bahasa indonesia 3

Tampilkan postingan dengan label bahasa indonesia 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa indonesia 3. Tampilkan semua postingan

bahasa indonesia 3


Berdasarkan uraian di aras, tipe verba berikuc fitur semantisnya dapat
digambarkan dalam rabel berikuc.
4.1.2 Verba dari Segi Perilaku Sintaktis
Verba merupakan iinsur yang penring dalam kalimat karena dalam
banyak hal verba berpengaruh besar terhadap unsur lain yang harus atau
boleh ada dalam kalimat tersebut. Verba mendekat, misalnya, mengharus￾kan adanya subjek sebagai pelaku, tetapi tidak menuntut kehadiran objek.
Sebaliknya, verba mendekati atau mendekatkan mengharuskan adanya objek
di belakangnya. Perilaku sintaktis seperti itu berkaitan erat dengan makna
dan sifat ketransitifan verba.
Ketransirifan verba itu ditentukan oleh dua faktor: (1) adanya nomina
atau frasa nominal di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam
kalimat aktif dan (2) kemungkinan fungsi objek dalam kalimat aktif menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Dengan demikian, pada dasarnya verba terdiri
atas verba transitif dan verba taktransitif. Verba transitif yang objeknya hanya
tersirat merupakan verba semitransitif. Verba taktransitif ada pula yang diikuti
frasa preposisi dan ada pula verba yang berfungsi selaku perakic (kopula).
4.1.2.1 Verba Transitif Berobjek
Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam
kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
Contoh:
(16) Ibu sedang membersihkan kamar cidur.
(1 7) Rakyat pasti mencintai pemimpiti yang jujtir.
(18) Polisi harus memperhncar zrus lalu lintas.
(19) Pemerinrah akan segera meniberlakuknu peraturan itu.
(20) Sckarang orang sukar mencari pekerjaanKata yang dicetak miring pada contoh (16—20) merupakan verba
transitif, yang masing-masing diikuti oleh nomina atau frasa nominal,
yaitu kamar tidur, pemimpin yang jujur^ arus lalu lintas, peraturan itu, dan
pekerjaan. Nomina atau frasa nominal itu berfungsi sebagai objek yang dapat
juga dijadikan subjek pada kalimat pasifnya.
(16a) Kamar tidur sedang dibersihkan Ibu.
(17a) Pemimpin yang jujur pasti dicintai rakyat.
(18a) Arus lalu lintas harus diperlancar oleh polisi.
(19a) Peraturan itu akan segera diberlakukan Pemerintah.
(20a) Sekarang pekerjaan sukar dicari orang.
Berikut adalah contoh berbagai verba transitif.
(21) membawa membeli
membuktikan mengadili
mengerjakan memperbaiki
memperbesar mempermainkan
merestui membelanjakan
4.1.2.2 Verba Transitif Berobjek dan Berpelengftap
Verba transitif dengan objek dan pelengkap adalah verba yang dalam kalimat
aktif diikuti oleh dua nomina (frasa nominal), yaitu yang satu sebagai objek
dan yang lainnya sebagai pelengkap.
Contoh:
(22) Saya sedang mencarikan adik saya buku.
(23) Ibu akan membelikan kakak baju baru.
Verba mencarikan dan membelikan pada kalimat (22) dan (23)
merupakan verba transitif yang masing-masing memiliki objek adik saya dan
kakak serta pelengkap buku dan baju baru.
Sejumlah verba transitif memiliki ciri semantis yang membedakan
fungsi objek dari pelengkap yang berupa nama, julukan, gelar, atau keduduk￾an. Perhatikan kalimat berikut.
(24) Mereka menamai bayi itu Sarah.
a. Bayi itu dinamai mereka Sarah.
b. Bayi itu dinamai Sarah oleh mereka.
c. Bayi itu mereka namai Sarah.
d. Bayi itu dinamai oleh mereka Sarah.
e. Oleh mereka bayi itu dinamai Sarah.
(25) Masyarakat menuduh dia pencuri.
(26) Dia memanggil saudaranya Alan.
Bayi itu dan Sarah pada (24), dia dan pencuri pada (25), serta saudaranya
dan Alan pada (26) masing-masing merupakan objek dan pelengkap karena
terletak di sebelah kanan verba transitif menamai, menuduh, dan memanggil.
Jika kalimat seperti itu dijadikan kalimat pasif, hanya nomina yang berfungsi
sebagai objek yang dapat dijadikan subjek, seperti contoh (24a—24d).
Sementara itu, pelengkapnya terletak di kanan objek; tidak dapat dijadikan
subjek pada kalimat pasif. Kata tugas oleh seperti pada (24d) umumnya tidak
dipakai, kecuali apabila ditempatkan di kiri seperti pada (24e).
Sementara itu, ada pula verba transitif, seperti memanggil dan
menyehut, yang mempunyai satu atau dua nomina di belakangnya. Misalnya,
Mereka memanggil kamu (bukan saya) dan Mereka memanggil kamu si Botak.
Contoh lain verba transitif berobjek dan berpelengkap terdapat dalam daftar
berikut.
(27) membawakan membelikan
mencarikan mengambilkan
menugasi menganugerahi
menyerahi mengirimi
menyebut memanggil
menuduh menjuluki
4.1.2.3 Verba Semitransitif
Verba semitransitif adalah verba yang diikuti atau tidak diikuti objek karena
secara eksplisit objeknya sudah tersirat. Misalnya, kata makan pada kalimat
(28) menuntut adanya objek, seperti roti, dan makan pada kalimat (29) tidak
menuntut objek karena objek {nast) telah diketahui secara umum.
(28) Ayah sudah makan roti. (transitif)
(29) Ayah sudah makan. (semitransitif)
Contoh lain verba semitransitif:
(30) membaca minum
menulis menonton
menyimak meiahirkan
4.1.2.4 Verba TaktransitifTakberpelengkap
Verba taktransitif takberpelengkap adalah verba dalam kalimat aktif yang
tidak memiliki padanan pasifnya.
(31) Maaf, Pak. Ayah sedang mandi.
(32) Kita harus bekerja keras untuk membangun negara.
(33) Mata pencarian penduduk di Sukamandi bertani.
Verba mandi, bekerja, dan bertani pada (31—33) merupakan verba
taktransitif karena tidak dapat diikuti nomina.
4.1.2.5 Verba Taktransitif Berpelengkap
Verba taktransitif berpelengkap adalah verba yang harus diikuti pelengkap.
Pelengkap tidak harus berupa nomina. Dengan demikian, verba taktransitif
dapat dibagi atas dua macam, yaitu verba taktransitif berpelengkap dan verba
taktransitif takberpelengkap. Amatilah kalimat berikut.
(34) Rumah orang kaya itu berjumlah dua betas buah.
(35) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan.
(36) Dia sudah mulai bekerja.
(37) Anak itu kedapatan merokok.
(38) Dia berpendapat {bahwd) ekonomi negara itu akan membaik.
(39) Nasi telah menjadi bubur.
(40) Kekayaannya bernilai seratus miliar rupiah.
(41) Baj u nya berwarna kuning.
(42) Gadis itu tersipu-sipu.
(43) Bibit kelapa itu sudah tumbuh.
Verba berjumlah (34), adalah (35), mulai (36), dan kedapatan (37)
merupakan verba taktransitif berpelengkap dan pelengkap verba itu harus
hadir dalam kalimat. Jika pelengkap itu tidak hadir, kalimat tersebut tidak
berterima. Pelengkap seperti dua betas buah (34) dan suatu dugaan (35)
mengikuti verba tersebut. Karena pelengkap harus hadir, verba itu disebut
verba taktransitif berpelengkap wajib. Verba berpendapat (38) juga meru￾
pakan verba yang berpelengkap wajib, tetapi pelengkap verba seperti itu
bukan berupa kata atau frasa, melainkan berupa klausa yang didahului oleh
konjungsi bahwa. Verba menjadi (39), bernilai (40), dan berwarna (41) juga
merupakan verba berpelengkap. Namun, dalam konteks lain, ketiga verba
itu dapat tidak diikuti oleh pelengkapnya, seperti yang tampak pada contoh
berikut.
(39a) Makin tua makin menjadi.
(40a) Pikiran yang dikemukakannya bernilai.
(4la) Film itu berwama.
Karena pelengkap tidak selalu hadir, verba yang berpelengkap mana￾suka seperti itu disebut verba taktransitif berpelengkap manasuka.
Verba tersipu-sipu (42) dan tumbuh (43) merupakan verba yang tidak
dapat diberi pelengkap. Dalam hubungan itu, perlu diperhatikan bahwa di
antara verba seperti itu ada yang diikuti oleh kata atau frasa tertentu yang
kelihatannya seperti pelengkap, tetapi sebenarnya adalah keterangan.
(43a) Bibit kelapa itu tumbuh subur.
Kata subur dalam kalimat (43a) bukan pelengkap, melainkan
keterangan. Hal itu dapat dilihat dari kenyataan bahwa subur dapat
diparafrasakan menjadi dengan subur.
Berdasarkan uraian di atas terdapat berbagai contoh verba taktransitif.
a) Verba Taktransitif yang Takberpelengkap
berdiri kedinginan
beriari kemalaman
datang terkejut
duduk terkecoh
pergi timbul
membaik tenggelam
memburuk menghijau
membusuk menguningb) Verba Taktransitif yang Berpelengkap Wajib
beratapkan
berdasarkan
berkata (bahwa)
berkesimpulan (bahwa)
berlandaskan
berpandangan (bahwa)
berpesan (bahwa)
merupakan
kehilangan
kejatuhan
menyerupai
bersendikan
c) Verba Taktransitif yang Berpelengkap Manasuka
beratap kecopetan
berbaju kehujanan
bercat ketahuan
berdinding merasa
berharga naik
berhenti turun
berpola kedinginan
berpakaian kesiangan
berpintu kejatuhan
4.1.2.6 Verba Taktransitif Berpelengkap Nomina dengan Preposisi Tetap
Dalam bahasa Indonesia ditemukan verba taktransitif yang memerlukan
pelengkap berupa frasa preposisional. Lain halnya dengan keterangan,
pelengkap yang berupa frasa preposisional tidak dapat dipindah-pindahkan
letaknya. Preposisi yang mengawali pelengkap itu umumnya bersifat tetap.
Preposisi tentang^ dengan^ dan pada dalam kalimat berikut menjadi penanda
tetap pelengkap verba berbicara, sesuaiy dan bergantung.
Contoh:
(44)
(45)
a. Saya sering herbicara tentang hal ini.
*Tentanghal ini saya sering berbicara.
(46)
a. Harganya sudah sesuai dengan mutunya.
b. * Dengan mutunya harganya sudah sesuai.
a. Keberhasilan pembangunan banyak bergantungpada
mentalitas para pelaksananya.
b. *Pada mentalitas para pelaksananya keberhasilan
pembangunan banyak bergantung.
Pemilihan preposisi pada kelompok verba seperti itu bersifat idiomatis.
Artinya, paduan verba dan preposisi itu bersifat khas karena teradat sehingga
tidak ada alasan bernalar mengapa orang menggunakan paduan seperti itu.
Contoh lain:
(47) berangkat ke/dari
bercampur dengan
bercerita tentang
berdiskusi tentang
bergantung pada
berhadapan dengan
berkhotbah tentang
berlawanan dengan
bertemu dengan
datang ke/dari
keluar dari
masuk ke (dalam)
mengeluh tentang
menyesal atas
sejalan dengan
sejajar dengan
serupa dengan
sesuai dengan
setingkat dengan
terbagi atas
terbuat dari
terdiri atas
tergolong dalam
teringat akan/pada
terjadi dari
terkenang akan/pada
Di antara verba yang dilkuti preposisi, ada yang sama atau hampir
sama artinya dengan verba transitif.
Contoh:
(48) a. la senang /^w/aw^politik.
b. la senang membicarakan politik.
(49) a. Timnas Indonesia sudah beberapa kali berhadapan dengan
timnas Malaysia.
b. Timnas Indonesia sudah beberapa kali menghadapi timnas
Malaysia.
(50) a. Ayah bertemu dengan teman bisnisnya.
b. Ayah menemui teman bisnisnya.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian verba yang
diikuti preposisi. Pertama, orang sering memakai bentuk transitif, tetapi juga
menyertakan preposisinya sehingga terjadilah kesalahan seperti pada (51a)
dan (52a). Bentuk yang benar adalah seperti pada (51b) atau (51c) dan (52b)
atau (52c).
