


 .   Adverbia dan Adverbial 

Adverbia merupakan salah salu kategori kata yang terdapat di dalam 

bahasa Sunda. Selain istilah adverbia dikenal pula istilah kata keterangan 

-lihat D.K. Ardiwinala,       dan Momon Wirakusumah & I. Buldan 

Djajawiguna,      -. Malah D.K. Ardiwinala mengkategorikan kata 

kelerangan menjadi bagian dari kata tugas. Satu bentuk struktur kata atau 

frasa bahkan kalusa yang berperilaku seperti adverbia maka' disebut 

adverbial. Istilah lain untuk kata keterangan menu rut D.K. Ardiwinata 

adalah kata tambahan. Cooisma -     ;    - mengemukakan istilah kata 

tambahan untuk adverbia. 

 .   Batasan dan Ciri 

Adverbia merupakan bentuk-bentuk yuang menerangkan verba, 

adjektiva, adverbia, dan unsur lainnya -preposisi-. -lihat T.F. Djaja­

sudarma dan Idat A.,      :  -. Pendapat yang hampir sarna dikemukakan 

oleh D.K. Ardiwinata -     :   - yang menyebutkan bahwa semua kala 

yang ditambahkan kepada kata lain dan menyebabkan perubahan makna 

disebut kala tambahan -adverbia-. Kata-kata yang biasanya memperoleh 

tam bah an ialah kata sifat, pekeljaan, bilangan, dan kata tambahan lain. 

Alam Sutawijaya dkk -     :   - menjelaskan bahwa kata kelas adverbi 

ialah kata yang fungsinya menerangkan kelja atau keadaan. 

       

       

Memperhatikan batasan adverbia seperti yang dikemukakan di atas, 

pada dasamya mengemukakan pengertian yang sarna. Dengan demikian 

apa yang dikemukakan oleh T.F. Djajasudanna dan Idat A. -     :  - 

dapat dijadikan rujukan. Lebih lanjut keduanya mengemukakan ciri-ciri 

adverbia yang diantaranya memiliki ciri morfologis yang sarna dengan 

adjektiva, yaitu dapat bergabung dengan simulfiks pang-na yang ber­

makna 'paling' -'ter- .. '- dalarn komparatif, dan ciri simaksis, yaitu dapat 

bergabung dengan preposisi tingkat, modalitas, dan preposisi subor­

dinatif. 

 .   Bentuk dan Makna 

Bentuk dan makna adverbia berhubungan dengan ciri morfologis 

adverbia ito sendiri. Berdasarkan bentuknya, adverbia dibagi dua bagian, 

yaitu adverbia dasar dan adverbia turunan. 

 .  .   Adverbia Dasar 

Adverbia dasar adalah adverbia yang belum mendapat atau menga­

larni proses morfologis. Contoh adverbia dasar dapat disebutkan di bawah 

ini. 

anyar 'baru' 


asar 'ashar' 


awet'lama' 


beurang 'siang' 


bieu 'barusan' 


baheula 'dahulu' 


carang 'j arang , 


cocog 'cocok/sesuai' 


deukeut 'dekat' 


dieu 'sini' 


dinya 'sana' 


ditu 'situ' 


engke 'nanti' 


euceuy 'merah menyala' 


      


getol 'rajin' 

gigir 'pinggir/sisi' 

gandeng 'ribut' 

hare up 'depan' 

haneut 'hangat' 

heubeul 'lama' 

isuk 'pagi/besok' 

ieu 'ini' 

itu 'itu' 

jauh 'jauh' 

-Contoh kata-kata adverbia diatas diambil dan beberapa sumber 

buku. Lihat T.F. Djajasudarma dan Idat A.,      ; D.K. Ardiwinata,      ; 

Coolsma,      ; dan Alam Sutawijaja dkk.,      -. 

 .  .   Adverbia Turunan 

Adverbia turunan adalah adverbyia yang telah mengalami proses 

pembentukan kata -morfologis-. Hal ini dapat dilihat dan ciri morfo­

logisnya. Selain T.F. Djajasudarma dan Idat A. yang mengemukakan cin 

morfologis adverbia itu dapat bergabung dengan simulfiks pang-na, 

Alam Sutawijaya mengemukakanbentuk turunan adverbia dapat berupa: 

bentuk dasar adverbia yang mengalami reduplikasi + sutiks -an; bentuk 

dasar adverbia yang mendapat konfiks sa- + -na; bentuk dasar nomina, 

verba atau adjektiva yang mendapat pengulangan + prefiks sa-; bentuk 

d,asar nomina atau adjektiva yang mendapat reduplikasi; bentuk dasar 

numeralia + sufiks -eun. Contoh adverbia turunan dapat dikemukakan di 

bawah ini. 

-a- 

 panglarikna 'paling kencang' 

panglilana 'paling lama' 

pangmindengna 'paling sering' 

-b- 

terus-terusan 'terus menerus' 

. ampir-ampiran 'hampir saja'

ampleng-amplengan 'lama tak kunjung datang'

-c- 

 saatosna'sesudahnya/setelah itu' 

      

sateuacanna 'sebelumnya/sebeJum itu' 

samemehna 'sebelumnya' 

-d- sadidinten 'sehari -hari/sepanjang hari' 

saaya-aya 'seadanya' 

jero 'dalam' 


jentre 'jelas' 


kamari 'kemarin ' 


kulon 'barat' 


kendor 'perlahan-lahan ' 


luhur 'atas' 


laun 'pelan' 


langka 'jarang , 


lila 'lama' 


loba 'banyak' 


mindeng 'sering' 


mangkukna 'kemarin dulu ' 


payun 'depan' 


pageto 'lusa' 


remen 'sering' 


rosa 'kuat' 


sakeudeung 'sebentar ' 


songong 'kasar' 


sompral 'sombong' 


tadi 'tadi' 


tarik .kencang' 


tukang 'beJakang' 


untung 'untung' 

     

wetan 'timur' 


wengi 'maIarn' 


sajajalan 'sepanjang jaIan' 

-e- enya-enya 'sungguh-sungguh' 

leres-leres 'betul-betul/benar-benar' 

rupa-rupa 'bennacarn-macarn' 

-  

 sakalieun 'cukup untuk sekali' 

opateun 'cukup untuk em pat -orang-' 

sabulaneun 'cukup untuk satu bulan' 

Makna yang muncuI pad a adverbia turunan -a- menyatakan makna 

'paling' -'ter- .. . '-; adverbia turunan -b- menyatakan makna intensitas atau 

kontinuitas; adverbia turunan -c- menyatakan makna aspek inkoatif; 

adverbia turunan -d- menyatakan makna sarna dengan, sesuai dengan, 

sepanjang ... ; adverbia turunan -e- menyatakan makna intensitas; dan 

adverbia turunan -f- menyatakan makna cukup untuk .... 

 .  Struktur Sintaksis Adverbia 

Struktur sintaksis adverbia dapat dilihat dengan memperhatikan 

hubungan adverbia itu dengan unsur yang lain di dalarn tataran sintaksis 

-kalimat-. Dengan demikian struktur sintaksis adverbia berhubungan pula 

dengan ciri sintaksis adverbia itu sendiri, sebagaimana telah dikemukakan 

di muka. 

T.F. Djajasudarma dan Idat A. -     - mengemukakan bahwa adver­

bia dapat bergabung dengan preposisi tingkat, modaIitas, dan preposisi 

subordinatif. Perlu juga ditambahkan dalam hal ini adalah posposisi 

tingkat -pen.-. 

Contoh struktur sintaksis adverbia dapat dikemukakan di bawah ini. 

-a- Preposisi Tingkat + Adverbia 

rada 'agak' + tarik 'kencang' ----> rada tarik 

leuwih 'lebih' + lila 'larna' ----> leuwih lila 

kacida 'sangat' + reuwasna 'kaget' ----> kacida reuwasna 

      

-b- 

 Posposisi Tingkizt + Adverbia 

pisan 'sangat' + sompral 'somoong' sompral pisan 

amat 'sekali' + lila 'lama' lila amat 

teuing 'terlalu' + hareup 'depan' hareup teuing 

-c- 

 Modalitas + Adverbia 

lain 'bukan' + isuk 'besok' ----> lain isuk 

boa 'mungkin' + tadi 'tadj' ----> boa tadi 

ulah 'jangan' + ayeuna 'sekarang' ----> ulah ayeuna 

henteu 'tidak' + tarik 'kencang' ----> henteu tarik 

-d- 

 SubordinatiJ + Adverbia 

lamun 'kalau' + kamari 'kemarin' ----> lamun kamari 

asal 'asal' + sakeudeung 'sebentar' ----> asal sakeudeung 

supaya 'supaya' + lila 'lama' ----> supaya lila' 

lantaran 'karena' + tarik 'kencang' ----> lantaran tarikzk 

Selain struktur sintaksis adverbia di atas yang unsur-unsumya di­

bentuk dari golongan panikel dengan adverbia, juga dapat dibentuk dan 

gabungan kelas kata yang lain dengan adverbia, misalnya dengan verba, 

adjektiva, dan adverbia. Comoh, dapat dikemukakan sebagai berikut di 

bawah ini . 

-a- 

 Verba + Adverbia 

digawe 'bekerja' + lila 'lama' ----> dig awe lila 

lumpat 'Iari' + tarik 'kencang' ----> lump at tarik 

ngomong 'bicara' + sompral 'somoong' ----> ngomong sompral 

-b- 

 Adjektiva + Adverbia 

poho 'lupa' + hese 'susah' ----> hese poho

beureum 'merah' + euceuy 'sekali' ----> beureum euceuy

inget 'ingat' + babari 'gampang' ----> babari inget

-c- 

 Adverbia + Adverbia 

tadi 'tadi' + peuting 'malam ----> tadi peuting

kamari 'kemarin' + ieu 'jni' ----> kamari ieu

lila 'lama' + deui 'lagj' ----> lila deui

      


 .  Makna Relasional Adverbia 

 . .   Makna Relasional pada Frasa 

Makna relasional adverbia pada frasa dapat menunjukkan: 

-a- Perbandingan 

rada tarik 'agak kencang' 


kurang tarik 'kurang kencang' 


leuwih tarik 'lebih kencang' 


-b- Penyangkalan 

lain isuk 'bukan besok' 


henteu tarik 'tidak kencang' 


ulah ayeuna 'jangan sekarang' 


-c- Keterlaluanlberlebihan 

hareup teuing 'terlalu depan' 


lila amat 'terlalu lama' 


tarik naker 'terlalu kencang' 


-d- hubungan syarat 

lamun sakeudeung 'kalau sebentar' 


uparna engke 'kalau nanti' 


asal sakeudeung 'asalkan sebentar' 


-e- hubungan tujuan 

supaya lila 'agar lama' 


supaya tarik 'agar kencang' 


supaya engke 'agar nanti' 


-f- hubungan sebab 

lantaran lila 'karena lama' 


. sebab sakeudeung 'oleh karena sebentara' 


alalan kernari 'karena kemarin' 


     

-g- waktu 

tadi peuting 'tadi malam' 


lila deui 'lama lagi' 


kamari ieu 'kemarin ini' 


 .   

Makna Relasional pada Klausa 

Makna relasional adverbia pad a klausa dapat menunjukkan: 

-a- 

 Penjelasan 

lumpat tarik 'lari kencang' 

beureum euceuy 'merah sekali' 

ngomong, sompral 'bicara sombong' 

-b- Pemilihan 

Indit ayeuna atawa engke? 'Berangkat sekarang atau nanti?' 

Gawe beurang atau peuting? 'Bekerja siang atau malam?' 

-c- 

 Perlawanan 

Balik teh isuk tapi isuk-isuk keneh! 'Pulangnya besok tapi pagi-pagi 

sekali! . 

Datang teh kamari, ayeuna geus ngiles deui . 'Kemarin datang seka­

rang sudah tidak ada lagi. ' 

-d- Penjumlahan 

NgomongfUl gancang jeung tarik. 'Bicaranya cepat dan keras.' 

Isuk jeung pageto ka dieu deui. 'Besok dan lusa ke sini lagi.' 

BABIX 


KALIMAT 


Y. l Batasan 

Para ahli bahasa mengemukakan batasan kalimat yang berlainan. 

Mereka membuat batasan tentang kalimat berbeda-beda sesuai dengan 

litik tolak pandangannya masing-masing. Ada yang memandang dari segi 

makna atau fungsi dan ada yang memandang dari segi bentuk. Para ahli 

tata bahasa tradisional pada umumnya berpandangan maknawi 

-fungsional-, sedangkan para ahli modem berpandangan struktural. 

Comoh batasan tradisional antara lain berbunyi sebagai berikut, "kalimat 

ialah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu 

pikiran yang   engkap" CAlisjahbana,      :   - atau "kalimah teh nya eta 

bagian basa anu pangpondokna pikeun ngedalkeun eusi hate" 'kalimat 

ialah bagian bahasa yan tt terpendek untuk mengeluarkan isi hati' -Wira­

kusumah,       :  - 

Contoh batasan para ahli tat a bahasa sekarang berbunyi, "kalimat 

adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola 

intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri daQ klausa" 

-Kridalaksana,       :    - atau "satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya 

jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik" -Ram  an,       :  -, 

atau "a grammatical unit, a construction in which the constitute is any 

utterance wit.ll final intonation contour, and the constituents are the 

clauses, connecting particles, and intonation patterns -Cook,      :   -; 

atau "kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks -wacana- yang 

     

      

mengungkapkan pikiran yang utuh secara kelalabahasaan" -Moehono, 

     :    -. 

Memperhatikan batasan-batasan di alas. kita lidak bisa membuat 

batasan kalimat yang sederhana yang lengkap. Batasan yang 

dikemukakan terakhir di atas -Moeliono-. karena ingin lengkap. mem­

punyai tambahan beberapa kalimat lagi sebagai keterangan/pelengkap­

nya. Berdasarkan kenyalaan itu. di sini tidak dikemukakan batasan. 

Untuk memahami pengertian kalimat. kila harus mengetahui unsur-unsur 

pembentuk kalimal itu seperti di bawah ini. 

 .   

Unsur-Unsur Kalimat 

Kalimat adalah bagian ujaran yang secara ketatabahasaan menduduki 

tataran di atas klausa dan di bawah paragraf. Unsur langsung sebuah 

kalimal terdiri atas konstituen dasar dan intonasi akhir. Konstituen dasar 

sebuah kalimal bisa berupa sebuah klausa atau lebih. bisa sebuah frasa. 

atau sebuah kata. Kalimat sempuma minimal terdiri atas konstituen dasar 

yang berupa sebuah klausa dan intonasi akhir. Intonasi akhir bisa berupa 

intonasi berita, intonasi tanya. atau intonasi seru. Dalam bahasa tulis. 

intonasi-intonasi itu digambarkan dengan tanda titik O. tanda tanya -?-. 

dan tanda seru -I-. Selain unsur wajib yang berupa konstituen dasar dan 

intonasi. dalam sebuah kalimat kadang-kadang terdapal partikel 

penghubung. Selain inlonasi akhir, dalam sebuah kalimat mungkin pula 

masih ada intonasi lain yaitu intonasi yang menggambarkan jeda. 

Berdasarkan uraian di atas, balasan - .  - dan unsur-unsur kalimat 

- .  -, kesatuan gramalikal seperti contoh-contoh di bawah ini merupakan 

kalimal dalam bahasa Sunda. 

-  - 

 Basa kuring nganjang ka Imahna, Atang keur ngala suluh. 

'Waklu saya ke rumalmya, Atang sedang memcari kayu bakar.' 

-  - 

 Atang keur ngala suluh.

'Atang sedang mencari kayu bakar.'

-  - 

 Suluh kuling. 

