penciptaan alam 3

Tampilkan postingan dengan label penciptaan alam 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penciptaan alam 3. Tampilkan semua postingan

penciptaan alam 3


an sekitar 1.000 kalori panas. Panas itu harus dilepaskan dari tubuh. Jika 
tidak, Anda akan pingsan sampai koma sebelum Anda menyelesaikan kilometer pertama. 
Namun bahaya ini  dihindari oleh sifat ketiga air. 
Yang pertama adalah kapasitas termal air. Artinya, untuk mening-katkan suhu air, 
diperlukan panas yang tinggi. Tubuh kita terdiri atas 70% air, tetapi berkat kapasitas 
termalnya, air itu tidak menjadi panas dengan cepat. Bayangkan sebuah gerakan yang 
meningkatkan panas tubuh se-besar 10OC. Jika tubuh kita mengandung alkohol alih-alih air, 
gerakan yang sama akan meningkatkan suhu tubuh 20OC, dan untuk zat lain dengan 
kapasitas termal lebih rendah, keadaan bahkan akan lebih buruk: menaikkan 50OC untuk 
garam, 100OC untuk besi, dan 300OC untuk timbal. Kapasitas termal air yang tinggi lah 
yang mencegah terjadinya perubahan panas sebesar itu. 
Namun, bahkan kenaikan 10OC akan fatal, seperti telah disebutkan di atas. Untuk 
mencegahnya, sifat kedua air—panas laten—berperan di sini.  
Untuk menjaga tubuh tetap sejuk terhadap panas yang dihasilkan, tubuh 
menggunakan mekanisme keringat. Ketika kita berkeringat, air menyebar di permukaan 
kulit dan dengan cepat menguap. Tetapi karena panas laten air sangat besar, penguapan itu 
membutuhkan panas yang besar pula. Panas ini  tentu saja diambil dari tubuh sehingga 
kita tetap sejuk. