bahasa sunda 2

Tampilkan postingan dengan label bahasa sunda 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa sunda 2. Tampilkan semua postingan

bahasa sunda 2


 


da: 

menak 'menak' ----> memenakkeun 'serasa menjadi menak' 

budak 'anak' ----> bubudakkeun 'seperti anak-anak' -tingkah 

laku- 

-d- Dwipurwa Berafiks, Bemasal, dan Mengalami Proses-proses Mor­

femis 

Dwipurwa yang berafiks, bemasal. dan mengalarni proses morfemis 

dapat terjadi pada nomina, verba, dan adjektiva. Dwipurwa berafiks, 

bemasal, dan mengalami proses morfemis ini berfungsi membentuk 

dan menunjukkan kategori sebagai berikut. 

-  - nomina -  -, seperti pada: 

purut -nama jeruk- ----> pungpurutan -nama tumbuh­

tumbuhnan- 

boros -nama anak tanaman ----> bongborosan macam-macam 

boros' 

seureud'sengat' ----> seungseureudan 'penyengat 

-binatang kecil- 

   


-  - verba  -, sepeni pad a: 


kalung ' kalung ' ----> kangkalungkeun 'kalungkan' 


pindah 'pindah' ----> p ipindahan 'sering pindah' 


sangsara 'sengsara'----> disangsara 'dibuat sengsara 


-  - adjektiva -  -, sepeti pada: 

sieun 'takut' ----> singsieuneun ' ketakutan' -akibat pemah 

takut- 

sireum 'semut' ----> singsireumeun ' kesemutan' 

deuleu ' lihat ' ----> deungdeuleueun 'terbayang-bayang di mata' 

 .  .  .  Trilingga -Trireka- 

T rilingga adalah pengulang:m dengan perubahan bunyi. Pe­

ngu langan bemtfk dasar -yang diketahui- tcrjadi sebanyak dua kali. 

Aninya, ada dua bentuk ulang, ditambah benruk dasar yang ketahui 

-seolah-olah hasil penguIangan menjadi tiga bentuk, ditambah bentuk. 

yang diulang- pada benruk dasar yang tidak diketahui seolah-olah ada liga 

unsur dengan bunyi yang berbeda -vokal berbeda- . -lihat Djajasudarma, 

      dan      -. 

Bentuk. dasar yang diulang selalu bentuk dasar satu silabe, biasanya 

berupa KA atau onomatope. Trireka -analog dengan dwireka- dapat di­

bedakan atas -I- trireka dengan bentuk dasar diketahui dan -  - trireka 

dengan benruk dasar tak diketahui. Perhatikanlah contoh berikut. 

-  - Trireka dengan benruk dasar diketahui, seperti pada: 

blok -KA - tumpah- ----> blak-blek-blok 'tumpah-tumpah' 

blug -KA - jatuh- ----> blag-b/ig-blug 'teljatuh-jatuh ' 

dor -KA - tembakan- ----> dar-der-dor 'bunyi tembakan berkali­

kali' 

-  - Tri reka dengan bentuk dasar tidak diketahui, seperti pada: 

brang-breng-brong ---->'bunyi ribut' -biasanya dari seng- 

pak-pik-pek ----> 'sibuk ' 

pJak-plek-plok ----> ' tertumpah-twnpah' 

dag-dig-dug ----> 'berdebar-debar' 

bak-bik-bek ----> 'bekelja setengah mati' 

Trireka dengan urutan vokal: /a! -/ C /-/o/;/a/- /i /e /; dan / a /-/ i/ 

   

I-I u/, dengan arah perubahan vokal dari bentuk dasar dapat di­

polakan seperti di bawah. 

-lihat Djajasud arrna,      - 

 .  .  .  Bentuk Ulang Semu 

Bentuk Ulang semu digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang 

tidak memiliki makna bila tidak diulang -Djajasudarrna,      - Bentuk 

ulang semu ini, bila dilihat dari segi pengulangan, merupakan 

pengulangan accidental -Rosen,      ; Djajasudarrna,      -. Oi dalam 

bahasa Sunda didapatkan -  - dwilingga semu; -  - dwipurwa semu, dan -  - 

dwiwasana semu -lihat Wirakusumah & I. Buldan Djajawiguna,      ; 

dan Djajasudarrna,      -. Perhatikanlah contoh berikut. 

-  - 

 Dwilingga semu, seperti pada: 

cika-cika ----> 'kunang-kunang' 

alun-alun ----> 'pusat kota' 

eureup-eureup ----> -nama binatang - sering mengakibatkan 

orang tidur sulit bangun bila tenindih bi­

natang itu- 

-  - Dwipurwa semu, sepeni pada: 

papa tong ----> 'capung' 

lolongkrang ----> 'kesempatan'; 'ruang antara' 

kukupu ----> 'kupu-kupu' 

-  - 

 Dwiwasana -pengulangan silabe akhir- semu, ~lX:~' ada: oO\.lf,Y- ktu L ~ , ~ \:'\ ~~ rl.~ '  ~~'l-

'-"""  \   ~v~ ~~ _


'   e wc. Io\Il!-k ~ M V\.  , I&V} ~ '  ' t 


   


butit; ----> -tandan pisang yang paling kecil- 

kunyunyud ----> -KA untuk merasa ada yang menarik­

narik- 

gewewek ----> -KA untuk menggigit- 

 .   Gejala Morfofonemik 

Gejala Morfofonemik adalah gejala perubahan, penambahan, dan 

pengurangan fonem pada morfem -Djajasudarma,      :   -. Gejala ini 

secara kasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok: -I- gejala perubahan 

-penambahan, pengurangan, pengalihan- fonem pada morfem dasar; -  - 

gejala morfofonemik dalam proses morfemis; dan -  - gejala morfofone­

mik dalam frasa. Perubahan-perubahan terscbut tidak merubah ani, tetapi 

hanya mengubah oentuk. 

-  - Morfofonemik pada morfem dasar, terdiri atas sembilan jenis. 

-a- Metatesis 

Metatesis ialah teIjadinya peralihan tempat fonem pada bentuk 

dasar, seperti pada: 

dalu 'matang sekali' ----> ladu 

aduy 'hancur' ----> ayud 

-b- Protesis 

Protesis ialah penambahan fonem pada awal dasar, sepeni pada: 

ai -sebutan unruk gadis/perempuan- ----> nyai 

jeung 'dan' ----> eujeung 

akang -sebutan untuk laki-Iaki- ----> kakang 

-c- Paragoge 

Paragoge ialah penambahan fonem di akhir bentuk dasar, seperti 

pada: 

kitu 'demikian' ----> kituh 

sia 'kamu' ----> siah 

.. kitu 'begitu' ----> kituh 

. , 

   

Epentesis 

Epentesis ialah penyisipan/penambahan fonem ke dalam bentuk 

dasar, sepeni pada: 

kade, 'hati-hati' ----> kahade 

eunteup 'hinggap' ----> euntreup 

Aferesis 

Aferesis ialah pengurangan fonem pada awal bentuk dasar, 

seperti pada: 

aceuk 'kakak perempuan' ----> ceuk 

arek 'akan' ----> rek 

bapa 'bapak' ----> apa 

pilari 'cari, lihat' ----> ilari 

Sinkope 

Sinkope ialah gejala pengurangan fonem tengah -medial- pada 

bentuk dasar, sepeni pada: 

ambeh 'supaya' ----> abeh 

jumblah 'jumlah' ----> jumlah 

kandektur 'kondektur' ----> kanektur 

Apokope 

Apoke ialah pengurangan fonem final -akhir- pada bentuk dasar, 

seperti pada: 

ituh 'itu' ----> itu 

[talia 'Italia' ----> [talia 

absent 'absen' ----> absen 

Asimilasi 

Asimilasi terdiri atas dua golongan, yakni asimilasi progresif 

dan asimilasi regresif. Asimilasi progresif, yaitu peluluhan 

fonem akibat pengaruh fonem di depannya pada bentuk dasar, 

seperti pada: 

gambar 'gambar' ----> gamar 

jumblah 'jumlah' ----> jum/ah 

   

kanderon 'kanderon ----> kaneron 

Asimilasi regresif, yaitu perubahan fonem inisial akibat pe­

ngaruh fonem final pada bentuk dasar, sepeni pada: 

gepluk -KA - jatuh- ----> kepluk 

gapluk -KA - menarnpar- ----> kaplok 

guprak -KA - jatuh- ----> kuprak 

-i- 

 Disimilasi 

Disimilasi progresif teIjadi apabila satu fonem pada bentuk 

dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sarna yang ada di 

depannya, seperti pada: 

laleur 'lalat' ----> lareur 

leler 'sadar' ----> lerer 

luhur 'luhur' ----> lurur 

Disimilasi regresif teIjadi apabila satu fonem akibat pengaruh 

fonem yang sarna yang ada dibelakangnya berubah menjadi 

fonem lain, seperti pad a: 

ruruntuk 'bekas' ----> luruntuk 

siraru -laron - Jawa- ----> silaru 

raris 'sangat laku' ----> laris 

tonton 'tonton' ----> tongton 

-  - GejaIa Morfofonemik dalarn proses Morfemis 

Gejala morfofonemik dalarn proses morfemis ialah perubahan pacta 

pembentukan kata jadian atau morfem kompleks -Djajasudanna, 

     :    -. Ada dua macarn gejala ini, yakni aIomorf dan sandhi 

-a- 

 Alomorf -Morfem Alteman- 

Alomorf adaIah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya 

yang berlainan -varian morfem- pada bentuk jadian -band. Djajasu­

danna,      :    -. Alomorf bahasa Sunda adalah pa-, paN-, dan 

paNa-; -na, dan -ana; maNa-; dan alomorf N-. 

  - 

 Alomorf paN-

Alomorf paN- timbul akibat prefiksasi pa- pad a bentuk dasar 

yang tidak dapat mengalarni nasalisasi. 

goreng + pa- + -na ----> penggorengan'alat untuk meng­

goreng' 

    

balik + pa- + -an ----> pangbalikan 'tempat pulang' 

jajan + pa- + -an ----> pangjajanan 'tempat jajan' 

ulin + pa- + -an ----> pangulinan 'tempat bennain' 

  - Alomorf paNa-/maNa-

Alomorf ini teljadi bila simulfiksasi pa- + -keun, yang alomorf­

nya berupa panga- atau pang-. 

Misalnya: 

garo 'garuk' + pa- + -keun ----> - pangangarokeun, pang­

garokeun 'tolong garuk­

kan' 

gantung 'gan  ung' + pd- + -keun- ---> -pangagantungkeun 

panggantungkeun '   ­

long gantungkan' 

rampid 'bawa sekalian' + pa- + -keun ----> -pangarampidkeun, 

pangrampidkeun 'LOlong 

bawa sekalian' 

Alomorf manga-   erjadi dalam pemben  ukan makna aktif bi  ran­

Si  if -pa- + N- ----> mang-a---, dan paN-a--,   erjadi dalam pem­

bentukan kategori grama  ikal impera  if bitransi  if -unsur pe­

nolong secara inheren-. Alomorf maN-a-- terbentuk bila bemuk 

dasar bergabung dengan sufiks -keun + prefiks maN -a--, seperti 

pada: 

gubrag -KA untuk ja  uh- + maN-a-- + -keun ---->mang-a-

gubragkeun 'membantu menjatuhkan' 


gunting + maN-a-- + -keun ----> mang-a- guntingkeun 'mem­


bantu mengguntingkan' 

gambar + maN-a-- + -keun ----> mang-a- gambarkeun 'mem­

bantu menggambarkan' 

dedet + maN-a-- + -keun ----> mangadedetkeun 'membantu 

menjejalkan' 

-Djajasudanna,      - 

-  - Alomorf -- a-na 

Alomorf -- a-na teljadi bila sufiks -na bergabung dengan bentuk 

dasar yang berakhir dengan fonem /nI seperti -an, -eun, -keun, 

Misalnya: 

    


gajih 'gaji + -an + -   ----> gajihaoona 'terima uang 

gajinya' 

buruh 'upah' + -an + -   ----> buruhaoooo •upahnya , 

dahar 'makan + -eun + -   ----> dahareuoona 'yang akan 

dimakannya' 

dongeng 'cerita' + -keun + -na , ----> dongengkeuoona 'ceri­

takannya' 

bikeun 'berikan' + -eun + -na ----> bikeuneunana 'apa-apa 

yang akan diberikan ' 

sapu 'sapu' + -keun + -eun + -   ----> sapukeuneunana 'apa­

apa yang akan disapu' 

 - Alomorf N- -nasal- 

Alomorf nasal terbentuk bila terjadi nasalisasi pada-bemuk dasar 

dalam membentuk makna aktif, seperti pada: 

bere 'beri' + N- ----> mere 'memberi' 

poe 'jemur' + N- ----> moe 'menjemur' 

riup'tiup' + N- ----> niup 'meniup' 

deil 'cicB' + N- ----> nyieil 'menyici!' 

jieun 'buat' + N- ----> nyieun 'membuat' 

sangu 'nasi' + N- ----> nyangu 'menanak nasi' 

kaea 'kaca' + N- ----> ngaea 'bercermin' 

guyang "mandi' + N- ----> nguyang 'meminjam' -binatang- 

Kaidah perubahan fonem inisial -awal- menjadi fonem nasal 

berdasarkan fonem konsonan yang homorgan, sebagai berikut: 

konsonan inisial: konsonan nasal: 

I b I dan I p I ----> Iml 

I t I ----> Inl 

I c I, I j I. I s I ----> J.'!     

I k I dan Ig I ----> I f   I 

-Djajasudarma, dan Idat A.,      - 

-b- Sandi 

Sandi dalam bahasa Sunda ada dua jenis, yakni sandi vokal dan kon­

sonan. 

i. sandi vokal ialah peluluhan dua vokal yang berderet dalam mor­

fern. Sandi vokal dalam bahasa Sunda ialah sebagai berikut. 

    

i + a ----> e, seperti pada: pasantrian ----> pasantren 'pesan­

tren' 

a + i ----> e, seperti pada: saewu ----> sewu 'seribu' 

a + e ----> e, seperti pada: kaedanan ----> kedanan 'tergila­

gila' 

a + a ----> a, seperti pada: kasusastraan ----> kasusastran 

'kesusastraan' 

a + u ---->  , sepeJ  i pada: kaucap ----> kocap 'ini lah' 

a +   ---->  , seperti pada: kaondangan ----> kondangan 'pergi 

ke undangan' 

u + a ----> u, sepeJ  i pada: pagupuan ----> pagupon 'kandang 

merpati' 

ii. 

 Sandi Konsonan 

Sandi Konsonan terjadi dalam proses morfemis yang disebut 

dwipurwa -pengulangan silabe inisial- dengan N--ng-, sepeni 

pada: 

sireum 'semut' ----> singsireumeun atau sisireumeun 'ke­

semutan' 

daun 'daun' ----> dangdaunan atau dadaunan 'dedaunan' 

-macam-macam daun- 

boros 'anak tumbuh-tumbuhan'----> bongborosan atau boboro­

san 'bermacam-macam boros' 

seureud 'sengat' ----> seungseureudan atau seuseureudan 'ber­

macam-macam penyengat' 

-lihat Djajasudarma dan Idat A.,      - 

-  - Gejala Morfofonemik dalam Frasa

Gejala Morfofonemik yang terjadi dalam rangka pembentukan frasa

cenderung menunjukkan ekonomisasi bahasa Djajasudarma dan Idat A.,

     -. Gejala ini timbul melalui proses berikut.

a. 

 morfem pertama mengalami apokope, contoh: 

kumaha dinya ----> kumadinya 'terserah kamu' 

atuh da ----> atuda 'habis begitu' 

b. 

 morfem pertama mengalami sinkope, contoh: 

cobe heg ----> caheg' silakan coba' 

c. 

 morfem kedua mengalami aferesis, contoh: 

   


silaing mah ----> silaingah 'karnu sih' 

d. morfem pertama mengalarni sinkope dan morfem kedua mengalarni 

aferesis, contoh: 

dewek mah ----> dekah 'saya sih' 

e. morfem kedua mengalarni sandi dan morfem ketiga mengalarni 

aferesis, contoh: 

cek aing oge ----> cekengge 'kata saya juga' 

 .  Kata dan Partikel 

Kata dalarn sistem gramatika Sunda dikenal dengan istilah kecap 

-Adiwidjaja,       ; Wirakusumah,      ; Ardiwinata,      -. Ardiwinata 

menyebutkan bahwa kata teIjadi dari satu bunyi atau lebih yang me­

nunjukkan kepada satu makna -Ardiwinata,      :   -. Berdasarkan 

bentuknya, kata dapat terdiri atas satu atau lebih engang 'silabe' 

-Wirakusumah,      ; Ardi winat.a, ,     ; Djajasudarma,      -. 

Sejalan dengan uraian di atas, dalarn sistem grarnatika Sunda dikenal 

istilah kecap asal 'kata dasar' dan kecap rekaan 'kata rekaan!turunan' 

-Wirakusumah,      :     -. Kecap asal ialah kata yang belum direka -di­

derivasi-. Dan ternyata tidak semua dapat direka. Kata-kata yang tidak 

dapat diturunkan -diderivasi- dikenal dengan sebutan partikel. 

 . .   Kata dan Kata Tugas 

Wujud kata bahasa Sunda bennacarn-rnacam, sesuai dengan potensi­

nya untuk berketurunan. Lebih jauh Ojajasudanna -     :    - rnerinci 

bentuk kata sebagai berikut: 

-  - satu morfem dasar yang biasa disebut kata dasar, seperti : sare, 

'tidur', diuk 'duduk', dahar 'makan', dan indil 'pergi' 

Bahasa Sunda memiliki morfem dasar yang tidak sarna dengan kecap 

asal, misalnya gidig yang muncul harus selalu dengan preflks atau 

reduplikasi; dan duru yang muncul harus dengan preflks si-, se­

hingga menjadi siduru. 

-  - kombinasi morfem dasar dengan aflks -MTM- dalarn proses morfe­

mis, dan menghasil!kan Icecap rundayan 'kata jadian' -Wirakusumah, 

     :    -. 

-  - pengulangan morfem dasar, atau morfem dasar MTM, yang disebut 

kecap rajekan 'kata ulang' 

   

- - 

 kombinasi dua morfem dasar, atau kombinasi kata jadian yang 

disebut kecap kantetan 'kala majemuk'. 

Ardiwinata -     - membedakan kata berdasarkan fungsinya, yaitu 

kecap utama/poko 'kata utama/pokok' dan kata tugas. Kata utama ber­

hubungan dengan kelas kata yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan 

istilah warna kecap -Wirakusumah,      :   -. Kata tugas ialah unsur 

lingual yang berfungsi tertentu dalam pembentukan kalimat, sepeni: kata 

keterangan, kata sambung atau kongjungsi, kata seru at au inteljeksi, dan 

kata pengeras. Karenanya, kata tugas disebut sebagai "Alat" kalimat 

-Ardiwinata,      :    -. 

 . .   Partikel 

Morfem dasar -berdasarkan potensinya untuk diderivasi- tcrbagi 

menjadi dua , yaitu morfem yang dapat diafiksasi dan morfem yang tidak 

dapat diafiksasi . Morfem tidak dapat diderivasi dikenal dengan partikel. 

Karena itu, secara struktural panikel dikatakan sebagai morfem terikat 

secara sintaksis. 

Jumlah panikel dalam bahasa Sunda cukup banyak antara lain di 'di', 

ti 'dari', ku 'oleh',jeung 'dan', boh 'baik', rek 'akan', rada 'agak', bae 

'saja', tea 'itu', teh, mah, dan gek -KA untuk duduk-. 

Berdasarkan fungsinya panikel dapat memarkahi frasa klausa, dan 

kalimat. Posisi partikel sebagai pemarkah frasa, ada yang berada di depan 

unsur yang dimarkahinya yang disebut preposisi, dan ada yang berada 

dibelakang unsur yang dimarkahinya yang disebut posposisi. 

 . .  .   Preposisi 

Frasa yang dimarkahi preposisi disebut frasa preposisional. Frasa 

preposisional biasanya berupa frase eksosentris. 

Bahasa Sunda memiliki lima macam preposisi. 

 . .  .  .   Preposisi Direktif 

Preposisi direktif memarkahi nomina -  - atau pronomina, dan mem­

bentuk. frasa nominal, misalnya: 

di ----> di imah 'di rumah' 

lea ----> lea kota 'ke kota' 

   


ti ----> ti tukang 'dari belakang' 


dina*- ----> dina lomari 'di dalam lemari' 


kana*- ----> kana beca 'naik beca' 


ttna*- ----> tina hate'dari dalam hati' 


di nu ----> di nu kariaan 'di tempat orang yang berpesta' 


ka nu ----> ka nu gelo 'kepada orang gila' 


ti nu ----> ti nu kuriak 'dati yang sedang membangun rumah' 


-Djajasudanna,      :  -- - 

 . .  .  .   Preposisi Agentif 

Preposisi agentif selalu muncul dengan nomina -pronomina- 


dan alat. Disebut agentif karena frasa ini berperan sintaksis sebagai agen 


atau alat. Preposisi agentif bahasa SW  da ialah ku 'oleh/dengan', mi­


salnya: 


ku kuring ----> 'oleh saya' 


ku budak ----> 'oleh anak-anak' 


ku peso ----> 'dengan pisau' 


ku nyere ----> 'dengan lidi' 


 . .  .  .   Preposisi Interjektif 

Preposisi ku selain dapat memarkahi nomina dan pronomina juga 

dapat memarkahi adjektiva. Jika preposisi ku memarkahi adjektiva, maka 

hasilnya berupa interjeksi 'seruan'. Karena itu preposisi ini disebut 

preposisi interjektif. Misalnya: 

ku endah ----> 'indahnya' 

ku berehan ----> 'ramahnya' 

ku pinter ----> 'pintamya' 

ku hese ----> 'sulitnya' 

 . .  .  .  Preposisi Sebut  n 

Preposisi ini muncul untuk menyebut seseorang -Djajasudanna dan 

Idat Abdulwahid,      :  -. Misalnya: 

si ----> si jago 'jagoan' 

kai ----> kai Soma 'Saudara Soma' 

-ki- ----> ki guru -kat guru- 'Saudara guru' 

   

 . .  .  .  Preposisi Konektif 

Dikatakan preposisi konektif karena preposisi ini berfungsi 

menghubungkan unsur bahasa yang sarna -Djajasudarma dan Idat Abdul­

wahid,      :  -. Berdasarkan bemuk hubungannya. preposisi ini meli­

puti -a- subordinatif, -b- koordinatif, -c- korelatif, -d- modalitas -modus-, 

-e- keaspekan, dan 

-  preposisi tingkat. 

 . .  .   . .   Subordinatif 

Preposisi yang termasuk konektif koordinatif amara' lain seperti yang 

berikut. 

lamun -mun- · kalau' 

asal 'asal' 

supaya 'supaya' 

bari 'sambil' 

anu -nu- 'yang' 

mimitina 'mulainya' 

salila Uero- 'selama ' 

abong-abong 'memang-memang' 

-kena-kena; abong kena- 

gara-gara 'gara-gara' 

sabab 'sebab' 

ku lantaran kitu 'oleh karena itu' 

sana jan 'meskipun' 

 . .  .  . .   Koordinatif 

Preposisi yang tennasuk konektif koordinatif, antara lain: 

jeung -eujeung- 'dan';'dengan' 

tapi 'tetapi' 

atawa 'atau' 

komo 'lebih-lebih' 

padahaJ 'padahal' 

saperti 'seperti' 

siga -jiga- 'seperti' -serupa dengan- 

kawas 'seperti' 

lir 'seperti' 

   


asa 'serasa' 

kadya 'sepeni' 

tibatan -manan- 'daripada' 

saupama 'seandainya' 

ngan -wungkul- 'saja' 

teujeung 'tanpa' 

nya eta 'yaitu' 

kayaning 'sepeni' 

di antarana 'di antaranya' 

 . .  .  . .   Korelatif 

Preposisi -konektif- korelatif iaIah dua buah preposisi atau lebih 

daIam satu ujaran yang masing-masing memarkahi konstituennya, dan di 

antara keduanya ada hubungan ketergantungan, baik gramatikaI maupun 

semantik. Bahasa Sunda memiliki sebanyak      pasangan preposisi kore­

latif -lihat Djajasudarma dan Idat Abdulwahid,      - sebagai berikut. 

antara ... jeung ... 'antara '" dan .. .' 


asa ... asa ... 'serasa ... serasa .. . ' 


boa .. . boa ... 'mungkin ... mungkin ... ' 


boh .. . atawa .. . 'baik ... atau .. .' 


boh ... boh ... 'baik ... maupun .. . ' 


beuki ... beuki ... 'makin ... semakin .. .' 


duka ... duka '" 'entah ... entah ... ' 


ka .. . ka ... 'ke ." ke ... ' 


ku ... ku ... 'oleh ... oleh ... ' 


lain ... tapi ... 'bukan ... melainkan .. .' 


lain bae ... tapi .. . 'bukan hanya ... tetapi ... ' 


lamun ... tangtu .. . 'jika ... tentu .. .' 


/ian ti .. . oge .. . 'selain ... juga ... ' 


leuwih ... batan '" 'lebih ... daripada .. . ' 


najan .. . tapi .. . 'walaupun ... tetapi ... ' 


naha ... atawa '" 'apakah ... atau .. .' 


nu ... nu ... 'yang .. . yang .. . ' 


nya ... nya ... 'sudah .. , ... lagi' 


teu ... teu ... 'tidak .. , tidak ... ' 


ti ... ka ... 'dari ... ke ... ' 


   

ti ." nepi ka .. . 'dari ... sampai ke ... ' 

tina ... kana .. . 'dari-hal- ... ke -pada- ... ' 

 . .  .  . .  Modalitas 

Modalitas -modus- dalam bahasa Sunda antara lain seperti berikut. 

lain 'bukan' ----> lain menak 'bukan ningrat' 

henteu -teu- 'tidak' ----> henteu meuli 'tidak membeli' 

yen 'bahwa' ----> yen euweuh ... 'bahwa tidak ada! .. .' 

ulah 'jangan' ----> ulah nolak 'jangan menolak' 

muga-muga 'semoga' ----> muga-muga sing hasil 'semoga ber­

hasil' 

boa 'mungkin' ----> boa cilaka 'mungkin celaka' 

boa-boa 'jangan-jangan' ----> boa-boa tuluy 'jangan-jangan lang-

sung pergi' 

kade 'hati-hati' ----> kade baseuh 'haLi-hati basah' 

bisi 'jangan-jangan' ----> bisi euweuh 'jangan -jangan tidak ada' 

teuing -ku- , alangkah' ----> teuing ku bangor 'alangkah nakalnya' 

piraku omasa' ----> piraku teu bisa Omasa tidak bisa' 

raraosan 'perasaan' ----> raraosan mah leres 'perasaan benar' 

rupana 'rupanya' ----> rupana mah kabeurangan 'rupanya 

-ia- kesiangan' 

-Djajasudanna dan Idat Abdulwahid,      :  - -. 

 . .  .  . .  Keaspekan 

Partikel -preposisi- keaspekan bahasa Sunda dapat dikelompokkan 

menjadi dua. 

-a- 

 Partikel keaspekan, yaitu partikel yang menerangkan terjadinya 

situasi -keadaan, peristiwa, dan proses- 

-Djajasudanna dan Idat Abdulwahld,      :  -, yang antara lain 

adalah 

arek -rek- ----> rek indit 'akan pergi' 

eukeur -keur- ----> keur nyangu 'sedang menanak nasi' 

enggeus -geus- ----> geus hudang 'sudah bangun' 

-b- 

 Pennarlcah Keaspekan Inkoatif -KA- 

Pemarkah keaspekan inkoatif adalah penanda -KA- untuk me­

   


nyatakan bagaimana awal makna yang diungkapkan verba dilakukan 

atau dialami -Djajasudanna dan Idat Abdulwahid,      :  -. Se­

lanjutnya Djajasudanna menyatakan bahwa setiap verba bahasa 

Sunda dapat muncul dengan KA. Misalnya: 

gek -KA untuk duduk- ----> gek diuk

pok -KA untuk berbicara- ----> pok ngomong

jung -KA untuk berdiri- ----> jung nangtung

reup -KA untuk tidur- ----> reup sare

bray -KA untuk membuka- ----> bray beunta

Dengan pemuncu]an XA, awal situasi -keadaan, penstlwa, dan 

proses- tergambarkan bila dibandingkan dengan verba saja yang 

muncul -bandingkan: diuk 'duduk' dengan gek diuk -awal duduk 

tergambarkan; antara duduk dengan duduklah -ia---Djajasudarma 

dan Idat Abdulwahid,      :  -. 

 . .  .  . .  Preposisi Tingkat 

Untuk menyatakan tingkat perbandingan dapat menggunakan pre­

posisi tingkat. Preposisi tingkat hanya dapat melekat pada adjektiva. 

Karena itu preposisi ini dapat dikatakan sebagai ciri sintaksis kelas adjek­

tiva. Misalnya: 

rada 'agak' ----> rada alus 'agak bagus' 


· leuwih 'lebih' ----> leuwih beurat 'lebih berat' 


kacida 'sangat' ----> kacida atohna 'sangat gembira' 


 . .  .   Posposisi 

Telah disinggung di muka bahwa berdasarkan posisinya dalam frasa, 

posisi adalah panikel yang berada di belakang unsur yang dimarkahinya. 

Ada dua golongan posposisi dalam bahasa Sunda, yakni -  - pemarkah 

fokus sintaksis -penegas-, dan -  - posposisi tingkat. 

 . .  .  .   Posposisi Pemarkah Fokus Sintaksis 

Posposisi penegas bahasa Sunda, antara lain, adalah 

teh -takrif- ----> ayeuna teh ... 'kini' 

tea -takrif- ----> manehna tea 'dia itu' 

    


mah -komparatit- ----> kuring mah 'saya -ini- dibandingkan 

dengan ... ' 

waelwelweh -pewatas- ----> kuring wae '-selalu- saya saja' 

 . .  .  .   Posposisi Tingkat 

Posposisi tingkat bahasa Sunda meliputi contoh berikut. 


pisan 'sangat' ----> beunghar pisan 'sangat kaya' 


amat 'dulu' ----> pageto amat 'kemarin dulu' 


teuing 'terlalu' ----> beurang teuing 'terlalu siang' 


deui 'lagi' ----> panggih deui 'ketemu lagi' 


deui-deui 'sarna sekali' ----> embung deui-deui 'tidak mau sarna 


sekali' -karena kapok- 

kaeida 'sekali' ----> nyeri kaeida 'sakit sekali' 

Khusus tentang partikel kae ida , temyata partikel ini dapat berlaku 

sebagai preposisi -perhatian butir  .  .  .  . . - dan posposisi. Akan tetapi, 

dalarn penggunaannya terdapat perbedaan. Letak perbedaannya adalah 

kaeida sebagai posposisi rnernarkahi bentuk dasar, rnisalnya: alus kaeida 

'bagu sekali', hideung kaeida 'hitam sekali', lada kaeida 'pedas sekali'; 

sedangkan kaeida sebagai preposisi selalu rnernarkahi bentuk turunan, 

rnisalnya kaeida alusna 'sangat bagus', kaeida hideungna 'sangat hitam', 

kaeida ladana 'sangat pedas'. 

 .  Komposisi 

Kornposisi di dalam sistern gramatika Sunda dikenal dengan istilah 

kecap kantetan -kala majemuk-. Istilah kecap kantetan digunakan oleh 

Adiwidjaja -      -, Wirakusumah dkk. -     -. Komposisi memiliki ciri 

antara lain dua unsur yang tidak dapat disisipi apa-apa, dan dalam peng­

ucapannya tidak ada jeda -unsur henti--Djajasudanna dan Idat Abdul­

wahid,      :   -- -.Selanjutnya Djajasudarma menguraikan pembentukan 

komposisi sebagai berikut: 

-a- Komposisi dengan kaidah DM -Diterangkan-Menerangkan-, yang 

disebut kata majemuk sintaktis, seperti yang berikut: 

indung kesang 'biang keringat' 

kotok bangkok' anak ayam yang mati didalam teluf' 

sambel goreng 'sambal goreng' 

pail peuheur 'kesulitan' 

    


-b- Komposisi dengan kaidah MD -Menerangkan-Diterangkan-, seperti 

yang berikut 

amis mata -nama sejenis buah, kecil-kecil, merah, manis- 

beureum panon -nama sejenis ikan- 

hampang birit 'cekatan' 

laer gada -selalu minta, bila terbit selera- 

Lebih jauh Djajasudarma menerangkan bahwa di dalam bahasa 

Sunda terdapat bentuk-bentuk yang mirip den~ata majemuk -kecap 

kantetan-, dan unsumya terikat oleh satu bent~ermasuk ke dalam 

bentuk ini ialah cramberry morpheme 'morfem unik'. Morfem unik ba­

hasa Sunda berdasarkan posisinya adalah sebagai berikut: 

-a- Morfem unik + bentuk dasar, seperti pada : 

sarerang + kawung ----> sarerang kawung 

'enau' 'serbuk tangkai enau' 

lak-lak + dasar ----> lak-lak dasar 

'dasar' 'habis-habisan' 

carancang + tihang ----> carangcang tihang 

'liang' -'waktu fajar' - mulai terlihat pe­

pohonan remang-remang bagaikan 

tiang- 

-b- Morfem unik di belakang morfem dasar, seperti pada: 

jambu + mede ----> jambu mede 

'jambu' 'jambu monyet' 

mata + holang ----> mata holang 

'mata' 'bagian yang kecil yang keras pada 

parnh anak ayam yang barn di­

tetaskan'; 'tunas' 

meupeus + keuyang ----> meupeus keuyang 

'memecah-kan- , 'marah-marah pada orang yang 

tidak bersalah, karena tidak berani 

pada orang yang memang ber­

salah' 

sabar + darana ----> sabar darana

'sabar' 'sangat sabar' 


keukeuh + peuteukeuh ----> keukeuh peutemukeuh 

'kerns hati' 'kerns hati' 

    


Di samping bentuk-bentuk ini  di atas bahasa Sunda memiliki bentuk 

komposisi dengan salah satu unsumya berupa morfem terikat khusus 

-Djajasudanna dan Idat Abdulwahid,      :   -. Komposisi yang di­

maksud adalah sebagai berikut 

-a- tua + kampung ----> tua kampung 

'tua' 'kampung' 'ketua kampung' 

kundang + iteuk ----> kundang iteuk 

'bawa' 'tongkat' 'bertongkat' 

hiri + dengki ----> hiri dengki 

'jahat'; 'jahar 'berhati jahat' 

-b- anak + jadah ----> anak jadah 'anak haram' 

'anak' -zadah Adj. 'anak'- 

peuteuy + selong ----> peuteuy selong 'petai cina' 

'petai' 'kamalandingan'; 'band ara ' 

reuneuh + jadah' ----> reuneuh jadah 'hamil tanpa 

'hamil' nikah" 

paturay + tineung ----> paturay tineung 'perpisahan' 


'berpisah' 


handap + asor ----> hadap asor ' merendahkan 


'bawah' hati' 


leumpeuh + yuni ----> leumpeuh yuni 'mudah ter­

'layu' pengaruh' 


sapoe 'sehari' + jeput ----> sapoe jeput 'seharian' 

-c- abong + kena ----> abong kena 'mentang-men­

tang' 

-abong-abong = kena-kena- ----> 'mentang-mentang' 

bene + beureuh ----> bene beureuh 'punya pacar' 

-bebene = beubeureuh- 'pacar' 

BAB V 

NOMINA 

 .   Nomina dan Nominal 

Nomina adalah nama dari semua benda dan yang dibendakan, misal­

nya imah 'rumah', kuring 'saya', maung 'harimau'. Nomina bahasa 

Sunda dapat dibentuk selain dari bentuk dasar kelas nomina itu sendiri, 

juga dapat dibentuk dari kelas bukan nomina, misalnya pagawe 'pega­

wai', bodona 'bodohnya', tarikna 'kerasnya'. Pagawe berasaJ dari gawe 

'keIja' -verba-, bodona berasal dari bodo 'bodoh' -adjektiva-, dan tarikna 

berasal dari tarik 'kerns' -adverbia-. Bentuk pagawe, bodona, dan tarikna 

lazim dikenal dengan istilah nomina. Afiks pa- pada pagawe dan -na pada 

bodona dan tarikna berfungsi sebagai nominalisator. 

-lihat Djajasudarma, dkk.,      -. 

Nomina{t- bahasa Sunda dapat dibedakan dari kelas lain dengan 

melihat ciri-cirinya, antara lain dengan va  ensi sintaksis. Mengenai 

batasan dan ciri nomina -t- bahasa Sunda ini dapat dilihat pada subbab 

berikut. 

 .   Batasan dan Ciri 

Nomina -t- adalah suatu jenis kata yang menandai atau menamai 

suatu benda yang dapat berdiri sendiri di dalam kalima:t dan tidak ber­

gantung pada jenis kata Jail}, seperti orang, tempat, benda, kualitas, atau 

tindakan. 

   

   

Adapun penanda sintaksis dari nomina -t- bahasa Sunda, antara lain, 

adalah dalam bentuk ingkar -negatif-. Kata ini  dapat didahului oleh 

lain 'bukan', misalnya lain kuda 'bukan kuda', lain kukudaan 'bukan 

kud a -kud aan' . 

Oi samping penanda sintaksis, ada juga penand,! morfologis, yakni 

dengan bentuk dwilingga -OL-, misalnya imah 'rumah' menjadi imah­

imah 'rumah-rumah', tetapi penanda morfologis ini hanya terbatas pada 

nomina konkrit saja, dan tidak berlaku untuk nomina abstrak. 

 .   Bentuk dan Makna 

Nomina-l- di dalam bah,,<;a Sunda bisa diklasifikasikan dalam bebe­

rapa cara. Misalnya, menurut maknanya, nomina -t- dapat digolongkan 

dalam dua kelompok besar, yaitu kata-kata yang tergolong seperti maung 

'harimau' dan beusi 'besi' serta kata-kata yang dibendakan atau dianggap 

sebagai benda/nomina seperti akal 'akal'. 

Dengan kata lain, kelompok pertama itu boleh dianggap sebagai 

nomina yang berwujud -konkrit- sebab dapat diamati melalui panca indra, 

sedangkan kelompok kedua sebaliknya mendapat sebutan nomina tak 

berwujud -abstrak- karena tidak dapat diamati secara langsung, tetapi bisa 

dijangkau dengan pikiran. 

Menurut bentuk morfologisnya, nomina dalam bahasa Sunda dapat 

dibedakan atas bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan yang 

beraneka ragam dalam bahasa Sunda, dibentuk melalui beberapa proses 

morfologis . Oi antara proses morfologis yang ada, pengimbuhaD. 

-afiksasi- merupakan pembentukan nomina ' yang sangat penting. Di 

samping pengimbuhan, perulangan -reduplikasi- juga cukup berperan 

dalam pembentukan nomina jamak, seperti imah-imah 'rumah-rumah'; 

menunjukkan hal bermacam-macam, seperti bubuahan 'buah-buahan'; 

serta menyerupai, seperti kuda-kuda 'kuda-kuda' -hal yang menyerupai 

kuda-. 

 .  .   Nomina Dasar Bebas 

Nomina dasar bebas adalah nomina yang memiliki makna bila 

digunakan tersendiri. Kategori gramatikal ini dapat bergabung dengan 

negasi lain 'bukan' pada tataran sintaksis. Oalam konstruksi predikatif 

nomina ialah argumen yang dapat dihubungkan verba -Kridalaksana, 

     -. 

   


Nomina dasar bebas bahasa Sunda yang dipWlgut dari bahasa asing 

didapatkan pada data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terutama 

data yang dikumpulkan dari bahan bacaan dan majalah. Nomina terse but 

dipungut melalui bahasa negara kita , -T. Fatimah Dajasudarma,      - 

misalnya Eropa, Fakultas, Quraisy, televisi, vas dan Zahri. Data ini dapat 

memperkaya fonem bahasa Sunda, sebab fonem konsonan IfI,    -, lvI, dan 

Iz/ merupakan fonem inovatif di dalam bahasa Sunda. Kala Eropa, di 

dalam bahasa Sunda biasanya menjadi Eropah. 

Nomina dasar bebas dapat berfungsi sebagai subjek atau objek di 

dalam konstruksi predikatif. Nomina dasar bebas bahasa Sunda ada yang 

berasal dari bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Jawa, negara kita , dan asing. 

 .  .   Nominal -Nomina- Turunan 

Nominal atau nomina turunan adalah nomina -t- yang mengalami 

proses afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, dan nomina yang berasal 

dari pelbagai kelas karena proses diadjektivalisasi, deadverbialisasi, dan 

deverbalisasi. 

 .  .  .   Nomina-t- Berafiks 

Nomina berafiks adalah nominal atau nomina turunan yang muncul 

dari proses afikasasi, seperti sabangku 'satu bangku', sacangkir 'satu 

cangkir', sagelih 'satu keturunan', pangeusi 'pengisi', sasural 'satu 

surat', asbakan 'ada asbaknya' calanaan 'ada ce  ananya', pangalaman 

'pengalaman', picarilaen 'bahan cerita', panglayungan 'tempat melihat 

pelangi', pibajuenana 'bahan untuk menjadi baju', kasapuanana' 

-tempat- tersapuinya'. 

 .  .  .   Nomina-t- Reduplikasi 

Nomina reduplikasi adalah nominal atau nomina turunan yang 

muncul melalui proses ' redupUkasi, seperti awang-awang 'angkasa', 

awewe-awewe 'perempuan-perempuan', dongeng-dongeng 'dongeng­

dongeng' , buba-bibi -menyebut nama bibik tanpa aturan- , cukar-colwr 

-menyebut kaki dengan tidak sopan- dan kuah-kueh -macam-macam 

kueh-. 

   

 .  .  .   Nomina-t- Gabungan Proses 

Nomina gabungan proses adalah nominal atau nomina £unman yang 

muncul melalui proses afiksasi dan bervariasi dengan proses reduplikasi, 

sepeni babaturan ' ternan ' . gugunungan 'gunung timan' ; 'gunungan' , 

tatangkalan 'pepohonan' , jujukutan 'macam-macam rumpul' . 

 .  .  .  Nomina'-t- yang Berasal dari PeJbagai Kelas Karena Proses 

Nomina ini adalah nominal atau nomina turunan yang berasal dari 

kelas kata lain kemudian dijadikan nominal melalui proses, seperti 

berikut ini. 

-  - deadjektivalisasi : kabingah 'kebahagiaan', kasakir ' penyakit', 

bodona 'bodohnya', kaadilan ' keadilan', kapin­

reran 'kepandaian', kaalusanana 'bagusnya ', 

pilicikeunana 'akan menjadi liciknya' . 

-  - deadverbialisasi bisana 'kemampuanqya' , eukeurna 'untuk­

nya', songongna 'kekasarannya', bcunangeuna­

na 'akan dapatnya' , kabiasaanana 'ke­

maInpuannya' , tarikna 'kerasnya'; 'cepatnya' . 

-  - deverbalisasi pangangkut 'pengangkut', kabogoh 'pacar', pa­

gawe ' pegawai', bacaan 'apa-apa yang dibaca', 

rulisan 'tulisan', panganjangan 'tempat 

berkunjung', kaperluan 'keperluan', pisapueun 

'bahan untuk sapu', panu-tupan ' penutupan', 

pigaweeunana 'yang akan menjadi pe kerjaan', 

dedengean 'apa-apa yang didengar' . 

 .  .  .  Nomina. -t- Gabungan 

Nomina-  - gabungan adalah nomina turunan yang muncul atau di­

hasilkan dari proses penggabungan nomina atau nomina deverba dengan 

nomina. Nomina-l- gabungan ini sebagian besar menunjukkan penjum­

lahan, sepeni pada gabungan nomina berikut: 

-  - awewe lalaki 'laki-Iaki dan perempuan'; -  - beurang peuring 'siang 

dan mal am '; -  - dunya aherat 'dunia dan akhirat'; - - kadang wargi 

' saudara dan saudaraUauh-'; dan - - lahir batin 'lahir dan batin '. 

Gabungan nomina -t- yang menunjukkan makna tempat, antara lain 

   


terdapat pada -  - puseur dayeuh 'pusat kota' dan -  - lemah cai 'tanah 

air'; yang menyatak.an posesif teljadi pada, antara lain: -  - lembur kuring 

'karnpung saya' dan -  -film urang 'film kita' atau 'fllm nasional'. 

Nomina -t-, yang digabung dengan nomina deverba dapat menunjuk­

kan posesif, seperti pada -  - barituan parnarentah 'banruan pemerintah', 

-  - paraturan pamarentah'peraturan pemerintah', dan -  - pamere batur 

'pemberian orang'. 

 .  Pronomina 

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan 

nomina-  -. Pronomina dapat ditentukan melalui wacana atau faktor luar 

bahasa, di samping kehadirannya secara lahiriah di dalam bahasa. 

Pronomina memi!iki kategori gramatikal tunggal dan jarnak. Di dalam 

bahasa Sunda kategori jamak dapat teljadi melalui infiksasi. 

Pronomina bahasa Sunda dapat dibedakan atas -  - pronomina per­

sona -orangan-, -  - pronomina demonstratif, dan -  - pronomina penanya. 

 . .   Pronomina Persona -Orangan- 

Di dalarn bahasa Sunda hanya dikenal pembagian pronomina persona 

menjadi tiga, yaitu: -  - pronomina persona pertarna, -  - pronomina 

persona kedua, dan -  - pronomina persona ketiga. 

 . .  .   Pronomina Persona Pertama 

Pronomina persona pertarna dibagi dua bagian menurut jumlah 

anggotanya, yaitu tunggal dan jamak. Promina persona pertama tunggal 

terdiri alaS dewek, urang, kuring, sim kuring, abdi, di dieu 'aku/saya'. 

Dewek, kuring, urang, di dieu, secara pragmatis digunakan dalarn bahasa 

Sunda tingkat tutur kasar. Sementara sim kuring, dan abdi dipergunakan 

dalam bahasa Sunda tingkat tutur lemes 'halus'. 

Pronomina persoma pertarna jarnak terdiri atas dewek, sarerea, 

kuring sarerea, abdi sadayana 'kami', dan urang 'kita'. 

 . .  .   Promina Persona Kedua 

Seperti halnya pronomina persona pertarna, pronomina persona 

kedua pun dapat dibedakan menurut jwnlah anggotanya, yaitu tunggal 

dan jamak. Bentuk runggal meliputi siiaing, maneh, di dinya, anjeun, 

   

saderek, salira 'engkau!kamu/saudara', sedangkan bentuk jamaknya 

ialah silalaing, maraneh, saderek sadayana, anjeun sadayanaJaranjeun 

'kamu semua/kamu sekalian/ saudara-saudara'. 

 . .  .   Pronomina Persona Ketiga 

Pronomina persona ketiga pun sepeni halnya pronomina persona 

penama dan kedua, mempunyai bentuk tunggal dan jarnak. Pronomina 

persona ketiga tunggal yaitu rnanehna, a njeunna , rnantenna 'di alia', 

sedangkan pronomina persona ketiga jamak yaitu maranehna, maraneh­

an- ana-, aranjeunna, marantenna 'mereka'. 

Semua pronomina persona yang dikemukakan ini  dinamai 

pronomina persona yang sebenamya. Oi samping pronomina persona 

yang sebenamya, sebagai pengganti 'pronomina persona yang sebenar­

nya. Oalam bahasa Sunda, pronomina persona yang tak sebenamya, teru­

tama untuk pronomina persona penama dan dan pronomina prsona 

kedua, ada beberapa, misalnya awn 'abang', ayi 'adik', ema 'ibu, apa 

'bapak', biasa dipakai sebagai pronomina persona taksebenamya untuk 

menggantikan pronomina persona penama. Emana 'ibu', apana 'bapak/ 

ayah' dipakai sebagai pronomina tak sebenamya untuk menggantikan 

pronomina persona kedua. 

 . .   Pronomina Demonstratif 

Secara umum, pronomina demonstratif ialah kata yang dipakai I  I  tuk 

menunjuk atau mengganti benda. Pronomina demonstratif dalam bahasa 

Sunda ada tiga, yaitu ieu 'ini', eta 'itu -agak jauh-" dan itu 'itu Uauh-'. 

Pronomina demonstratif ieu 'ini' dipergunakan sebagai penunjuk benda, 

waktu, hal yang dianggap dekat oleh pembicara. Pronomina demonstratif 

eta dipergunakan sebagai penunjuk benda, waktu, dan hal yang dianggap 

agak jauh oleh pembicara, dan pronomina demonstratif itu diperguna­

kan sebagai penunjuk benda, waktu, dan hal yang dianggap jauh oleh 

pembicara. 

 . .   Pronomina Penanya 

Pronomina penanya adalah kata yang menanyakan benda, orang, atau 

sesuatu keadaan. Oi dalam bahasa Sunda terdapat dua pronomina pe­

nanya, yaitu: 

   


-  - saha 'siapa' untuk menanyakan orang 

-  - naon tapa' untuk menanyakan benda 

 .  Numeralia -Pembilang Nomina- 

Numerali adalah kategori yang dapat -  - mendampingi nomina 

dalam konstruksi sintaksis, -  - mempunyai potensi untuk mendampingi 

numeralia lain, dan -  - tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan 

sangat. 