'Kayu bakarku.' -Jawaban atas pertanyaan, "Suluh saha eta 

teh?"- 

- - 

 Kuring. -Jawaban atas pertanyaan, "Saha nu ngala suluh teh?"- 

Sekarang perhatikan kalimat - - berikut ini: 

      


- - Mangkukna kuring ngadegkeun imah. 

'Kemarin dulu saya mendirikan rumah.' 

Kalimat - - terdiri atas em pat bagian: -i- mangkukna 'kemarin dulu', -ii- 

kuring 'saya', -iii- ngadegkuen 'mendirikan', dan -iv- imah 'rumah'. 

Bagian -i- dari kalimat - - dapat dihilangkan, sedangkan bagian lainnya 

tidak dapat dihilangkan tanpa mengubah/mengurangi arti. Unsur kalimal 

yang tidak dapat dihilang berstatus sebagai bagian inti dan yang dapal 

dihilangkan berstatus sebagai bagian bukan-inti. Kalimat - - bisa diu bah 

menjadi kalimat - -, tetapi tidak bisa menjadi kalimat - HIO-. 

- - Kuring ngadegkeun imah. 


'Saya mendirikan rumah.' 


- - *Mangkukna ngadegkeun. 


'Kemarin dulu saya rumah.' 


- - *Mangkukna kuring imah. 


'Kemarin dulu mendirikan.' 


- - *Mangkukna ngadegkeun imah. 


'Kemarin dulu mendirikan rumah.' 


-   - *Kuring -mangkukna- imah. 


'Saya -kemarin dulu- rumah.' 


 .    Bagian Inti dan Konstituennya 

 .  .   Fungsi, Kategori, dan Peran 

Kalau kita perhatikan bagian inti dari kalimat - -, yaitu yang diubah 

menjadi kalimat - -, kita menemukan tiga konstituen pembentuk kalimat 

ini : -i- kuring. -ii- ngadegkeun. dan -iii- imah. Berdasarkan 

fungsinya dalam kalimat itu, konstituen -i- benindak sebagai subjek, 

konstituen -ii- sebagai predikat, dan konstituen -iii- sebagai objek. Ber­

dasarkan kategori kaa pengisi konstituennya, subjek dalam kalimat itu 

diisi oleh nomina, predikat diisi verba, dan objek diisi oleh nomina lagi. 

Terlihat bahwa dalarn kalimat itu ada dua buah nomina, tetapi kedua 

nomina dalarn kalimat ini  tidak. sarna perannya. Pada konstituen -i- 

      

nomina berperan sebagai pelaku-agenlif-, sedangkan pada konstituen -iii- 

nomina berperan sebagai objektif. Konstituen -ii- verba berperan sebagai 

aktif. berdasarkan data itu, kalimat - - dapat digambarkan sebagai 

berikut: 

Kal 

 In = S: n l -ag- + P: v -ak- +  :     z -ob- 

Oibaca: 

Kalimat inti terdiri atas subjek yang diisi nominal sebagai 

agentif. Predikat yang diisi verba aktif. dan Objek yang diisi 

nomina   sebagai objektif. 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dalam 

kalimat diisi oleh subjek, predikat. objek. dan keterangan; kategori diisi 

oleh kelas kata konslitueinnya; dan peran diisi oleh makna semanlisnya. 

Tentang kategori kelas kata telah dibicarakan dalam bab-bab terdahulu; 

tentang fungsi konstituen kalimat akan dibicarakan dalam bagian yang 

akan dalang. Oi sini akan dibicarakan sepintas ten tang peran-peran yang 

dipegang oleh konslituen-konstituen kalimat. Ada dua macam istilah 

yang sering dipakai dalam pembicaraan peran. ada yang bersifat ekstra­

linguistik dan ada yang bersifat semamis. Istilah seperti pelaku, pene 

rima, lujuan bersifat ekstralinguistik; istilah semantik untuk kata-kata itu 

ialah agentif,benejaktif, dan objeklij. Oi samping itu masih banyak istilah­

istilah lain yang menunjukkan peran konstituen-konstituen kalimat -lihat 

Verhaar.       :   -. Contoh uraian kalimat berdasarkan perannya dalam 

kalimat bahasa Sunda: 

Si Tintin berperan sebagai agentif 

meuli berperan sebagai aktif 

tas berperan sebagai objektif 

indungna berperan sebagai benefaktif 

di Pasar Baru berperan sebagai lokatif 

 .  .   

Predikat dan Subjek 

Unsur wajib sebuah klausa adalah predikat. tetapi kalimat sempurna 

minimal harus mempunyai klausa yang berisi subj ek dan predikat. 

Tentang pentingnya kedudukan pred ikat dal am klausa te r irat dari 

batasan klausa yang dikemukakan oleh Elson dan Pickett -     :  - 

dalam bukunya An Introduction to morjology and Sintax sebagai berikut, 

"A clause construction is any string of tagmemes which consists of 

     

includes one and only one predicate or predicate-like tagmeme among 

the constituent tagrnemes of the string, and whose manifesting morpheme 

sequence tipically, but not always, fill slots on the sentences level". 

Di samping itu, pernbeda utara antara frasa dan klausa adalah bahwa 

klausa adalah bahwa klausa bersifat predikatif,. sedangkan frasa tidak. 

Maka je}aslah bahwa predikat itu menjadi ciri utama sebuah klausa. 

 .  .  .   Predikat 

Pada umumnya predikat harus kata atau frasa verba. Namun, karena 

dalam bahasa Sunda tedapat kalimat nonverbal atau yang pada buku-buku 

tata bahasa disebut kalimat nominal, predikat dalam bahasa Sunda tidak 

sclamanya verba. Kategori lain pun, seperti nomina, dan adjektiva, dapal 

bcrfungsi sebagai prcdikat. Kalimat yang predikatnya verba-l- disebul 

kalirnat verbal; kalirnat yang predikatnya nomina-  - disebut kalimal 

ekuatif, dan kalimat yang predikatnya adjektiva- l-disebul kalimal stalif. 

Kalimat verbal, berdasarkan peran verba yang menduduki predi­

kamya, bisa berupa kalimat aktif, kalimat medial, kalimat pasif, dan 

kalimat resiprokal. Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya agent!f 

dan predikatnya berperan aktif. 

-    - Erna keur ngajalujur baju kuring. 


'Ibu sedang menjahit -dengan tangan- baju saya.' 


Kalimat medial ialah kalimat yang subjeknya berperan selain sebagai 

agentif, juga sebagai objektif. Verba dalam kalimat medial mengenai 

subjek dan sekaligus juga mengenai objeknya; predikatnya berperan 

medial -refleksif-. 

-    - Nipu maneh jalma teh. 


'Orang itu menipu diri sendiri.' 


Kalimat pasif ialah kalimat yang predikatnya berperan pasif dan sub­

jeknya berperan sebagai objektif. 

-   - Bola teh ku Idun disepak. 


'Bola itu ditendang Idun.' 


     


Kalimal resiprokal ialah kalimal yang verbanya menyebabkan subjek dan 

objek dikenai perbualan berbalas-balasan. 

-l -Jeung dulur kudu silih anjangan. 


'Oengan saudara harus saling mengunjungi.' 


Oi samping pembagian di alas, kalimal bisa pula dibagi berdasarkan jenis 

verba yang mengisi fungsi predikamya. Predikat bisa diisi dengan verba 

lransilif alau verba intransitif. Kalimal yang predikalnya verba lran­

Silif, disebul kalimal lransilif, yaitu kalimat yang memerlukan objek, 

seperti : 

-   - Kuring meuli buku di tako. 


'Saya membeli buku di toko.' 


Bila dalam kalimal lerdapal dua konSliluen objek alau selain objek masih 

ada lingkup -scope-, kalimat itu disebut kalimat bilransitif. 

-   - Kulawargana ngirim dahareun ka kuring. 


'Keluarganya mengirim makanan kepada saya.' 


-   - Mitoha mangmeulikeun imah ka kuring. 


'Mertua membelikan say a rumah.' 


Kalimat yang predikamya verba intransitif disebut kalimat intransitif, 

yaitu kalimat yang lidak memerlukan objek -   - . Bila kalimat intransitif 

itu dilengkapi lingkupan kalimat itu menjadi kalimat biintransitif -   -. 

-   - Bapa parantos angkat. 


I Bapak sudah berangkat.' 


-   - Bapa parantos angkat ka kantor. 


'Bapak sudah berangkat ke kantor.' 


Selain kalimat transitif dan intransitif, dalam bahasa Sunda masih ter­

dapat kalimat semitransitif. Kalimat semitransitif tidak memerlukan 

objek, tetapi memerlukan pelengkap -komplemen-. Tanpa pelengkap 

     

kaIimat tidal<. gramatikal -tidak jalan-. Dengan kata lain, verba yang 

mengisi predikat pada kalimat semitransitif memerlukan pelengkap. 

-    - 

 Kaputusanana dumasar kana hasil rapat.

'Keputusannya berdasarkan hasil rapat.'

-    - Manehna jadi wawakil rahayat.

'Ia menjadi wakil rakyat.'

-   - Budak teh geus naek kelas.

'Anak -saya- sudah naik kelas'

Kalimat nonverbal terbagi atas kalimat ekuatif dan kalimal stalif. Kalimat 

ekuatif ialah kalimat yang kJausanya berpredikat nomina-I-, kalimat 

yuang kJausanya berpredikat adjektiva-I- disebut kalimat statif. 

-   - Manehna prajurit.

'Ia prajurit.·

-   - 

Rudi pinter, batuma bodo.

'Rudi pandai, temannya bodoh.'

 .  .  .   Subjek 

Pada umumnya subjek kalimat berupa kata nomina atau Frase nomi­

nal. Namun, dalam bahasa Sunda kategori lain pun bisa dijadikan subjek. 

Kata atau frasa yang menduduki fungsi subjek, dalam buku tat a bahasa 

lama, dianggap sebagai kata nomina-  -; kata atau frasa itu dinominalisasi. 

Perhatikan contoh-contoh berikut: 

-   - Kembang keur disiram ku Bu Euis.

'Bunga sedang disiram oleh Bu Euis.'

-   - Panenjona dipancokeun ku Aki Komprang.

'Penglihatannya ditujukan kepada Aki Komprang.'

-   - Sare mengaruhkan kana kasehatan.

'Tidur mempengaruhi kesehatan.·

     

-   - Cumiduh mangrupa kabiasaan nu kurang hade. 

'Sering meludah merupakan kebiasaan yang kurang baik.' 

-    - Royal kaasup sifat anu kurang hade. 


'Royal termasuk sifat yang kurang baik.' 


-    - Eta rek dibeuli ku kuring. 


'ltu akan saya beli.' 


-    - Urang kudu usaha satekah polah. 


'Kita harus berusaha sekuat tenaga.' 


-   - Kabeh nyeungceurikan akina nu geus maot. 


'Semua menangisi kakeknya yang sudah meninggal.· 


-   - Duaan dititah nungguan di luar. 


'berdua disuruh menunggu di luar.' 


Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa subjek bisa diisi dengan 

bermacam-macam kategori kata: nomina-l-, verba-I-, adjektiva-l-, 

pronomina-l-, dan numeral. 

 .  .    Objek dan Pelengkap 

Objek dan pelengkap -komplemen- sarna-sarna menempati POSISI 

sesudah verba-l- yang mengisi fungsi predikat. Badannya, objek dalam 

kalimat aktif bisa dijadikan subjek dalarn kalimat pasif padanannya; 

pelengkap tidak bisa dipasifkan. Kalimat -    - di bawah ini bisa dijadikan 

kalimat pasif -    a-, tetapi kalimat -   - tidak bisa dipasifkan menjadi 

-   a- 

-    - Manetma neangan parnajikanana. 


'Ia meneari istrinya.' 


-    a- Parnajikanana diteangan ku manehna. 


'Istrinya dieari olehnya.' 


     


-   - Kuring jadi guru. 


Saya menjadi guru.' 


-   a- *Guru dijadikeun kuring. 


'Guru dijadikan saya.' 


Pada kalimat -    -, pamajikanana 'istrinya' berfungsi sebagai objek, 

sedangkan guru pada kalirnat -   - berfungsi sebagai pelengkap. 

Dalam kalimat bitransitif kadang-kadang ada dua buah objek: objek 

yang berperan sebagai objektif -penderita- dan objek Iainnya berperan 

benejaktif -penerima/penyena-. Objek yang berada Iangsung setelah 

verba biasa juga disebut objek Iangsung dan yang Iainnya objek tidak 

langsung. Biasanya objek benejaktif benindak sebagai objek Iangsung, 

tetapi dalam bahasa Sunda tidak selamanya demikian; malahan mungkin 

kebalikannya, objek yang objektif menjadi objek Iangsung. Dalam bahasa 

Sunda susunan kalimat -   - Iebih umum dipakai daripada kalimat -   -, 

padahaI bila dilihat secara gramatikal bentuk verbanya, kalimat -   --lah 

yang betul. 

~-l~~ 

-   - Ki Waru mangnyieunkeun udud k kauI-;\ . 

, ~ 

'Ki Waru membuatkan rokok kepada saya.' 

-   - Ki Waru mangyieunkeun kaula udud. 


'Ki Waru membuaLkan saya rokok.' 


 .  .  Keterangan dan Ingkar dalam Kalimat 

Sepeni telah disebutkan dalam pembicaraan unsur-unsur kalimat 

- .  -, unsur kalimat dibedakan atas bagian inti dan bagian bukan-inti. 

Dari contoh kalimat - -: Mangkukna kuring ngadegkeun imah, bagian 

intinya ialah bagian yang tidak dapat dihilangkan, yaitu kuring ngadeg­

keun imah 'saya mendirikan rumah'; sisanya, mangkukna 'kemarin dulu', 

merupakan bagian bukan inti. Apabila melihat fungsi konstituen­

konstituennya, kalimat - - itu terdiri atas: keterangan: mangkukna 

'kemarin dulu', subjek: kuring 'saya', predikat: ngadegkeun 'mendiri­

kan', dan objek: imah 'rumah'.Temyata bahwa bagian yang dapat di­

hilangkan dari kalimat itu berfungsi sebagai keterangan. Keterangan 

dalam kalimat - - diisi dengan keterangan waktu. Selain dengan *t­

terangan waktu, dalam bahasa Sunda masih terdapat keterangan lainnya: 

     

keterangan tempat. keterangan sebab, keterangan akibat. keterangan asal. 

keterangan alat. keterangan syarat. keterangan tujuan. keterangan per­

lawanan. keterangan kualitas. keterangan perwatasan. keterangan kuanti­

tas, keterangan kesungguhan -modalitas-. 

-a- Keterangan Waktu 

-   - Tadi Ahmad datang ka dieu. 


'Tadi Ahmad datang ke sini.' 


-   - Ti poe Senen kuling teu nalima koran. 


'Sejak hali Senin saya tidak menelima koran.' 


-b- Keterangan Tempat 

-   - Ahmat diuk dina korsi . 


'Ahmad duduk pada kursi.' 


-  - Sigana mah ti kidul jolna teh. 


'Mungkin datangnya dali selatan.· 


-c- Keterangan Sebab 

-   - Imahna runruh sabab aya lini. 


'Rumahnya runtuh karena gempa.· 


-   - Udi teu sakola lantaran gering . 


'Udi tidak sekolah karena sakit.' 


-d- Keterangan Akibat 

-   - Budak teh lulumpatan nepi ka capeeun. 


'Anak itu berlali-Iali sampai merasa lelah.· 


-e- Keterangan Asal 

-  - Eta geulang teh dijieunna ku emas. 


'Gelang ini dibuat dari pada emas.· 


     


-f- Keterangan Alat 

-  - Atang nyeukeutan pallot ku peso. 

'Atang meraut potlot dengan pisau.· 

-g- Keterangan Syarat 

-  - Mun diondang kuring rek datang. 