(51) a. *Saya tidak mengetahui anugerah itu.
b. Saya tidak mengetahui anugerah itu.
c. Saya tidak tahu tentang anugerah itu.
(52) a. * Kami belum membicarakan usul Anda.
b. Kami belum membicarakan usul Anda.
c. Kami belum berbicara tentang usul Anda.
Kekeliruan seperti pada (51a) dan (52a) terlihat juga dalam kalimat
(53a). Frasa preposisional tentang usul Anda dalam kalimat (53) berikut tidak
tepat karena mengisi fungsi subjek. Kalimat (53a) tersebut seharusnya diung￾kapkan dengan kalimat (53b) atau (53c).
(53) a. *Tentang usul Anda belum kami bicarakan.
b. Usul Anda belum kami bicarakan.
c. Tentang usul Anda, kami belum berbicara.
Kedua, dalam ragam bahasa yang tidak baku, orang sering meng￾hilangkan preposisi pada verba taktransitif yang semestinya diikuti frasa
preposisional. Agar menjadi kalimat yang baku, preposisi tersebut harus
dimunculkan kembali seperti dalam kalimat (54b) dan (55b).
Contoh:
(54) a.
b.
*Saya bertemu tetangga saya.
Saya bertemu dengan tetangga saya.
(55) a. *Aku cinta bahasa Indonesia.
b. Aku cinta pada bahasa Indonesia.
Perlu juga diperhatikan bahwa frasa preposisional yang mengikuti
verba, seperti tentang hal ini (44), dengan mutunya (45), dan pada mentali￾tas para pelaksananya (46) berfungsi sebagai pelengkap. Akan tetapi, jika
verba yang diikuti frasa preposisional tersebut diubah menjadi verba berafiks
meng-, bagian kalimat yang mengikuti verba itu berubah menjadi nomina
atau frasa nominal. Oleh karena itu, preposisinya harus hilang dan fungsi
pelengkapnya pun berubah menjadi objek. Karena berubah fungsi menjadi
objek, bagian itu dapat menjadi subjek kalimat pasif (56c).
Contoh:
(56) a. Dia tabu akan hal itu.
b. Dia mengetahui hal itu.
c. Hal itu diketahui olehnya.
Dari uraian mengenai perilaku sintaktis verba seperti yang diuraikan
pada bagian ini, ketransitifan verba dapat disimpulkan seperti yang terlihat
pada bagan berikut.
Di samping golongan verba transitif dan taktransitif masih ada verba
perakit atau kopula yang jumlahnya terbatas. Verba perakit dapat muncul di
antara subjek dan predikat jika predikat itu bukan verba. Kata seperti ialah
dan adalah merupakan (verba) perakit yang digunakan di depan predikat
nonverbal.
Contoh:
(57) Anak Pak Rusli adalah salah seorang karyawan bank. (P-FN)
(58) Baju bodo ialah pakaian adat wanita Bugis dan Makassar. (P-FN)
(59) Sifat rendah hati adalah penting dalam pembinaan watak. (P-FAdj)
(60) Air minum penduduk di desa ini adalah dari sungai. (P-FPrep)
(61) Hadiah ini ialah untuk siswa yang terpandai. (P-FPrep)
Selain itu, ada dua verba yang dipakai dengan fungsi verba perakit,
yakni {men)jadi dan merupakan. Dalam fungsi itu keduanya bukan verba
transitif karena tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif. Contohnya ialah
seperti berikut.
(62) Jagung merupakan hasil bumi yang paling penting di Provinsi
Gorontalo.
(63) la {men)jadi ketua dalam asosiasi itu.
Kalimat, baik dengan maupun tanpa verba perakit, disebut kalimat
ekuatif jika subjek dan predikat kalimat itu berupa nomina atau frasa
nominal dan keduanya memiliki acuan yang sama. Sebagai bukti bahwa
kalimat itu merupakan kalimat ekuatif, unsur yang berfungsi subjek dapat
dipertukarkan.
Contoh:
(64) a. Bapak saya adalah salah seorang guru di sekolah itu.
b. Salah seorang guru di sekolah itu adalah bapak saya.
(65) a. Keris ini ialah peninggalan yang tersisa.
b. Peninggalan yang tersisa ialah keris ini.
4.1.3 Verba dari Segi Bentuk
Dari segi bentuk, verba dapat dibedakan menjadi verba dasar dan verba
turunan. Verba turunan dihasilkan melalui beberapa proses, yaitu konversi,
pengafiksan, reduplikasi, dan pemajemukan dengan pangkal yang berupa
verba atau kategori lain. Bahkan, verba turunan juga dapat dihasilkan dengan
pengafiksan terhadap bentuk dasar terikat, seperti juang, temu, dan julang.
4.1.3.1 Verba Dasar
Verba dasar adalah verba yang belum mengalami proses morfologis. Verba
dasar dapat digolongkan atas verba dasar bebas dan verba dasar terikat.
Kedua jenis verba itu diuraikan pada bagian berikut.
4.1.3.1.1 Verba Dasar Bebas
Verba dasar bebas adalah verba yang sudah dapat berfungsi secara gramatikal
tanpa afiks pada tataran yang lebih tinggi, seperti klausa atau kalimat,
Makna leksikal, yakni makna yang melekat pada kata, dari verba semacam
itu telah dapat diketahui. Dari segi perilaku semantisnya verba dasar bebas
ini merupakan verba taktransitif.
Contoh:
(66)
(67)
(68)
(69)
Di mana Bapak tinggaH
Mereka tiba tepat waktu.
Kita perlu tidur sekitar tujuh jam sehari.
Sudah kamu lihat film yang baru?
Selain verba tinggaU tiba^ tidur, dan lihat dalam contoh (66)—(69),
berikut adalah contoh lain bentuk verba dasar bebas.
(70) ada lalu pindah
bangkit iari pingsan
bangun lenyap pulang
datang lewat punya
diam lulus putus
duduk lunas rebah
gagal luput roboh
gugur makan sampai
habis mandi selesai
hadir mangkir singgah
hilang masuk tampil
hinggap mati tanggal
ikut minta tenggelam
jadi minum terbang
jatuh mohon terjun
karam mulai cimbul
keiuar muncul tumbang
kembali pecah turut
iahir pergi usai
4.1.3.1.2 Verba Dasar Terikat
Verba dasar terikat adaiah bentuk dasar yang secara potensiai ber￾kategori verba karena bentuk itu akan berubah menjadi verba setelah
mengalami pengafiksan dengan prefiks meng-y her-, atau ter- dan sufiks -kan
atau -i. Bentuk dasar julang, siar, timpah juang, dan giur termasuk verba
dasar terikat. Bentuk-bentuk itu merupakan pangkal primer verba menjulang,
menyiarkan, menimpali, berjuang, dan tergiur. Dengan kata lain, verba
dasar terikat hanya dapat berfungsi secara gramatikal setelah dilekati afiks
pembentuk verba. Berikut adaiah contoh lain bentuk verba dasar terikat.
alih jerembap resap
alir jerumus rinding
anggur jingkac ringis
anjak jubel rintih
anjur jungkir ronta
antuk juntai rosot
apung kelahi rundung
bebar kenan saing
baring kendara saji
belalak kedip samun
benam keriap sandar
bengkalai kerumun sandung
bentur kibar sangkut
bincang kibas saruk
cadang kilik sasar
cantum kitar selinap
cebur koar seling
cengang kobar selip
cengkam kulai selonong
cenung kunjung seloyong
cucur kutik selundup
curah laden sembul
dadak lambai serak
duyun iampias singkir
edar lampir singsing
embus lamun sisih
empas langkau sisip
endap lanjur sodor
engah Ian tar sua
foya iantun suai
gayut lempang suguh
gebu lempem suruk
gegas lenceng susup
genang linang talar
gesa lindung tanding
golong luap tanjak
gopoh lumur tapis
gubris lunta tarung
gumul maktub tatar
haru mangu taut
hela menung tegun
hindar naung tekur
hirau nukil tele
hubung oyak temu
hunjam paling tengger
huyung pantui terjemah
idam papas tetas
idap pencar tikai
igau pencil tikung
impi pental timbrung
inap pergok tongkrong
jabar rambat tonjol
jaja ram pat tular
jangkic rangkak tumpang
jeblos rasuk ungsi
jejal rembet utik
jelma repet wawas
Berdasarkan kedua golongan verba dasar di atas, dapat dibuat
kategori verba pangkal primer yang secara langsung dapat dipakai di dalam
kalimat. Kategori verba turunan yang bertumpu pada verba dasar bebas dan
yang bertumpu pada verba dasar terikat dibentuk melalui berbagai proses
morfologis, seperti pengafiksan, pengulangan, atau pemajemukan.
4.1.3.2 Verba Tunman
Verba turunan adalah verba yang dapat menjalankan fungsi gramatikalnya
dalam klausa atau kalimat sebagai verba setelah melalui proses pengonversian,
pengafiksan, pengulangan, atau pemajemukan.
pada contoh itu dianggap sebagai konfiks, kata halangydin^ menjadi pangkal
primernya tidak dapat berfungsi secara gramatikal.
Urutan penurunan verba seperti dinyatakan di atas perlu diperhatikan.
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, ada prefiks derivasional yang
diperlukan untuk menurunkan verba. Bentuk dasar bebas seperti darat dan
masing-masing perlu mendapat prefiks meng- dan ber- untuk mengubah
kelas kata nomina menjadi verba. Demikian pula adjektiva seperti kuning
harus dibubuhi prefiks meng- untuk menjadi verba. Ketiga contoh tersebut
memperlihatkan prefiks meng- dan her- yang derivasional yang berfungsi
sebagai pembentuk verba.
(78) darat (nomina) —> mendarat (verba)
layar (nomina) —» berlayar (verba)
kuning (adjektiva) —> menguning (verba)
Proses derivasi untuk menurunkan verba transitif dari kelas kata
selain verba dilakukan dengan melekatkan sufiks -kan atau -i pada dasar
lebih dahulu sebelum bentuk itu dilengkapi dengan proses infleksi dengan
prefiks yang disyaratkan. Jika bentuk membunyikan dibandingkan dengan
dibunyikan, pangkal primernya ialah bunyikan.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa penurunan verba mengikuti
kaidah urutan afiks berikut.
a) Jika prefiks tertentu diperlukan untuk mengubah kata dari kelas ter￾tentu menjadi verba, prefiks itu didahulukan dalam urutan peng￾afiksan verba.
Contoh:
(79) darat (nomina) —*■ mendarat (verba)
layar (nomina) —> berlayar (verba)
kuning (adjektiva) —»■ menguning (verba)
satu (numeralia) bersatu (verba)
Prefiks meng- dan ber- pada contoh di atas diperlukan untuk meng
ubah nomina darat dan layar^ adjektiva kuning, dan numeralia satu
menjadi verba.
b) Dalam hal prefiks digunakan bersama-sama dengan sufiks, sufiks lebih
dahulu dilekatkan pada pangkal daripada prefiks jika penambahan
sufiks pada pangkal telah memunculkan makna tersendiri. Penam￾bahan prefiks itu bersifat infleksional karena hanya mengubah makna
gramatikal bentuk tersebut.
Contoh:
(80) darat -> daratkan -» mendaratkan
kuning -> kuningkan tnenguningkan
restu restui merestui
adil adili mengadili
beli belikan —► membelikan
dekat dekati mendekati
Perlu diperhatikan bahwa bentuk yang terletak di lajur tengah adalah
verba sehingga prefiks meng- tidak berfungsi sebagai pembentuk
verba.
c) Prefiks dan sufiks tertentu mempunyai kedudukan yang sama dalam
penurunan verba jika kehadiran kedua afiks itu terpadu dan maknanya
pun tidak terpisahkan. Gabungan prefiks dan sufiks seperti itu meru￾pakan konfiks.
Contoh:
(81) jatuh (verba)
banjir (verba)
datang (verba)
pergi (verba)
kejatuhan
kebanjiran
berdatangan
bepergian
d) Urutan penambahan prefiks dan sufiks dalam pembentukan verba
ditentukan oleh makna jika gabungan keduanya tidak merupakan
konfiks, tetapi menentukan makna leksikal. Pangkal verba transitif
berhentikan, misalnya, diturunkan dari berhenti, lalu ditambah
-kan, bukan dari hentikan, lalu ditambah ber-. Itulah sebabnya
verba berhentikan bermakna 'membuat jadi berhenti' dan tidak ada
kaitannya dengan verba imperatif hentikan. Pangkal verba berhentikan
dapat dilengkapi dengan prefiks infleksional meng- yang menghasil￾kan verba memberhentikan.