Numeralia di dalam bahasa Sunda dapat dibedakan atas; -  - nume­

ralia pokok, -  - numeralia tingkat, dan -  - numeralia pecahan -lihat 

Dj~jasudanna, dkk.,     -. 

 .  .   Numeralia Pokok 

Numeralia pokok di dalam bahasa sunda dapat dibedakan atas -  - 

numeralia pokok tentu dan -  - numeralia pokok tak tentu. 

-  - Numeralia pokok tentu, misalnya adalah saparapat 'seperempat', 

satengah 'setengah', hiji 'satu, dua 'dua', sapuluh 'sepuluh', dan 

sarebu 'seribu'. 

-  - Numeralia pokok tak tentu, misaknya adalah loba 'banyak', saeutik 

'sedikit', sababaraha 'beberapa', dan kabeh 'semua'. 

 . .   Numeralia Tingkat 

'Numeralia tingkat di dalam bahasa Sunda dapat kita bedakan atas. 

-  - numeralia tingkat tentu dan -  - numeralia tingkat tak tentu. 

-  - 

Numeralia tingkat tentu, misalnya adalah kahiji 'kesatu', kadua 

'kedua', dan kasapuluh 'kesepuluh' 

-  - Numeralia tingkat tak tentu, misalnya pada Teuing geus kasabaraha 

kalina manehna kapalingan. Geus kasakitu kalina ku kuring dinase­

hatan -Tidak tahu sudah keberapa kali ia kemalingan. Sudah 

kesekian kali saya nasihati .- 

 . .   Numeralia Pecahan 

Numeralia pecahan di dalam bahasa Sunda adabeberapa di antaranya 

adalah sasikat 'satu sikat', sadapur 'satu dapur', sahanggor 'sehanggor', 

samanggar 'semanggar', saponggol 'seponggol', sarakit 'serakit', sakilo 

'satu kilo', dan saliter 'satu liter'. 

    

 .  Penggolongan Nomina-t- 

Berdasarkan jumlahnya, nomina bahasa Sunda dapat kita bedakan 

atas -  - nomina tunggal dan jamak dan -  - nomina kolektif. 

 . .   Nomina TunggaJ dan Jarnak 

Nomina-t- tunggal dan jamak di dalam istilah lain biasa dikatakan 

nomina -t- terbilang dan tak terbilang. 

-  - Nomina-f- Tunggal 

Istilah lain nomina-  - tunggal atau nOI,!inaO} terbtlang;-adalah 

nomina-  - yang da at dl hitung_dan-d-apat disertai numeralia -bagi 

kata-kara yang menunjukkan satuan jumlah-. Nomina-  - yang me­

nyatakan cairan, biji-bijian dan tepung-tepungan harus dengan 

menggunakan takaran. Contohnya adalah abad 'abad', bulan 'bulan', 

dulur 'saudara', enggong 'kamar tidur', nyere 'lidi' ese 'biji', 

madhab 'mazhab', natus 'upacara kematian keseratus hari' , poe 

'hari', dan umur 'wnur' 

-  - Nomina -I- Jamak 

Nomina-t- jamak atau nomina-t- tak-terbilang adalah nomina-t- 


yang tidak dapat disertai numeralia. 


Contohnya, antara lain, adalah halimun 'kabut', haseup 'asap', hawa

'hawa', ibun 'embun', napsu 'napsu', polah 'tingkah laku', tanaga

'tenaga', dan teluh 'tenung'. 


 . .   Nominal-l- Kolektif 

Nomina>-t- kolektif ialah nomina-t-; yang dapat disubsritusikan 

dengan pronomina maranehna atau maranehanana 'mereka' atau yang 

dapat dirinci atas anggota-anggotanya -bagian-bagiannya-, seperti bangsa 

'bangsa', gamelan 'gamelan', nayaga 'penabuh gamelan', rahayat 

'rakyat', warganagara 'warganegara'. 

Oihat Djajasudarma,      ,      , dan      -. 

BAB VI 

VERBA 

 .   Verba dan Verbal 

Hampir scmua ahli bahasa Sunda dalam membagi kclas kala bahasa 

Sunda mencamumkan verba sebagai salah satu kelas kala. Akan lClapi, 

ada yang mengelompok.kan verba scbagai kelas tersendiri. ada pula yang 

mengelompokkannya ke dalam kela.? lain . ..Ka  S-dan Soeriaruiddja --+ -    -, 

__-...".a.~··K.cmu- tan--mfkutl o'leh' Adiwidjaya -      -, menggolongkan kala­

kata sepeni hees 'tidur' ngawarung 'membuka warung ' , /eumpang 'bcr­

jalan' ke dalam kelas keterangan, sedangkan kelas verba hanya melipuli 

kata-kata yang senantiasa berhubungan dengan objek, misalnya muka 

'membuka', numpakan 'menaiki', nyaksian 'menyaksikan', maraban 

'memberi makan -hewan-'-periksa Kats & Soeriadiradja,       ;    ; 

Adiwidjaya,        :   --   -. Ketidaksamaan pendapat para ahli bahasa 

Sunda mengenai verba disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda. 

Kats & Soediriadiradja -      - memberi batasan verba di alas berdasarkan 

hUbungannya dengan objek -sintaksis-, Cooisma -     - -yang diikuti 

olch Ardiwinata,       - membagi verba bahasa Sunda berdasarkan bemuk 

-morfologi- dan makna -semantik-, sedangkan Djajasudarma dan Idal 

Abdulwahid -     - mcmberi batasan berdasarkan valensi sintaksis . 

Mengenai batasan dan ciri verba yang lebih jelas akan dibahas pada 

subbab  .  . 

Verba dibedakan dengan verbal. Verba terjadi dari bentuk dasar 

verba itu sendiri, sedangkan verbal dibentuk dan bentuk dasar yang 

    

    


berkelas nonverba. Jadi, hees 'tidur', leumpang 'beIjalan', muka 'mem­

buka' dan seterusnya di atas tennasuk verba, sedangkan ngawarung 

'membuka warung', nyaksian 'menyaksikan', dan maraban 'memberi 

makan -hewan-'tennasuk verbal, sebab bentuk dasamya dari kelas no­

mina, yaitu warung'warung', saksi 'saksi', dan parab 'makanan 

-hewan-'. Verbal yang bentuk dasamya nomina disebut verbal denominal 

dan yang bentuk dasamya adjektiva disebut verbal deadjektival -lihat 

pula Kridalaksana,      -. 

 .   Batasan dan Ciri 

Oi antara kelas kata bahasa Sunda, verba mempunyai kcdudukan 

uwma, bukan hanya karena perannya dalam kalimat, melainkan juga 

karena kckayaan benruk-benruknya. Verba bahasa Sunda dalam kalimal 

biasanya menduduki fllngsi predikat. Memang agak su'liL unruk mcncntu­

kan apakah sualu kata tennasuk kelas verba alau keadaan -adjckliva-. 

Pada prinsipnya verba menggambarkan lingkah laku alau pekerjalln sualu 

nomina, alau hal yang menunjukkan nomina itu diapakan -lihal 

Arliiwinala,      :   -. Selanjurnya Ardiwinala -     :    - mcnycbulkan 

bahwa inti suaLu pekerjaan adalah gerak, diam dan menjadi , iSlilah galik, 

diam, dan menjadi ini yang kira kenai sekar:mg dengan iSlilah evefll 

'pcrisliwa' -gcrak-, Slale 'keadaan' -diam-, dan process 'proses' -mcn­

jadi-, yang dikemukakan oleh Hurford,       :       lam Djajasudanna, 

     :   , untuk mengidentifikasi ani situasi-. Misalnya daun jadi 

perang 'daun menjadi pirang', tenrulah karena sebelumnya daun LersebuL 

Lidak pirang. Oengan perantara katajadi 'menjadi' diketahui' bahwa daun 

iLU beralih at au berganti wama -dari hijau ke pirang- -lihat Ardiwinula, 

     :   -. 

Oi samping ciri di atas, verba bahasa Sunda memilikj ciri morfologis 

dan sinLaksis. Ciri morfologisnya, antara lain verba tidak dapaL meng­

alami sufiksasi -an yang bennakna 'lebih' -bandingkan dengan kclas 

adjekliva, yang dapat mengalami sufiksasi -an: jangkung 'linggi' ­

jangkungan 'lebih tinggi' - pangjangkungna 'paling tinggi ' - lihal 

Prawirasurnantri,      :   ; Wirakusumah, dkk,      :   -. Ciri morfo­

logis lainnya yaJ.  g utama. verba bahasa Sunda biasanya mengaiami 

proses morfemis-yang berupa prefiksasi N -nasal- -lihat Cooisma.      : 

   - . Sedangkan ciri sintaksisnya adalah bahwa verba bahasa Sunda dapa 

be rgabung dengan partikel -hen- leu 'tidak ' at u tara 'tidak pcmah' 

   


dalam membentuk negasi -lihat Ojajasudanna dan Abdulwahid.       

:  -, Misalnya, henteu balik 'tidak pulang', henteu matuh 'tidak mene­

tap', dan tara mandi 'tidak pemah mandi'. Jadi, balik 'puJang', matuh 

'menetap', dan mandi 'mandi' adalah kelas verba. 

 .   Bentuk dan Makna 

Verba bahasa Sunda berdasarkan bentuknya dapat dibedakan atas 

dua jenis. yaitu -  - bentuk dasar dan -  - bentuk turunan. Verba dasar 

adalah verba yang berupa morfem bebas. Tanpa mengalami proses mor­

femis apa pun bentuk ini  sudah gramatikal dalam kalimat, misalnya, 

diuk 'duduk', hiber 'terbang', dan [umpat 'berlari'. Namun , ada pula 

bentuk dasar verba yang wajib mcngalami proses morfemis -biasanya 

prcfiksasi N-- agar kalimatnya gramlikaJ. misalnya, ambeu 'cium', dengc 

'dengar', dan lajong 'Icndang' Bentuk ambeu, denge, dan tajong, jika 

digunakan dalam kalimat berila -kecuali imperatif- harus terlebih dahulu 

mengalami prcfiksasi N- mcnjadi ngambeu 'mencium', ngadengc 

'mendengar'. dan najong'menendang'. Adapun verba turunan adalah 

verba yang lelah mengalami proses morfemis baik berupa afiksasi 

maupun p:;ngulangan -reduplikasi-. Misalnya , ngadiukan 'menduduki', 

ngahiberkeun 'menerbangkan' dan lu[umputan berlari-Iari' . Benluk 

ngadiukan, ngahiberkcun, lulumpalan masing-masing 

bentuk dasar diuk, hiber. dan [umpal. yang mengalami 

femis berupa simulfikasasi N­ + -an. N­ + -keun. dan 

dwipurwa. 

berasal 

proses 

pcngula

dari 

mor­

ngan 

 .  .   Bentuk Dasar 

Secara semantis verba dasar bahasa Sunda memiliki tingkat per­

bandingan makna. Bandingkanlah verba pencrong 'tatap', leuleup 'tatap', 

dengan linga/i 'Iihat'. Secara generik verba-verba ini  memiliki 

makna yang sama yaitu 'melakukan satu kegiatan dengan menggunakan 

indra penglihat -mata-', tetapi secara spesifik nuansa yang digambarkan 

masing-masing verba berbeda. Verba tingali memiliki makna nuansa 

yang netral, tidak memperhitungkan apakah kegiatan ilu dilakukan 

dalam waktu relatif lama atau tidak, sedangkan pencrong dan teuteup 

dilakukan dalam waktu relatif lama/terusmenerus -keaspekan kontinu­

atit-. Verba pencrong dan teuteup berbeda dalam hal maksud: pencrong 

   


biasanya menatap dengan tujuan yang kruang baik, sedangkan teuteup 

menatap dengan tujuan ingin lebih jelas melihat sesuatu karena terpcsona/ 

kagum . 

Pembagian veroa-t- bahasa Sunda secara semantik dapat pula 

dilakukan dengan mengikuti pembagian verba ke dalam verba dinamis 

dan statif dan Quirk, et al -      - -lihat pula Ojajasudanna,      :   -. 

Quirk, et al membagi verba bahasa Inggris menjadi dua bagian, yailu 

dinamis -dynamic verbs- dan verba statif -stative verbs- . Verba dinamis 

adalah verba yang dapat memiliki bentuk progresif, sedangkan verba 

statif adalah verba yang tidak dapat diberi bentuk progresif -Quirk, et al. , 

      :    -. Jika ada verba statif dalam bentuk progresif, maka verba 

ini  mempunyai makna lain. Misalnya. He was writing a letter ' Oia 

sedang mcnulis sebuah surat', verba write 'menulis' merupakan vcrbJ 

dinamis , scdangkan verba know 'mcngetahui ' daJam ""He was knowing 

the answer' Oia sedang mengetahui jawabannyJ' merupakan verba suti f 

karcna lidJk dapat menjadi bentuk progresif "" was knowing. lidak sepeni 

verba write yang dapat menjadi betnuk progresif was writing. Oemikian 

pula di dalam bahasa Sunda, kalimal Manehna keur nulis sural ' Oia 

sedang menulis surat' bcrterima, sedangkan " Manehna keur nYllJw 

pijawaheunana 'Oia sedang mengetahui jawabannya ' tidak berterima. 

Oengan demikian verba dinamis bmasa Sunda adalah verba yang dapat 

be.rgabung Liengan partikel -eu- keur 'sedang' -partikel kcaspekan duratil- 

dalam membentuk frasa verbal, sedangkan verba statif adalah verba yang 

tidak dapat bergabung dcngan partikel -eu- keur. Namun, aturan ini  

tidak selamanya berlaku sebab adakalanya di dalam bahasa Sunda, verba 

yang lergolong verba dinamis tidak dapat bergabung dengan partikel -eu- 

keur. Misalnya, verba anjog 'tiba', yang tergolong verba dinamis jenis 

verba peristiwa transisional, tidak dapat dibentuk menjadi *keur anjog 

'sedang tiba' . Ketidaktetapan aturan itu disebabkan oleh makna in­

heren verba itu: anjog dianggap sebagai situasi yang pungtual/ 

momentan. Lain halnya di dalam bahasa Inggris, bentuk was arriving 

'sedang liba' berterima -di samping itu, bahasa Inggris menerima pula 

bentuk was dying 'sedang mati '-, tetapi menolak bentuk *was seeing 

'sedang melihat -sebagai kegiatan mengindra-', sememara di dalam ba­

hasa Sunda bemuk keur ningali 'sedang melihat' berterima. Verba statif 

bahasa Sunda \ainnya mempunyai kemampuan untuk menunjuk kan 

makna keaspekan. 

   


 .  .  .   Verba Dinamis 

Verba dinamis dibagi menjadi   jenis, yaitu: -  - verba aktivitas, -  - 

verba proses, -  - verba sensasi tubuh, - - verba peristiwa transisional, dan 

- - verba momentan. 

 .   .  .   .   Verba Aktivitas 

Verba aktivitas -activity verbs- adalah verba yang menggambar­

kan adanya aktivitas atau perbuatan yang dilakukan subjek alau se­

suatu yang dianggap subjek. -  entuk dasar verba jenis ini dapat dijadikan 

imperatif. 

Contoh: 

baca 'baca' 

dahar 'makan' 

gegcl 'gigit' 

leumpang 'berjaJan' 

!Uti.\" 'tulis' 

 .  .  .  .    Verba Proses 

Verba proses -process verhs- adalah verba yang mcnggamharkan 

perubahan keadaan atau kondisi yang dialami subjek. Benluk dasar verba 

proses lidak dapal dijadikan impcratif, sehab proses yang dinyalakcln ler­

jadi dengan sendirinya tanpa kehendak subjek. Contoh: 

Ciut 'gelar' 

gelar 'tahir' 

/i/ir 'mulai bertumbuh' 

rerep 'berkurang panas badan -orang sakit-' 

tuwuh 'tumbuh ' 

 .  .  .  .    Verba Sensasi Tubuh 

Verba sensasi tubuh -verbs oj bodily sensation- adalah ve rba yang 

menggambarkan suatu situasi yang diterima atau dirasakan oleh tubuh. 

Seperti halnya verba proses, verba jenis ini pun tidak dapat dijadikan 

imperatif. Contoh: 

getek 'geli' 

nyeri •sakit' . 