'Kalau diundang saya akan datang.· 

-h- Keterangan Tujuan 

-  - Supaya tereh asak seuneuna kudu digedean. 

'Agar cepat masak apinya harus diperbesar.' 

-i- Keterangan PerLawanan 

-  - Sanajan gering manehna datang. 


'Meskipun sakit ia datang.' 


-j- Keterangan KuaLitas 

-  - Si Ali ceurik tarik pisano 


'Si Ali menangis kerasa sekali.· 


-k- Keterangan Perwatasan 

-  - Kuring teu nyaho nanaon perkara eta mah. 

'Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu.· 

-  - Keterangan Kuantitas 

-   - Ondangan [oba pisan nu teu datang. 

'Banyak sekali undangan yang tidak datang.· 

-m- Keterangan Modalitaslkesungguhan 

-   - Saleresna mah abdi oge hoyong tepang. 

'Sebenamya saya pun ingin bertemu.' 

      

-   - Muga-muga bulan ieu kuring bisa mayar hutang' 

'Mudah-mudahan bulan ini say a bisa membayar ulang.' 

Tidak semua pemyalaan atau perintah dapal dilaksanakan. Untuk 

menyalakan bahwa suatu pemyataan alau pemerintah lidak dapal di­

laksanakan. Dibuallah kalimat ingkar atau kalimat negatif -lawan kalimat 

positif-. Kalimat negalif bahasa Sunda dilandai dengan kata-kala henteu 

'tidak', lain 'bukan', tara 'lidak pemah', moal 'tidak akan', mustahil 

'mustahil', ulah 'jangan', entong 'jangan', embung 'tidak mau' Perhali­

kan contoh-contoh di bawah ini. 

-  - Aminah henteu indit ka sakola. 


'Aminah lidak pergi ke sekolah.' 


-  - Eta mah lain imah. 


'Itu bukan rumah.' 


-  - Kuring mah tara ngaroko. 


'Saya lidak -pemah- merokok. ' 


-  - Ari maneh moal sakola? 


'-Apakah- kamu tidak akan sekolah?' 


-  - Ari kaya kieu mah mustahil kajadian. 


'Kalau begini -keadaannya- mustahil leIjadL' 


V-~IJ' 

-  - Ulah wani-wani nganjang ka manehna. 


'Jangan berani bertamu kepadanya.' 


-  - Mun hujan mah entong indit. 


'Kalau hujan jangan pergi.' 


-   - Embung ari kudu indit wayah keiu mah. 

'Kalau harus berangkal waktu begini, -saya- lidak mau.' 

 .  Kalimat Tunggal 

Berdasarkan jurn  ah klausa yang menjadi konstituen dasar sebuah 

      

kalimat, kalimat bisa dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimal 

majemuk. Kalimat tunggal ialah kalimal yang konstituen dasamya hanya 

sebuah klausa. Bila dalam sebuah kalimat terdapat klausa dua buah atau 

lebih. kalimat semacam itu disebut kalimat majemuk. Kalimat tunggal 

sempuma dapat di gambarkan dengan rumus sebagai berikut: 

Kal T = + S + P ±   ± Ket + Int. Akh. 

Dibaca: Kalimat tunggal terdiri atas unsur wajib subjek dan predikat 

dengan unsur opsional objek dan keterangan. dan unsur wajib intonasi 

akhir. Dalam kalimat transitif. objek menjadi unsur wajib. 

Dilihat dari pengisi unsur wajibnya. subjek dan predikat, kalimat 

tunggal bahasa Sunda dapat terdiri atas kombinasi kata atau frase sebagai 

berikuI: 

-a- nomina-   - + nomina-l-: 

-   - Maneh mah bebegig. 


'Kamu orang-orangan.· 


-b- nomina-   - + verba-    -: 

-   - Babaturanana daratang. 


'Teman-temannya datang.' 


-c- nomina-   - + adjektiva-    -: 

-  - Hujan teh gede pisano 


'Hujan deras sekali.' 


-d- nomina-   - + numeralia: 

-  - Pamajikanana dua. 


'Istrinya dua orang' 


-e- pronomina + nomina-t- 

-  - Manehna prajurit. 

      


'Ia prajurit.' 

-D pronomina + adjekliva-J-: 

-  - Maneh mah ngedul. 


'Kamu malas.' 


-g- pronomina + verba- J-: 

-  - Kuring lalajo. 


'Saya menonton.' 


 .  Kalimat Majemuk 

Kalimat majemuk ialah kalimat yang konstituen dasamya terdiri atas 

dua klausa atau lebih. Ada dua macam kalimat majemuk dalam bahasa 

Sunda: kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. 

 . .   Kalimat Majemuk Setara 

Dalam bahasa Sunda kalimat majemuk setara -selanjutnya disingkat 

KMS- disebut kalimah ngantel sadarajal. KMS ialah kalimah majemuk 

yang anggota-anggota klausanya sederajat, masing-masing merupakan 

klausa bebas. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. 

-  - Sabot kuling maca, adi kuring nulis. 


'Ketika saya membaca, adik saya menulis.' 


Kalimat -  - dibentuk dengan dua buah klausa bebas: kuring maca 

'saya membaca' dan adi kuring nulis 'adik saya menulis'. Kedua klausa 

itu dapat dijadikan dua kalimat sempuma menjadi Kuring maca dan Adi 

kuring nulis. Kedua kalimat itu digabungkan dengan partikel penghubung 

saboL 'ketika. sewaktu' sehingga menjadi kalimat majemuk setara seperti 

kalimat -  -. Kalimat itu dikatakan setara karena kedua klausanya setara 

-sederajat-; masing-masing terdili atas subjek dan predikat. Berdasarkan 

isi klausa-klausa yang digabungkan menjadi KMS serta partikel 

penghubung yang dipergunakan. KMS bisa dibagi atas KMS sejalan. 

KMS berlawanan. dan KMS sebab-akibat 

     


 . .  .   KaJimat Majemuk Setara SejaJan 

Kalimat ini dibentuk dengan cara menyambungkan beberapa kalimat 

tunggal yang isinya sejalan, tidak mengandung pertentangan yang sato 

dengan yang lainnya. 

-  - Bi Emeh indit ka sawah, tuluy ngarambct bari sakalian 

ngayuman pare nu paraeh. 

'Bi Emeh pergi ke sawah, lalu menyiangi padi sambil sekalian 

mengganti padi yang mati'. 

Untuk membentuk KMS sejalan, bisa mengunakan partikel penghubung 

tuluy 'lalu', terus 'terus', jeung 'dan', sarra 'serta', dan lain-lain, atau 

cukup dcngan jedah sementara yang dalam bahasa tulis digambarkan 

dengan tanda koma -,-. 

 . .  .   Kalimat Majemuk Setara Berlawanan 

Kalimat ini ialah KMS yang dibentuk dengan kJausa-kJausa yang 

isinya mengandung perlawanan. Partikel penghubung KMS berlawanan 

ialah tapi 'tetapi', najan 'meskipun', ngan 'hanya' . 

-   - Manehna bangun sieun, tapi rek lumpat teu bisaeun . 

.Ia seperti yang merasa takut, tetapi mau berlari -ia- tidak bisa'. 

-   -Sanajan diajar satengah paeh, tapi manehna mah teu maju-maju. 

'Meskipun belajar setengah mati, ia tak maju-maju.' 

-   - Saenyana lain sieun, ngan kuring sok ngarasa tugenah lamun 

ditanya ku wartawan. 

'Sebelumnya bukan takut, hanya saya suka merasa tidak enak 

apabUa ditanya wartawan.' 

 . .  .   Kalimat Majemuk Setara Sebab - Akibat 

Kalimat ini tennasuk KMS yang salah satu anggota klausanya me­

ngandung sebab atau akibat dari klausa yang lainnya. Partikel 

penghubung KMS sebab-akibat ialah sabab 'sebab', lantaran 'sebab, 

lantaran', ku sabab eta 'oleh karena ito', da 'sebab', ku lantaran 'oleh 

karena', ku margi 'oleh karena'. 

     


-  - Ku margi teu damang. Ema teu tiasa ka mana-mana. 


'Oleh karena sakil. Ibu tak bisa ke mana-mana.' 


-  - Aman gering. ku sabab eta teu bisa ka sakola. 


'Aman sakit. oleh karena itu ia tidak bisa ke sekolah.· 


-  - Barudak baralik da guruna rapat. 


'Anak-anak pulang sebab gurunya berapat.· 


 . .    Kalimat Majemuk Bertingkat 

Tidak selamanya kalimat majemuk dibentuk dengan kalimat-kalimat/ 

kJausa-kJausa bebas. Klausa bebas bisa digabungkan dengan kJausa ter­

ikat untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Kalimat majemuk yang 

konstituen dasamya terdiri atas kJausa bebas dan kJausa terikat disebut 

kalimat majemuk bertingkat -selanjutnya disingkat KMB- . Oalam bahasa 

Sunda KMB disebut kalimah ngantet seIer semeler. Klausa terikat dalam 

kalimat majemuk biasanya mcnduduki salah satu fungsi dalam kalimat 

tunggal. Oleh karena itu. bila kalimat majemuk diu bah menjadi kalimat 

tunggal. kJausa terikatnya dapat diganti dengan kata at au frasa yang 

menduduki fungsi yang digantikannya. Klausa bebas dalam KMB disebut 

induk kalimat. sedang kJausa terikamya disebut anak kalimat. Berdasar­

kan fungsi yang diduduki oleh anak kalimatnya. KMB dapal dibagi alas 

KMB peluas subjek. KMB peluas predikat. KMB peluas objek. dan KMB 

peluas keterangan. 

 .  .  .   Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Subjek 

Kata atau frasa yang mengisi fungsi subjek dapat diperluas menjadi 

sebuah kJausa. Tentu saja kJausa ini masih terikat kepada induknya; oleh 

karena itu. klausa hasil perluasan ini berkedudukan sebagai anak kalimat 

pengganti subjek. 

-  - Nu mangmeulikeun baju ka manehna teh kabogohna nu anyar. 

'Yang membeJikan dia baju itu. kekasihnya yang baru.· 

Kalimat di alaS terdiri atas dua klausa: -i- nu mangmeulikeun baju ka 

manehna 'yang membelikan dia baju itu' d.an. -ii- kabogohna nu anyar tea 

     


'kekasihnya yang baru'. Klausa -i- dapat diganti dengan kata at au frasa 

seperti manehna 'ia', Amir 'nama orang', dan lain-lain. Dengan demikian 

kalimat -  - dapat diubah menjadi kalimat tunggal Manehna teh ka­

bogohna nu anyar lea '  a adalah kekasihnya yang baru.' 

 . .  .   KaIimat Majemuk Bertingkat Peluas Predikat 

Predikat dapat diperluas menjadi sebuah klausa dalam KMB . Kali­

mat tungagl Bu Eja ngalotek bari ngobrol 'Bu Eja membuat lotek sambil 

mengobrol', dapat diperluas menjadi KMB. 

-  - Bu Eja ngalotek bari ngadongengkeun pangalamanana salila 

jadi tukang lotek. 

'Bu Eja membuat lotek sambil menceritakan pengalamannya 

selama menjadi tukang lotek. ' 

Kalimat -  - terdiri atas dua Klausa: -i- Bu Eja ngalotek 'Bu Eja mem­

buat lotek' dan -ii- ngadongengkeun pangalamanana salila jadi tukang 

lotek 'menceritakan pengalamannya selama menjadi tukang Iotek'. 

Klausa -ii- menjadi anak kalimat sebab berasal dari perluasan dari 

predikat klausa -i-, atau, kalau ditinjau dari kalimat tunggalnya, klausa 

-ii- menggantikan predikat ngobrol. 

 . .  .   Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Objek 

Sarna halnya dengan perluasan subjek, unsur nomina pengisi objek 

pun bisa diganti atau diperluas dengan sebuah Idausa. 

-  - Manehna nyokol sakur nu dipikahayang ku manehna. 

'  a mengambil semua yang diinginkannya.' 

Pada kalimat -  - objeknya berupa klausa terikat sakur nu dipikahayang 

ku manehna 'semua -barang- yang diinginkannya'. Kalimat -  - bisa 

"dikembalikan" pada kalimat tunggal Manehna nyokol barang '  a 

mengam bil barang.' 

 .  .  .  Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Keterangan 

Semua jenis keterangan dapat diperluas menjadi klausa terikat. 

     


Serikut ini diberikan conLOh untuk klausa terikat -anak kalimat- 

peTilgganti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keter­

angan sebab, dan keterangan syarat. 

-SO- Memeh panonpoe meletek. kuring geus ayadi lempat ela. 

'Sebclum matahari terbit, saya sudah berada di tempat itu.' 

-S I- 

Kwing meuli buku teh di lempal maneh meuli buku kamari lea. 

'Saya pun membeli buku di tempat kamu membeli buku 

kemarin .. 

-S  - Dina hiji poe Sunan Ka/ijaga ngalangkung ka leuweung meun­

laS ka lembur sejen beh dileun gunung. 

'Pada suatu hari Sunan Kalijaga melewati hutan akan menye­

brang ke kampung lain yang berada di seberang gunung.' 

-   - Bima leh gancang nyanggupan dan karunya ka Pandila anu 

geus miheman. 'Sima cepat-cepat menyanggupi sebab kasihan 

kepada pcndcta yang sudah menyayanginya.' 

-S-l- Masarakal teh moal beres roes lamun anggolana aing-aingan. 

'Masyarakat tidak akan beres kalau para anggotanya tidak 

rukun.' 

 .  Perluasan Kalimat Tunggal 

Kalimat tunggaI yang sederhana bisa diperluas. Perluasan kalimat 

tunggaJ bisa mengubahnya menjadi kalimat majemuk atau terap sebagai 

kalimat tunggaI. Hal ini bcrgantung kepada sifat perluasannya. Kalau 

perluasan itu menyebabkan timbulnya klausa baru, maka kalimat tunggal 

berubah menjadi kalimat majemuk. Kalau perluasan itu hanya me­

nambahkan bermacam-macam keterangan yang tidak berbentuk klausa, 

kalimat akan tetap sebagai kalimat tunggal meskipun kalimatnya menjadi 

sangat panjang. Perhatikan contoh kaIimat-kaIimat berikut. 

-  - LfflVamkongkorongok. 

'Ayam berkokok.' 

     

-  - Hayam kongkorongok tarik pisano 

'Ayam berkokok kerns sekali.' 

-  - Tadi subuh-subuh waktu balebat hay am kuring kongkorongok 

tarik pisan tina kandangna. 

'Tadi subuh, waktu fajar, ayarnku berkokok di kandangnya 

keras sekali.' 

Ketiga kalimal di alas semuanya kalimal lunggal, meskipun kalimal -  - 

lebih luas daripada kalimat -  - dan kalimal -  - lebih luas daripada 

kalimal -  -. Kalimat -  - lerdiri alas subjek: hayam 'ayam' dan 

predikat: kongkorongok 'berkokok'; kalimat -  - sarna dengan kalimat 

-  - hanya dilarnbah dengan kelerangan predikal -keadaan- tarik pisan 

'keras sekali'. Kalimat -  - sarna dengan kalimat -  - yang dilengkapi 

dengan kelerangan waktu: tadi 'ladi', subuh-subuh 'subuh-subuh', dan 

waktu balebat 'waktu fajar' serta keterangan lempat: dina kandangna . 'di 

kandangnya'. Selain predikal, subjek, objek, dan keterangan pun dapal 

diperluas dengan kelerangan sifat -keadaan--nya. 

a. Perluasan Subjek 

Subjek yang berupa kala nomina dapat diperluas dengan adjektiva 

menjadi frasa nominal. 

-  - budak bageur mah tara ceurik. 

'Anak baik tidak pemah menangis.' 