Contoh:
(82) angkac berangkat berangkatkan memberangkatkan
daya berdaya berdayakan mem berdayakan
diri berdiri berdiri kan memberdirikan
jaya berjaya berjayakan memberjayakan
laku berlaku berlakukan memberlakukan
Dari keempat kaidah tersebut tampaklah bahwa yang menjadi patokan
utama ialah proses pengafiksan yang berurutan.
4.1.3.2.3 Pengulangan
Pengulangan (reduplikasi) merupakan proses mengulang seluruh atau
sebagian pangkal. Pengulangan dapat terjadi di bagian awal, tengah, atau
akhir pangkal, seperti kejar-kejaran, bersalam-salaman, dan menjadi-jadi.
Pada tataran morfologi pengulangan menghasilkan leksem dan wujud kata
baru. Sementara itu, pada tataran sintaksis, pengulangan menghasilkan
berbagai kategori semantik, seperti jumlah (kejamakan dan keanekaan),
aksionalitas (keduratifan dan kepungtualan), aspektualitas (ketakperfektifan
dan keperfektifan), dan intensitas (penambahan atau pengurangan taraf).
Pengulangan bentuk verba pada tataran sintaksis, antara lain bertalian
dengan makna (1) tindakan atau perbuatan yang bersinambung atau berkali￾kali, (2) tindakan yang berlangsung dengan subjek jamak, dan (3) perbuatan
yang bertambah atau berkurang intensitasnya.
Contoh:
(83) melempar-lempar
memanas-manasi
berbondong-bondong
menjadi-jadi
4.1.3.2.4 Pemajemukan
Pembentukan leksem baru dengan menggabungkan dua leksem atau lebih
disebut pemajemukan atau pengompositan. Ikatan di antara unsur bentuk
majemuk dapat bersifat erat atau longgar. Erat-longgarnya ikatan itu dapat
dilihat pada cara bentuk majemuk atau komposit itu mengalami pengafiksan.
Jika konfiks mengapit seluruh bentuk majemuk, ikatan bentuk majemuk erat.
Sebaliknya, jika konfiks hanya mengapit sebagian unsur bentuk majemuk.
ikatan bentuk majemuk itu longgar. Sifat ikatan itu dapat juga dilihat dari
wujud pengulangannya. Jika seluruh bentuk majemuk dapat diulang, ikatan
bentuk itu erat. Akan tetapi, jika pengulangan hanya dapat dilakukan pada
salah satu unsur, ikatan bentuk itu bersifat longgar. Bentuk majemuk yang
erat ikatannya disebut majemuk kata (bukan kata majemuk), sedangkan
yang longgar ikatannya disebut majemuk frasa.
Unsur bentuk majemuk atau komposit dapat berupa bentuk dasar
bebas atau bentuk terikat. Unsur bentuk majemuk bebas terdiri atas (1)
bentuk dasar dan bentuk dasar, (2) bentuk dasar dan bentuk berafiks, serta
(3) bentuk berafiks dan bentuk berafiks. Unsur bentuk majemuk terikat
terdiri atas bentuk bebas dan bentuk terikat (yang merupakan gabungan yang
salah satu unsurnya berupa klitik atau bentuk gabung {combiningform)) atau
bentuk terikat dan bentuk terikat.
Verba turunan yang terbentuk melalui pemajemukan disebut verba
majemuk. Pengafiksan dan reduplikasi dapat juga terjadi pada verba majemuk,
misalnya memperjualbelikan, menghancur-leburkan^ dan jatuh-jatuh bangun.
Berdasarkan uraian di atas, pengelompokan verba dari segi bentuknya
dapat dikemukakan pada bagan sebagai berikut.
4.1.3.3 Morfofonemik dalam Pengafiksan Verba
Penambahan afiks pada pangkal dapat membawa perubahan bunyi pada afiks
atau pada pangkal sesuai dengan fonem awal pangkal kata yang dilekatinya.
Perubahan seperti itu dinamakan proses morfofonemik. Berikut adalah kaidah
morfofonemik akibat proses penambahan afiks verbal bahasa Indonesia.
4.1.3.3.1 Morfofonemik Prefiks ber￾Penambahan prefiks ber- pada pangkal tertentu akan mengubah prefiks itu
menjadi be- atau bel- dengan kaidah morfofonemik sebagai berikut.
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada pangkal yang
dimulai dengan fonem /r/ atau pada pangkal yang suku pertamanya
mengandung /ar/.
Contoh:
(84) ber- + ranting
ber- + rantai
ber- + funding
ber- + kerja
ber- + serta
ber- + pergi + -an
ber- + terbang + -an
^CTanting
^crantai
^CTunding
^<?kerja
bestrtdi
^qjergian
^eterbangan
Untuk membedakan dua bentuk yang mengelirukan, dapat digunakan
tanda hubung antara prefiks ber- dan pangkalnya.
Contoh:
(85) ber- + evolusi —> ^erevolusi ber-evolusi
ber- + revolusi ^<?revolusi be-revolusi
ber- + anting /anting ber-anting
ber- + ranting ^^ranting be-ranting
ber- + uang benxzn^ ber-uang
ber- + ruang ^(ffuang be-ruang
2) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu.
Contoh:
(86) ber- + ajar —> belajar
ber- + unjur —> beiunjur
ber- + leter —> beleter
ber- + lagu —> belagu
Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan
pangkal di luar kaidah 1 dan 2 di atas.

Contoh:
(87) ber- + layar —> ^^Hayar
ber- + main —»■ ^i-rmain
ber- + peran —> ^^rperan
4.1.3.3.2 Morfofonemik Prefiks per￾Penambahan prefiks per- pada pangkal tertentu akan mengubah prefiks itu
menjadi pe- atau pel- dengan kaidah morfofonemik sebagai berikut,
1) Prefiks per- berubah menjadi pe.- apabila ditambahkan pada pangkal yang
dimulai dengan fonem hi atau pangkal yang suku pertamanya berakhir
dengan /ar/.
Contoh:
(88) per- + rendah />^rendah
per- + ringan ^^ringan
per- + runcing —> />^runcing
per- + kerja —> />^kerja
per- + serta ^«erta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada pangkal ajar.
Contoh:
(89) per- + ajar —^ peh)2s
Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk apabila bergabung
dengan pangkal lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas.
Contoh:
(90) per- + lebar —> peAehdiV
per- + panjang ^^rpanjang
per- + luas —*■ peAxxzs
4.1.3.3.3 Morfofonemik Prefiks meng￾Prefiks meng- mengalami proses morfofonemik yang didasarkan pada fonem
awal dan jumlah suku kata yang menjadi pangkal. Ada delapan kaidah
morfofonemik untuk prefiks meng-. Kaidah morfofonemik 1—5 tidak
berlaku untuk pangkal yang bersuku satu, yang dicakup pada kaidah 6.
Kaidah 7 berlaku untuk sejumlah pangkal asing dan kaidah 8 memerikan
pola reduplikasi yang berprefiks meng-.

1) Prefiks meng- tidak mengalami perubahan jika ditambahkan pada
pangkal yang dimulai dengan vokal atau konsonan /k/, /g/, /h/, /x/, atau
gabungan konsonan /kh/.
Contoh:
(91) meng- + ambil ) mengAmhW
meng- + ikat w^w^kat
meng- + ukur mengykm
meng- + elak mengddik
meng- + oiah mengo\2\\
meng- + emban mengcmhsin
meng- + kalah mengAd\\
meng- + garap w^w^arap
meng- + harap w^w^arap
Fonem /k/ pada awal kata seperti kalah berasimilasi dengan bunyi /g/
dalam prefiks meng-, tetapi fonem /k/ tidak diasimilasikan jika dirasakan
periu untuk membedakan makna tertentu. Misalnya, fonem /k/ pada
kata kaji berasimilasi dengan /g/ menjadi mengaji mendaras (membaca)
Alquran', tetapi fonem itu tidak diasimilasikan untuk menghasilkan
bentuk mengkaji yang berarti 'mempelajari, memeriksa, menyelidiki'.
Proses asimilasi fonem /k/ seperti itu juga berlaku pada pangkal primer
berpreposisi ke.
Contoh:
(92) meng￾meng￾meng￾ke muka
ke samping
ke depan
men^m\xVai
w^'«^samping(kan)
w^«^depan(kan)

2) Jika ditambahkan pada pangkal yang dimulai dengan fonem /I/, I ml, in!,
/ji/, /q/, /r/, iyi, atau /w/, bentuk meng- berubah menjadi me- /ms/.
Contoh:
(93) meng- + latih welatih
meng- + makan w^makan
meng- + namai -»■ w^namai
meng- + nyatakan w^nyatakan
meng- + nganga w^nganga
meng- + ramaikan -»> w^ramaikan
meng- + yakinkan wdyakinkan
meng- + wajibkan wewajibkan
3) Jika ditambahkan pada pangkal yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/,
prefiks meng- berubah menjadi men- /man-/.
Contoh:
(94) meng- + datang w^«datang
meng- + dorong menAovon^
meng- + duga w^wduga
meng- + terawang w^werawang
meng- + tambat -»• w^-wambat
meng- + tuduh -> men\xA\i\\
Perlu diperhatikan bahwa fonem /t/, seperti yang terdapat pada kata
tanam, tambat, dan tuduh berasimilasi dengan fonem in! pada prefiks.
Kaidah asimilasi ini tidak berlaku pada pangkal yang dimulai dengan
prefiks ter- seperti dalam kata tertawa. Itulah sebabnya prefiks meng￾ditambah tertawakan menjadi mentertawakan bukan menertawakan.
4) Jika ditambahkan pada pangkal yang dimulai dengan fonem ihi, /p/, /f/,
atau hi, bentuk meng- berubah menjadi mem- /mam/.
Contoh:
(95) meng
meng
meng
babat
buat
pakai
meng- + potong
meng- + format
meng- + validasi
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONI'SIA
we-wbabat
memhnzx.
memdikaA
memoion^
w^wformat
W(?wvalidasi

Akan tetapi, proses asimilasi itu tidak terjadi pada bentuk pangkal yang
berprefiks per-.
Contoh:
(96) meng￾meng￾meng-
+ pertmggi
+ pertegas
+ perdalam
w^wpertmggi
wfwpertegas
wmperdalam
5) Jika ditambahkan pada pangkal yang dimulai dengan fonem /c/, /]/, /s/,
dan /J/, bentuk meng- berubah menjadi meny- /msji/. Di dalam penulisan,
prefiks meny- /maji/ ini ditulis atau disederhanakan menjadi men-.
Contoh:
(97) meng- + colok w^«colok
meng- + cari menczTX
meng- + juntai men]\xm2\
meng- + satu meny^xxx
meng- + sulih menynWh.
meng- + syukuri mensynVnr'x
Fonem /s/ menjadi luluh ke dalam fonem /jl/ dalam prefiks meny-.
6) Jika ditambahkan pada bentuk dasar yang bersuku satu, prefiks meng￾berubah menjadi menge- /mojio/. Bentuk pasif dari verba turunan ini
ialah di- ditambah bentuk dasar yang bersuku satu itu.
Contoh:
(98) a. meng- + bom menge\iom dibom
meng- + cek mengectV. dicek
meng- + pel -> menge^e\ dipel
meng- + rem mengexcm —► direm
meng- + tik mengetik ditik
meng- + blok mengeblok diblok
meng- + drop mengedrop didrop
meng- + klik menge\<\\k diklik
b. men- + skors menskovs diskors
men- + smes m<?«smes dismes
men- + stok mensiok distok
Jika bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/ yang berbentuk gugus
konsonan, prefiks meng- berubah menjadi men-y bukan menge-, seperti
dalam (98) b.
Dengan demikian, bentuk-bentuk seperti membom, mencek,
mempely merem, dan mentik merupakan bentuk yang tidak baku,
7) Jika ditambahkan pada pangkal yang bergugus konsonan, seperti fonem
/pr/, /pi/, /kl/, /tr/, /kh/, /kr/, prefiks meng- tidak berasimilasi dengan
konsonan awal pangkal itu. Jadi, gugus konsonan pangkal itu tidak
tunduk pada kaidah peluluhan.
Contoh:
(99) meng- + produksi W(?wproduksi
meng- + proses Twewproses
meng- + plester wewplester
meng- + plonco ->■ wewplonco
meng- + klasifikasi wew^lasilikasi
meng- + klona m(?«^lona
meng- + transfer wewtransfer
meng- + transfusi w^wtransfusi
meng- + khayal -> wew^hayal
meng- + khitan wew^hitan
meng- + kremasi we«^remasi
meng- + kristal men^nstz\
8) Jika verba yang berafiks direduplikasi, pangkalnya diulangi dengan
mempertahankan asimilasi konsonan pertamanya. Pangkal yang bersuku
satu mempertahankan unsur nge- di depan pangkal yang direduplikasi.
Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi.
Contoh:
baca -> memhzcz membaca-baca
cek -> mengtcck mengecek-ngecek
karang we«^rang mengarang-ngarang
pijit memijit-mijit
sulickan menynWxkan menyuiit-nyulitkan
tulis menwWs -H- menulis-nulis
ulangi wew^langi mengulang-ulangi
4.1.3.3.4 Morfofonemik Prefiks di￾Prefiks di- tidak mengalami perubahan morfofonemik apabila digabung
dengan fonem awal pangkal apa pun.
Contoh:
(101) di + bell dihtW
di + ambil —* <j//ambil
di + pukul —► ^ipukul
di + tes —> dkcs
Perhatikan bahwa di- sebagai prefiks harus dibedakan dari di sebagai
preposisi. Jika di diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, penuiisannya
dipisah.
Contoh:
(102) di meja <^/tnejahijaukan
di rumah /a^'rumahkan
di Indonesia ti/iindonesiakan
di dalam ^/dalaml
di peri es ^/ipetieskan
di belakang c/zbelakangkan/dibelakangi
4.1.3.3.5 Morfofonemik Prefiks ter￾Ada tiga kaidah morfofonemik untuk prefiks ter-.
1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika ditambahkan pada pangkal yang
dimulai dengan fonem /r/.
Contoh:
(103) ter- + rebut —*■ ferebut
ter- + rasa —*■ /^rasa
ter- + raba —» tevdhz
Sebagaimana pengafiksan per- dan ber-^ ter- juga kehilangan fonem
/r/ jika bergabung dengan pangkal yang dimulai dengan hi sehingga hanya
ada satu hi saja.

2) Jika suku pertama pangkal mengandung /ar/, fonem /r/ pada prefiks ter￾ada yang muncul dan ada pula yang tidak.
Contoh:
(104) ter- + percaya—> ^t-percaya (berasal dari/^erpercaya)
ter- + cermin f^cermin (berasal dari ^<?rcermin)
ter- + percik —> ^fpercik (berasal dari /i?rpercik)
3) Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
Contoh:
(105) ter pilih —/^rpilih
ter + bawa —> /^frbawa
ter + luka —»■ /^riuka
ter + ganggu ^ /f^ganggu
4.1.3.3*6 Morfofonemik Sufiks -kan
Sufiks ~kan tidak mengalami perubahan jika ditambahkan pada pangkal kata
yang berakhir dengan vokal atau konsonan, termasuk /k/,
Contoh:
(106) ada + -kan —> ada^^«
tarik + -kan x.2iv\\dsan
ietak + -kan —*■ Xtiakkan
Sufiks -kan sering kali dikacaukan dengan sufiks -an apabila pangkalnya
berakhir dengan fonem /k/ seperti pada kata tembakkan dan tembakan. Kata
tembakkan 'perintah menembak' adalah verba yang diturunkan dari pangkal
tembak dan sufiks -kan, sedangkan tembakan 'basil menembak' adalah
nomina yang diturunkan dari pangkal tembak dan sufiks -an.
4.1.3.3.7 Morfofonemik Sufiks -i
Sufiks 'i yang dilekatkan pada pangkal dengan suku akhir tertutup meng￾akibatkan perubahan morfofonemik. Konsonan penutup suku akhir dan
sufiks itu akan dilafalkan sebagai satu silabei atau suku kata.
Contoh:
(107) tembak + -i
atas + -i
alir + -i
tembak/ tem-ba-ki
atas/ a-ta-si
alir/ a-li-ri
Sufiks -i akan menyatu dengan vokal terakhir pangkal yang berakhir
dengan vokal /i/ sehingga tampak seolah-olah bentuk itu tidak bersufiks.
Dengan demikian, tidak ada kata seperti *memberii atau *mengisii.
Contoh:
(108) memberi + -/'
mengisi + -/
dicari + -/
memberi
mengisi
dicari
*memberi/
*mengisi/
*dicari/
4.1.3.3.8 Morfofonemik Sufiks -an
Sufiks -an pada ke-...-an dan her-...-an (termasuk pada konfiksper-...-an dan
peng-...-an) mengalami perubahan bunyi yang ditentukan oleh fonem akhir
pangkal yang dilekatinya. Perubahan tersebut mengikuti kaidah berikut.
1) Jika pangkal berakhir dengan fonem /a/ atau /a/, di antara fonem akhir
pangkal dan sufiks -an muncul bunyi hamzah.
Contoh:
(109) sapa bersapaan [b3rsapa?an]
2) Jika pangkal berakhir dengan fonem /e/ atau /i/, di antara fonem akhir
pangkal dan sufiks -an muncul bunyi [y].
Contoh:
(110) sakti kesaktian [kosakti^'an]
3) Jika pangkal berakhir dengan fonem /o/ atau /u/, di antara fonem akhir
pangkal dan sufiks -an muncul bunyi [w].
Contoh:
(111) adu —> pengaduan [pagadu^'an]
4) Jika fonem akhir berupa konsonan, pelafalan konsonan atau gugusan
konsonan dan sufiks -an membentuk satu silabel atau suku kata.
Contoh:
(112) makan —> makanan [ma-ka-nan]
kompleks kekompleksan [ko-kom-plek-san]
4.2 MORFOLOGI DAN SEMANTIK VERBA TRANSITIF
Seperti dinyatakan sebelumnya, ada verba transitif dalam bahasa Indonesia
yang terbentuk dengan proses penurunan kata. Proses penurunan yang dapat
mengakibatkan perubahan bentuk ini sering pula membawa perubahan atau
tambahan makna. Penurunan verba beserta maknanya akan disajikan dalam
bagian-bagian berikut. Verba transitif dapat diturunkan dengan konversi,
pengafiksan, reduplikasi, atau pemajemukan.
4.2.1 Penurunan Melalui Konversi
Ada kelompok kata dalam bahasa Indonesia yang melalui konversi memiliki
kelas kata ganda, misalnya sebagai nomina atau sebagai pangkal verba
transitif. Kata-kata, seperti jalan, telepon, dan cangkul, dapat kita pakai
sebagai verba transitif atau sebagai nomina. Dengan demikian, kata cangkul
dapat dipakai sebagai verba dalam kalimat Tanah itu dicangkul oleh petani,
Mari kita cangkul ladang itUy atau sebagai nomina seperti dalam kalimat
Cangkul ini untuk siapa?.
Dalam bahasa formal, nomina yang dikonversikan menjadi pangkal
verba transitif diberi tambahan afiks; afiks ini tidak mengubah makna
leksikal, tetapi mengubah makna gramatikalnya. Berikut adalah contoh
konversi verba.
menyapu:
Pekerjaannya menyapu halaman Keraton Yogyakarta.
menggunting:
Para jemaah haji harus menggunting rambutnya ketika
menunaikan ibadah haji.
menyemir:
Ayah selalu menyemir sepatunya setiap akan ke kantor.
memotret:
Mereka memotret pulau-pulau Indonesia meialui satelit.
mengebor:
Mereka sedang mengebor tanah untuk mendapatkan sumber
minyak.
menyikat:
Sebelum tidur, kita perlu menyikat gigi untuk membersihkan gigi
dari kotoran.
Karena bentuk nomina dan pangkal verbanya sama, pertanyaan yang
timbul adalah "mana yang menjadi sumber" konversi. Apakah nominanya
diturunkan dari verba atau verba yang diturunkan dari nomina? Patokan
umum yang dipakai adalah bahwa bentuk yang maknanya tidak bergantung
pada makna dari bentuk lain itulah yang dianggap sebagai sumber, Karena
makna verba gunting (atau menggunting bergantung pada nomina gunting,
nomina gunting dianggap sebagai sumber konversi dan verba gunting
diturunkan dari nomina ini. Perhatikan, misalnya, kalimat Guntinglah kain
itu\ yang artinya 'Potongiah kain itu dengan gunting.
4.2.2 Penurunan Verba Transitif Melalui Pengafiksan
Pengafiksan pada verba transitif tidak dilakukan serentak, tetapi secara
bertahap menurut urutan tertentu. Jika pangkal verba sudah transitif,
penambahan prefiks infleksi menghasilkan sejumlah kata gramatikal yang
semuanya termasuk satu kata leksikal, atau leksem, yang sama juga. Jika
pangkal verba itu berupa verba taktransitif atau kata lain yang bukan verba,
pangkal verba itu harus ditransitifkan dengan penambahan sufiks derivasi
'kan atau -i, kemudian baru diberi prefiks infleksi yang sesuai. Berikut ini
diuraikan berbagai proses penurunan verba transitif.
4.2.2.1 Penurunan Verba Transitif dengan Prefiks Infleksi meng￾Verba transitif dapat diturunkan dengan menambahkan prefiks meng- pada
pangkal. Dalam hal ini pangkal tersebut harus berupa verba, termasuk verba
hasil konversi, seperti belt, can, dan gunting, tidak boleh dari pangkal lain
seperti nomina (misalnya darat) atau adjektiva (misalnya kunin^. Dengan
demikian, penambahan prefiks meng- ini sebenarnya tidak mengubah kelas
kata, tetapi membuat verba yang bersangkutan menjadi cocok dipakai
dalam struktur kalimat: Dia sedang mencari pekerjaan, bukan Dia sedang
caripekerjaan. Makna verba semacam itu adalah 'melakukan perbuatan yang
dinyatakan oleh dasar kata.' Berikut adalah beberapa contoh.
(114) buka:
(membuka)
Banyak pedagang membuka lapak di luar pasar baru itu.
(dibuka)
Pasar modern dibuka untuk semua pedagang kaki lima.
(115) tutup:
(menutup)
Ratusan warga menutup ruas jalan to! Ulujami.
(ditutup)
Selama ruas jalan Ulujami ditutup, kendaraan dari Jakarta
dialihkan ke pintu tol Pondok Ranji.
(116) bangun:
(membangun)
PT Vedco membangun pabrik pulp di Kabupaten Merauke.
(dibangun)
Bisnis baru ini akan dibangun dengan konsep baru.
(117) dorong:
(mendorong)
Pemerintah mendorong masyarakat untuk berwiraswasta.
(didorong)
Pemda didorong agar lebih kreatif mengembangkan berbagai cara
untuk menaikkan investasi ke daerahnya.
(118) pukul:
(memukul)
Petugas ronda memukul kentungan sebagai canda siaga.
(dipukul)
Kentungan dipukul oleh petugas ronda sebagai tanda siaga.
(119) hitung:
(menghitung)
Kita perlu menghitung untung rugi pembangunan Tol Seroja itu.
(dihitung)
Pembangunan menara itu harus dihitung sxxdni kemiringannya.
4.2.2.2 Verba Transitif dengan Prefiks Infleksi di￾Seperti dinyatakan sebelumnya, verba aktif transitif yang berprefiks meng-^
baik dalam kombinasinya dengan prefiks lain maupun tidak, dapat diubah
menjadi bentuk pasif dengan mengganti prefiks meng- dengan prefiks di-\
memakai-dipakaiy menembak-ditembak, memberhentikan-diberhentikariy
memperbesar-diperbesary dan sebagainya. Maknanya tentu saja berubah
karena urutan sintaksisnya pun berubah.
Contoh:
(120) Tuti memakai baju kurung malam itu.
(121) Baju kurung dipakai oleh Tuti malam itu.
Dalam kebanyakan hal, penggantian prefiks meng- dengan di- ini tidak
memengaruhi kehadiran sufiks. Artinya, jika pada bentuk aktif verba tersebut
memiliki sufiks, sufiks itu tetap dipertahankan. Misalnya, dari menempati
dan memandikan diperoleh verba pasif yang masih memiliki sufiks dan
-kan, yakni ditempati dan dimandikan. Namun, ada sekelompok kecil verba
yang sufiksnya dapat dilesapkan. Dari verba aktif meninggalkan, misalnya,
verba pasifnya dapat ditinggal atau ditinggalkan seperti terlihat pada kalimat￾kalimat berikut.
(122) Dia meninggalkan sandal di kantor.

(123) Sandal ditinggal{kan) olehnya dl kantor.
Proses penggantian prefiks meng- dengan prefiks di- melalui
transformasi tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa tempati dan
mandikan merupakan pangkal sekunder yang sifatnya derivasional.