   


pegel 'pegal' 

peureus '-rasa- nyeri -seperti pada saal dicabul rambut alau dipukul 

dengan lidi-' 

. peurih 'pedih' 

 .  .  .  .  Verba Peristiwa Transisional 

Verba peristiwa transisional --ransi-ional even- verbs- adalah verba 

yang mcnggambarkan perpindahan anlara dua kcadaan atau posisi 

-lokasi- subjek. Pada umumnya verba jcnis ini tidak dapat dijadikan 

imperatif karena situasi terjadi dengan scndirinya. Jika ada verba peris­

tiwa transisional yang dijadikan imperalif, maka maknanya berubah 

mcnjadi aktivitas -tidak lagi mcnggambarkan perubahan yang 

dcngan scndirinya-. Contoh: 

anjof{ 'tiba' 

hiber 'tcrbang' 

lllbuh 'jatuh' 

ulf{raij 'jaluh' 

wbrak 'tabrak' 

tcrjadi 

 .  .  .'.  Verba Momentan 

Verba momentan -momen£ary verbs- 

gambarLm suatu kegiatan -aktivitas- 

adalah verba yang 

yang bcrlangsung 

meng­

dalam 

durasi yang pendek/singkat. Verba jenis ini dapat dijadikan impcratif. 

Contoh: 

babuk 'pukul' 

badug 'senggoJ' 

jewang 'raih' 

-ekol 'pukul' 

£ajong 'tendang' 

 .   .  .   Verba Statir 

Verba statif dibagi menjadi dua jenis, yaitu -I- verba dengan penger­

tian dan persepsi lamban dan -  - verba relasional. 

   


 .  .  .  .   Verba dengan Pengertian dan Persepsi Lamban 

Verba dengan pengertian dan persepsi lamban -verbs of inert per­

ception and cognition- adalah verba yang menggambarkan penerimaan 

pengetahuan atau infonnasi melalui pancaindra atau pikiran, yang 

menyebabkan seseorang -subjek- tanpa kemauan sendiri mengalami satu 

dituasi. Verba jenis ini tidak dapat dimulai atau diakhin semaunya, dan 

dianggap tidak memiliki tahap akhir. Cooisma -     :      - menyebuL 

verba semacam ini di dalam bahasa Sunda sebagai kata-kaLa yang me­

nyalakan kegiatan jiwa, baik pada taraf kemampuan mengenal dan 

perasaan, maupun pada taraf keinginan alau hasral. Verba jenis ini 

dipisah dari kelas saLu oleh Cooisma, karena pemakaiannya UnLuk per­

sona keliga mendapaL sufiksasi -eun. ConlOh: 

amheu 'cium' 


hogoh 'cinLa' 


denge 'dengar' 


inget 'ingat' 


nyaho ' tahu' 


 .  .  .  .   Verba Relasional 

Verba relasional -relational verhs- adalah verba yang secara eksplisiL 

menyaL~kan relasi. Verba jenis ini seakan-akan dengan jelas memper-' 

lihalkan . balas -mengantarai- dua fungsi, yaiLU subjek dengan predikal. 

Hal ini dapal dibuktikan melalui inLonasi. Verba relasional tidak berdiri 

lcpasdalam kalimat melainkan menjadi bagian dan dan membenluk saLU 

kesafuandengan predikat. COnLoh: 

p.gem 'anut' 


:,  ga 'punya' 


. 'geugeuh 'kuasai' 


kandung 'kandung' -mengandung ani-' 


sandang 'sandang -menyandang gelar-' 


 .   .   Verba Turunan 

Verba turunan bahasa Sund.a di samping dapat dibentuk dan benLuk 

dasar verba itu sendiri, juga dapal dibentuk dari bentuk dasar bukan 

   


verba, yaitu nomina, adjektiva, dan adverbia. Verba turunan yang berasal 

dan nomina disebut verbal denomina, bentuk dasamya adjektiva disebut 

verbal deadjektiva, dan bentuk dasamya adverbia disebut verbal dead­

verbia -lihat pula Kndalaksana,      -. Bentuk dasar ini  untuk 

menjadi verba -t- mengalami proses morfemis berupa afiksasi dan peng­

ulangan 

 .  .  .   Verba Turunan Hasil Afiksasi 

Afiksasi adalah proses penggabungan afiks pada hentuk Jasar 

verba-  -. Afiksasi yang menghasilkan verba turunan Japat berupa pre­

iiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan simulfiksasi. 

 .  .  ,  .   Prefiksasi 

Prcliksasi adalah pcnggabungan prcfiks paJa hcntuk dasar vcrha-t-. 

Pada umumnya bentuk dasar verba hahasa SunJa Japat hcrgahung 

dengan prefiks, di antaranya N- -nasal-, ili-, ka-, li- , IJa-,   --  -, /-aranr,-, 

silih-, dan -pa- ling-, 

 .  .   ,  .  ,   Prefiksasi N-

Prefiksasi N- berfungsi memberikan sualu siluasi sabagai tindakan 

yang dikehendaki oleh subjek atau sesuatu yang dianggap subjck 

-aktif-. Prefiksasi N- mempunyai alomorf n-, ny-, m-, dan ng- -nga-- , 

Alomorf n- mcnggantikan fonem inisial bentuk dasar It/. alomorf ny­

menggantikan fonem inisial bentuk dasar lei atau lsi, Alomorf m­

menggamikan, fonem inisial bentuk dasar fbI atau Ip/.Alomorf nga­

menggantikan fonem inisial bentuk dasar fbi, Id/, Ig/, Ij/, /rI, atau Iw/, 

sedangkan alomorf ng- menggantikan fonem inisial bentuk dasar /g/, 

/kI, atau vokal. Pada umumnya, prefiksasi N- mendukung makna sebagai 

berikut 

a. Melakukan atau meniru pekerjaan, kelakuan, dan sifat yang disebut­

kan dalam bentuk dasar, misalnya: 

lebe 'lebai' -n- + nga- ----> ngalebe 'meniru lebai' 

raja' raja' -n- + nga- ----> ngaraja 'berlagak sebagai raja' 

cacing 'cacing' -n-+ nya- ----> nyacing 'sepeni cacing' 

-   

ungkluk 'pelacur' -n- + ng- ----> ngungkluk 'melacur' 

pacet 'lintah' -n- + m- ---->macet 'sepeni lintah' 

b. PekeIjaan atau mata pencaharian, misalnya: 

sawah 'sawah' -n- + ny- ----> nyawah 'bersawah' 

kebon 'kebun' -n- + ng- ----> ngebon 'berkebun' 

huma 'ladang' -n- + nga- ----> ngahuma 'berladang' 

paledang 'pandai tembaga + m- ----> maledang menjadi pandai besi' 

panday 'pandai besi' + m- -·->manday 'menjadi pandai besi' 

L membual, misalnya: 

angeun 'sayur' -n- + ny· ._-> ngangeun 'menyayur' 

cobek 'cobek' -n- + nl;- ._-> nyobek 'mcmbuat cobck' 

klllull ' kclua' -n- + ngll- .. > ngalua ,mcmbuat kclua' 

lumis 'tumis' -n- + n- o.> numis 'mcmbuat tum is 

gUlll 'gula -n- + nga- -> ngagula 'mcmbu;.!t gul;.!· 

d. Mengcrjakan benda scsuai dcngan kcgunaan at au kcbiasaannya, 

misalnya : 

pallah 'panah' -n- + m- ....> manah 'mcmanah' 

sumpil 'sumpiL' -n- + ny- ....> nyumpil 'mcnyumpit' 

lumbak 'tombak' en- + n- ....> numbak 'menombak' 

kored 'sejenis cangkul kecil' -n- + ng- ----> ngored ' mcrumput 

dengan sejenis cangkul 

kecil' 

bedil 'bedil' -n- + nga­ ----> ngabedil 'menembak' 

-lihaL Ardiwina[a,      :  - 

 .  .  .   .  .   Prefiksasi 

di-

Prefiksasi di- pada bentuk dasar verba-l- membentuk makna kaLego­

rial pasif disengaja. Comoh: 

bawa 'bawa' -v- + di- ----> dibawa 'dibawa' 

bedil 'bedil' -n- + di- ----> dibedil 'diternbak ' 


cekel 'pegang' -v- + di- ----> dicekel 'dipegang' 


      

hakan 'makan' -v- + di­ ----> dihakan 'dimakan' 

teunggeu/ 'pukul' -v- + di- ----> diteunggeul'dipukul' 

Prefiksasi di merupakan oposisi dan prefiksasi N- -baik yang berupa 

simulfiks dengan -an maupun -keun-, mang- + -keun, nyang- + -an, dan 

nyang- + -keun. Prefiks N- ditanggalkan lerlebih dahulu jika verba-l- 

turunan yang berafiks ini  diubah ke benLuk pasif, sedangkan prefiks 

mang- dan nyang- harus diganli oleh pang- dan sang-. Conloh: 

mawa membawa' ----> dibawa'dibawa' 

ngagantungkeun 'menggantungkan'----> digantungkeun 'digan­

lungkan' 

mangmawakeun ' menolongbawakan'----> dipangmawakcun 'di ­

lolongbawakan' 

nyanghunjarkeun 'menyelonjorkakikan' ----> disanglwnjarkeun 'di ­

sclonjorkakikan' 

milJapa 'mcnganggap bapak' ----> dipibapa 'dianggap bapak' 

Di samping mendukung makna kalcgorial pasif, prciiksasi £Ii pada sc­

bagian bcntuk dasar verba- I- juga mcndukung makna kalcgorial akli f, 

misalnya, dig awe 'bekcrja', dibuat 'menuai', disada 'bcrbunyi', diangir 

'keramas', dibaju 'berbaju', dsl. 

 .  .  .   .  .   Piefiksasi ka-

Seperti halnya prefiksasi di-, prefiksasi ka- mendukung makna kale­

gOrial pasif. Perbedaannya, prefiksasi di- menunjukkan bahwa situasi 

yang dinyalakan oleh verba-l- terjadi dengan sengaja, sedangkan 

prefiksasi ka- menunjukkan ketidaksengajaan. Di samping itu, prefiksasi 

ka- menunjukkan bahwa situasinya Lelah sclesai -keaspekan perpeklif-. 

Prefiksasi ka-dapal pula bennakna 'dapaL di'. 

Contoh: 

bawa 'bawa' -v- + ka- ----> kabawa 'terbawa' 

bedil 'bedi-, -n- + ka- ----> kabedil 'tertembak' 

hakan 'makan' -v- + ka­ ----> kahakan 'lennakan' 

pacul 'cangkul' -n- + ka­ ----> kapacu/ 'tercangkul' 

panggih 'temu' -v- + ka- ----> kapanggih 'dilemukan' 

      


Tidal< semua bentuk dasar verba -t- dapat bergabung dengan prefiks ka­

Berdasarkan kemampuan daya gabung dengan prefiks ka-, maka bentuk 

dasar verba-t- dapat dike  ompokkan sebagai berikut. 

a. Bentuk dasar yang hanya dapat bergabung dengan prefiks ka-, 

Contoh: 

denge 'dengar' -v- + ka- ----> kadenge'terdengar' 

gelong 'telah' -v- + ka- ----> kagelong 'tertelan' 

harti 'arti' -n- + ka- ----> kaharti '-dapat- dimengerti' 

b. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan prefiks ka-, tetapi 

karena alasan semantis, harus menghadirkan sufiks -an. Contoh: 

hees 'tidur' -v- + ka- + -an ----> kaheesan 'tertidur' 

hujan 'hujan ' -n- + ka- + -an ----> kahujanan 'kehujanan ' 

panas 'panas' -a- + ka- + -an ----> kapanasan 'kepanasan' 

Simulfiksasi ka- + -an biasanya bermaksa bahwa sesuatu terjadi se­

cara tidak diharapkan dan tak menguntungkan. 

c. Bentuk dasar yang dapat bergabung baik dengan prefiks ka- maupun 

simulfiks ka- + -an. Sufiksasi -an mendukung makna keaspekan 

frekuentatif. Contoh: 

tajong 'tendang ' + ka- ----> katajong 'tertendang' 

+ ka- + -an ----> katajongan 'tertendangi' 

 .  .  .  .  .  Prefiksasi li-

Bentuk dasar verba yang dapat bergabung dengan prefiks ini terbatas 

sekali. Prefiksasi ti- mendukung makna bahwa suatu situasi teIjadi secara 

kebetulanltidak sengaja. Coolsma -     :      - mengelompokkan verba 

bentuk ini ke dalam verba aktif karena subjeknya berperan sebagai 

agentif. Hanya saja, tindakan itu bukan kemauan sendiri, melainkan tanpa 

disengaja. Jika leita kaji lebih jauh, temyata subjek tidak hanya berperan 

sebagai agentif melainkan juga sebagai objektif. Dengan kata lain, pre­

fiksasi + i- mendukung makna refleksif. Contoh: 

jengkang 'jatuh telentang' -v- + ti- ----> tijengkang 'jatuh te­

lentang' 

      


jongklok 'jatuh teIjerembab' -v- + ti- ----> tijongklok 'jatuh ter­

jerembab' 

soledat 'peleset' -v- + ti- ----> tisoledat 'terpe  eset' 

tajong 'tendang' -v- + ti- ----> titajong 'tersandung' 

teuleum 'tengge  am' -v- + ti- ----> titeuleum 'tengge  am' 

 .  .  .  .  .  Prefiksasi ba-

Prefiksasi ba- sang at terbatas pada beberapa bentuk dasar. Prefiksasi 

ba- mendukung makna aktivitas -transisiona  - dan berbalasan. Contoh: 

darat 'darat' -n- + ba- ----> badarat 'beIjalan kaki' 


ganti 'ganti' -v- + ba- ----> bag anti 'bergantian' 


gilir 'gi  ir' -v- + ba- ----> bagilir 'bergi  iran' 


labuh 'labuh' -v- + ba- ----> balabuh 'ber  abuh' 


layar 'layar' -n- + ba- ----> layar 'ber  ayar' 


 .  .  .  .  .  Prefiksasi pa-

Prefiksasi pa- mendukung makna resiproka   -berba  asan-. Bentuk 

dasar yang dapat mengalami proses ini hanya dari ke  as verba. Contoh: 

amprok 'temu' -v- + pa­ ----> paamprok 'bertemu' 

campur 'campur' -v- + pa­ ----> pacampur 'bercampur' 

hili 'tukar' -v- + pa­ ----> pahili 'tertukar' 

panggih 'temu' -v- + pa­ ----> papanggih 'bertemu' 

tuker 'tukar' -v- + pa- ----> patuker 'tertukar' 

 .  .  .  .  .  Prefiksasi barang-

Prefiksasi barang- mendukung makna bahwa suatu pekeIjaan di­

  akukan dengan tidak tentu. Contoh: 

beuli 'beli' -v- + barang- ----> barangbeuli 'membeli apa 

saja' 

ilik 'lihat' -v- + barang- ----> barangilik 'melihat-lihat 

apa saja' 

     


gawe 'kerja' -v- + barang- ----> barang gawe 'rnengerj akan 

apa saja' 

hakan 'rnakan' -v- + barang- ----> baranghakan 'memakan 

apa saja' 

siar 'cari' -v- + barang- ----> barangsiar 'mencari apa 

saja' 

 .  .  .  .  .  Prefiksasi si/ih-

Seperti halnya perefiksasi pa-, prefiksasi silih- mendukung makna 

berbalasan. Perbedaarmya, prefiksasi pa- makna pekerjaan yang di­

lakukan oleh subjek tidak sengaja, sedangkan prefiksasi silih- men­

dukung makna suatu pekerjaan dilakukan dengan sengaja. Contoh: 

banting 'banting' -v- + silih- ----> silihbanting 'salingmem­

bantingkan ' 

ganti 'ganti' -v- + silih- ----> silihganti 'salingberganti' 

kirim 'kirim' -v- + silih- ----> silihkirim 'salingberkirim' 

pencrong 'pandang' -v- + silih- ----> silihpencrong 'salingme­

mandang' 

tincak 'injak' -v- + silih- ----> silihtincak 'salingmeng­

injak' 

 .  .  .  .  .  Prefiksasi -pa- ting-

Prefiks ini rnemiliki ke.istimcwaan, yaitu hanya dapat bergabung 

dengan bentuk dasar verba yang tiga silabe atau lebih. Bentuk dasar verba 

yang dua silabe jika mengalarni prefiksasi ting- -pating-- terlebih dahulu 

mengalarni infiksasi -ar- --al--. Prefiksasi ting- -pating-- mendukung 

makna masing-masing melakukan. Contoh: 

burinyay 'berkilat' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingburinyay 'ber­

Idlatan' 

koceak 'jerit' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingkoceaR 'berjeri­

tan' 

pecenghul 'muncul' -v- + -pa-ting ----> -pa- tingpecenghul 'ber­

munculan' 

soloyong 'selancar' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingsoloyong 'ber­

     


   gel 'tandak' -v- + -pa-ting- + -ar­ ----> 

selancaran -perahu, ikan- 

-pa- tingariget' bertan ­

dakan' 

 .  .  .  .   Infiksasi 

Infiksasi adalah penyisipan infiks ke dalarn bentuk dasar. Bahasa 

Sunda memiliki infiks -ar- dengan alomorf ra- dan -at-, infiks urn-, dan 

infiks -in- . 

 .  .  .  .  .   Infiksasi -ar-

Infiks -ar- menjadi -at- jika bentuk dasar yang disisipinya berfonem 

akhir /r/, atau berfonem inisial /  /, atau berkonsonan /r/ pada silabe 

kedua. Infiksasi -ar- mendukung makna -Subjek- jarnak. Di samping itu, 

infiksasi -ar- mendukung makna 'sangat'. Contoh: 

inggis 'kuatir' -v- + -ar- ----> aringgis ' -sangat- kuatir' 

jot '-KA untuk- muncul' + ra­ ----> rajot 'bermunculan' 

turnpat 'Iari' -v- + -at- ----> talurnpat 'berlari an' 

paur 'ngeri' -v- + -al- ----> palaur '-sanga- ngeri' 

sare 'tidur' -v- + -ar- ----> sarare 'pada tidur' 

dst. 

Dari contoh di atas, dapat dilihat pula bahwa jika bentuk dasamya ber­

fonem inisial vokal, maka infiks -ar- diletakkan di depan bentuk dasar, 

sedangkan apabila bentuk dasamya hanya satu sHabe, maka infiks -ar­

berubah menjadi ra- dan diletakkan di depan bentuk dasar. 

 .   .  .  .  .   Infiksasi -UIn-

Proses penyisipan infiks -urn sarna seperti halnya infiks -ar- . Jika 

bergabung dengan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal, maka infiks 

-urn- ini terletak di depan. Kadangkala fonem /u/Anya hilang sehingga 

tinggallah fonem Im/ saja, misalnya, abur + -urn- ----> rnabur 'melari­

kan diri·. Infiksasi -urn- pada bentuk dasar tertentu tidak mendukung 

malena, melainkan hanya sebagai pemanis atau penghalus kata saja -lihat 

Ardiwinata,      :  -, misalnya, deuheus + -urn- ---->durneuheus 

'menghadap'. Infiksasi -urn- pada bentuk dasar verba -juga pada sebagian 

nomina- mendukung makna keaspekan kontinuatif -frekuentatiO, 

     


sedangkan pada bentuk dasar adjektiva bennakna 'seolah-olah bertingkah 

seperti -bentuk dasar-'. Contoh: 

ciduh 'ludah' -n- + -um- ----> cumiduh 'meludahi' 

geulis 'cantik' -a- + -um ----> gumeulis 'berlagak cantik' 

jegur 'dentum' -v- + -um­ ----> jumegur 'berdentuman' 

pinter 'pandai' -a- + -um­ ----> guminter 'berlagak pandai' 

seblak 'debar' -v- + -um- ----> sumeblak' berdebar-debar' 

 .  .  .  .  .   Infiksasi -in-

Infiksasi -in- mendukung makna keaspekan perfektif. Bentuk dasar 

yang dapat bergabung dengan infiks ini terbatas sekali. Contoh: 

ganjar 'karunia' -n- + -in­ ----> ginanjar' dikaruniai' 

panggih 'temu' -v- + -in­ ----> pinanggih 'ditemukan' 

sembah 'sembah' -n- + -in­ ----> sinembah 'disembah' 

serat 'tulis' -v- + -in- ----> sinerat 'tertulis' 

tulis 'tulis' -v- + -in- ----> tinulis 'tertulis' 

 .  .  .  .   Suflksasi 

Sufiks adalah penggabungan sufik pad a bentuk dasar. Bahasa Sunda 

memiliki sufiks -an, -eun, dan -keun. 

 .  .  .  .  .   Suflksasi -an 

Bentuk dasar yang dapat membentuk verbal dengan proses ini 

adalah kelas nomina dan adjektiva. Sufiks -an jika bergabung dengan 

bentuk dasar nomina mendukung makna seseorang atau sesuatu meng­

hasilkan atau memiliki apa yang disebutkan oleh bentuk dasar, sedangkan 

pada bentuk dasar verba mendukung makna keaspekan frekuentatif. 

Contoh: 

anak 'anak' -n- + -an ----> anakan 'beranak' 


daun 'daun' -n- + -an ----> daunan 'berdaWl ' 


getih 'darah' -n- + -an ----> getihan 'berdarah' 


ragrag 'jatuh' -v- + -an ----> ragragan 'beIjatuhan' 


reuwas 'kaget' -v- + -an ----> reuwasan 'mudah terkehut/kaget' 


     

Di samping mendukung makna yang telah disebutkan di atas 

sufiksasi -an mendukung makna kategorial imperatif, Contoh: 

gede 'besar' + -an ----> gedean 'besarkan' -!- 

ragaji 'gergaji' + -an ----> ragajian 'potongi dengan gergaji' -!- 

tajong 'tendang' + -an ----> tajongan 'tendangi' -!- 

 .  .  .  .  .   Sufiksasi -eun 

Sufiksasi -eun pada bentuk dasar nomina mendukung makna bahwa 

seseorang atau sesuatu menderita hal yang disebutkan oleh bentuk dasar, 

sedangkan bentuk dasar verba menunjukkan bahwa yang manjadi subjek 

Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan sufiks ini adalah dari 

kelas verba, nomina, dan adjektiva. Sufiksasi -keun mendukung makna 

Simulfiksasi adalah penggabungan beberapa afiks pada bentuk dasar. 

Penggabungan afiks ini  dapat berupa prefiks + inJiks, prefiks 

+ sufiks, infiks + sufiks, dan prefiks + infiks + sufiks. Simulfiksasi 

yang mendukung terjadinya verba -  - turunan, di antaranya simulfiksasi 

N- + -an, N- + -keun, mang- + -keun, dan pi- + -eun. 

adalah orang ketiga. Contoh: 

cacing 'cacing' -n- + -eun 

daek 'mau' -v- + -eun 

hayang 'ingin' -v- + -eun 

keong 'siput' -n- + -eun 

reuwas 'terkejut' -v- + -eun 

 .  .  .  .  .   Sufiksasi -keun 

kategorial imperatif. Contoh: . 

alung 'lempar' -V- + -keun 

datang 'datang' -V- + -keun 

gambar 'gambar' -n- + -keun 

gede 'besar' -a- + -keun 

tilu 'tiga' -n- -keun 

 .  .  .  .  Simulfiksasi 

----> cacingeun 'cacingan' 

----> daekeun 'Cia- mau' 

----> hayangeun 'Cia- ingin' 

----> keongeun 'kesiputan' 

----> reuwaseun '-ia- terkejut' 

----> alungkeun 'lemparkan' -!- 

----> datangkeun 'datangkan' -!- 

----> gambarkeun 'gambarkan' -!- 

----> gedekeun 'besarkan' -!- 

----> tilukeun 'buat jadi tiga' -!- 

     


 .  .  .  . .   Simulfiksasi N- + -an 

Simulfikasi N- + -an pada bentuk dasar verba mendukung makna 

keaspekan kontinuatiflrekuentatif dan aktivitas yang disengaja, pada 

bentuk dasar nomina bermakna 'subjek memberikan sesuatu -yang 

dinyatakan oleh bentuk dasar- pada objek' dan 'menjadi, sedangkan pad a 

bentuk dasar adjektiva mendukung malma proses dan kausatif -lihat 

Ardiwinata,      :   --  -. Contoh: 

datang 'datang' -v- + N- + -an ----> ngadatangan 'mendatangi' 

dum 'dum' -v- + N- + -an ----> nyiuman 'menciumi' 

apu 'kapur' -n- + N- + -an ----> ngapuran 'mengapuri' 

raja 'raja' -n- +. N- + -an ----> ngarajaan 'menjadi raja -di ... -' 

gede 'besar' -a- + N- + -an ----> ngagedean 'membesar' 

seukeut 'tajam' -a- N- + -an ----> nyeukeutan 'meruncingkan' 

 .  .  .  . .   Simulfiksasi N- + -keun 

Simulfiksasi N- + -keun dapat terjadi pada bentuk dasar verba, 

nomina, dan adjektiva. Simulfiksasi N- + -keun ini pada bentuk dasar 

verba -intransitif- mengubah makna dari suatu situasi yang terjadi dengan 

sendirinya menjadi situasi yang dilakukan -oleh subjek- dengan sengaja, 

pada bentuk dasar. nomina menunjukkan bahwa objek berfungsi sebagai 

alat, sedangkan pada adjektiva dan numeralia bermakna kausatif. Contoh: 

denge 'dengar' -v- + N- + -keun ----> ngadengekeun 'mendengar­

kan' 

ubar 'obat' -n- + N- + -keun ----> ngubarkeun 'mengobatkan' 

kadek 'tetak' -v- + N- + -keun ----> ngadekkeun 'menetakkan 

-golok-' 

gede 'besar' -a- + N- + -keun ----> ngagedekeun 'membesar­

kan' 

hiji 'satu' -or- + N- + -keun ----> ngahijikeun 'menyatukan' 

Simulsiks N- + -an dan N- + -keun menunjukkan kategorial aktif. 

Untuk menjadi kategorial pasif, maka prefiks N- diganti dengan prefiks 

di- atau ka-. 

     


 .  .  .  . .   Simultiksasi mang- + -keun 

Sirnulfiksasi mang- + -keun dapat rnengubah verba rnonotransitif dan 

intransitif rnenjadi bitransitif. Contoh: 

diuk 'duduk' -v i- + mang- + -keun ----> man g diu k k e un 

'menolong dudukkan' 

beuli 'beli' -vrn- + mang- + -keun ----> men g me u I ike un 

'menolongbelikan ' 

simpang 'singgah' -v i- + mang- + -keun---->mangnyimpangkeun 

'menolongsinggahkan' 

sembah 'sernbah' -n- + mang- + -keun ---->mangnyembahkeun 

'rnem bantusem bah­

kan' 

ciduh 'ludah' -n- + mang- + -keun ----> 

 mangnyiduhkeun 

'meludahkan' 

Dari comoh di atas dapat kita lihat bahwa sebagian bentuk dasar yang 

berfonem inisial /bl, lei, dan lsi terlebih dahulu mengalami prefiksasi 

N-. Verba -  - bentuk mang- + -keun di atas jika diubah ke dalam bemuk 

pasif, maka mang- berubah menjadi pang-, kemudian baru dibubuhi 

prefiks di-. Misalnya, mangmeulikeun menjadi dipangmeulikeun dan 

mangdiukkeun menjadi dipangdiukkeun. 

 .  .  .  . .  Simultiksasi pi- + -eun 

Simulfiksasi pi- + -eUn pada bentuk dasar verba -juga kelas lainnya- 

menduku,ng makna keaspekan prospektif/futuratif. Artinya, situasi yang 

digambarkan dapat atau akan teIj,adi. Bemuk dasar yang akan mcngalami 

proses ini, ada yang langusung ada pula yang terlebih dahulu mengalami 

prefiksasi N-. Contoh: 

 .  .  .   Verba Turunan dari -Re-duplikasi 

-Re-duplikasi atau pengulangan merupakan satu proses gramatikal 

yang berupa pengulangan bentuk sebagian atau seluruhnya baik disertai 

perubahan fonem atau tidak.. Bahasa Sunda memiliki   jenis peng­

ulangan: 

      


  - dwilingga, yaitu seluruh bentuk dasar diulang, 


  - dwipurwa, yaitu pengulangan sebagian yakni silabe pertama, 


  - trilingga, yaitu pengulangan tiga silabe dengan perubahan bunyi, dan 


 - bentuk ulang semu. 


-Iihat Djajasudarma dan Idat Abdulwahid,      - 

Pengulangan yang teIjadi pada verbaI-t- dapat berupa dwilingga 

tanpa atau dengan afiks dan dwipurwa tanpa atau dengan afiks. 

 .  .  .  .   Dwilingga 

Dwilingga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu dwimumi dan 

dwireka., Dwimu ni adalah pengulangan penuh tanpa perubahan bunyi, 

sedangkan dwireka adaIah pengulangan penuh dengan perubahan bunyi 

vokal. Afiks yang dapat bergabung dengan dwimumi, di antaranya, 

prefiks N- dan sunk -an. PenguIangan dwilingga menggambarkan bahwa 

aktivitas yang dilakukan oleh subjek berkaIi-kaIi atau terus menerus 

-keaspekan frekuentatif/kontinuatit-. 

Contoh: 


cengir'seringai' ----> cungar-cengir 'menyeringai-seringai' 


de/ek 'delik' ----> du/ak-de/ek 'mendelik-delik' 


gilek 'bergerak ----> gu/ak-gi/ek 'oleng' 


sedikit ke samping' 


gantung 'gantung' ----> guntang-gantung 'bergantung-gantung' 


tanya 'tanya' ----> tunyu-tanya 'bertanya-tanya' 


Kalau kita perhatikan contoh dwireka di atas, perubahan vokal 

umumnya mengikuti aturan sebagai berikut: -  - bila bentuk dasar verba 

itu berpola vokaI berbeda, maka pada bentuk ulangnya akan berubah pola 

vokalnya, yakni menjadi lu/-/a/; maksudnya, vokaI luI pada silabe per­

tama dan vokaI Ia/ pada silabe kedua; -  - bila bentuk dasar itu berpola 

vokaI sarna, ada dua kernungkinan yang teIjadi pada pola vokaI bentuk 

ulangnya, yaitu -a- berpola vokaI IuI-/a/ dan -b- berpola vokaI Ia/-/a/ atau 

luI-lui -lihat pula Kats dan Soeriadiradja,       :  -. 

Berikut ini adaIah conton penguIangan dwimumi dengan afiks: 

ajrug 'loncat' ----> ajrug-ajrugan 'meloncat-loncat' 


udaq 'kejar' ----> udaq-udagan 'berkejar-kejaran' 


      I 


ilik 'lihat' ----> ngilik-ngilik 'rnelihat-lihat' 

teda pinta' ----> neda-neda 'rnernohon terus rnenurus ' 

 .   .  .  .   Dwipurwa 

Dwipurwa atau pengulangan sebagian -silabe pertarna- dapat ber­

sarna-sarna dengan afiks rnendukung rnakna keaspekan sepeni pada 

pengulangan dwirnurni. Bentuk dasar yang dapat rnengalami proses 

rnorfofonernik berupa pengurangan fonern pada silabe penama bentuk 

ulangnya, ada pula yang tidak contoh: 

tanya 'tanya' ----> tatanya 'benanya-tanya' 

penta 'pinta' ----> mementa 'rnemohon' 

lumpat 'Iari ' ----> lulumpatan 'berlari-lari' 

seuri 'tawa' ----> seuseurian ' tenawa-tawa' 

udag 'kejar' ----> ngungudaq 'rnengejar-ngejar' 

Jika bentuk dasamya dari kelas adjektiva, rnaka bukan berarti sering 

atau terus-rnenerus, rnelainkan hanya untuk rnengubah kategori saja 

rnenjadi verbal. Contoh: 

goreng 'jelek' -- --> ngagogoreng 'rnenjelek -jelekkan' 

ripuh 'repot' ----> ngariripuh 'merepolkan' 

rujit 'kotor'; ----> ngarurujit 'rnengotori'; 

'jijik' 'mengejijikan ' 

 .  Kategori Verba 

Berdasarkan kategorinya, verba bahasa Sunda dapat di bagi rnenjadi 

  jenis, yaitu -  - verba transitif, -  - verba intransitif, -  - verba bitransitif, 

dan - - verba rnajemuk. 

 . .   Verba Transitif 

Verba transitif adalah verba yang rnernerlukan objek -lihat pula 

Djajasudarma dan Idat Abdulwahid,      -. Kehadiran objek rnerupakan 

pelengkap verba. Verba transitif bahasa' Sunda biasanya berprefiks N-, 

mi, bersufiks -an, dan -keun. Contoh: 

peuncit 'sernbelih' -v- + N- ---->meuncit ' rnenyernbelih' 

jieun 'buat' -v- + N- ----> nyieun 'membuat' 

       


indung 'ibu' -n- + mi- ----> miindung 'menganggap se­

bagai ibu -kepada-' 

hade 'bagus' -a- + mi- ----> mihade 'memperbaiki' 

luncat '!ompat' -v- + N- + -an ----> ngaluncatan 'melompati' 

uyah 'garam' -n- + N- + -an ----> nguyahan 'menggarami' 

kotor 'kotor' -a- + N- + -an ----> ngotoran 'mengotori' 

sapu 'sapu' -n- + N- + -keun ----> nyapukeun 'menyapukan' 

teunggeul 'pukul' + N- + 'keun ----> nuenggeulkeun 'memukul­

kan' 

Prefiks mi- sebenamya berasal dari awalan pi-, nomina atau adjektiva 

yang mengalami prefiksasi pi-, jika dibentuk menjadi verbal, maka pi­

mengalami perubahan menjadi mi-, misalnya, pUndung 'masih -bersifat- 

ingin selalli dekat dengan ibu' menjadi miindung. Jika diubah ke dalam 

bentuk pasif, maka mi- harus dikembalikan menjadi pi-, kemudian barn 

mengalami prefiksasi di- .. 

Sufiksasi -an dan -keun memiliki perbedaan malena. Sufiksasi -keun 

mendukung malena bahwa objek berperantif, sedangkan para sufiksasi -an 

objek berperan lokatif. 

Bandingkanlah: 

sapu 'sapu' -n- + N- + -an ----> nyapuan 'menyapu -misa!­

nya lantai-' 

+ N- + -keun ----> nyapukeun 'menyapukan -mi­

salnya sampah-' 

 . .   Verba Intransitif 

Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek Oihat 

pula Djajasudanna & Idat Abdulwahid,      -. Verba intransitif sudah 

sempuma meskipun tanpa disertai objek. Verba intransitif bahasa Sunda 

ada yang tanpa prefiks, ada pula yang berprefiks N-, di-, nyang-, dan 

bentuk dwipurwa. Contoh: 

diuk 'duduk' 


leumpang 'beIjalan' 


tangtung 'berdiri' v + N­ ----> nangtung 'berdiri' 


pundur 'mundur' -v- + N­ ----> mundur 'mundur' 


gawe 'keIja' -n- + di­ ----> digawe 'bekeIja' 


baju 'baju' -n- + di- ----> dibaju 'berbaju• 


       


tamba 'obat' -n- ----> tatamba 'berobat' 

kemu 'kumur' -v- 

----> kekemu 'berkumur' 

 . .   Verba Bilransilif 

Verba bitransitif adalah verba yang memerlukan dua objek· -tujuan 

dan penerima- -lihat Djajasudanna dan Idat Abdulwahid,      -. Verba 

bitransitif bahasa Sunda biasanya bersimulfiks mang- + -keun, misalnya, 

manehna mangmawakeun buku keur adina 'ia membawakan buku untuk 

adiknya' . Yang berfungsi sebagai     -tujuan/objektif- adalah buku 'buku' 

dan yang berfungsi sebagai     -penerima/benefaktif- adalah adina 

'adiknya'. Verba bentuk mang- + -keun, jika diubah ke dalam bentuk 

pasif, maka mang- menjadi pang-, baru kemudian mengalami prefiksasi 

di-. Contoh: 

beuli 'beli' + mang- + -keun ----> mangmeulikeun 'menolong­

belikan' 

tulis 'tulis' -v- + mang- + -keun ---->mangnuliskeun' menolong­

tuliskan ' 

Contoh di atas jika dipasifkan, menjadi: 

dipangmeulikeun 'ditolongbelikan' 

dipangnuLiskeun 'ditolongtuliskan' 

-Jihat pula Ardiwinata,      :  ; Coolsma,      :  - 

 . .  Verba Majemuk 

Verba majemuk adalah verba yang dasamya terbentuk melalui proses 

pemajemukan dua morfem asal atau lebih, atau verba berafiks yang di­

gabungkan dengan kata atau morfem terikat sehingga menjadi satu satuan 

makna -lihat Tata Bahasa Baku Bahasa negara kita ,      ; Djajasudanna 

dan Idat Abdulwahid,      -. Komponen verba majemuk bahasa Sunda 

dapat dibentuk masing-masing bentuk dasar bebas, ada pula yang salah 

satu komponennya bentuk berafiks. Jika komponen yang pertama verba 

majemuk ini  berafiks, maka penulisannya dipisahkan, sedangkan 

bila mengalami simulfiksasi maka penulisannya di satukan. Contoh: 

-a- verba majemuk yang komponennya merupakan bentuk dasar -bebas-: 

J J   

jual beuli' 'jual beli' 

sumput salindung 'bersembunyi terus menerus' 

susun tindih 'bertumpuk' 


tepung lawung 'bertemu' 


unJ.uk uninga 'memberi kabar' 

-b- verba majemuk yang salah satu komponennya berafiks: 

mager sari 'membentuk lingkaran -misalnya rumah-rumah/tenda­

tend a-' 

napak jalak 'membuat tanda silang' 

nata baris 'menata barisan' 

ngahurun balung 'termenung' 

ngembang kapas 'berbuat seperti bunga kapas; berakhir dengan 

kekecewaan' 

mager, napak, nata, ngahurun, ngembang, merupakan bentuk 

turunan yang berasal dari bentuk dasar pager 'pagar' -n-, tapak 

'jejak' -n-, tata 'susun' -v-, hurun 'tumpuk' -v-, kembang 'bunga' 

-n-. Masing-masing bentuk dasar ini  mengalami prefiksasi N­

yang berfungsi untuk membentuk verba-t- -aktif-. 

-c- verba majemuk yang kompnennya mengalarni simulfiksasi: 

dihurunsuluhkeun 'dianggap sarna' 


ditegalambakeun 'ditelantarkan -tanah- , 


dibejerbeaskeun 'dijelaskan' 


dialungboyongkeun 'dijadikan bola mainan' 


nganomerduakeun 'menomorduakan' 


-lihat Ardi winata,      :    - 


Verba majemuk di atas masing-masing berasal dari bentuk dasar 

hurun 'tumpuk' + suluh 'kayu bakar' -n-, tegal 'padang' -n- + amba 

'luas' -a-, bejer 'pecah' -v- + beas 'beras' -n-, alung 'lempar' -v- + 

boyong 'membawa musuh yang sl  dah takluk; sejenis mainan kanak­

kanak yang menggunakan sejenis bal yang harus dilemparkan dan 

ditangkap sambil naik kuda-kudaan', nomor 'nomer' -n- + dua 'dua' 

-nr- 

      

 .  

 Perilaku Sintaksis Verba 

Perilaku sintaksis verba yang dirnaksud di sini adalah sifat verba-l- 

bahasa Sunda dalam hubungannya dengan kata lain dalam tataran grama­

tika yang lebih tinggi, yaitu dalam tataran {rasa, klausa, dan kaIimat. 

Perilaku yang diamati meliputi frase verbal dan fungsi verba -  -. 

 . .   Frasa Verba 

Frase adalah unsur sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih 

yang tidak predikalif -lihat Djajasudanna dan Idal Abdulwahid,      : 

  -. Ciri predikalif. tiada lain untuk membedakannya dari klausa, sebab 

klausa termasuk unsur sintaksis yang lerdiri alas dua unsur atau lebih 

yang predikatif, memiliki predikat di antara unsurnya. 

Berdasarkan inlinya, frasa dapat dibagi atas beberapa jenis, di 

anlaranya frase verbal. Frasa verbal dibentuk dengan verba sebagai inti­

nya. sedangkan unsur yang Jainnya hanya berfungsi sebagai atribul/ 

pewatas. Unsur pewatas itu biasanya panikel. Panikel ini ada yang ler­

lelak di depan verba -inti-, ada pula yang di belakang. Contoh: 

keur indit 'sedang pergi' 

bisa ngomong 'dapal berbicara' 

blug labuh 'jalulah -ia-. 

dahar jeung ulin 'makan dan bermain' 

leumpang atawa lumpat 'berjalan atau berlari' 

Kontruksi keur indit. bisa ngomong. blug labuh. dahar jeung ulin. 

leumpang atawa lumpat adalah frasa verbal. Yang menjadi inti pada 

frasa tersebul adalah verba indit, ngomong, labuh. sedangkan pada frase 

dahar jeung ulin dan leumpang atawa lumpat sebagai intinya adalah 

verba dahar dan ulin, leumpang dan lumpat dengan banluan penghubung 

jeung'dan atawa 'atau'. 

 . .   Jenis-Jenis Frase Verba 

Frase verbal bahasa Sunda dapat dibedakan atas frasa -  - endosentris 

atribulif dan -  - endosentris koordinalif. . 

 . .  .   

Frasa Endosentris Atributif 

Frasa verba endosentris atributif terdiri atas verba sebagai inti dan 

      


unsur lain sebagai pewatas. Yang berfungsi sebagai pewatas adalah par­

tikel keaspekan, modus, dan kecap anteuran. Pad a umumnya ketiga 

pewatas terse but dapat diletakkan di de pan verba, ada pula beberapa 

partikel keaspekan yang dapat menduduki posisi di belakang verba. 

Pewatas yang menduduki posisi di depan verba disebut pewatas depan. 

sedangkan pewatas yang menduduki posisi di belakang verba disebut 

pewatas belakang. 

  - pewatas depan, meliputi: 

-a- partikel keaspekan + verba, misalnya: 

geus indit 'sudah pergi' 


can batik 'belum kembali' 


bari neunggeul 'sambil memukul' 


keur leumpang 'sambil berjalan' 


biasa menta 'biasa meminta' 


mindeng ngalamun 'sering melamun' 


langka nyarita 'jarang berbicara' 


sakapeung datang 'kadang-kadang datang' 


beunang meuli 'hasil darimembeli' 


-b- modus + verba, misalnya: 

geura dahar 'lekaslah -kamu- makan' 


geuwat nurut 'segeralah -kamu- menurut' 


kudu nenjo 'harus melihat' 


masing nganyahokeun 'ketahuilah -olehmu-' 


ulah bebeja 'jangan bilang' 


urang lalajo 'mari -kita- nonton' 


meunang nganjuk 'boleh menghutang' 


bisa ngomong 'dapat berbicara' 


pasti migeugeut 'pasti merindukan' 


-c- kecap anteuran + verba, misalnya: 

am dahar 'makanlah -ia-' 


blug labuh 'jatuhlah -ia-' 


jung nangtung 'berdirilah -ia-' 


      

jleng luncal 'melompatlah -ia-' 


pok ngomong 'berbicaralah -ia-' 


  - pewatas belakang, misalnya: 

-d- verba + panikel keaspekan/adverbia, misalnya: 


ulinbae 'bennain saja' 


indit deui 'pergi lagi' 


gawe lila 'bekeIja lama' 


eureun heula 'berhenti dulu' 


seuri oge 'tertawa juga' 


Sebagian -a-, -b-, -c-, dan -d- dapat bergabung membentuk frasa 

verbal yang tiga un sur, misalnya: 

geura am dakar -teh- 'lekaslah makan segera' 


geuwat geura balik 'lekaslah pulang segera' 


kudu masing yatna 'hendaklah sangat berhati-hati' 


ulah rek bebeja 'janganlah sekali-kali memberi tahu' 


ulah ulin bae 'jangan bennain terus' 


 . .  .   Frasa Endosentris Koordinatif 

Frasa verba endosentris koordinatif terdiri atas dua inti -verba- yang 

dihubungkan oleh preposisi. Berdasarkan preposisi penghubungnya, frasa 

endosentris koordinatif dapat atas: 

-a- koordinatif aditif, misalnya: 

dahar jeung nginum 'makan dan minum' 


dig awe bari sakola 'bekeIja sambi! sekolah' 


menta jeung meuli 'meminta dan membeli' 


-b- koordinatif altematif, misalnya: 

menta atawa nginjem 'minta atau meminjam' 


meuli atawa nganjuk 'membeli at au menghutang' 


mayar atawa gratis 'membayar atau gratis 


-c- koordinatif dijungtif. misalnya: 

      

nginjeum lain menta 'meminjam bukan meminta' 


nganjuk padahal meuli 'menghutang padahal membeli 


nginjeum tapi ngambek 'pinjam tetapi marah' 


-d- koordinatif kondisional, misalnya: 

mere ngan nyokot 'memberi tetapi harus diambil' 


nganteurkeun ngan muruhan 'mengantarkan tetapi harus bayar' 


datang ngan nitipkeun 'datang hanya menitip' 


-lihat pula Djajasudarrna & Idat Abdulwahid,      -. 

 .  Fungsi Verbal-t- 

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, verbal-t- bahasa Sunda 

menduduki fungsi yang utamanya adalah sebagai predikat. Verba-t- yang 

mengisi fungsi predikat akan menentukan nominal-t- apa yang harus 

hadir mengisi fungsi subjek atau objeknya, misalnya pada kalimat 

berikut: 

-  - Begal teh ngadek jelema. 


'Rampok itu membacok orang.' 


-  - Mang Ahdi keur ngadekan suluh di buruan. 

'Mang Ahdi sedang menetaki kayu bakar di halaman rumah.' 

-  - Mang Ahdi ngadekkeun bedogna kana suluh. 

'Mang Ahdi menetakkkan goloknya pada kayu bakar.' 

Nomina pengisi fungsi objek pada kalimat -  -, -  -, dan -  - tidak sarna. 

Perbedaan ini  dipengaruhi oleh perubahan bentuk dan makna verba 

yang mengisi fungsi predikatnya, yakni ngadek 'menetak', ngadekan 

'menetaki', dan ngadekkeun 'menetakkan'. lelema 'orang' berperan 

sebagai objektif, suluh 'kayu bakar' selain berperan sebagai objektif juga 

sebagai lokatif, sedangkan bedogna 'goloknya' berperan sebagai instru­

mental -alat-. 

Predikat di dalam kalimat bahasa Sunda, tidak selamanya menduduki 

      


posisi setelah subjek. Adakalanya predikat ini  menduduki posisi di 

depan subjek. misalnya: 

- - Manehna keur dahar. 


'Ia Sedang makan.' 


menjadi: 

- - Keur dahar manehna. 


'Sedang makan ia.· 


Jika pengisi fungsi predikat ini  berupa [rasa verbal yang pewatasnya 

KA. maka kemungkinan transposisi -pol a urutan- yang terjadi adalah 

seperti pada kalimat - - dan - -. 

- - Manehna jung nangtung. 


ia jung berdiri 


'Ia berdiri-lah-.· 


- - lung nangtung manehna. 


jung berdiri ia 


'Berdirilah ia.· 


- - lung manehna nangtung. 


jung ia berdiri 


'Berdirilah ia.' 


- - *Nangtung jung manehna 


berdiri jung ia 


'Berdiri ia.' 


Perubahan posisi predikat ini  bertalian erat dengan topikalisasi. 

Bagian yang ditonjolkan -dijadikan topik- harus diletakkan di depan 

subjek. Pada kalimat - - yang ditonjolkan adalah manehna 'ia' -subjek-. 

sedangkan pada kalimat - - dan - - yang ditonjolkan adalah saat awal 

siruasi berdiri. Kalimat - - tidak dapat ditransposisikan menjadi kalimat 

- -. sekalipun predikat berada di depan subjek. Ketidakberterimaan ini 

     

disebabkan oleh urulan KA yang berada di belakang verba. KA harus 

selalu berada di depan verbanya -untuk lebih jelasnya lihal Djajasudanna, 

     -. Jika yang dilonjolkan adalah objek, maka posisi predikal lelap 

berada setelah subjek. Yang berubah adalah makna kategorial verba-l- 

pengisinya, yakni dari aktif menjadi pasif. Misalnya: 

-   - 

Paninggaran ngabedil uncal.

'Pemburu menembak rusa.'

menjadi: 

-    - 

Uncal dibedil ku paninggaran.

'Rusa dilembak pemburu.'

Makna kalegorial verbal yang mengisi fungsi predikat pada kalimat -   - 

adalah aktif, yang ditandai dengan prefiks N-, sedangkan pada kaliinal 

-    - makna kalegorial verbalnya adalah pasif, dilandai dengan prefiks di­

. Predikat di dalam kalimat imperatif adakalanya berdiri sendiri, subjek 

atau objeknya tidak dinyatakan secara eksplisit. Verba-  - pengisinya, 

biasanya berupa bentuk dasar verba-l- dinamis, terutama jenis verba-l- 

aktivilas, misalnya: 

-    - 

Bedil ! 'tembak' 

-    - Lumpat ! 'berlari' 

-   - Tulis ! 'tulis' 

Di samping berfungsi sebagai predikat. verba-   - bahasa Sunda dapat 

pula berfungsi sebagai pelengkap, misalnya: 

-   - 

Bodak teh kcur diajar lewnpang.

'Anak. itu edang belajar berjalan. '

-I - 

Manehna sok ngajar tali

'Ia sering mengajar tari.'

Ada sejumlah verba yang posisinya seperti subjek, misalnya: 

       

-   - 

Leumpang matak jagjag.

'Berjalan menyebabkan -kita- sehat dan kuat.'

-   - Nyatu matak 

seger.

'Makan menyebabkan segar.'

-   - Hudang beurang 

teu hade.

'Bangun kesiangan tidak baik.'

Sekilas, verba leumpang 'berjalan', nyatu 'makan', dan hudang beurang 

'bangun kesiangan' nampak sepeni subjek, dan memang mcnurut 

Ard iwinata verba ini  berfungsi sebagai jejer 'subjek' -periksa 

Ardiwinata,      :    ,    -. Kalau kita kaji Iebih jauh, ternyata kalimat 

-   - - -   - itu bukanlah kalimat, melainkan frasa verbal yang berupa 

ungkapan fraseologis. Dalam bahasa Sunda jika subjck menyangkut 

umwn -alam-, kontruksi aktif yang muncul itu tan-subjek, hanya berupa 

fraseologis. Hal ini berbeda dengan bahasa Indo-Eropa, misalnya bahasa 

Inggris, yang harus menampilkan subjek. Bandingkanlah dengan struktur 

bahasa Inggris dengan apa yang disebut Gerund: 

-   - Swimming 

is a good sport.

'Berenang adalah olah raga yang baik.'

Swimming 'berenang' dalam kalimat di atas bukan berfungsi sebagai 

verba, melainkan sebagai nomina dan menduduki fungi subjek, tetapi 

bandingkan pula dengan bahasa Sunda: 

-    - Leumpang teh matak jagjag. 

'Berjalan itu menjadikan -kita- sehat dan kuat.' 

-    - Leumpangna sing gancang! 

'-Ayo- berjalanlah dengan cepat!' 

Leumpang 'berjalan' pada kalimat -    - dengan bantuan panikel teh, yang 

berfungsi sebagai definite article, berubah kategorinya menjadi nomina. 

Fungsi yang didudukinya sudah tentu subjek. Demikian pula dengan 

leumpangna 'berjalannya', sufIksasi -na dalam hal ini berfungsi sebagai 

nominalisator, mengubah kategori verba leumpang menjadi nomina. 

Bandingkan dengan kalimat -   -. 

BAB vn 


ADJEKTIVA 


 .   Adjektiva dan Adjektival 

Bahasa Sunda memiliki bentuk kelas kata yang disebut dengan 

adjektiva. Satu bentuk struktur kata atau frasa atau bahkan klausa yang 

berperilaku seperti adjektiva maka disebut adjektival -lihat Kridalaksana, 

     :  -. 

 .   Batasan dan Ciri 

Beberapa ahli bahasa mengemukakan pendapatnya tentang batasan 

adjektiva. D.K. Ardiwinata -     :   - menyatakan bahwa kata sifat 

-adjektiva- ialah kata yang menjadi ciri suatu benda, atau kata yang 

menjawab peI  anyaan bagaimana. Sifat yang terutama ialah yang 

berkenaan dengan ruap, rasa, dan bau, yaitu sesuatu yang terpahami 

melalui pancaindra. Sejalan dengan pendapat di atas, T.F. Djajasudarrna 

dan Idat Abdulwahid -     :  - mempertegas lagi bahwa adjektiva di 

dalam bahasa Sunda menerangkan nomina. Lalu timbul pertanyaan 

apakah semua kata yang menerangkan nomina selalu disebut adjektiva? 

Sepeni contoh berikut ini, imah kuring 'rumah saya', bapa maneh 'bapak 

kamu', keretas surat 'kertas sural'; apakah kata l-Uring, maneh, dan surat 

dalam gabungan kat a itu disebut nomina? Jawabnya. tentu tidak selalu 

kata yang menerangkan nomina itu disebut adjektiva. Hal ini dapat di ­

kontraskan dengan contoh gabungan kat a berikut ini: imah alus 'rumah 

       

       


bagus', bapa gering 'bapak sakit', dan keretas murah 'kertas murah' 

Kata alus, gering, dan murah dalam gabungan kata itu disebut adjektiva. 

Berkaitan dengan uraian di atas, T.F. Djajasudarma lebih lanjut 

mengemukakan bahwa adjektivamemiliki ciri-ciri morfologis dan sin­

taksis. Hal yang sarna juga dikemukakan oleh Alam Sutawijaya dkk. 

-     :     dan      :   -. 

Ciri morfologis dan ciri sintaksis adjektiva bahasa Sunda adalah 

sebagai berikut ini. 

 .  .   Ciri Morfologis 

  . Secara infleksi dapat bergabung dengan afiks: 

-a- infiks -ar-/-cil-

Contoh: laleutik 'kecil-kecil' -Alam S.,      :  - 

haraseum 'masam scmua' -Alam S.,      :  - 

-b- sufiks -eun 

Contoh: eraeun 'Cia- malu' -Alam S.,      :  - 

pohoeun 'Cia- lupa -T.F. Djajasudarma,      :  - 

-c- prefiks pang- + sufiks -na 

Contoh: pangalusna 'terbagus' -T.F.Djajasudanna,      :  - 

panglucuna 'paling lueu' -T.F.Djajasudarma,      :  -. 

  . Secara derivasi dapat bergabung dengan afiks: 

prefiks pang- + sufiks -na. 

Contoh: pangakangna 'paling/merasa lebih dari' 

pangeuceuna 'paling/merasa lebih dan' 

pangaingna 'paling/merasa lebih dari'. 

 .  .   Ciri Sintaksis 

  . Dapat bergabung dengan didahului oleh partikel rada 'agak'. 

Contoh: rada pinter' agak pinter' -T.F.Djajasudanna,      - 

rada pantes 'agak pantas' 

rada beureum 'agak merah' 

  . Dapat bergabung dengan didahului oleh partikel leuwih 'lebih'. 

Contoh: leuwih beunghar 'lebih kaya' -T.F.Djajasudanna,      - 

leuwih bodas 'lebih putih' 

leuwih seungit 'lebih wangi' 

      


  . 

 Dapat bergabung dengan didahului dan diperluas oleh partikel kaeida 

+ sufiks -na 'a  angkah + nya', dan partikel pohara + sufiks -na

'alangkah + nya'.

Contoh: kaeida geulisna 'a  angkah camiknya' -Alam S.,      -

pohara kasepna 'alangkah cakepnya' 

 . 

 Dapat diperluas dengan menambah partikel naker 'paling', pisan 

'paling', temen 'paling/sekali', dan teuing 'paling' 

Contoh: bageur pisan 'paling baik' -Coolsma,      - 

era naker 'malu sekali' 

sono temen 'rindu sekali' 

mahal teuing 'terlalu/paling mahal' 

 .   

 Bentuk dan Makna 

Bentuk adjektiva bahasa Sunda dapat dibagi menjadi dua bagian, 

yaitu adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Sedangkan makna yang 

muncul sesuai dengan bentuk adjektiva tersebul. 

 .  .   Adjektiva Dasar 

Bentuk adjektiva dasar merupakan adjektiva yang belum mengalami 

proses morfologis. 

Contoh adjektiva dasar: 

alus 'bagus'

amis 'manis'

aral 'putus asa'

asin 'asin'

atoh 'gembira'

bageur 'baik'

beunghar 'kaya'

beureum 'merah'

bodo 'bodo' 


caang 'terang'

eageur 'sehat'

      


cape 'lelah' 

daek'mau' 

era 'malu' 

euceuy 'merah menyala ' 

galak 'galak' 

gede 'besar' . 

getol 'rajin' 

haseurn 'masam ' 

hese 'susah' 

hipu 'empuk' 

heuras 'keras' 

inggis 'takut' 

isin 'malu' 

jangkung 'tinggi' 


jauh 'jauh' 


karadak 'kasar' 

kareueut 'terlalu manis' 

/wret 'kikir' 

lesang 'licin' 

lernes 'halus' 

liat 'liat' 

lorryod 'lonjong' 

mahal 'mahaI' 

rnalarat 'miskin' 

rnurah 'murah' 

pahang 'sengak' 

pinter 'pandai' 

poho'lupa' 

      


resep 'senang' 


riweuh 'sibuk' 


rubak 'lebar' 


seungit 'wangi' 


sieun 'takut' 


SOM 'rindu' 


teuas 'keras' 


tUs 'dingin' 


tengi 'tengik' 


Makna yang mucul dan bentuk adjektiva dasar ini sesuai dengan 

makna kata yang ada dalam kata yang bersangkutan. -Contoh-contoh 

kata diatas diambil dari kbeberapa sumber. Lihat T.F. Djajasudarma, 

     ; Alam Sutawijaja dkk,       &      ; D.K. Ardiwinata,      ; dan 

Coolsma,      -. 

 .   .   Adjektiva Turunan 

Bentuk. adjektiva turunan merupakan adjektiva yang telah mengalami 

proses morfologis. Bentuk adjektiva turunan ini  adalah seperti 

berikut di bawah ini. 

-a- Adjektiva dasar + infiks -ar-/-al­

Contoh: 

gede + -al- =galede 'besar-besar' 

alus + -ar- :;::: aralus 'bagus-bagus' 

pinter + -al- = paUnter 'pandai-pandai' 

Makna adjektiva turunan dengan pembubuhan infiks -ar-/-al- ini 

menyatakan jamak/banyak -subjekoya-. 

-b- Adjektiva dasar + sufiks -eun 

Contoh: 

panas + -eun =panaseun 'Oa- merasa panas' 

era + -eun = eraeun 'Oa- merasa malu' 

atoh + -eun =atoheun 'Oa- merasa gembira' 

      

Makna adjektiva tunman dengan pembubuhan sufiks -eun ini me­

nyatakan bahwa subjek adalah persona ketiga. 

-e- 

 Adjektiva dasar + konfiks pang- + -na 

Contoh: 

lucu + pang- + -na = panglucuna 'paling lueu' 

pinter + pang- + -na = pangpiterna 'paling pandai' 

beunghar + pang- + -na = pangbeungharna 'paling kaya' 

Makna adjektiva turunan dengan pembubuhan konfiks pangna ini 

menyatakan 'paling'. 

-d- 

 Derivasi adjektiva yang dibentuk dan nomina dasar + konfiks pang­

+ -na 

Contoh: 

akang + pang- + -na = pangakangna 'merasa paling' 

euceu + pang- + -na =pangeuceuna 'merasa paling' 

aing + pang- + -na =pangaingna 'merasa paling' 

Makna adjektiva turunan dengan pembunuhan konfiks pangna pada 

bentuk dasar nomina ini menyatakan merasa paling lebih dari yang lain. 

-e- 

 Reduplikasi bentuk dasar adjektiva 

Contoh: 

beunghar-beunghar 'kaya-kaya' 

kasep-kasep 'eakep-eakep' 

pinter-pinter 'pandai-pandai' 

Makna adjektiva turunan dengan reduplikasi benruk dasar adjektiva 

menyatakan intensitas. 

 .  

Tingkat Perbandingan 

Sistem komparatif dalam bahasa Sunda dikenal dengan tiga tingkat. 

Ketiga sistem komparatif ini  adalah tingkat perband ingan ekualif, 

tingkat perbandingan komparatif, dan tingkat perbandingan superlatif. 

-lihat Djajasudarna dan Idat Abdulwahid,      :  -. 

      


 . .   Ekuatif 

Tingkat perbandingan ekuatif di dalam bahasa Sunda dilandai oleh 

partikel rada 'agak'. Sebagai eontoh dapat disebutkan di bawah ini. 

rada alus 'agak bagus' 


rada lucu 'agak lueu' 


rada cape 'agak lelah' 


rada pinter 'agak pinter' 


rada goreng 'agak jelek' 


 . .   Komparatif 

Tingkat perbandingan komparatif di dalam bahasa Sunda ditandai 

oleh adanya panikel leuwih 'lebih'. Sebagai eontoh dapal disebulkan di 

bawah ini. 

leuwih beunghar 'lebih kaya' 


leuwih bodas 'lebih putih' 


leuwih liat 'iebih liat' 


leuwih hade 'lebih baik' 


leuwih herang 'lebih bening' 


 . .   Superlatif 

Tingkat perbandingan superlatif di dalam bahasa Sunda ditandai oleh 

adanya panikel teuing 'terlalu', naker 'terlalu', pisan 'terlalu', dan di­

tandai' oleh adanya gabungan panikel kacida 'paling', pohara 'paling' di­

tam bah afiks -na yang melekat pada kata dasar adjektiva, serta adanya 

gabungan afiks pang- + -na yang berani 'paling' -'ter-.. .'-. Sebagai eon­

toh dapat disebutkan di bawah ini. 

Adanya panikel teuing : 


murah teuing 'murah sekali!terlalu murah' 


teuas teuing 'terlalu keras' 


rubak teuing 'terlalu lebar' 


Adanya partikel naker:

hade naker 'bagus sekali/terlalu bagus' 


tUs naker 'dingin sekali/terlalu dingin' 


      

galak neker 'galak sekalilterlalu galak' 

Adanya partikel pisan: 

gede pisan 'terlalu besar' 

asin pisan 'terlalu asin' 

bageur pisan 'terlali baik' 

Adanya partikel poharalkaeida + afiks -na: 

kaeida koretna 'terlalu kikir/kikir sekali' 

kaeida eapena 'terlalu lelah/lelah sekali' 

kaeida hesena 'terlalu susah/susah sekali' 

pohara hadena 'paling baik/terlalu baik/baik sekali' 

pohara seungitna 'paling wangilwangi sekalilterlalu wangi' 

pohara isinna 'malu sekali' 

Adanya gabungan afiks pang- + -na: 

pangamisna 'paling manis' 

pangatohna 'paling gembira' 

panghipuna 'paling empuk' 

 .  Fungsi Adjektiva 

Fungsi adjektiva berhubungan erat dengan kedudukannya di dalam 

kalimat bahasa Sunda. Bahasa Sunda, juga bahasa-bahasa lainnya mem­

punyai tataran fungsi di dalam sintaksisnya. Fungsi sintaksis itu meliputi 

subjek -S-, predikat -P-, objek - -, dan keterangan -K-. Dengan demikian 

fungsi adjektiva berhubungan dengan bagaim ana kedudukan atau fungsi 

adjektiva itu di dalam kalimat. Sebelum mengemukakan bagaimana 

fungsi adjektiva. ada baiknya leita simak uraian T.F. Djaj asudanna, 

      :    , tentang struktur kalimat tunggal. 

T.FDjajasudarma dan Idal A. menyatakan bahwa kalimat tunggal di 

sini adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, jadi unsur yang mem­

bentuknya bersifat predikatif -dapat berupa satu verba- atau nomina dan 

verba, yang berfungsi masing-masing sebagai subjek dan predikar. 

Bahasa Sunda menyebutnya susunan jejer untuk subjek dan caritaan 

untuk predi kat -l iha£ pula Momon Wirakusum ah & I. Buldan 

Djajawiguna,      -. Subjek dalam bahasa Sunda dapat berupa nomina 

atau frasa nomina, sedangkan predikat dapat berupa nomina atau frasa 

      


nomina, verba atau frasa verba, adjektiva atau frase adjektiva. dan adver­

. bia atau frasa adverbia. 

Memperhatikan pendapat T.F. Djajasudarma ini  di atas maka 

fungsi adjektiva dapat menduduki fungsi predikat di dalam kalimat ba­

hasa Sunda. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagaimana berikut di 

bawah ini . . 

Nomina -Fungsi Subjek- + Adjektiva -Fungsi Predikat- 

Hujan teh gede pisano 'Hujan turun lebat sekali.' 

Ali bageur pisano 'Ali baik sekali.· 

Budak teh tucu naker. 'anak itu lucu sekali.' 

Promina -Fungsi Subjek- + Adjektiva -Fungsi Predikat- 

Kuring mah poho deui. 'Saya lupa lagi.' 

Maneh mah pinter. 'Kamu -itu- pandai.· 

Manehna mah geus beunghar. 'Ia -itu- sudah kaya.· 

 .  Frasa Adjektiva 

Frasa adjektiva adalah frasa yang dibentuk dengan adjektiva sebagai 

inti. Unsur lainnya dapat berupa pembatas. preposisi,