-  - Putra Pa Lurah nu geulis tea, Nyimas Salamah, parantas 

rimbitan. 

'Putra 

Pak Lurah yang canlik itu, Nyimas Salamah, telah 

berkeluarga. ' 

b. Perluasan Predikat 

Predikat yang berupa verba atau nomina dapat dipeluas dengan frasa 

verbal atau nominal. 

-  - Pa Hamid nyaaheun pisan ka putrana.

'Pak Hamid sangat menyayangi anaknya.'

     

-   - Bumina sae pisano 


'Rumahnya bagus sekali.· 


C. Perluasan Objek 

Sarna halnya dengan subjek, nomina yang mengisinya bisa diperluas 

menjadi frasa nominal . . 

-   - Bapa Samsu meser bumi nu kacida saena. 


'Bapak Samsu membeli rumah yang sangat bagus.' 


-   - Pa Muhamad nikahkeun putrana nu bungsu. 


'Pak Muhamad menikahkan putranya yang bungsu.' 


d. Perluasan dengan Keterangan Waktu 

or 

Seperti telah disebutkan di atas, kalimat tunggal dapat diperluas 

dengan berbagai keterangan tanpa mengubah kalimat tunggal menjadi 

kalimat majemuk. Keterangan waktu dalam bahasa Sunda dapat diisi 

dengan kata tunggal, frasa nominal, dan frase preposisional. Posisi ke­

terangan waktu dapat pada awal, tengah, danpada akhir kalimat. 

-  - Tadi manehna datang deui. 


'Tadi dia datang lagi.· 


-  - Mo sabaraha lilana deui oge tungtu babaturan urang daratang. 

'Tidak berapa lama lagi temu ternan-ternan kita datang.· 

-  - Neangan jelema dina waktu saperti kieu mah tangtu bakal 

hesena teh. 

'Mencali orang pada waktu seperti ini temu akan sulit sekali.' 

-  - Kuling nyicingan ieu imah teh ti taun lilikuran keneh 


'Saya mendiami rumah ini sejak tahun dua puluhan.· 


e. Perluasan dengan Keterangan Tempat 

Keterangan tempat hanya dapat diisi dengan frasa preposisional. 

     


-  - Naha teu arindit ka ditu?

'Mengapa tidak pergi Uamak- ke sana?' 


-  - Di dieu 

bakal diadegkeun gedong sandiwara. 


'Oi sini akan didirikan gedung sandiwara.' 


-    - Buku teh kapanggih tina jero lomari.

'Buku itu ditemukan dari dalam lemari.' 


-     - Anjeun bakal dianterkeun ku kuring nepi ka sisi ja/an gede . 

'Kamu akan saya antarkan sampai pinggir jalan besar.' 

f. Perluasan dengan Keterangan Tujuan 

Keterangan tujuan biasanya didahului partikal keur 'untuk', demi 

'demi', supaya 'supaya, agar'. 

-     - Kuring meuli buku keur baceun barudak. 


'Saya membeli buku untuk bacaan anak-anak.' 


-   - Demi kapemingan nagara urang kudu daek bajuang. 


'Oemi kepentingan negara kita harus mau betjuang.' 


-  - Nyieun imah di dinya teh supaya deuketu ka pasar . 

. -Saya- membuat rumah di sana agar dekat ke pasar.' 

g. Perluasan dengan Keterangan Cara 

Keterangan cara yang menyatakan caranya sesuatu peristiwa tetjadi 

diisi dengan kata atau frase preposisional sepergi kungsi 'pemah', sering 

'sering', kalan-kalan 'kadang-kadang', sabisa-bisana 'sebisa-bisanya', 

/alaunan 'pelan-pelan', dan lain-lain. 

-    - Abdi oge kantos mios ka ditu mah. 


'Saya juga pemah pergi ke sana.' 


-    - Anjeurma mah sering angkat ka Tasik 


'BeHau sering pergi ke Tasik.' 


      

-  - 

Kuring mah kalan-kalan bae nganjang ka manehnamah. 

'Hanya kadang-kadang saja say a bertamu kepadanya.' 

-    - 

Kuring kapaksa ngaluarkeun hojah sabisa-bisana. 

'Saya terpaksa mengeluarkan argumentasi sebisa-bisanya.' 

-    - 

Manehna nyampeurkeun bapana lalaunan. 


'Dia mendekali ayahnya pelan-pelan.'

h. Perluasan dengan Keterangan Alat 

Kelerangan alal ditandai dengan kala make 'memakai' atau 

ngagunakeun 'menggunakan'. 

-     - 

biasana sok make kareta api art"ka Jakarta mah 

biasanya suka memakai kereta api ari ke Jakarta mah 'Bila 

pergi ke Jakarta biasanya naik kereka api.' 

-Ill- 

Kudu ngagunakeun akal atuh ari nyanghareupan maraneha­

nana mah. 

harus menggunakan akal atuh ari menghadapi mereka mah 

'Kalau menghadapi mereka -kita- harus menggunakan akal.' 

I. Perluasan dengan Keterangan Similtif 

Keterangan similatif adaJah keterangan yang menyatakan kesetaraan 

atau kemiripan antara sualU keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan 

keadaan, kejadiaan, atau perbuatan yang lain -Moeliono,      :     -. 

Dalam bahasa Sunda keterangan similatif ditandai dengan siga. kawas 

'seperti' . 

-      - 

Ari jolad-joladna mah nu leumpang teh siga Pa Gugun. 

ari jolad-joladnya mah yang beIjalan teh seperti Pak Gugun. 

'Kalau melihat langkahnya yang berjalan itu seperti Pale 

Gugun.' 

-      - Kawas indungna bae kalakuanana mah eta budak teh. sepeJti 

ibunya saja kelakuannya mah itu anak teh 

'Kelakukan anak itu persis seperti ibunya.' 

      


j. 

 Perluasan dengan Keterangan Sebab 

Biasanya ditandai dengan kata sebab, lantaran 'sebab' 

-     - Gajihna teu mahi bae lantaran manehna mah awuntah. 

'Gajinya selalu tidak cukup karena dia loba -tidak bisa meng­

atur-. ' 

 .  Fungsi Kalimat 

Berdasarkan fungsinya kalimat bisa dipergunakan untuk menyatakan 

pemberitaan!pemyataan, pertanyaan, atau perintah. Berhubung dengan 

itu, kalimat bisa dibagi at as kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat 

perimah -imperatif-. Penghalusan kalimat imperatif dapat mengubahnya 

menjadi kalimat harapan atau permohonan, dan lain-lain. 

 . .    Kalimat Berita 

Dalam bahasa Sunda kalimat ini disebut Kalimat wawaran. Kalimat 

berita ialah kaliamt yang dibentuk untuk menyampaikan berita -infor­

masi- tanpa mengharapkan responsi tertentu dari pendengar atau pem­

bacanya. 

-     - Barudak keur arulin di buruan. 

'Anak-anak sedang bennain-main di halaman rumah.' 

Kalimat berita bisa dibedakan atas kalimat afinnatif dan kalimat 

negatif. Kalimat afinnatif ialah kalimat yang tidak mengandung unsur 

negatif pada predikatnya, sedangkan kalimat negatif ialah kalimat yang 

mengandung unsur negatif pada predikatnya. Contoh kalimat -lIS- me­

rupakan kalimat afinnatif dan contoh-contoh kalimat -  - - -  - meru­

pakan contoh-contoh kalimat negatif. 

 . .   Kalimat Tanya 

Dalam bahasa Sunda kalimat tanya disebut kalimat pananya. Per­

bedaan kalimat tanya dengan kalimat berita terletak pada intonasinya. 

Pada umumnya kalimat tanya mempunyai intonasi menaik. Kalimat 

berita bisa berubah menjadi kalimat tanya dengan mengubah intonasinya, 

      


inlonasi kalimat berita yang pada umumnya menurun, diubah menjadi 

imonasi kalimat tanya. Kalimat -     - dapat menjadi kalimat tanya. 

-     - Barudak keur arulin di buruan? 


'Anak-anak sedang bennain-main di halaman?' 


Di samping dengan intonasi akhir, kalimat tanya bisa juga dibanlu 

atau ditandai dengan kata bantu tanya. Kata bantu tanya dalam bahasa 

Sunda ialah naon 'apa', saha 'siapa', naha 'mengapa', mana 'mana', ku 

naon 'mengapa', kumaha 'bagaimana', iraha 'kapan', sabaraha 'berapa'. 

a. Kata bantu tanya noon 

Kala bantu tanya naon 'apa' di pakai unluk menanyakan benda, 

hewan, tumbuh-tumbuhan, perbuatan, atau hal. 

-     - Ari paranti nulis naon ngaranna?' 


'Apa namanya alat untuk menulis? 


-I    - Ali ela salO naon?

'Itu binatang apa?' 


-     - Ali eta langkal naon?

'Itu pohon apa?' 


-     - Rek naon manehka dieu? 


'Mau apa kamu ke sini?' 


-      - Noon sababna maneh kamari teu datang? 

'Apa sebabnya -mengapa- kemarin kamu tidak datang?' 

b. Kata bantu tanya saha 

Kata bantu tanya saha dipergunakan untuk menanyakan orang, ma­

laikat, dan Tuhan. 

-      - Saha ngaranna budak teh? 

•Siapa nama anak iN?' 

     

-      - Saha malaikat nu sok mawa wahyu ka para nabi? 

'Siapa malaikat yang biasa membawa wahyu kepada para 

nabi?' 

-     - Saha ari nu nyiptakeun alam dunya 


'Siapa yang menciptakan alam dunia?' 


c. Kata bantu tanya naha dan ku naon 

Kata bantu tanya naha 'mengapa' dan ku noon 'apa sebabnya' di­

pakai untuk menanyakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu, sepeni: 

-I   - Naha maneh teu ka sakola? 


'Mengapa kamu tidak ke sekolah?' 


-     - Ku naon barudak teh careurik bae? 

'Mengapa -apa sebabnya- anak-anak menangis saja?' 

d. Kata bantu tanya kumaha 

Kata bantu tanya kumaha 'bagaimana' digunakan untuk menanyakan 

keadaan atau kecaraan. 

-     - Kumaha tuang putra daramang? 


'Bagaimana kabarnya anak-anak Saudara?' 


-     - Buah teh luhur pisano Kumaha atuh ngalana? 


'Mangga itu tinggi sekali. Bagaimana memetiknya?' 


e. Kata bantu tanya mana 

Dipergunakan untuk menanyakan tempat. Bila didahului panikel 

perangkai di 'di'. ka 'ke'. dan ti 'dari'. kata bantu tanya mana dipakai 

untuk menanyakan arah. 

-     - Mana Bapa? 


'Mana Bapak?' 


-     - Di mana diteundeunna buku teh? 


'Buku itu disimpan di mana?' 


     

-      - Ka mana dibawana bangsalleh? 


'Pencuri itu dibawa ke mana?' 


-      - Ari  apa mulih ti mana?

' apak pulang dari mana?' 


f. Kata bantu tanya iraha 'kapan' 

Dipakai untuk menanyakan waktu. 

-      - Iraha  apa sum ping? 


'Kapan  apak datang?' 


g. Kata bantu tanya sabaraha 'berapa' 

Dipakai untuk menanyakan jumlah atau bilangan. 

-     - Sabaraha urang nu macul di sawah teh? 


' erapa orang yang mencangkul di sawah?' 


 . .   Kalimat Imperatif 

Dalam bahasa Sunda kalimat imperalif disebut kalimat panitah atau 

kalimah parentah . Dengan kalimat imperatif diharapkan orang yang 

diajak berbicara memberikan responsi dengan suatu tindakan.  erdasar­

kan tatakrama berbahasa, kalimat imperatif bisa dibedakan alas kalimat 

perintah, kalimat persilaan, kalimat ajakan, kalimat anjuran, kalimat hara­

pan, dan kalimat larangan. 

a. Kalimat Perintah 

Kalimat perintah dipakai untuk memerintah yang diajak berbicara 

agar melakukan suatu tindakan. Untuk menegaskan perintah, dalam 

bahasa Sunda, biasanya dipakai partikel pementing cing atau cik; untuk 

menghaluskan perintah biasanya dipakai kat a punten 'maaf' atau cobi 

'coba'. 

-     - Jang, pangnyokotkeun baju Bapa dina lomari! 


'Nah, ambilkan baju Bapak dalam lemari!' 


     

-     - Cing ka dieu heula Jang sakeudeung, Bapa aya perlu! 

'Ke sini dulu sebentar, Nak, Bapak ada Perlu!' 

-     - Punten 

bae pangnyandakkeun upami Akang ka Bandung. 

'Maaf Kak, kalau Kakak ke Bandung tolong dibawa.' 

-     - Cobi 

pangnarokskeun ka tuang rama. 


'Coba Saudara tanyakan kepada Bapak Saudara.' 


b. Kalimat Persilaan 

Kalimat persilaan dipakai untuk mempersilakan orang yang diajak 

berbicara melakukan sesuatu tindakan. Untuk maksud ini kalimat bahasa 

Sunda selalu dibubuhi kata mangga 'silakan' di muka atau di belakang­

nya. 

-     - Mangga, 

ka lebet! 


'Silakan masuk!' 


-    - Ari wantun sakitu mah, mangga!

'Kalau berani seharga itu, silakan!' 


c. Kalimat Ajakan 

Kalimat ajakan dipergunakan untuk mengajak orang lain melakukan 

sesuatu bersama-sama si pembicara. Biasanya kalimat ajakan dibubuhi 

kata seru hayu 'ayo, mari'. Kata hayu sering di pendekkan menjadi yu 

saja. Kata hayu/yu dapat diletakkan posisi awal, tengah, atau akhir kali­

mat. 

-     - Hayu 

urang ke Bandung! 


'Marl kita pergi ke Bandung!' 


-     - Urang ka Bandung, yu!

'Mari kita pergi ke Bandung!' 


-     - Urang ka Bandung yu, urang meuli baju! 


'Mari kita pergi ke Bandung untuk membeli baju!' 


     

d. Kalimat Anjuran 

Kalimal anjuran sarna dengan kalimal perintah, tetapi tidak me­

maksa. Yang diajak berbicara boleh melaksanakan dan boleh juga tidak 

melaksanakan keinginan si pembicara. Kalimat anjuran bahasa Sunda 

biasanya didahului oleh kala-kala hadena, saena, alusna 'sebaiknya' alau 

utamana 'utamanya'. 

-    - Hadena mah nyimpang heula ka Ua maneh di dayeuh teh. 

'Sebaiknya kamu di kota singgah dulu kepada Uakmu. ' 

-    - Saena mah nginng ayeuna bae sareng abdi. 


'Sebaiknya ikut bersama saya saja sekarang.' 


-    - An utamana mah kudu subuh-subuh indit leh. 


'Sebaiknya berangkat pagi-pagi sekali.' 


e. Kalimat harapan 

Kalimat harapan dipergunakan apabiJa si pembicara menghendaki 

agar yang diucapkannya berlaku/terlaksana, baik untuk dirinya sendiri 

maupun untuk orang lain. Kalimat harapan ditandai dengan kala-kata 

mudah-mudahan 'mudah-mudahan', muga-muga/mugi-mugilmugia/ 

pamuga/pamugi 'semoga', hayang teh 'mudah-mudahan' . 

-    - Mudah-mudahan ditarima iman-islamna ku Nu Maha Kawasa. 

'Mudah-mudahan dilerima iman-islamnya oleh Yang Ma­

hakuasa. ' 

-    - Mugi-mugi Akang sing jadi haji mabrur. 


'Mudah-mudahan Abang menjadi haji mabrur.' 


-    - Hayang teh tong jadi ayeuna ka Jakartana. 


'Semoga tidak jadi ke Jakarta sekarang.' 


f. Kalimat Larangan 

Kalimat larangan digunakan bila si pembicara menghendaki agar 

yang diajak bicara tidak melakukan seperti yang disebutkan dalam kali­

     


mat itu. Kalimat larangan bahasa Sunda ditandai kata-kata utah 'jangan' 

dan enlOng 'jangan'. 

-    - Utah dahar buah atah bisi nyeri beuteung! 


'Jangan makan mangga mentah nanti sakit perut!' 


-     - Enrong ngilu ka Bandung ayeuna! 


'Jangan ikut ke Bandung sekarang!' 


BAB X 


HUBVNGAN ANTARKLAUSA 


   .    PendahuJuan 

Kalimat majemuk ialah kalimat yang dibentuk oleh dua buah klausa 

atau lebih. Klausa yang saru dengan yang lainnya mempunyai hubungan­

hubungan tertentu. Hubungan itu dilihat dari pertautan makna dan klausa­

klausa pembentuk kalimat majemuk. Hubungan antarklausa ini  

dapat ditandai dengan terdapatnya partikel penghubung -konjungsi- pada 

awal salah satu klausa pembentuk kalimat majemuk yang bersangkutan. 

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini: 

-  - Ibu angkat ka pasar. ari abdi ngasuh pun adi di rorompok. 

'Ibu pergi ke pasar. adapun saya mengasuh adik di rumah.· 

-  - Sanajan teu satuju oge ka kolot mah teu meunang ngalawan. 

'Meskipun tidak setuju. kepada orang tua tidak boleh melawan.· 

-  - Nyi Vmi gering. ku sabab eta teu bisa ka mana-mana. 

'Nyi Vmi sakit. oleh karena itu ia tidak bisa ke mana-mana.' 

- - Waktu kuring datang. manehna kasampak keur ulin di buruan. 

'Ketika saya datang. ia sedang bennain di halaman.' 

Pada kalimat  -. klausa pertama ibu angkat ka pasar dihutiungkan 

dengan klausa kedua abdi ngasuh pun adi di rompok dengan partikel 

     

     


penghubung ari yang diletakkan di muka klausa kedua. PaQa kalimat -  -, 

-  -, dan - - hubungan anlarklausanya masing-masing dilandai dengan 

panikel penghubung sanajan 'meslUpun',ku sabab eta 'oleh karena itu', 

dan waktu 'waktu, ketika'. 

Hubungan amarklausa dapat juga ditandai dengan adanya pelesapan 

bagian dan salah satu klausa pembentuk kalimat majemuk. Yang senng 

dilesapkan umumnya bagian subjek. 

- - Maranehanana ngalobrol bali nungguan munding nukeur nyara­

tuan. 

'Mereka bercakap-cakap sambil menunggui kerbau yang sedang 

merumput.' 

- - Abdi bade narosan saparantosna diangkat jadi guru. 'Saya akan 

melarnar setelah diangkat menjadi guru.' 

Kalimat - - terdin atas dua klausa: -i- maranehanana ngalobrol 

'mereka bercakap-cakap' dan Oi- -maranehanana- nungguan munding nu 

keur nyara/uan '-mereka- menunggui kerbau yang sedang merumput'. 

Subjek maranehanana 'mereka' pada klausa -ii- dilesapkan. Demikian 

juga halnya pada kalimat - -, sujek abdi 'saya' pada klausa saparantosna 

-abdi- diangkat jadi guru' sesudah -saya- diangkat menjadi guru' di­

lesapkan. Dengan dilesapkannya subjek pada salah saru klausanya, terasa 

hubungan antarklausa pada kalimat majemuk menjadi lebih padu. 

Klausa-klausa pembentuk kalimat majemuk dapat dihubungkan 

dengan dua cara, yaitu koordinasi dan subordinasi. Koordinasi dipakai 

untuk menghubungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mem­

punyai kedudukan yang sarna. Kalimat yang terbentuk dengan cara koor­

dinasi adalah kalimat majemuk selara. Bila digambarkan, hubungan 

koordinasi terlihat sebagai berikut: 


      

Hubungan subordinasi dipakai untuk menghubungkan dua klausa 

yang kedudukannya tidak sarna, salah satu klausa menjadi bagian dan 

klausa yang lainnya. Hubungan subordinasi dapat bersifat komplementer, 

bersifat meJengkapi, dan bersifat mewatasi atau bersifat menerangkan 

-atribut-. Hubungan subordinasi bisa digambarkan sebagai berikut: 

I KALIMAT J 

Klausa    

 Klausa    

Klausa    merupakan bagian dari klausa   . Kalimal yang dibcntuk dengan 

cara subordinatif disebul kalimat majemuk bertingkal. 

   .   Hubungan AntarkJausa daJ'am Kalimat Majemuk Setara 

Dalam bagian ini akan dibicarakan hubungan semantis antarkJausa 

pendukung KMS. Seperti disebutkan terdahuJu klausa-kJausa daJam KMS 

dihubungkan secara koordinalif; oleh karena itu, hubungan semantis 

anlarklausa KMS selain dan arti kedua kJausa yang dihubungkan, harus 

juga diJihat dari koordinalor yang menghubungkannya -MoeJiono,      : 

     -. Perhatikan contoh-contoh berikut. 

- - 

 Maneh kudu jadi jalma pinter, sarta kudu letep ngajalankeun 

ibadah ka Gusli Nu Mahasuci. 

'Kamu harus menjadi orang pintar dan harus letap menjalankan 

ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.' 

- - 

 Manehna kudu jadi jalma pinter, alawa kudu tetep ngajalankeun 

ibadah ka Gusti Nu Mahasuci . 

'Kamu harus menjadi orang pintar, atau harus letap menjalankan 

ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.' 

- - 

 Maneh kudu jadi jalrna pinter, lapi kudu tetep ngajalankeun 

ibadah ka Gusli Nu Mahasuci. 

      

'Kamu harus menjadi orang pintar, tetapi harus tetap menjalan­

kan ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.' 

Dalam kalimat - - pembicara menginginkan gabungan orang pintar 

dan orang yang tetap beribadat, dalam kalimat - - pembicara meng­

inginkan pilihan antara orang pintar dan orang yang tetap beribadat, 

sedangkan dalam kalimat - - ada kontras antara orang pintar dan orang 

yang tetap beribadat. Dari ketiga contoh di atas terlihat bahwa perbedaan 

ani ketiga kalimat itu seolah-olah ditentukan oleh koordinator. Padahal 

tidak demikian halnya. KIausa-klausa yang tidak mempunyai penalian 

samasekali, meskipun digabungkan dengan koordinator, kalimat yang 

dibentuknya tidak ak;m benerima. 

-   - *Manehna kudu jadi jalma pinter jeung harga buku teh mahal 

pisano 

'Kamu harus menjadi orang pintar dan harga buku mahal sekali.' 

Dari uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hubung­

an antarklausa dalam KMS bisa berupa hubungan penjumlahan, hubung­

an pemilihan, dan hubungan perlawanan. Di bawah ini akan kita bahas 

satu persatu. 

   .  .   Hubungan Penjumlahan 

Klausa-klausa pembentuk KMS merupakan penjumlahan atau 

penggabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses. Hubungan ini 

ditandai oleh koordinator jeung 'dan', sarra 'serta', boh ... boh .. . 'baik .. . 

maupun .. .', dan lain-lain. Hubungan penjumlahan bisa menyatakan 

sebab-akibat, menyatakan ururan waktu, menyatakan pertentangan atau 

menyatakan perluasan. 

a. Yang menyatakan sebab-akibat: 

-ll-Pa Toyib disindangkeun heula ka bumina Pa Wadana, atuh 

kapaksa teu bisa kebat muru imahna. 

'Pak Toyib diajak mampir dulu ke rumah Pak Wedana, sehingga 

-ia- terpaksa tak bisa langsung pulang ke rumahnya.' 

      


Kalimat -    - terdiri at as dua buah klausa: -  Ia- Pa Toyib di­

sindangkeun heula ka bumina Pa Wadana dan -lIb- kapaksa teu bisa 

kebat muru imahna. Hubungan klausa -lIa- dan -lIb- adalah hubungan 

sebab akibat karena klausa -II b- terjadi sebagai akibat adanya klausa 

-Ila-. Hubungan itu dijelaskan dengan partikel atuh. 

b. Yang menyatakan urutan waktu: 

-    - Budak teh ngajleng tina ranjang, ti dinya tuluy lumpat ka caL 

'Anak itu melompat dari tempat tidur, setelah itu, lalu lari ke 

kamar mandi.' 

Kalimat -    - terdiri atas dua klausa: -l  a- budak teh ngajleng tina 

ranjang dan -l  b- ti dinya tuluy -budak tt:h- lumpat ka cai. Hubungan 

klausa -    a- dan -l  b- adalah hubungan urutan waktu; klausa -l  b- ter­

jadi setelah kejadian/peristi wa pada klausa -l  a-. Hubungannya ditandai 

dengan konjungsi yang berupa Frase preposisi ti dinya 'setelah itu' dan 

partikel penghubung tuluy 'lalu'. 

c. Yang menyatakan pertentangan: 

-    - Karesep kuring nongton film tragedi jeung nongton film 

komedi. 

'Kesenangan saya menonton film tragedi dan menonton film 

komedi. ' 

Kalimat -    - terdiri atas klausa karesep kuring nongton film tragedi

dan -karesep kuring- nongton film komedi.

Kedua klausa itu mempunyai pemyataan -objek- yang bertentangan: 


tragedi dan komedi.

d. Yang menyatakan perluasan: 

-   - Manehna rajin ngarang boh waktu keur jadi mahasiswa boh 

ayeuna sanggeus jadi pagawe. 

'Ia rajin mengarang baik waktu ia menjadi mahasiswa maupun 

     

sekarang selelah ia menjadi pegawai.· 

Klausa kedua dalam kalimal -   - merupakan infonnasi tambahan alau 

perluasan dan klausa manehna rajin ngarang. 

   .  .   Hubungan Pemilihan 

Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan yang 

menyalakan pilihan di anlara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh 

kedua kJausa yang dihubungkan -Moeliono.      :       -. Dalam bahasa 

Sunda hubungan ini dinyatakan dengan konjungsi atawa, atanapi .atau·. 

-   - 

Inggris manehna raheut hatena atawa inggis kunng disangka 

anu lain-lain. 

'Takut ia sakit hati atau takut aku disangka yang bukan-bukan.' 

-   - 

Maneh rek milu jeung kuring atawa rek tetep cicing di dieu? 

'Kamu akan ikut dengan saya atau akan tetap berdiam di sini?' 

   .  .   Hubungan Perlawanan 

Pemyataan yang dikemukakan dalam klausa pertama merupakan hal 

yang berlawanan dengan yang dinyatakan klausa kedua. Dalam bahasa 

Sunda hubungan ini biasanya ditandai dengan partikel penghubung tapi, 

nanging 'tetapi'. Hubungan perlawanan dapat dibedakan atas hubungan 

perlawanan yang menyatakan penguatan, implikasi. dan perluasan. 

a. 

 Yang menyatakan penguatan: 

-   - 

Henteu ngan ukur kolot bae nu ditawan ku musuh teh. tapi 

barudak oge sarua pada ditarawan. 'Tidak hanya orang tua yang 

ditawan oleh musuh. tetapi anak-anak pun sarna-sarna di­

tawan .. 

Kalimat -   - terdin atas dua klausa: -   a- henteu ngan ukur koiot bae nu 

ditawan ku musuh teh dan -   b- barudaksarua pada ditarawan -ku 

musuh teh-. Klausa -   b- merupakan penguatan dan kJausa -   a- dan 

kedua klausa ini  mempunyai hubungan perlawanan karena di 

dalamnya mengandung frase yang isinya berlawanan. henteu ngan ukur 

koiot bae dan barudak oge. Kedua klausa dihubungkan dengan koordi­

nasi tapi. 

     

b. 

 Yang menyatakan implikasi: 

Implikasi yang dinyatakan dalam kJausa pertama berlawanan atau 

tidak terjadi pada pernyataan yang dikemukakan dalam kJausa kedua. 

-   - 

Mang Mahdi sareng Bi Asih parantos lami laki rabina. nanging 

teu acan gaduh putra bae. 'Mang Mahdi dan Bi Asih sudah lama 

berumah tangga, tapi belum mempunyai anak saja.· 

Implikasi dali kJausa penama, bahwa suami-istli yang sudah lama 

berumah tangga umumnya mempunyai kelurunan, tidak menjadi 

kenyataan, sepeni yang dinyatakan dalam kJausa keuda. Klausa per­

tama dan kedua dihubungkan dengan panikel penghubung nanging 

'tetapi' bentuk halus dan tapi. 

c. 

 Yang menyatakan perluasan: 

Informasi yang dinyatakan pada kJausa kedua hanya merupakan 

tam bahan dan informasi yang dinyatakan dalam kJausa penama; 

kadang-kadang informasinya tidak menguatkan, bahkan sebaliknya. 

melemahkan. Konjungsinya adalah panikeI penghubung tapi. 

-   - Budaya tradisional 

kudu dimumule. lap; unsur-unsur budaya 

luar nu hade bisa diasupkeun. 

'Budaya tradisional harus dipelihara. tetapi unsur-unsur budaya 

luar yang baik bisa dimasukkan.· 

-   - 

Kuling satuju pisan kana pamadeganana. rap; aya sababaraha 

hal anu perlu diomean. 

'Saya sangat setuju akan pendinannya, tapi ada beberapa hal 

yang perlu diperbaiki.' 

   .   Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat 

   .  .   Hubungan Waktu 

Sepeni telah disebutkan terdahulu. hubungan antarklausa dalam kali­

mat majemuk bertingkat -KMB- berupa hubungan subordinasi. Klausa 

terikat dalam KMB, yang dalam buku tata bahasa tradisional disebut anak 

kalimat, disebut pula klausa sematan. Klausa sematan yang menggam­

     


barkan waktu teljadinya peristiwa yang dinyatakan dalam klausa utama 

menyatakan hubungan waktu. Hubungan waktu dapat dibedakan lagi 

menjadi -a- batas waktu pennulaan, -b- kesamaan waktu, -c- urutan 

waktu, dan -d- batas waktu akhir teljadinya peristiwa atau keadaan. 

a. Hubungan Waktu Permulaan 

Dalam bahasa Sunda dipakai frasa ti mimiti 'sejak'. 

-    - Ti mimiti kuliah dibuka, manehna ngabandungan saregep pisano 

'Sejak perkuliahan dibuka, ia menyimak dengan baik sekali.' 

b. Hubungan Waktu Bersamaan 

Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi waktu .'waktu', basa 'waktu', 

bari 'sambil' 

-    - Waktu -bas a- kuring indit, manehna masih kcneh sare. 

'Waktu saya berangkat, ia masih tidur.· 

-    - Kuring siduru bari ngulub hui boled. 


'Saya berdiang sambi! merebus umbi jalar.' 


c. Hubungan Waktu Berurutan 

Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi, -sa-memeh 'sebelum', terus 

'terus', sanggeus 'sesudah'. 

-   - -Sa- memeh indit urang kudu beberes heula di imah. 

'Sebelum berangkat kita harus membereskan rumah dulu.' 

-   - Sanggeus dalahar terns berudak teh arindit ka sakola. 


'Setelah makan terus anak-anak pergi ke sekolah.' 


-Sa-memeh dan sanggeus dapat diganti dengan bahasa halusnya 

sateuacan dan saparantos. 

d. H ubungan Waktu Batas Akhir 

Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi nepi ka 'sampai' 

     


-   - Barudak mahasiswa ngadaragoan di kelas nepi ka aya beja yen 

dosenna aya halangan. 

'Anak-anak mahasiswa menunggu di kelas sampai ada berita 

bahwa dosennya berhalangan.' 

   .  .   Hubungan Syarat 

Klausa sematan dalam KMB menjadi syarat terlaksananya apa yang 

discbutkan dalam klausa utama. Subordinatomya bisa menggunakan 

partikel penghubung asal 'asal ', lamun 'kalau' : 

-   - Setrumna bakal dibere 

ku Mang Omap oge, asal kabagean 

laukna bae. ­

'Setrumnya akan diberi oleh Mang Oman, .asal diben ikannya.' 

-   - Lamun matak cageur mah, najan sakumaha paitna oge ubar teh 

didahar bae. 

'Kalau bisa -rrienyebabkan- sembuh, bagaimanapun pahitnya 

obat itu akan diminum juga.' 

   .   .   Hubungan Tujuan 

Klausa sematan menyalakan lujuan dan yang dinyalakan dalam 

klausa Ulama. Dalam bahasa Sunda biasanya memakai subordinator seja 

'maksud' , arekJrek 'akan'. 

-   - 

Kuring nyaba ka Bandung seja nepungan babaturan.

'Saya pergi ke Bandung untuk menemui ternan.'

-   - Manehna keur ka tampian arek ngubah wadah.

'Ia sedang ke jamban akan mencuci piring.'

   .  .  Hubungan Kontras-Konsesif 

Dalam KMB macam ini lerdapal kontras pada klausa semalannya, 

tetapi hal itu tidak menyebabkan ada perubahan pada yang dinyatakan 

dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai ialah sanajan 

'wala-pun-, biar-pun-'. 

     

-    - Sanajan kacida capena, manehna mah tara ngarasulla 

enggoning nyanghareupan tugas teh. 

'Walaupun sangat capai -lelah-, ia tidak pemah mengeluh 

dalam menghadapi tugas.' 

   .  .  Hubungan Perbandingan 

Antara klausa sematan dan klausa utamanya terdapat kemiripan. 

Alau, mungkin pemyataan dalam klausa utama dianggap lebih baik dari­

pada pemyataan dalam klausa sematan. Subordinatomya bisa saperti 

'seperti', tinimbang 'daripada'. 

-    - 

Rano Kamo nyaaheun ka barudak tatanggana saperti mikanyaah 

ka a  o-alona. 

'Rano Kamo menyayangi anak-anak tetangga seperti ia me­

nyayangi keponakan-keponakannya.' 

-    - Tinimbang nganggur mah maneh teh mending digawe bae di 

kebon kuring. 

'Daripada menganggur, lebih baik kamu bekerja saja di kebun 

saya. ' 

   .  .  Hubungan Sebab 

KJausa sematan sebab atau alasan teIjadinya sesuatu yang dinyatakan 

dalam klausa utama. Subordinatomya bisa berupa partikel penghubung 

sebab 'sebab', lantaran 'sebab'. 

-   - 

Rapat Jurusan teu tulus ayeuna lantaran aya acara sumpah pa­

gawe nagri sa-Unpad. 

'Rapat Jurusan tidak jadi sekarang sebab ada acara sumpah 

pegawai negri se-Unpad.' 

-   - Kuling eureun 

digawe di kantor eta sabab kuling hayang kuliah 

deui. 

'Saya berhenti bekerja di kantor itu sebab saya ingin 

melanjutkan kuliah lagi.' 

     


   .  .  Hubungan Akibal 

Sebaliknya dari hubungan penyebaban, klausa sematan dalam KMB 

teIjadi sebagai akibat yang dinyatakan dalam Klausa utama. Hubungan 

ini bisa dinyatakan dengan subordinator nepi ka 'sampai', ku kituna 

'akibatnya, oleh karena itu' . 

-   - Harita teh kuring gering pama nepi ka teu bisa hudang-hudang 

acan. 


'Waktu itu saya sakit keras sampai bangun pun tidak bisa.' 


-   - Pa Muchtar nuju ka Jakarta, ku margi eta kuliah ti anjeunna 

diteuayakeun. 

' Pak Muchtar sedang pergi ke Jakarta, oleh karena itu kuliah 

beliau ditiadakan.' 

-   - Balong loba nu saraat, ku kituna loba lauk nu paraeh. 

'Kolam banyak yang kering, akibatnya banyak ikan mati. 

   .  .  Hubungan Cara 

Klausa sematannya menyatakan cara melaksanakan apa yang 

dinyatakan dalam klausa utama. Biasanya hubungan dinyatakan dengan 

subordinator ku -jalan- 'dengan cara'. 

-   - Si Atang ngagoda adina ku jalan ngome cocooanana. 

'Si Atang menggoda adiknya dengan cara mengusik 

mainannya. ' 

-  - Doktor ngubaran manehna ku nyuntikkeun obat kana 

bujuma. 

'Doktor mengobati dia dengan Ceara- menyuntikkan obat 

pada pantatnya.' 

   .  .  Hubungan Sangkalan 

Klausa sematan menyatakan adanya kenyataan yang berlawanan 

dengan keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. 

-   - Manehanana mah tenang bae sakitu usukan rek ujian teh. 

'Ja tenang saja padahal besok mau ujian.' 

     


Biasanya yang akan ujian sibuk menyiapkan bahan-bahan ujian -rneng­

hapal-, tetapi kenyataan · yang diperlihatkan dalarn klausa utarna tidak 

dernikian. 

-   - Manehna mah cicing bae saperti nu teu nyaho kana kajadian nu 

sabenema. 

'Ja diarn saja seolah-olah tidak tahu kejadian yang sebenamya.· 

   .  .    Hubungan Kenyataan 

KJausa sernatan rnenyatakan keadaan yang nyata yang berlawanan 

dengan yang dinyatakan dalarn klausa utarna. Subodinatomya ialah par­

tikel penghub~ng padahal 'padahal' dan sedengkeun 'sedangkan'. 

-   - Manehna rnah api-api bodo, padahalloba kanyahoan. 

'Dia pura-pura bodoh, padahal ia banyak pengetahuannya.' 

-  - Ujian geus deukeut, sedeungkeun urang can ngapalkeun. 

'Ujian sudah dekat, sedangkan leita belurn rnenghapal.' 

   .  .     Hubungan Hasi'l 

KJausa sematan rnerupakan hasil dan pekerjaan atau keadaan yang 

dinyatakan dalarn klausa utarna. Subordinator yang dipakai ialah nepi ka 

'makanya', ku kituna 'makanya, oleh karena iLU '. 

-  - Sandiwara teh teu rame pisano nepi ka loba nu lalajo baralik ti 

heu  a. 

'Sandiwara itu sarna sekaJi tidak rarnai, makanya banyak yang 

rnenonton pulang duluan.' 

-  - Digawena getol pisan, ku kituna pantes mun hasil tatanenna alus 

pisano 

'Dia bekerja rajin sekali, makanya pantas bila hasil pertanian­

nya baik sekali.' 

   .  .     Hubungan Pen.ielasan 

KIausa sematan rnerupakan penjelasan dari yang dinyatakan dalarn 

klausa utama. Subordinatomya partikel penghubung yen 'bahwa'. 

      


-  - Sim kuring rumaos yen elmu sim kuring teu acan dugi ka lebah 

dinya. 

'Saya mengakui bahwa ilmu saya belum sampai ke situ.' 

-  - Tindak-tanduknya muduhkeun yen Pa Jamali teh jalma luhung 

elmuna. 

'Tingkah lakunya menunjukkan bahwa Pak Jumali adalah 

manusia berilmu tinggi.' 

   .  .     Hubungan Atributif 

Hubungan atributif bisa berupa pewatas dan bisa pula berupa posesif. 

Klausa sematan pewatas bersifat membatasi acuan dari nomina dalam 

klausa utama. Dalam bahasa Sunda klausa sematan pewatas biasanya 

dimulai dengan partikel penghubung nu 'yang'. 

-  - Uana nu kakara balik ti Mekah taun kamari ayeuna jadi mu­

baleg kasohor. 

'Uwaknya yang baru pulang dan Mekah tahun yang lalu seka­

rang menjadi mubalig kenamaan: 

-  - Anjeun mah moal nyaho masalah nu ku kuring keur disanghare­

upan ayeuna. 

'Kamu tidak mengetahui masallih yang sedang saya hadapi 

sekarang. ' 

Klausa sematan posesif juga -menjadi pewatas, tetapi hubungannya 

merupakan hubungan pemilikan. Klausa sematan posesif ditandai dengan 

partikel penghubung nu 'yang' dan akhiran -na '-nya' pada nomina yang 

menjadi milik subjek atau objek dari klausa utama. 

-   - Budak riu kalakuanana minculak teh geus dikaluarkeun ti sako­

lana. 

'Anak yang kelakuaIU  ya buruk itu sudah dikeluarkan dari 

sekolahnya. ' 

-   - Urang kudu merhatikeun mahasiswa-mahasiswa nu nasibna 

pikarunyaeun. 

'Kita haru memperhatikan mabasiswa-mahasiswa yang nasib­

nya perlu dikasihani.' 

      

   .  Pelesapan 

Salah satu syarat agar kalirnat rnenjadi efektif ialah dengan cara 

pelesapan. Bagian-bagian tertentu dari sebuah kalirnat yang sudah 

diketahui oleh pesapa atau pernbaca dapat dilepaskan. Dalam tingkatan 

wacana hal ini sering dilakukan. Bagian utarna kalirnat yang bisa dilesap­

kan ialah subjek, predikat, dan objek. 

   . .   Pelepasan Subjek 

Dalarn bahasa Sunda, subjek sering dilesapkan. Tidak hanya dalam 

kalirnat rnajernuk, dalarn kalirnat tunggal pun sering tidak dikatakan. 

Tentu saja kalirnat tunggal itu jadi tidak sernpuma. Namun, para pesapa 

atau permbaca akan bisa rnenerka siapa/apa subjek kalirnat ini . 

Subjek kalirnat dapat dicari pada bagian lain ujaran atawa wacana. 

-   - 

Kamari kuring ngala buah bari sakal ian rneresihan tangkalna. 

'Kernari saya rnernetik rnangga sambil sekalian rnernbersihkan 

batangnya. ' 

Kalirnat -   - berasal dari dua kalirnaL Lunggal : -i- kamari kuring ngala 

buah dan -ii- kamari kuring meresihan tangkal buah. Kedua kalirnat itu 

disatukan rnenjadi kalirnat rnajernuk. Keterangan wakLu dan subjek pada 

kalirnat kedua dilesapkan dan objeknya diganti dengan akhiran penanda 

rnilik -na. Pelesapan iLu bisa dilakukan karena keterangan dan subjek 

pada kedua klausa itu sarna. Contoh lain pelesapan subjek adalah sepeni 

berikut ini. 

-  - Saparantosna sababaraha kali dipariksa, Pa Lurah dibebaskeun 

Lina sagala rupa tuduhan korupsi. 

'Setelah beberapa kali diperiksa, Pak Lurah dibebaskan dari 

segala rupa Luduhan korupsi.' 

-  - 

Ku sabab ngedul ngapalkeun, rnanehna henteu lulus ujian. 

'Oleh karena rnalas rnenghapal, ia tidak lulus ujian.' 

Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa yan bisa dilesapkan ialah sub­

jek pada klausa sernatan setelah konjungsi. Pada kalirnat -  - subjek Pa 

      


Lurah pada kalimat sematan menduduki posisi setelah konjungsi sapa­

rantosna. Subjek Pa Lurah dilesapkan karena sarna dengan subjek pada 

klausa utamanya. Demikian juga halnya dengan kalimat -  -. subjek 

manehna setelah konjungsi ku sabab dilesapkan karen a sarna dengan 

subjek pada kJausa utamanya. 

   . .   Pelesapan Predikat 

Predikat atau verba dalam kalimat majemuk bisa pula dilesapkan. 

Persyaratannya sarna dengan pada pelesapan subjek, predikat atau verba 

yang sarna pasa beberapa klausa pembentuk kalimat majemuk dapat di­

lesapkan. 

-  - 

a. Pa Amat ngajar ilmu bumi.

'Pal< Amat mengajarkan ilmu bumi.'

b. 

 Pa Endang ngajar ilmu alam o

' Pal< Endang mengajarkan ilmu alam.'

c. 

 Kuring ngajar bahasa negara kita .

'Saya mengajarkan bahasa negara kita .'

d. 

 Pak Amat I  gajar ilmu bumi, sedengkeun Pa Endang jeung 

kuring ngajarkelUl ilmu alam jeung bahasa negara kita . 

'PaI< Amat mengajarkan ilmu bumi, sedangkan Pak Endang 

dan saya mengajarkan ilmu alam dan bahasa negara kita .' 

-  - a. Kuring teu nyaho.

'Saya tidal< tahu.'

b. 

 Manehna arek milu.

'Ia al<an ikut.'

c. 

 Manehna moal milu.

'Ia tidal< al<an ikut.'

d. 

 Kuring teu nyaho naha manehna teh arek milu atawa moaL 

'Saya tidal< tahu apal<ah ia al<an ikut atau tidal<.' 

     

Kalimat -d- pada contoh kalimat -  - dan -  - merupakan kalimat 

majemuk yang dibentuk dari kalimat -a-, -b-, dan -c- pada kalimat -  - 

dan -  -. Pada kalimat -  - d kata ngajar dihilangkan sebelum frasa 

bahasa negara kita  dan pada kalimat -  - kata milu tidak dipakai setelah 

kata ingkar moat. 

   . .   Pelesapan Objek 

Objek pun bisa dilesapkan. Objek yang sarna dalam bebcrapa klausa 

cukup disebut sekali saja pada kalimat majemuk yang bentuk dengan 

klausa-klausa tersebul. 

-  - Tinimbang melak mah lila, leuwih hade meuli baeti pasar buah­

buah wae mah. 

'Daripada menanam lama; lebih baik membeli buah dari pasar.' 

Kalimat -  - berupa kalimat majemuk yang mempunyai hubungan per­

bandingan. Klausa pertama tinimbang melak -buah- mah lila dan klausa 

kedua teuwih hade meuli bae ti pasar buah-buah wae mah. Objek buah 

pada klausa pertama dihilangkan. Demikian pula conwh kalimat -  - di 

bawah ini. Karena objeknya sarna, salah satu dilesapkan. 

-  - Mending mana, arek menta atawa arek maok buah 

teh ti nu 

tatangga? 

'Lebih baik mana, meminta atau mencuri mangga kepunyaan 

tetangga?' 

BAB XI 

WACANA 

    .   Pendahuluan 

Wacana -discourse- merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang 

menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, mem­

bentuk satu kesatuan -lihat Moeliono & S. Oardjowidjojo,      -. Pro­

posisi merupakan makna yang didukung oleh klausa sebagai satuan 

minimum, dan kalimat sebagai satuan perluasan dari kJausa -lihat Pike & 

Pike,      ':   -. Tataran makna yang   ebih luas dari proposisi adalah 

pengem bangan tema yang didukung oleh paragraf/kalimat klaster -clus­

ter- yang dapat dikembangkan ke dalam satuan yang disebut mono  og. 

Tataran yang lebih luas lagi dari pengembangan tema ialah interaksi 

sosial yang didukung oleh satuan minimum 'tukar-menukar' -exchange- 

yang dapat dikembangkan ke dalam yang   ebih luas berupa konversasi 

-percakapan-. 