4.2.2.3 Verba Transitif dengan Prefiks Infleksi ter￾Selain dilihat keterkaitannya dengan verba berprefiks di-., paparan tentang
verba transitif dengan prefiks infleksi ter- berikut ini dikemukakan berdasarkan
ciri makna 'ketaksengajaan' dan 'ketaksanggupan' atau 'ketakmampuan'. Ciri
makna yang disebut terakhir berhubungan dengan penggunaan belum atau
tidak yang mendahului verba yang bersangkutan.
1) Verba yang berprefiks ter- pada umumnya erat berkaitan dengan verba
yang berprefiks di-. Sebenarnya verba yang berprefiks ter- dapat ditafsirkan
mendukung makna seperti verba yang berprefiks di- ditambah makna
aspektualitas perfektif. Dengan kata lain, maknanya adalah 'yang sudah di-\
2) Ada seperangkat verba transitif berprefiks ter- yang melalui proses konversi
digunakan selaku nomina di ranah hukum. Contohnya sebagai berikut.
(124) tersangka yang sudah disangka'
tertuduh yang sudah dituduh'
terdakwa yang sudah didakwa'
terpidana yang sudah dipidana'
termohon 'yang sudah dimohon'
tergugat yang sudah digugat'
Kebanyakan verba berprefiks ter- termasuk salah satu dari ketiga kategori
di bawah ini.
a) Yang pertama bertalian dengan verba berprefiks di- dengan tam￾bahan makna perfektif.
Contoh:
(125) terletak di sudut kamar: sudah diletakkan di sudut kamar
tertulis dalam bahasa Indonesia: sudah dituiis dalam
bahasa Indonesia
Begitu juga verba berikut.
(126) terbuka \\nx.\i\i nmnm
tercatat oleh lurah
terputus karena banjir
terkenal di Jawa
terhormat di kalangan pegawai
terhubung oleh jembatan
tercemar zat kimia
b) Kategori kedua menyangkut perbuatan yang sudah berlaku atau yang
sudah dilakukan, tetapi tidak dengan kesadaran atau dengan sengaja.
Ketaksengajaan itu bukan karena prefiks ter-, melainkan karena
hakikat perbuatan yang digambarkan oleh verba yang lazimnya tidak
dilakukan dengan sukarela atau sengaja.
(127
(128
(129
(130
(131
(132
(133
Uangnya tertinggal di rumah.
Kalung Ana terjatuh.
Dokumennya terbawa kemarin.
Sikat gigi abang terpakai oleh saya.
Andi tersebat rotan yang dibawa temannya.
la terjatuh dalam permainan sepakbola kemarin.
Pencuri itu tertangkap warga.
c) Kategori yang ketiga menyangkut verba berprefiks ter- yang disertai
pengingkar tidak atau belum. Frasa verbal dengan tidak dan belum itu
menyatakan ketaksanggupan, ketakbisaan, atau ketakmampuan.
(134) Rumah sebesar itu tidak terbeli (olehnya).
(135) Suaranya hampir tidak terdengar.
(136) Masalah tenaga listrik belum terpecahkan.
(137) Karena pohon mangganya setahun beberapa kali berbuah,
basil panen kebunnya tidak terhitung lagi.
Contoh verba ter- lain yang bertalian dengan kemampuan ialah
sebagai berikut.
(138) tertahankan
terselesaikan
terpisahkan
terbantahkan
terelakkan
terkatakan
teramalkan
termaafkan
Di samping itu, ada sejumlah bentuk verba dengan prefiks ter- yang
proses pembentukannya sukar dirunut kembali. Termasuk dalam
kelompok ini adalah bentuk seperti tertawa^ terhadap, terlaluy
termasuky dan terlambat yang mengalami proses gramatikalisasi dan
konversi.
4.2.2.4 Verba Transitif dengan Prefiks per￾Bentuk prefiks per- adalah salah satu contoh yang menunjukkan gejala
homonimi. Di samping sebagai prefiks pembentuk verba, per- juga
merupakan prefiks pembentuk nomina (iihat 7.1.4,2) dan sebagai preposisi
dengan beberapa makna. Sebagai pembentuk verba, prefiks per- sekurang￾kurangnya memiliki empat macam makna seperti berikut.
a) Prefiks per- yang menyatakan makna 'menjadikan atau 'membuat
menjadi', misainya Perindah taman ini!
b) Prefiks per- yang menyatakan makna 'membagi menjadi', misainya la
mendapat dua pertiga bagian tanah itu.
c) Prefiks per- yang menyatakan makna 'melakukan', misainya Perbuat
sesuatu untuk negeri ini!
d) Prefiks per- yang menyatakan makna 'memanggiP atau 'menganggap',
misainya Jangan perbudak seseorangyang akan kaubantu!
Contoh-contoh tersebut memperlihatkan pengafiksan verba transitif
berprefiks per- yang diikuti pangkal berupa verba, adjektiva, nomina, atau
numeralia.
Pengafiksan verba transitif dengan prefiks infleksi per- dengan pangkal
verba mencakup dua bentuk, yaitu perbuat dan peroleh yang bertalian
maknanya dengan berbuat dan beroleh.
Contoh:
(139) a. Perbuatlah sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak.
b. Janganlah kita berbuat
(140) a. Apa yang kamu peroleh dari pertemuan itu?
b. Kami beroleh banyak manfaat.
Verba berprefiks per- dengan pangkal adjektiva tergolong verba
kausatif yang menyebabkan objek bertingkat lebih tinggi daripada keadaan
sebelumnya. Perbedaannya dengan verba bersufiks -kan yang termasuk
kausatif juga ialah verba bersufiks -kan menyebabkan objek menjadi apa
yang digambarkan oleh pangkal adjektiva.
Contoh:
(141) a. Perbesar foto 2x3 cm menjadi 4x6 cm.
b. Dia berusaha keras untuk membesarkan anaknya hingga dewasa.
(142) a. PerpanjangY^V -mu selekas mungkin.
b. Karena merasa dingin, ia memanjangkan lengan bajunya.
Contoh lain:
(143) perlemah
persempit
perkaya
perkuat
permudah
percepat
perbanyak
persulic
Verba berprefiks per- dengan pangkal nomina jumlahnya juga terbatas.
Arti verba itu 'menjadikan atau memperlakukan objek menjadi apa yang
dinyatakan oleh pangkal nomina itu'.
(144) Dia sering memperalat bawahannya.
(145) Tidak perlu mempertuan orang kaya itu!
(146) Dia memperistri teman sekolahnya dahulu.
Verba berprefiks per- dengan pangkal numeralia mengandung makna
'menjadikan objek terbagi sebanyak yang ditunjuk pangkal numeralia itu'.
(147) Mereka memperdua hasil panennya.
(148) la mempertiga kue kepada anaknya
(149) Petani itu memperempat
4.2.2.5 Verba Transitif dengan Sufiks -kan
Pangkal verba yang dimaksudkan dapat berupa verba dasar (primer),
verba yang telah berprefiks ber-, adjektiva, nomina, numeralia, atau frasa
preposisional.
Sebagian pangkal verba mutlak memerlukan kehadiran sufiks -kan
karena dengan prefiks meng- saja status verba tidak gramatikai. Pangkal
seperti kerja dan boleh harus diturunkan lebih dahulu menjadi verba dengan
membubuhkan sufiks -kan, baru dilengkapi dengan prefiks infleksi meng-,
di-, ter-, atau per- (adjektival). Dengan demikian, bentuk yang digunakan
sebagai verba ialah mengerjakan, menyelesaikan, dan membolehkan atau
bentuk pasifnya.
4.2.2.5.1 Pangjcal Verba + -kan
1) Objek perbuatan yang digambarkan oleh verba menjadi sasaran.
(150) melemparkan:
la melemparkan bola itu kepada temannya.
(151) meninggaikan:
Pamanku meninggaikan anak-anak yang sudah dewasa.
2) Objek kalimat menjadi alat tindakan.
(152) memukulkan:
la memukulkan kayu ke dinding rumah yang akan dipugar.
(153) menikamkan:
Salah seorang petani menikamkan tombaknya ke ular pemangsa
ternaknya.
(154) mengikatkan:
la mengikatkan tali ke ieher kerbau.
(155) membalutkan:
la membalutkan perban pada kakinya yang luka.
3) Perbuatan yang dinyatakan verba memberikan untung atau manfaat pada
objek (benefaktif).
(156) mengambilkan tamu:
la mengambilkan tamu air minum.
(157) membuatkan ibunya:
la membuatkan ibunya baju kebaya.
(158) memilihkan istrinya:
la memilihkan istrinya sepatu baru.
(159) membukakan pintu untuk:
Adik membukakan ayah pintu.
(160) mengambilkan air untuk:
Kakak mengambilkan ibu air.
4) Subjek menyebabkan suatu pihak melakukan perbuatan yang dinyatakan
verba transitif pada objek.
(161) memeriksakan mata ke X:
Banyak penderita katarak memeriksakan mata ke RS Cicendo.
(162) mencucikan pakaian pada X:
Banyak anak kos mencucikan pakaian di penatu.
(163) mencucikan mobil ke Y:
Kemarin saya mencucikan mobil ke tempat pencucian mobil.
(164) mencetakkan kartu di X:
Saya mencetakkan kartu nama di perusahaan teman saya.
(165) memikulkan beban pada X:
Jangan memikulkan beban pada ayahnya seorang.
(166) menyunatkan anak di Y:
la menyunatkan anaknya di dokter kenalannya.
4.2.2.5.2 Pangkal Adjektiva + -kan
1) Subjek menyebabkan objek menjadi apa yang diacu oleh verba (kausatif).
(167) mengamankan:
Aparat keamanan telah berhasil mengamankan daerah yang dilanda
kerusuhan.
(168) membebaskan:
Pasukan PBB telah membebaskan kota itu dari tangan pemberontak.
2) Objek (bernyawa) mengalami sikap atau perasaan yang dinyatakan
oleh verba. Subkelompok verba ini secara sintaktis dapat juga berfungsi
sebagai adjektiva.
(169) memuaskan:
Putusan hakim itu agaknya sudah memuaskan kedua belah pihak.
(170) mengagumkan:
Gedung-gedung tinggi itulah yang mengagumkan kami.
(171) memalukan:
Kelakuan anak itu memalukan keluarganya.
(172) menyenangkan:
la menyayangi adiknya dan selalu berusaha menyenangkan hatinya.
(173) mencemaskan:
Kabar itu mencemaskan semua pihak.
(174) mengejutkan:
Putusan hakim itu sangat mengejutkan para tersangka.
(175) menyedihkan:
Kemalangan itu sangat menyedihkan hatinya.
(176) menakutkan:
Ular kobra itu sangat menakutkan (saya).
3) Subjek (bernyawa) mengalami sikap atau perasaan yang dinyatakan oleh
verba.
(177) merindukan:
Dia merindukan ibunya.
(178) mencemaskan:
Dia mencemaskan keadaan anaknya.
(179) membanggakan:
Dia membanggakan istrinya yang ahli memasak.
Sufiks 'kan pada golongan verba di atas dapat ditafsirkan sebagai hasil
penggramatikalan kata akan menjadi -kan. Penggramatikalan ialah proses
dalam sejarah bahasa yang mengubah satuan dengan makna leksikal menjadi
satuan dengan makna gramatikal. Subkelompok (6) dan (7) melalui konversi
berfungsi juga sebagai adjektiva.
4.2.2.5.3 Pangkal Nomina + -kan
1) Subjek memasukkan atau membawa objek ke tempat yang di
nyatakan oleh verba.
(180) mengandangkan:
Dia mengandangkan kerbaunya.
(181) mementaskan:
Rendra mementaskan drama Kereta Kencana bersama kelompok teaternya
di Taman Ismail Marzuki.
(182) meliburkan:
PSSI meliburkan pertandingan babak delapan besar.
(183) meminggirkan:
Sopir itu berusaha meminggirkan mobilnya seteiah ban belakangnya
pecah.
2) Subjek menyebabkan objek menjadi atau berada di lokasi yang dinyatakan
verba.
(184) merajakan:
Rakyat ingin merajakan Hang Rasi.
(185) mendoktorkan:
Dia telah mendoktorkan mahasiswanya lebih dari dua puluh orang.
(186) mencalonkan:
Mereka mencalonkan Rudi untuk menjadi ketua.
(187) mengorbankan:
Para pahlawan mengorbankan jiwanya untuk kemerdekaan Indonesia.
(188) menghadiahkan:
la menghadiahkan sebagian dari keuntungannya itu kepada fakir miskin.
(189) merencanakan:
la merencanakan gaji bulan depan untuk membahagiakan orang tuanya.
(190) mendewakan:
Pengikut aliran kepercayaan itu mendewakan pemimpinnya.
(191) menyukseskan:
Kita harus menyukseskan program keluarga berencana.
Ada sebagian kata dasar yang dengan atau tanpa sufiks -kan tidak
memiliki perbedaan makna yang signifikan. Verba seperti mengantar￾mengantarkany membalik-membalikkany mencipta-menciptakan, mengganti￾menggantikany dan memalsu-memalsukan mempunyai makna yang sama.
Di samping makna umum yang dikemukakan di atas, ada pula
makna-makna khusus yang hanya dapat dilihat dari bentuknya secara sendiri￾sendiri. Pasangan verba transitif, seperti menyewa-menyewakaUy membawa￾membawakan {lagu)y memeriksa-memeriksakany dan mengingat-mengingatkan
harus dikaji maknanya masing-masing.
Berikut ada goiongan verba transitif yang sudah berprefiks ber- atau
per- yang kemudian menjadi pangkal sekunder untuk penambahan sufiks
-kan. Pertalian goiongan ini dengan verba berprefiks ber- akan jelas pada
uraian di bawah ini.
Contoh:
1) Verba transitif dengan pangkal verba
(192) pertemukan 'menjadlkan bertemu'
pertarungkan 'menjadikan bertarung
pertanggungjawabkan 'menjadikan bertanggung jawab
pertahankan 'menjadikan bertahan
perhentikan 'menjadikan berhenti'
perbandingkan 'menjadikan berbanding'
percakapkan 'menjadikan pokok bercakap'
perkenankan 'menjadikan berkenan'
pergunakan 'menjadikan berguna'
2) Verba transitif dengan pangkal nomina yang berfitur 'relasi'
(193) peristrikan 'menjadikan beristri'
persuamikan 'menjadikan bersuami'
permasalahkan 'menjadikan bermasalah'
permadukan 'menjadikan bermadu'
3) Verba dengan pangkal nomina yang berfitur 'pendapat'
(194) perdebatkan 'berdebat tentang'
persengketakan 'bersengketa tentang'
perbaiahkan 'berbalah tentang'
4) Verba dengan dasar numeraiia
(195) persatukan 'menjadikan bersatu'
Pembentukan verba per-A^iSZX'kan dapat dijelaskan dengan dua cara:
(1) prefiks per- pada verba bersufiks -kan itu dianggap alomorf prefiks
ber- pada verba tanpa 'kan\ atau (2) prefiks per- itu dianggap pengganti
prefiks ber- untuk mengurutkan makna kausatif
5) Verba bersufiks -kan dengan pangkal frasa preposisional yang terdiri atas
preposisi ke ditambah nomina lokatif mengungkapan makna subjek
kalimat membawa objek ke tempat yang dinyatakan oleh verba'.
(196) mengemukakan;
la mengemukakan usul yang sulit diterima.
(197) mengetengahkan:
Para nelayan itu mengetengahkan perahunya bersama-sama.
(198) mengeluarkan:
la mengeluarkan uang dari kantongnya.
(199) mengedepankan:
la mengedepankan kursi tamu.
(200) mengesampingkan:
Pejabat itu mengesampingkan urusan pribadinya di kantor.
4.2.2.6 Verba Transitif dengan Suiiks —i
Golongan verba transitif yang bersufiks -i pada umumnya menandai objek
yang menjadi lokasi kejadian atau pihak yang menjadi sasaran tindakan.
Verba turunan dengan sufiks itu berasal dari verba dasar primer, verba terikat
taktransitif, verba terikat transitif, adjektiva, atau nomina.
Verba turunan dari verba dasar
(201) datang:
la mendatangi perpustakaan.
duduk:
la menduduki kursi jati.
hadir:
Ayah menghadiri upacara bendera.
masuk:
Mereka memasuki gua.
6) Pangkal verba terikat
(202) temu:
Akhirnya ia menemui pemimpin perusahaan.
aiir:
Bapak mengaliri sawah.
kitar:
Pemain itu mengitari lapangan sebelum bertanding.
tabu:
la telah mengetahui akibatnya.
7) Pangkal verba transitif bersufiks -i yang disertai dua frasa nomina (objek
dan pelengkap)
(203) Abu meminjami Hasan buku aljaban
(204) Ibu menyuguhi tamunya teh manis.
Contoh lain:
(205) Paman memberi Umar jam tangan.
Pimpinan perusahaan menawari Anwar rumah dinas.
Ibu menyodori temanku uang jalan.
8) Pangkai verba transitif bersufiks -i dengan objek yang menjadi sasaran
dan pelengkap yang berupa frasa berpreposisi dengan.
(206) Ibu menaburi masakan dengan bawang goreng.
Nelayan memuati kapal dengan basil bumi.
Pedagang menawari pelanggan dengan jualannya.
Peserta debar mahasiswa menghujani lawannya dengan pertanyaan.
9) Pangkai verba transitif dengan pemakaian sufiks -i manasuka sifatnya.
Derivasi dengan -i itu tidak menimbulkan arti yang berbeda.
(207) menghias{i) kamar mempelai
menurut{i) jejak
mengiring^i) bupati terpilih
menctcipit) masakan jasa boga
mengajarij) berenang
10) Pangkai verba transitif tanpa sufiks -i walaupun objeknya mengacu pada
tempat.
(208) menginjak batu
mengingat perlstiwa
menyumbang duafa
11) Pangkai adjektiva yang menurunkan verba bersufiks -i menunjukkan
adanya sifat yang dikenakan atau diterapkan pada objek lokatif.
(209) penuh:
Ayah memenuhi kolam dengan air.
hitam:
Adik menghitami wajahnya dengan arang.
berat:
Paman memberati kayu dengan batu.
terang:
Lampu tempel itu menerangi kamar yang temaram.
basah:
Pagi ini hujan membasahi bumi.
Ada verba bersufiks -i yang jelas berbeda artinya dengan verba bersufiks
'kan yang sifatnya kausatif.
(210) memberati dan memberatkan:
la memberati tali itu dengan batu.
Permasalahan itu memberatkan bebannya.
menghitami dan menghitamkan:
Pemain teater itu menghitami wajahnya.
Kakek menghitamkan rambutnya yang beruban.
menerangi dan menerangkan:
Obor itu menerangi gua.
Ayah menerangkan manfaat menabung.
mengurangi dan mengurangkan:
Susi mengurangi makanan beriemak.
Peristiwa itu mengurangkan tekadnya.
13) Ada verba bersufiks -i yang maknanya nyaris berbeda dari verba bersufiks
'kan, Jumlahnya sangat terbatas.
(211) menghabisi dan menghabiskam
la menghabisi ceritanya dengan nasihat.
la menghabiskan uang jajannya untuk membeli mainan.
melengkapi dan melengkapkan:
la melengkapi tulisannya dengan catatan kaki.
la melengkapkan makalahnya hingga lima belas halaman.
14) Verba bersufiks -i dengan pangkal nomina mengandung arti pemberian
atau penerapan acuan nomina pada objek.'
(212) mewamai gambar
mengisi daftar
meludahi sepatunya
menghargai saran
menghormati orang tua
menilai pekerjaan
memagari kebun
meminyaki lampu
mengampuni kesalahan
melukai tangan kirinya
15) Ada satu atau dua verba bersufiks -i yang menyatakan dua arti yang
berlawanan; di pihak yang satu artinya memberi' di pihak yang lain
artinya 'membuang'. Verba macam ini disebut verba kontranim.
(213) menguliti kambing
menguliti majalah
merumputi jalan taman
merumputi lapangan bola
16) Verba bersufiks -i dengan pangkal nomina lokatif atau adjektiva jarak
menjadikan subjek ada di tempat atau jarak yang dinyatakan pangkal
itu dalam hubungannya dengan objek karena subjek bergerak dari posisi
semula.
(214) atas:
la telah berhasil mengatasi lawan.
tengah:
Dengan bijaksana, ketua menengahi perselisihan.
sebelah:
Hasan duduk di tribun itu. la menyebelahi sahabatnya.
damping:
Bu Susi sedang mendampingi tamu di ruang pertemuan.
jauh:
Orang beriman harus menjauhi larangan-Nya.
dekat:
Dengan sopan ia mendekati orang tuanya.
dalam:
Ante berusaha mendalami masalah itu.
Demikian pula pada bentuk seperti membawahi dan membelakangU
justru objeknya yang berada di tempat yang dinyatakan oleh pangkal
karena subjek tidak bergerak dari posisi semula.

bawah:
Kepala subbagian membawahi kepala bagian.
beiakang:
Ketika difoto, ia membelakangi kamera.
17) Ada verba transitif bersufiks -i yang menggambarkan perbuatan atau
tindakan yang berulang atau yang beriangsung secara intensif. Tindakan
itu ditujukan ke beberapa objek atau terjadi berkali-kali terhadap objek
yang sama.
(215) pukul:
Karena kesal, ia memukuli meja.
dum:
Ibu muda itu menciumi bayinya.
tebang;
Sudah seharian mereka menebangi pohon di kebun.
bungkus:
Dengan cekatan Putri membungkusi kado.
pandang:
la memandangi karya seni ukir itu dengan takjub.
pegang:
Ketika menyeberang jalan, bibi memegangi tangan anaknya.
Ada pula golongan verba transitif yang sudah berprefiks ber- atau per- lalu
menjadi pangkal sekunder untuk penambahan sufiks Sebagaimana
halnya dengan verba /Jd-r-pangkal-^^w, ada pertalian golongan verba per￾pangkal-z dengan verba berprefiks ber-.
(216) pelajari bertalian dengan makna belajar tentang
Teknik itu harus kalian pelajari lebih dalam.
persenjatai bertalian makna dengan menjadikan bersenjata
Persenjatai diri kalian dengan iman dan ilmu!
perlindungi bertalian makna dengan menjadikan berlindung
Anak yatim piatu itu harus kita perlindungi.

 perlengkapi bertalian makna dengan menjadi berlengkap
Telah ia perlengkapi anaknya dengan berbagai bekal.
peringati bertalian makna dengan menjadi beringat (selalu ingat)
Hari Prokiamasi harus kita peringati.
perbaiki bertalian makna dengan menjadikan (lebih) baik
Mari kita perbaiki tingkah laku kita!
4.3 MORFOLOGI DAN SEMANTIK VERBA TAKTRANSITIF
Bentuk verba taktransitif ada yang berupa kata monomorfemis (kata dasar)
dan ada pula yang berupa kata polimorfemis (kata turunan). Penurunan
(derivasi) verba taktransitif terjadi lewat pengafiksan, pengulangan, atau
pemajemukan. Sebagian verba taktransitif berwujud verba dasar. Jumlah
verba ini terbatas dan maknanya harus dilihat dari tiap kata secara leksikal.
Berikut ini beberapa contoh verba taktransitif yang terdiri atas verba dasar.
Contoh verba dasar:
(217) ada kalah pergi
awas lupa pulang
bangun makan punya
datang maklum sampai
duduk mandi terbit
hidup mati tiba
hilang minum tidur
ingat paham timbul
jadi peduli tunduk
jatuh percaya turun
Verba taktransitif yang polimorfemis mencakupi golongan verba yang
berafiks, verba dengan pengulangan utuh atau sebagian, dan verba majemuk.
Berikut adalah perincian penurunan verba taktransitif beserta maknanya.
4.3.1 Penurunan Verba Taktransitif dengan Pengafiksan
Penurunan verba taktransitif dengan pengafiksan ini akan dikemukakan
berdasarkan jenis afiks yang digunakan, yaitu (1) ber-, (2) ber-... -atiy (3)
tneng-^ (4) ter-^ (5) se-^ (6) -el-^ -er-, -em-^ dan -in-, serta (7) ke-...-an.
4.3.1.1 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Prefiks ber￾Ada lima jenis verba ber- yang akan dibahas, yaitu verba ber- (1) dengan
pangkal verba; (2) dengan pangkal adjektiva; (3) dengan pangkal nomina;
(4) dengan pangkal numeralia; dan (5) dengan pangkal bermacam frasa.
4.3.1.1.1 Pengafiksan Verba ber- dengan Pangkal Verba
Yang termasuk dalam subkelompok ini adalah verba ber- dengan makna
'sedang dalam proses atau aktivitas'.
Contoh:
(218) bertiup
berpikir
berubah
bertemu
berhenti
berbuat
belajar
berlatih
berenang
berburu
Beberapa pangkal verba transitif, jika berprefiks ber-, menjadi verba
taktransitif dengan makna 'perbuatan'.