Klausa sebagai proposisi yang berfungsi sebagai penyampai pesan 

-message-, memiliki kedudukan sebagai pengungkap peristiwa, keadaan, 

proses yang komunikatif. Klausa yang tersusun dalam mengungkapkan 

pesan ini bertitik tolak dari tema yang disusun berurutan dengan bagian 

lain yang disebut rima. Pesan yang disampaikan di dalam klausalkalimat 

ialah tentang sesuatu yang terkandung dalam tema, sisa pesan -me­

rupakan unsur yang mengembangkan tema- disebut rima -sebutan yang 

diberikan oleh aliran Praha - Prague School-. Pesan struktur dalam klausa 

     

     


itu terdiri atas tema yang kemudian disusul oleh rima. Pola tema-rima ini 

sebagai salah satu unsur yang dapat digunakan dalam pendekatan seman­

tis terhadap wacana. Studi ke arah wacana sebenarnya sudah dianjurkan 

sejak Firth -      -. Para peneliti bahasa dianjurkan untuk meneliti konver­

sasi, karena "it is here that we shall find the key to a better under standing 

of what language is and how it works". Dengan demikian, para ahli 

bahasa akan mengeni apa sebenamya bahasa dan bagaimana caranya 

bekerja -informasi-komunikatif-. Patm diakui bahwa kejelasan maima 

sebuah kata dalam komunikasi tergantung pada konteks. Penimbangan 

Firth kemudian diabaikan karena arahan Bloomfield, bahwa linguis harus 

menjauhkan diri dari pertimbangan makna dengan konsentrasi pada 

forma dan subslansi -arahan ini  sudah sejak        -. 

Konversasi dapat terjadi dalam komunikasi lisan dan tulisan, dalam 

komunikasi lisan kita memerlukan kawan bicara -pembicara-kawan 

bicara-. Komunikasi lisan yang tidak memerlukan kawan bicara hanyalah 

komunikasi yang terjadi antara pembicara dengan jam -manusia mene­

mukan jawaban waktu- atau dengan kalender. Bila dilihat dari fungsi 

bahasa dalam komunikasi dapat digambarkan melalui bagan berikut. 

Pembicara SALURAN Pendengar 

Pembaca 

direktif 

Penulis 

Fungsi 

Bahasa: ekspresif 

fatik estetik 

Oihat Leech,      ; Ojajasudarma,      - 

Oi dalam kominikasi tulis yang didukung oleh wacana tulis diperlu­

kan unsur penulis dan pembaca. Contoh berikut menunjukkan percakapan 

-konversasi- yang berfungsi di sini adalah fungsi fatik -pembuka satu 

komunikasi atau apa yang disebut percakapan basa-basi di dalam 

     

Moeliono dan soenjono Dardjowidjojo,      -. Fungsi fatik adalah fungsi 

bahasa dalam komunikasi yang berhubungan dengan saluran komunikasi 

-pembuka komunikasi- 

Contoh -  - wacana bahasa Sunda: 

-  - 

 A: Wilujeng enjing.

'Selamat pagi'.

B' 

 Wilujeng enjing.

'Selamat pagi'.

Wacana yang mendukung percakapan ini  digunakan di kantor­

kantor at au sekolah. Sebagai pengaruh dari bahasa Barat -Belanda, 

Inggris-, dan sebagainya. Oleh masyarakat bahasa Sunda digunakan 

upaya wacana yang berfungsi fatis sebagai berikut: 

-la-A: 

 Darnang? 'Sehat?' 

B: 

 Pangesto atau Berekah sae.

'Baik' 'Diberkahi -Tuhan- baik'.

Pada -la- ekspresi lengkap yang sering diucapkan pertama kali bertemu 

adalah "Kumaha damang?", sarna halnya dengan situasi jawabannya, 

tentu akan dikatakan "Baik". Dalam hal bertarnu dan akan masuk rumah 

seseorang, sekarang cenderung digunakan ekspresi: 

-  - A: 

 Assalam ualai kum. 

B: 

 Waalaikumsalam. 

dahulu dipakai ekspresi: 

-  a- A: Punten 'Permisi'. 

B: 

 Mangga 'Silakan'. 

Ekspresi komunikasi pada -  a- hampir terdesak oleh -  -. Ekspresi yang 

digunakan secara timbal-balik menyatakan kehadiran masing-masing 

     


-baik A maupun B-. Ekspresi performalif keduanya membcnluk urulan 

yang koheren alau runtut -lihat Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo-. 

Baik -  - -   a-, -  -, dan -  a- di dalam bahasa Sunda merupakan wacana 

yang apik, meskipun sederhana sebagai pembuka komunikasi -lihat 

fungsi falik-, dan merupakan bagian dari fragmen yang lebih besar -lebih 

luas- yang biasa disebul konversasi, sebabai pengembangan dan 

exchange 'tukar-menukar' sehingga terjadi interaksi sosial -lihat Pike & 

Pike,      - Percakapan lcngkap di dalam interaksi siluasi bahasa Sunda 

dapat dilihat pada wacana benkut. Kala punten dan seorang lamu di 

dalam bahasa Sunda dapal pula dijawab dcngan rampes , letapi kala ini 

cenderung berkurang pemakaiannya, hingga akan menjadi kata usang. 

-  - "Punten", cek Ki Minta. -  - "Pennisi", kala Ki Minta 

"Rampes", saur Ama Saca "Silakan", kata Ama Saca. 

"Aya naon ieu leh sore-sore?" "Ada apa -dalang- sore 

hari?" 

"Bade ngadeuheus wae, parantos "Akan bertamu saja, sudah 

lami leu tepang." lama kami lak bertemu". 

"Nuhun, atuh. Sok ka darieu, "Terima kasih, kalau be­

dina samak." gitu. Mari masuk, di atas 

tikar dudu\mya." 

"Geuning sarerea". saur Ibu Saca "Oh sekeluarga", kata Ibu 

Saca. 

-PM  /   /XI/  » 

Fragmen -  - ini merupakan 'comoh salah sebuah komunikasi basa­

basi yang Jengkap, bila dibandingkan dengan -l- dan -   a- atau -  - dan 

-  a-. Konversasi basa-basi belum sampai pada konversasi yang sebenar­

nya. Percakapan -konversasi- basa-basi ini diperlukan untuk dasar ber­

pijak yang sarna untuk pemahaman komunikasi pada umumnya nanti, 

agar didapatkan penafsiran yang sarna -penafsiran ini percakapan yang 

selaras- -lihat Moe  iono dan Soenjono Dardjowidjojo,      -. 

Dalam wacana lisan penyapa adalah pembicara daJll pesapa adalah 

pendengar, dalam wacana tulisan penyapa adalah penulis dan pesapa 

     


adalah pembaca. Wacana lisan yang menekankan interaksi antara pembi­

cara dapat berupa tanya jawab antara pasien dan dokter, polisi dan ter­

sangka, sena jaksa dan terdakwa. 

Komunikasi lisan yang tidak menekankan interaksi pembicara antara 

lain berupa komunikasi pembicaraan dengan jam -untuk mengetahui 

waktu-; atau komunikasi pembicara dengan kalender -unruk mengetahui 

han, tanggal, tahun, dan seterusnya. Wacana lisan yang mementingkan isi 

berupa: pidato, ceramah, kuliah, dakwah, atau deklamasi. Salah satu 

contoh percakapan basa-basi, pembuka pidato dalam wacana bahasa 

Sunda adalah: 

"Assalamualaikum Warchmatullahi Wabarakatuh" 


"Bapa-bapa, Ibu-ibu nu ku sim kuring dipihorrnat, ... " 


"Bapak-bapak, lbu-ibu yang saya horrnati, ..." 


Wacana rulisan yang bersifat interaksi antara lain, berupa: Poiemik, 


surat-menyurat antara iimuwan, sastrawan, kekasih, sahabat. Salah saru 

paia pembuka dan penutup surat dalam bahasa Sunda, sebagai berikut: 

Bandung,     Oktober       

Kahatur 

Ka payuneun .. .. 

di 

Jakana 

Horrnatna, 

Kata penutup dapat pula berupa baktosna, atau wassalam, bergantung 

pada keakraban interaksi pengirim dan penerima sural. Wacana tulisan 

yang bersifat transaksi dapat berupa instruksi, pemberitahuan, makalah, 

pengumuman, iklan, surat, undangan, esai, novel dan cerpen -lihat 

Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo,      -. Salah satu contoh yang 

berupa wacana tulisan yang berupa transaksi -iklan- di dalam bahasa 

Sunda: 

PERYOGI DIPIBANDA PERLU DIMILIKI 

POLEMIK POLEMIK 

Undak Usuk Basa Sunda Undak Usuk Bahasa Sunda 

     


Naha leres Undak Usuk Apakah benar Undak Usuk 

Basa Sunda teh warisan Bahasa Sunda iru warisan 

jaman feodal? zaman feodal? 

Wacana lisan mengandaikan penyapa -pembicara- dan pesapa -pen­

dengar-, dan wacana tulis mengandaikan penulis dan pembaca. 

Ekspresi -kalimat- da  am wacana memiliki implikasi konvensional 

-pengetahuan kita atau masyarakat bahasa tentang sesuatu- dan implikasi 

percakapan -data kalimat dalam percakapan-. Bandingkanlah kalimat 

berikut" 

- - a. "Iraha pere teh Lia?" saur Ama Saca ka putrana anu cikal. 

"Kapan libur itu Lia?" tanya Ama Saca kepada anak 

sulungnya. 

b. Harita Lia rek indit pisan ka sakola. 

'Waktu itu Lia akan segera berangkat ke sekolah'. 

Berdasarkan pcngalaman kita dapat menyimpulkan bahwa Lia adalah 

seorang murid, hanya berdasarkan ka  imat - a-, atau dapat pula disimpul­

kan bahwa Lia seorang pegawai yang dapat libur karena cuti. Tetapi 

secara konvensional akan menunjukkan bahwa Lia seorang murid 

didukung oleh implikasi percakapan yang berupa kata pere 'Iibur'. Pada 

- b- kita dapat menyimpulkan bahwa Lia adalah seorang guru atau 

seorang murid, didukung oleh ka sakala 'ke sekolah'. Kalimat - a- 

didukung oleh kalimat - b- menyimpulkan bahwa Lia dapat menjadi 

seorang murid atau seorang guru, karena hanya murid atau guru yang 

dapat mengalami peristiwa baik pada - a- maupun - b-. 

Pada data - - M-inta- sebagai pembicara yang memohon do'a restu 

karena akan pindah ke Kalimantan Barat dan B-apak- membuat implikasi 

bahwa M akan kay a karena banyak baru permata di sana. 

- - M: Sumuhun. Sajabi ti nyuhunkeun pidu'a teh ti Bapa, abdi 

seja nyuhunkeun dihapunten, margi bade ka Kalimantan 

Barat. 

'Va. Selain memohon do'a restu dari Bapak, saya bemiat 

memohon maaf, karena saya akan ke Kalimantan Barat'. 

bemiat mohon maaf, karena saya akan ke Kalimantan Barat'. 

      


B: Alhamdulillah. bakal beunghar sabab di ditu mah loba 

berli an. 

'Alhamdulillah. akan kaya -kamu- sebab di sana banyak 

berlian. 

Implikasi yang dikemukakan di sini berupa pengalaman B tentang dunia 

-implikasi konvensional- -bahwa di Kalimantan Barat banyak berlian atau 

pennata-. Implikasi percakapan dapat menunjukkan hubungan antara M 

dan B itu apakah hubungan anak dan bapak atau hubungan antara atasan 

dan majikan. Hal ini  masih menunjukkan ketaksaan bila data per­

sona yang muncul hanya nama diri -minta- dan pronomina sapaan 

Bapak. Perhatikan kalimat berikutnya: 

- - 

 Manehna urang Amerika, ku lantaran kitu nyaritana togmol. 

'ia orang Amerika. oleh sebab itu ia berbicara tegas dan apa 

adanya.' 

ImpUkasi nyaritana togmol 'ia berbicara dan apa adanya ' didasarkan 

pada pengetahuan kita tentang orang Amerika pada umumnya. Perhati­

kanlah kalimat berikut - - pembicara mengungkapkan sesuatu yang di­

alaminya dan pendengar menyarankan untuk melakukan sesuatu ber­

dasarkan pengalamannya. meskipun di dalam data tidak didapatkan verba 

yang bermakna demikian -makan-. 

- - 

 Pembicara: Beuteung kuring geus kukurubukan bae. 'Perutku 

sudah keroncongan.· 

Pendengar: Pan 

aya warungdi tungtungan jalan ieu teh! 'Kan 

ada warung di ujung jalan ini!' 

Pada kedua kalimat wacana - - tidak hadir kata makan. tetapi dari penga­

laman pendengar menyarankan pembicara agar melakukan perkerjaan 

makan bila keadaan demikian terjadi. Perhatikanlah wacana - - yang 

muncul dari pengalaman. 

- - 

 a. Sekarang musim hujan. 

b. 

 Kita terus membawa payung bila bepergian. 

c. 

 Sering hujan ini menimbulkan banjir. 

d. 

 Bila banjir terjadi akan menimbulkan penyakit dan ke­

sengsaraan. 

      

KaIimat di at as digabungkan untuk membentuk leks -wacana- dan 

hubungan anlara kalimat merupakan kohesi gramalikal; tuluran yang 

bergabung membentuk wancana yang berhubungan, hubungan di antara­

nya adalah unsur koheren wacana. Perhatikanlah contoh berikut, koheren, 

tetapi hanya yang penama teks kohesif dengan kalimal kedua -ber­

hubungan karena eJipsis-. 

- - 

 A: Bisa maneh indit tengah peuting?

'Bisakah kamu pergi tengah maIam?'

B: 

 Bisa.

'Bisa'.

C: 

 Bisa maneh indit tengah peuting?

'Bisakah kamu pergi tengah malam?'

D: 

 Mobil kuring mogok.

'Mobil saya mogok'.

    .   

Konteks Wacana 

Konteks wacana tentiri atas berbagai unsur sepenl sltuasi, pem­

bicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk 

amanat, kode, dan saluran -lihat Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo, 

     -. Hal ini  berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat 

dalam setiap komunikasi bahasa, sepeni yang dikemukakan oleh Hymes 

-     -. Unsur-unsur ini  sebagai berikut: 

-  - 

 Latar -setting dan scene- 

Latar ini menunjuk pada tempat dan waktu terjadinya percakapan. 

Misalnya, percakapan yang teIjadi dikampus Un pad pada pukul 

  .   pagi, yang menghasil.kan wacana, antara lain:

-lO-A: Wilujeng enjing 'Selamat pagi'.

B: 

 Wilujeng enjing 'Selamat pagi'. 

A: 

 Bade maparin kuliah? 'Mau memberi kuliah' 

B: 

 Sumuhun, mangga atuh. 'Va, mari ah'. 

-  - 

 Pesena -participants- 

Pesena mengacu kepada pesena percakapan: pembicara -penyapa- 

dan pendengar atau lawan bicara -pesapa-, misalnya, antara A dan B 

dalam contoh -  - dan A dan B adalah pesena percakapan. 

      

-  - 

 Hasil -ends- 

HasH mengacu kepada hasil percakapan dan tujuan percakapan, 

misalnya, seorang pengajar bertujuan memberikan pelajaran secara 

menarik, dan kadang-kadang tergantung kepada para peJajar itu 

sendiri apakah dengan topik yang menarik itu hasilnya baik atau 

malahan sebaliknya, karena peJajar itu datang hanya untuk bersantai­

santai di kelas. 

- - 

 Amanat 

Amanat mengacu kepada bentuk dan isi amanat, Bentuk amanat 

dapat berupa surat, esai, iklan pemberitahuan, pengumuman, dan 

sebagainya. Bentuk dan isi amanat dalam 'kata-kata' dan 'pokok per­

cakapan'. Misalnya, -a- adalah bentuk amanat dan -b- isi amanat: 

-a- 

 Indungna ngado'a, "Gusti, mugi abdi sadaya dipapaberkah 

salamet, ditebihkeun tina balai". 

'Ibunya berdo 'a, 

 "Tuhan, semoga kami diberkahi keselamat­

an, dan dijauhkan dari kecelakaan". 

-b- 

 Indungna ngado' a nyuhunkeun ka Gusti supados aranjeunna di­

paparin berkah saJamet, diterbitkeun tina baJai. 