Contoh:
(219) ubah -> berubah
tukar bertukar
gantung bergantung
harap berharap
tambah bertambah
salin bersalin
buat berbuat
buka berbuka
ikut berikut
pegang berpegang
cukur — bercukur
angkat ^ berangkat
Ada sejumlah verba dengan prefiks ber- dengan pangkal verba yang
bermakna 'perbuatan refleksif.
Contoh:
(220) jemur ^ berjemur
angkat —>• berangkat
bias ^ berhias
putar —> berputar
cukur —> bercukur
baring berbaring
(221) berangkat:
Saya berangkat ke kantor pukul 06.30.
berbaring:
Dia berbaring di tempat tidurnya ketika ditengok oleh temannya.
belajar:
Murid-murid itu sedang belajar karate,
berubah:
Kehidupan sosial sekarang sudah berubah karena kemajuan teknologi
informasi.
berputar:
Pesawat itu berputar empat kali sebelum mendarat.
berhenti:
Jantungnya berhenti berdenyut.
berpikir:
la berpikir se\)c\nm menjawab pertanyaan saya.
Di samping itu, terdapat sejumlah verba dengan prefiks ber- dengan
pangkal verba yang membentuk verba pasif yang bermakna 'di-'.

(222) bersambut:
Harapannya tidak bersambut.
berterima:
Usulnya tidak berterima di kalangan mahasiswa.
berbalas:
Hingga kini suratku tidak berbalas.
4.3.1.1.2 Pengaiycsan Verba ber- dengan Pangkal Adjektiva
Verba taktransitif dengan prefiks ber- dapat pula diturunkan dari adjektiva.
Makna prefiks ini ialah 'dalam keadaan .
(223) bersabar
berkeras
berbangga
bersedih
bergembira
bertegang
berbahagia
berkukuh
bermalas-malas
Kadang-kadang beberapa bentuk di atas berawalan bersi- tanpa
perbedaan leksikal,
(224) berkeras: bersikeras
bertegang: bersitegang
berkukuh: bersikukuh
berjingkat: bersijingkat
4.3.1.1.3 Pengafiksan Verba ber- dengan Pangkal Nomina
Subkelompok verba berprefiks ber- yang terbesar mempunyai pangkal
nomina, yang di antaranya berarti 'mempunyai, memiiiki' yang disebut oleh
nomina itu.
(225) berdebu
berguna
bernama
berhasil
bermaksud
berumur
berduri
bersenjata
beristeri
berisi
Beberapa verba berprefiks ber- dengan pangkal nomina berfitur alat
atau sarana mempunyai arti 'memakai, menggunakan, naik'.
berkereta
bercelana
berlayar
berdasi
bersepeda
(226) bersepatu:
Murid-murid bersepatu ke sekolah.
bersepeda:
Para karyawan muda senang bersepeda ke kantor.
berkereta:
Saya berkereta sejauh 200 km.
berkapal:
Kami berkapal menyusuri pantai.
berbapak:
Saya berbapak kepada paman dari ibu.
(memakai sapaan bapak)
Termasuk juga di dalam subkelompok ini verba berprefiks ber~ dengan
pangkal pronomina.
beraku:
la beraku dzn berengkau dengan tamunya itu.
Subkelompok verba berprefiks ber- dengan pangkal nomina berfitur
wujud dalam jasad mengandung arti 'menghasilkan' atau 'mengeluarkan',
(227) berbunyi
berkeringat
berteriak
bertelur
berkata
beranak
bercerita
berbohong
berbuah
berkokok
(228) bertelur:
Ayamnya bertelur tujuh butir.
beranak:
Orang utan itu sudah beranak dua.
berdesing:
Peluru berdesing 6\ atas kepalaku.
berbunyi:
Roda gerobak itu berbunyi berderit-derit.
Beberapa verba berprefiks ber- dengan pangkal nomina berfitur relasi
berbalik menggambarkan makna 'hubungan timbal balik'.
(229) A dan B bersahabat.
C dan D bertetangga.
E dan F berteman.
G dan H berkerabat.
I dan J bersaing.
(230) bertetangga:
la bertetangga dengan man tan pejabat tinggi negara.
berteman:
Kita perlu berteman baik dengan semua kalangan masyarakat.
bersahabat:
la bersahabat dengan adik saya sejak tamat SD.
bersaing:
Peserta lomba duta bahasa bersaing untuk mendapatkan piala bergilir.
bersaudara:
Saya bersaudara dengan penulis terkenal itu.
Beberapa verba prefiks ber- dengan pangkal nomina dengan fitur
pekerjaan atau profesi mengacu pada mata pencarian atau pekerjaan yang
biasanya dilakukan.
(231) beternak
berkuli
bertani
bertukang
berladang
berkebun
(232) berdagang:
Pekerjaan ayah berdagang di Pasar Kramat Jati.
berkuli:
Sebagian besar penduduk desa itu hidup dari berkuli.
berkebun:
Pekerjaan tetapnya berkebun pisang,
bertani:
Pekerjaan ayahnya bertani.
beternak:
Usahanya beternak ayam kampung.
bertanam:
Petani daerah ini umumnya bertanam jagung.
Subkelompok verba berprefiks ber- juga bertalian dengan cabang
olahraga yang berdekatan dengan pangkal nomina berfitur pekerjaan atau
profesi. Hal itu tampak pada contoh berikut.
(233) bertinju
berselancar
bergulat
berseluncur
berjudo
berolahraga
(234) berolahraga:
Budi setiap hari berolahraga jalan pagi di sekitar rumahnya.
bertinju:
Dia bertinju sejak berumur sepuluh tahun.
berselancar:
Lomba berselancar tahun ini diselenggarakan di Mentawai.
Kebanyakan verba berprefiks ber-, dengan tambahan sufiks -kan, yang
sifatnya manasuka, mempunyai pangkal nomina. Verba berafiks tersebut
mempunyai pelengkap yang mengacu pada pangkal nomina itu. Sufiks
-kan di sini dianggap berasal dari akan yang melalui proses gramatikalisasi
menyatu dengan verba menjadi sufiks -kan. Pada masa lampau kata akan
sering mengantarkan objek atau pelengkap kalimat.
Contoh:
(235) berdasarkan Pancasiia berdasar Pancasila
bersenjatakan bom atom bersenjata bom atom
beranggotakan lulusan universitas beranggota lulusan universitas
bermandikan air hujan 4.3.1.1.4 Pengaiiksan Verba ber- dengan Pangkal Numeralia
Verba berprefiks ber- juga dapat diturunkan dari numeralia mesklpun ada
kendaia yang perlu diperhatikan. Pada umumnya numeralia yang dipakai
terbatas pada bilangan yang rendah. Untuk bilangan yang tinggi, umumnya
dipakai bilangan pokoknya, seperti puluhy ratus, dan ribuy serta bentuknya
berupa reduplikasi.
Contoh:
(236) satu bersatu (dalam jumlah satu)
dua —> berdua
enam —> berenam
puluh —> berpuluh-puluh
ratus —> beratus-ratus
lusin —> berlusin-lusin
juta —> berjuta-juta
4.3.1.1.5 Pengaiiksan Verba ber- dengan Pangkal Berbagai Frasa
Subkelompok verba taktransitif dengan prefiks ber- yang mempunyai pangkal
frasa verbal, adjektival, dan nominal memiliki arti yang sejajar dengan verba
ber- dengan pangkal verba, adjektiva, dan nomina. Contohnya adalah sebagai
berikut.
(237) ber- + frasa verbal
bertanggung jawab:
Pemimpin redaksi bertanggung jawab atas is! majalahnya.
bertutur kata:
Sejak kecil ia diajarkan untuk bertutur kata yang baik.
bertegur sapa:
Kedua orang itu sudah lama tidak bertegur sapa.
(238) ber- + frasa adjektival
bergembira ria:
Pendukung tuan rumah bergembira ria setelah tim kesayangan mereka
memenangi pertandingan.
bersusah payah:
Mereka bersusah payah menyelesaikan tugas berat itu.
bermuram durja:
Meskipun gagal, ia tidak bermuram durja.
(239) ber- + frasa nominal
berjaket kulit:
la berjaket kulit saat tampil dalam acara musik di sebuah televisi swasta.
berpendidlkan tinggi:
Anaknya berpendidlkan tinggi.
berkaki panjang:
Burung bangau berkaki panjang.
4.3.1.2 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Konfiks ber-.„-an
Periu dibedakan verba dengan konfiks ber-...-an dari verba dengan prefiks
ber- yang ditambahkan pada bentuk yang sebelumnya telah memiiiki sufiks
-an. Misalnya, bepergian diturunkan dari pangkal pergi dengan konfiks ber-
...-an. Akan tetapi, berhalangan diturunkan dengan prefiks ber- dari bentuk
yang sudah memiiiki sufiks -any yakni halangan.
Penurunan verba taktransitif yang memakai konfiks ber-...-an
kurang produktif. Oleh karena itu, jumlah verbanya juga terbatas. Berikut
adalah beberapa contoh konfiks ber-...-an dengan pangkal verba yang
menggambarkan subjek yang banyak atau kejadian yang merambang (tidak
jelas, tidak teratur, dan tidak tentu).
datang berdatangan
gugur berguguran
jatuh berjatuhan
kejar berkejaran
lari berlarian
muncul bermunculan
pergi bepergian
terbang beterbangan
Verba berkonfiks ber-...-an dapat pula diturunkan dari pangkal adjektiva
atau nomina yang menyatakan hubungan timbal balik atau berbalasan.
pandang berpandangan
cinta bercintaan
salam bersalaman
dekat berdekatan
sama bersamaan
desak berdesakan
sebeiah bersebelahan
jauh berjauhan
seberang berseberangan
mesra bermesraan
musuh bermusuhan
4.3.1.3 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Prefiks meng-
1) Verba taktransitif yang dibentuk dengan prefiks derivasi meng- ada yang
diturunkan dari pangkal verba. Berikut beberapa contoh.
(242) menginap:
Saya menginap di rumah nenek.
mendidih:
Air di atas kompor sudah mendidih dan menggelegak.
meluncur:
Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi.
menyerah:
Kita jangan menyerah sebelum berjuang.
menyanyi:
Anak-anak menyanyi sambil menari.
mengungsi:
Selama banjir, penduduk kampung itu mengungsi ke tempat yang lebih
tinggi.
2) Verba taktransitif berprefiks meng- yang mempunyai pangkal adjektiva
mempunyai makna 'menjadi' atau 'bersifat' yang dinyatakan adjektiva.
(243) menghangat:
Menjeiang pilpres suasana politik negara kita mulai menghangat.
mereda:
Hujan yang deras sejak pagi tadi kini mulai mereda.
mengering:
Lukamu itu akan mengering kalau diolesi salep ini.
memanjang:
Bukit Barisan memanjang dan Aceh ke Bengkulu.
merendah:
Kawanan burung itu pun merendah terbangnya.
membusuk:
Bangkai itu mulai membusuk sehingga menyebarkan bau tidak sedap.
3) Terdapat lima jenis verba taktransitif berprefiks meng- yang mempunyai
pangkal nomina dengan arti yang berbeda.
a) Verba meng- dengan pangkal nomina dan berfitur suara atau bunyi
mempunyai makna 'mengeluarkan,
(244) memekik:
la memekik kesakitan karena jatuh dari sepeda.
meraung:
Sirine mobil ambulans itu meraung m^mtcAhknn kesunyian malam.
mendesis:
Ular itu mendesis ketika mempertahankan diri.
mendengkur:
Setiap tidur kakak saya selalu mendengkur.
menjerit:
la menjerit memanggil teman-temannya.
b) Verba berprefiks meng- dengan pangkal nomina dan berfitur tempatan
mempunyai makna 'menuju'.
(245) mendarat:
Sepasukan marinir mendarat di Pantai Cilacap.
melaut:
Nelayan melaut saat cuaca baik.
menyeberang:
Anda harus menyeberang di jembatan penyeberangan.
melangit:
Pesawat ruang angkasa mulai melangit.
menepi:
Perahu itu menepi ke seberang danau.
c) Verba taktransitif berprefiks meng- dengan pangkal nomina dan
berfitur bangun atau wujud bertalian dengan makna mirip dengan
atau 'menjadi'.
(246) menggunung:
Cuciannya menggunung karena sudah berhari-hari tidak dicuci.
menyemut:
Orang menyemut di jalan-jalan yang akan dilalui pawai.
memuncak:
Emosinya memuncak ketika melihat ibunya didorong penjaga toko
dengan kasar.
membatu:
Akar tanaman yang mati lama-lama membatu.
menguning:
Kertas itu mulai menguning karena terlalu lama disimpan.
Prefiks meng' dengan arti 'menjadi' atau 'mirip dengan' itu juga
terlihat pada bentuk seperti membujang, menjanda, dan mendudad) Verba taktransitif berprefiks meng- dengan pangkal nomina dan
berfitur barang konsumsi bertalian dengan makna makan' atau
'minum' yang disebut oleh kata dasar itu.
(247) menyirih:
Perempuan itu biasa menyirih setelah makan.
menyatai:
Sekali seminggu ia menyatai dengan anaknya.
merokok:
Dilarang merokok di sini.
e) Verba taktransitif berprefiks meng- dengan pangkal nomina dan
berfitur basil bumi mulai jarang dipakai secara umum. Verba itu
menyatakan makna mencari' atau 'mengumpulkan, misalnya
mendamar, merotan^ dan merumput.
4) Verba taktransitif dengan prefiks meng- juga dapat diturunkan dari kelas
kata numeralia, tetapi jumlahnya sangat terbatas.
(248) satu —> menyatu menjadi satu'
dua —> mendua 'menjadi atau berhaluan dua'
Ada beberapa pasang verba taktransitif dengan prefiks meng- yang
maknanya tidak berbeda dengan verba yang berprefiks her-.
(249) membekas
meneduh
menyanyi
menyebar
meludah
berbekas
berteduh
bernyanyi
bersebar
berludah
4.3.1.4 Pengaiiksan Verba Taktransitif dengan Prefiks ter￾Verba taktransitifyangberawalan ter- terbatas jumlahnya, adayangberpangkal
verba dasar yang juga taktransitif. Selain memarkahi aspektualitas perfektif,
jenis verba ini juga menggambarkan subjek yang mengalami sesuatu yang
tiba-tiba, takterduga, atau tidak sengaja.
Contoh:
(250) terduduk 'sudah duduk'
tertidur 'sudah tidur'
terjatuh 'sudah jatuh'
terbangun 'sudah bangun'
terjaga 'sudah jaga'
Kebanyakan verba ter- termasuk salah satu kategori berikut: verba
pasif + perfektif; verba kebetulan atau ketidaksengajaan; serta verba kebisaan,
kemampuan, atau kebolehan. Verba ter- yang pasif perfektif bertaiian dengan
verba di- beserta makna aspektualitas perfektif 'sudah'.
Bandingkan pasangan yang berikut.
(251) a. Uangnya terletak 6a atas meja.
b. Uangnya sudah diletakkan di atas meja.
(252) a. Harga yang tertulis pada barang itu ialah Rp5.000,00.
b. Harga yang sudah ditulis pada barang itu ialah Rp5.000,00.
Contoh Iain verba yang termasuk keiompok ini sebagai berikut.
(253) terkenai
terhormat
tercinta
terbuka
tersebut
'sudah dikenal'
'sudah dihormati'
'sudah dicintai'
'sudah dibuka'
'sudah disebut(kan)'
Verba ter- dengan makna kebetulan (aksidental) atau ketaksengajaan
ini mencakupi verba yang mengacu pada perbuatan yang dilakukan tidak
dengan sengaja.
Contoh:
(254) a. Tasnya tertinggal di rumah.
b. Tasnya ditinggalkan di rumah. (dengan sengaja)
(255) a. Jam tangannya terjatuh.
b. Jam tangannya dijatuhkan. (dengan sengaja)
Verba berprefiks ter- yang bermakna aksidental ini bersifat transitif
atau taktransitif.
Contoh:
(256) terbawa oiehnya (sudah dibawa)
terpakai oleh sopirnya (sudah dipakai)
tersebat rotan (sudah disebat)
tertipu makelar palsu (sudah ditipu)
Begitu juga terbunuh, terluka, termakan, tertabrak, tertembak^ tepergoky
tersingkivy terpengaruhy dan terpesona.
Verba berprefiks ter- dengan makna kebisaan atau kemampuan
menyatakan bahwa pelaku bisa atau mampu melakukan perbuatan yang
digambarkan oleh verba. Jenis verba ini biasanya diingkari dengan kata tidak
sehingga maknanya mengisyaratkan ketakmampuan pelaku.
(257) Rumah sebesar itu tidak terbeli (oiehnya).
(258) Suaranya hampir tidak terdengar.
(259) Masalah tenaga iistrik tidak terpecahkan.
(260) Pungutan liar tidak terhindari iagi.
Verba berprefiks ter- lain yang bertalian dengan kemampuan terlihat
pada contoh berikut.
(261) teramalkan:
Bencana itu tidak teramalkan.
terlihat:
Gerhana matahari terlihat )c\2.s di Kupang.
terelakkan:
Kecelakaan itu tidak terelakkan.
tertahankan:
Nyeri yang ia rasakan tidak tertahankan.
4.3.1.5 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Prefiks se￾Pengafiksan verba dengan prefiks se- terjadi pada tataran kaiimat dan
menghasilkan klausa subordinatif dalam kaiimat kompleks. Jumlah bentuk
verba jenis ini sangat terbatas. Dalam data yang diteliti terdapat dua kelompok.
Kelompok pertama mencakupi setibdy sedatang, sesampai, sepulang, sekembalU
dan setamat.
Prefiks se- itu dapat juga dianggap lekat pada satuan yang lebih besar,
yakni frasa atau klausa. Contoh berikut dapat menjelaskan pandangan itu.
(262) a. Sedatang6\ Bandung, rombongan mahasiswa itu mencari
rumah makan.
b. Setiba di Bandung, rombongan mahasiswa itu mencari
rumah makan.
c. Sesampai di Bandung, rombongan mahasiswa itu mencari
rumah makan.
(263) a. Biasanya sepulang dari kantor, ia bersantai di teras rumah.
b. Biasanya sekembali dari kantor, ia bersantai di teras rumah.
c. Setamat hc\3]3ir di Amerika Serikat, Ahmad mengembangkan
industri rumahan berbasis potensi kelautan.
Makna gramatikal yang dinyatakan oleh se- itu ialah 'segera setelah
perbuatan yang digambarkan verba'. Konstruksi yang dimulai dengan se￾verba di atas membentuk klausa subordinatif adverbial.
Kelompok kedua mencakupi tiga bentuk, yaitu setahu., seingat^ dan
semau. Verba setahu menyatakan makna gramatikal 'sebanyak yang diketahui
pelaku' atau 'dengan diketahui atau disaksikan pelaku'.
(264) Setahuku dia orang yang baik hati.
(265) Jual beli tanah itu dilaksanakan setahu lurah dan camat.
Verba seingat menyatakan makna gramatikal sebanyak yang diingat
oleh pelaku . Hal itu terlihat dalam contoh berikut.
(266) Seingat saya, belum pernah saya menolaknya.
Verba semau menyatakan makna gramatikal 'sebanyak yang disukai
atau dikehendaki oleh pelaku'. Verba semau berkonotasi 'kurang adab'.
(267) la datang ke kantor semaunya {sesukanyd).
Berbeda dengan setibay^xv^ mengawali klausa adverbial, hcm\i\isetahuy
seingat, dan semau menyiratkan ciri nominal seperti yang terlihat pada frasa
setahuku dan setahu saya serta semauku dan semau saya. Verba semauku dapat
diulang menjadi semau-mauku yang bersinonim dengan sewenang-sewenang.
4.3.1.6 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Infiks -el-y -er-y -em-y dan -in￾Pembentukan verba dengan infiks tidak begitu produktif. Artinya, tidak
mudah membuat bentuk baru dengan menambahkan infiks pada verba,
adjektiva, atau nomina. Contoh yang dapat disebutkan untuk keempat infiks
itu masing-masing terdaftar di bawah ini.
(268) temurun:
Cara mengobati penyakit itu sudah turun-temurun.
semilir:
Angin silir-semilir di tepi pantai.
gemuruh:
Stadion gemuruh karena gol tercipta pada menit-menit terakhir.
gemulung:
Dari kejauhan ombak gulung-gemulung di tepi pantai.
(269) kelupas:
Kulit telapak tangannya mengelupas.
selerak:
Tulang binatang berselerak di tepi danau.
selisir:
Peluru itu hanya menyelisir lengannya.
geretak:
Rumah bergeretak karena digoyang gempa.
gerigi:
Gerigi alat itu sangat tajam setelah diasah.
kinerja:
Gaji yang ia dapatkan berbasis kinerja.
Berikut ini pembentukan kata bersisipan.
getar g-f/w-etar gemetar
kerja k-/w-erja -> kinerja
sambung -> s-/«-ambung sinambung
senggara s-^/-enggara selenggara
sidik -f s-^-Z-idik selidik
tabur t-<?w-abur temabur
tambah -> t-/«-ambah tinambah
gembung g-(?/-embung gelembung
gig' g-^r-igi gerigi
gertak g-em-tndk gemertak
4.3.1.7 Pengafiksan Verba Taktransitif dengan Konfiks Verbal ke-.^-an
Jika dilihat dari segi wajib-tidaknya nomina yang hadir, termasuk jumlah
nominanya, verba yang diturunkan dengan konfiks he-...-an dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yakni kelompok yang (1) bernomina satu, (2)
bernomina dua dan wajib, dan (3) bernomina dua, tetapi nomina kedua
bersifat manasuka. Pangkal yang dipakai dapat berupa verba, adjektiva, atau
nomina.
Contoh:
(270) kelaparan:
Kami memberi makan pengemis yang kelaparan.
kedinginan:
Saat tiba mereka berada dalam keadaan kedinginan.
kepanasan:
Anak itu kepanasan.
ketiduran:
Maaf, saya ketiduran tadi.
kesakitan:
Karena kesakitan, dia menangis.
kemalaman:
Kami kemalaman dalam perjalanan ke Payakumbuh.
kejatuhan:
Petani itu kejatuhan kelapa.
kehabisan:
Sekarang kami sudah kehabisan uang.
kehilangan:
Kemarin saya kehilangan dompet.
ketumpahan:
Celananya ketumpahan kopi.
kemasukan:
Dia seperti kemasukan setan.
kebanjiran:
Kita kebanjiran (barang Jepang).
kehujanan:
Semalam kami kehujanan (salju).
kecopetan:
Dia kecopetan (ponsel)
Makna umum dari bentukan ini adalah adversatif, yang meng￾gambarkan keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak mengun￾tungkan. Orang yang kejatuhan kelapa, anak yang kesakitan, atau daerah
yang kebanjiran mengalami keadaan yang tidak menguntungkan. Perilaku
semantis verba berkonfiks ke-.-.-an, khususnya dalam kaitannya dengan
nomina yang mendampinginya, agak berbeda dengan verba transitif atau
taktransitif pada umumnya.
Contoh:
(271) Buruh bangunan itu kejatuhan pasir.
Pada kalimat di atas, buruh bangunan itu bukaniah pelaku, melainkan
penderita suatu perlstiwa. Pasir, yang berada di belakang verba kejatuhan,
justru merupakan benda yang jatuh. Hal itu terdapat dalam kalimat lain,
seperti contoh berikut.
(272) Orang itu kecurian sepeda.
Subjek orang itu merupakan penderita, sedangkan pelengkap
sepeda merupakan 'sasaran' yang dicuri oleh orang. Dengan demikian, se￾benarnya kalimat (272) mempunyai cakupan semantis 'orang mencuri sepeda
dan akibatnya orang lain mengalami kerugian.'
Karena makna seperti itulah verba ke-...-an sering dihubungkan
dengan verba pasif. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa verba ke-.-.-an
mengandung pula makna adversatif, sedangkan verba pasif dengan di- tidak.
Perhatikan perbedaan kedua kalimat berikut.
(273) a. Buku itu ditinggalkan di perpustakaan.
b. Buku itu ketinggalan di perpustakaan.
Pada kalimat (273a) si pemilik mungkin dengan sengaja melakukannya
sehingga dia tidak merasakan adanya aspek negatif. Sebaliknya, pada
(273b) perbuatan itu tidak disengaja dan si pemilik merasakan kerugian
atas terjadinya peristiwa tersebut. Salah satu perbedaan yang lain bersifat
sintaktis. Semua bentuk pasif dengan prefiks di- dapat diikuti kata oleh.
Sebagian verba dengan konfiks ke-...-an juga dapat diikuti kata oleh, tetapi
sebagian yang lain tidak dapat. Perhatikan kalimat (275b) yang memakai
kata oleh yang ditolak.