'Ibunya memohon kepada Tuhan mudah-mudahan mereka 

semua diberkahi keselamatan, dijauhkan dari kecelakaan.' 

- - 

 Cara -Key- 

Cara mengacu pada semangat melaksanakan percakapan, misalnya 

dengan cara yang bersemangat, menyala-nyala atau dengan cara 

santai, tenang meyakinkan. 

- - 

 Sarana -Instruments- 

Sarana mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilakukan secara 

Hsan atau tidak dan pada -variasi- bahasa yang dipakai. 

- - 

 Norma -Norma- 

Norma mengacu pada perilaku peserta percakapan. Misalnya, diskusi 

yang cenderung dua arah, masing-masing memberikan tanggapan 

-argumentasi-, sedangkan kuliah cenderung satu arah, dan ke­

sempatan terakhir untuk benanya. 

     

- - 

 Jenis -Genres- 

Jenis rnengacu pada kategori sepeni sajak, tcka-teki, kuliah, doa, dan 

sebagainya. Di dalarn teka-tcki bahasa Sunda ada jenis yang disebut 

sisindiran terdiri atas cangkang dan isi. Sisindiran ini di dalarn 

bahasa Sunda ada tiga rnacam, yakni paparikan -parek 'dekat'- dekat 

bunyi antara cangkang -terdiri dan dua lank- dan isi -dua lank 

berikutnya- -bandingkanlah dengan pantun Melayu-; paparikan 

-raket 'era sekali' - ulangan bunyi terjadi pada akhir lank dari 

cangkang, diulang pada isi, dan ada pengulangan frase/kata dari 

cangkang pada isi-; wawangsalan -wangsal - wangsul 'kernbali ­

isinya dapat dikatakan sebagai deep structur-struktur batin- yang 

harus dikernbalikan -dican pada larik pertama untuk rnakna -benda- 

yang diacu, dan isinya -rnakna- merniliki ulangan bunyi dengan kata! 

silabe akhir dari larik kedua-. Perhatikanlah contoh benkut: 

-  - Paparikan 

Poe Saptu poe Kernis Hari Sabtu han karnis 

Salasa heuleut-heuleutan Selasa berselang-selang 

saha itu gede kurnis siapa itu berbesar kumis 

leumpangna eundeuk-eun­ ia berjalan bergoyang-goyang 

deukan 

Dua larik pertarna adalah cangkang dan dua larik berikutnya ini. 

Bandingkanlah dengan pantun Melayu: 

Berakit-rakit ke hulu

berenang-renang ke tepian

  . ,...,.. .. bersakit-sakit dahulu

bersenang-senang kemudian

-  - Rarakitan 

Sing getol nginum jajamu Rajin-rajinlah rninum jamu 

nu guna nguatkeun urat yang berguna rnenguatkan urat 

sing getol naengan elrnu yang rajin rnencan ilrnu 

nu guna dunya aherat yang berguna di dunia ahirat 

Frasa yang diulang adalah sing getol 'rajin-rajinlah ' dan nu gUM 'yang 

berguna '; keduanya diulang pada posisi yang sarna pada dua larik yang 

menjadi makna wacana ini  

     

-  - Wawangsalan 

-  - 


Nyiruan genteng cangkengna Tawon berpinggang amat ramping 


masing mindeng pulang yang sering pontang panting 

anting 

-  - 

Teu beunang di tiwu leu­ Tak bisa dijadikan tebu hUlan 

weung 

teu beunang dipikasono Tak dapat dibuat orang kangen 

padanya 

Pada wacana -  - kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan larik 

penama -salah satu jenis tawon yang berpinggang sangat ramping- adalah 

nama salah satu jenis lebah -tawon-, dan bunyi nama ini  harus 

berhubungan dengan silaba akhir/kata yang ada pada larik kedua paling 

akhir. lsi yang pertama adalah papanting -jenis tawon yang berpinggang 

sangat ramping - berlekuk ke dalam-. Pada wacana -  - isinya adalah 

tebu hutan atau kaso 'kasau' -sejenis tumbuhan sebangsa tebu, tetapi 

bunyi akhir pada larik kedua pada ekspresi dipikasono 'dibuat orang 

kangen padanya' kata sono 'kangen' sebagai bentuk dasar tidak menjadi 

penentu tetapi sonoritas dari bunyi ekspresi itu yang menentukan arau 

larik kedua harus menjadi pembuka isi dengan mengungkapkan ekspresi 

yang mengandung bunyi sarna dengan isi wawangsalan. Bandingkan 

dengan genre -jenis- yang ada dalam wacana Melayu: 

Dangdut tali kecapi 

kenyang perut senanglah hati 

Sebuah ujaran yang sarna dapat mempunyai pengertian yang berlainan 

jika situasi dan unsur-unsur lainnya berbeda. Bandingkanlah wacana 

berikut: 

-   - 

 a. 

pembicara seorang penguasa 

pendengar sekretaris 

tempat kantor 

waktu jam kantor 

     


situasi 

b. pembicara 

pendengar 

lempal 

waklu 

situasi 

Ti awalna geus sasadiaan, milih nu bisa 

'Dari semula sudah disiapkan memilik 

yang bisa 

lembang alawa ngawih. Malah milih 

barudak 

menembang alau bemyanyi. Malah me­

milih anak-anak 

awewe nu geus bisa ngigel sagala. Emah 

age 

perempuan yang sudah dapal menari. 

Emah juga 

sabal Lia, kapela. 

sahabal Lia lerpilih -lerpakai-.' 

Guru SD 

murid-murid 

sekalah 

rapal kenaikan kelas 

Guru SD sedang rapal dengan murid­

murid sebagai panilia pesla kenaikan ke­

las. 

Pak mengemukakan apa yang sudah di­

lakukan panitia 

uTi awalna geus sasadiaan, milih anu bisa 

'Dari semula sudah disiapkan memilih 

yang bisa 

tembang jeung ngawih. Malah milih 

barudak 

menembang dan bemyanyi. Malahan 

memilih anak-anak 

awewe anu geus bisa ngigel sagala. 

Emah age 

perempuan yang sudah dapal menari. 

Ema juga 

sabat Lia, kapela. 

sahabat Lia tetpilih -terpakai-.' 

Pada adegan -lOa- ekpresi milih barudak awewe 'memilih anak-anak 

perempuan' memiliki makna konotatif -anak perempuan pilihan sebagai 

     


model yang akan dijadikan objek untuk menghasilkan uang-. sedangkan 

pada -lOb- memiliki makna kognitif, anak-anak yang akan diparnerkan 

keterarnpilannya di bidan ini . 

Saluran komunikasi yang terjadi pada -   - adalah apa yang disebut 

pembicaraan bersemuka, ada juga yang berwujud pembicaraan melalui 

telepon, surat dan televisi. Unsur wacana yang disebut kode di dalarn hal 

ini adalah bahasa yang dipakai, seperti bahasa negara kita  baku atau bahasa 

daerah. Di sarnping unsur-unsur konteks yang telah dikemukakan ada 

unsur wacana yang berupa ' dunia fiktif' sepeni dalam fiksi ilmiah. 

Pendengar akan merasa kagum bila ada anak yang berumur lima tahun 

mengatakan ekpresi -    -, sebaliknya tidak akan terjadi kekaguman bila 

pawang ular yang berkatanya: 

-    - Kuring bisa maehan oray sendok 


'Saya bisa membunuh ular kobra ' 


Pcrbedaan pendengar dari segi usia akan mengakibatkan langgapan yang 

bcrbeda-beda. Jika ekspresi -    - diucapkan dengan pendengar anak yang 

berumur lima tahun, tiga puluh tahun atau nenek-nenek yang berumur 

lujuh puluh tahun, maka tanggapan akan berbeda-beda. 

-     - Anjeun teh geulis pisano 

'Kamu cantik sekali.' 

Ekspresi -    - diucapkan dengan pendengar yang berusia lima tahun tentu 

lidak lazim, paling yang akan muncul ekspresi 'Maneh teh pigeuliseun' 

'Kamu kelak kalau sudah besar cantik', ekspresi -    - bagi pendengar 

yang berusia lima tahun hanya diucapkan bila pembicara memang 

memuji dengan sebenarnya -biasanya di dalarn hati-. Bagi pendengar 

yang berusia tiga puluh tahun ekspresi ini sangat lazim, entah dengan 

maksud memuji sebenarnya, atau merayu. Lain halnya bagi pendengar 

yang berusia tujuh puluh tahun -nenek-nenek- dapat berarti dahulunya ia 

cantik atau memang menghina. \ 

cUngkapan yang sarna dapat memiliki arti yang berbeda bergantung 

pada perangkat benda yang menjadi konteksnya. 

Perhatikanlah data berikut: 

-    - a. Da di dieu mah teu aya nu kitu. 


'Sebab di sini itu tak ada yang begitu' . 


     


b. Kumaha di dieu bae atuh ari kitu mah. 

'Bagaimana di sini saja kalau temyata begitu'. 

c. Di dieu meuncit reungit di ditu meuncit domba' 

'Kami di sini menyembelih nyamuk karnu di sana menyem­

belih kambing' 

Frasa deiktik tempat -lokatif- di dieu 'di sini' pada -l  a- mengacu pada 

tempat, bermakna pihak, lokasi, sekitar, daerah, kampung atau rumah; 

pada -l  b- di dieu 'di sini' mengacu pada pronomina persona I tunggal, 

bermakna 'saya'; pada -l  c- di dieu 'di sini' bermakna baik pronomina 

persona maupun lokasi, atau pronomina I jamak -kelompok- . Kita dapat 

memperhatikan adanya deiktis persona, lokasional dan temporal. Seperti 

di dalam bahasa negara kita , bahasa Sunda mem iliki deiktis lokasional 

yang dapat disulih dengan pronomina personal dalarn kalimat tertentu. 

Deiktis temporal dapat mengacu pada jarak waktu yang tidak sarna, 

di dalarn bahasa Sunda sepeni pada ayeuna 'sekarang', yang terdapat 

pada: 

-   - a. Ayeuna mah sagala aya atuh. 


'Sekarang' ini musim segala ada'. 


b. Hayu urang angkat ayeuna!

'Mari ki ta pergi sekarang'. 


c. Ayeuna mah keur usum hujan. 

'Sekarang ini lagi musim hujan'. , 

Ekspresi -   a- kata ayeuna 'sekarang' memiliki jarak waktu yang 

panjang, sedangkan pada -l b- ayeuna 'sekarang' memiliki jarak wakru 

sesaat saja, pada -   c- ayeuna 'sekarang' memiliki jarak waktu selarna 

enam bulan musim hujan. 

Unsur-unsur seperti pembicara, pendengar, dan benda atau peristiwa 

yang menjadi acuan dapat dirinci. Rincian dapat memberi tanda keterang­

an bagi eksistensinya dan hubungannya dengan pembicara yang mem­

perkenalkannya pada percakapan iru. Setiap orang memiliki berbagai cara 

untuk memperkenalkannya sesuai dengan konteks. Ciri-ciri orang dapat 

diperjelas misalnya dengan ciri luamya atau dengan uraian yang .agak 

emosional, bahkan dapat pula dinyatakan dengan pcrbuatan yang sedang 

dilakukan orang ini . Cara memperkenaJkan melaJui: 

-  - Rincian ciri luar: 

-   - a. Budak awewe nu buukna panjang teh dulur kuring. 

     

'Anak perempuan yang berambut panjang itu saudara saya'. 

b. 

Lalak.i nu dedeg sana kumisna kande/ teh geuning dulur ma­

nehna. 

'Laki-laki yang tinggi besar berkumis tebal ilu lemyata sau­

daranya'. 

c. 

 Itu saha dibaju katuncar mawur? 

'Siapa itu yang berbaju "ketumbar tumpah" 

-berbintik-bintik kecil sebesar ketumbar-?' 

-  - Rincian emosional: 

-   - 

 a. Budak awewe nu geulis camperenik teh emok dina samak. 

'Anak perempuan yang cantik kecil mungil itu duduk di alas 

likar' . 

b. 

 Budak harak jeung bengal teh teu bogaeun balur ulin. 

'Anak yang galak dan senang menganggu yang lain itu tidak 

mempunyai teman bennain'. 

c. 

 Istri nu songong teh ayeuna bade ngalih ka Sukabumi. 

'Perempuan yang berkala kasar itu sekarang akan pindah ke 

Sukabumi'. 

-  - Rincian perbuatan: 

-   - 

 a. Pameget nu ngabedega di lawang teh gandekna. 

'Laki-laki yang berdiri tegak di tempat masuk itu pembantu­

nya'. 

b. 

 Budak lalaki nu nulak cangkeng itu teh anak batur kuling. 

'Anak laki-laki yang benolak pinggang itu, anak temanku'. 

c. 

 Nu nuju luang mani ngalimed teh putra bib.i ti Cihideung. 

'Yang sedang makan nikmat dan bemafsu itu anak bibi dari 

Cihideung'. 

- - Rincian campuran -Misalnya, emosional dan perbuatan-: 

-   - 

 a. Budak nu keur nulak cangkeng bari ngaheot teh geulis siga 

indungna. 

'Anak yang sedang benolak pinggang sambil bersiul itu 

cantik sepeni ibunya'. 

b. 

 Bapa Lurah nuju nyeuseulan Si Astra da sok cocorokot. 

'Bapak Lurah sedang memarahi Si Astra karena sering 

     

. mengambil barang orang lain tanpa pamit'. 

c. 

 Ibu-ramana teh caralikeun, na ari putrana bet harak. 

'Ibu-bapaknya itu pendiam, tetapi anaknya mengapa galak'. 

Unsur yang dapat muncul selain yang disebutkan terdahulu, adalah 

rincian yang melibatkan orang seorang di dalam masyarakat. Oalam suatu 

konteks sosial yang khusus hanya satu peranan yang dilakukan oleh orang 

pada waktu dan ruang tertentu -time-space - lokasional-. Perhatikanlah 

Contoh yang sering muncul di dalam surat kabar atau majalah. 

-   - 

 a. Dr. Habibie nampa tamu ti mancanagara.

'Dr. Habibie menerima tamu dari luar negeri'.

b. 

 Ketua Umum Tim Penggerak PKK Propinsi Ja-Bar Ibu 

Hajjah Emmy Sari amah Yogie masihkeun piala ka nu 

unggul dina lomba Kejar Paket A .... 

'Ketua Umum Tim Penggerak PKK propinsi Ja-Bar Ibu 

Hajjah Emmi Sariamah Yogie memberikan piala kepada 

pemenang lomba Kejar Pakel ... '. 

c. 

 Wali kota Bandung Ateng Wahyudi masihkeun sumbangan 

kayalim piatu .... 

'Wali KOla Bandung Ateng Wahyudi memberikan sumba­

ngan kepada yalim piatu ... '. 

Oalam seliap kasus pada contoh -   a-, -l b-, dan -l c-, orang kenal 

karena peranannya yang relevan bagi isi tulisan, atau oleh peranannya 

yang dikenal umum . Setiap orang dalam berita ini  mungkin men­

jalankan peranan lain, misalnya, sebagai orang tua, anak, kemenakan, 

saudara, pemain olah raga, alau pelukis. Akan tetapi peranan itu tidak 

relevan bagi konteks ini  sehingga tidak ditampilkan pad a koteks 

ini  -lihat Moeliono dan Sunjono Oardjowidjojo, ed.,      -. 

Mungkin peranan yang lebih dari satu relevan bagi keadaan pada 

waktu tertentu. Hal itu sering dinyatakan sebagai konteks antara peranan­

peranan itu. Perhatikanlah contoh -   - berikul ini. 

-   - 

 a. Kuring resep ka manehna lamun keur jadi jelema jegug tapi 

ari dina kahirupan sapopoe mah manehna teh malaral. 

'Saya senang kepadanya bila -ia- sedang menjadi orang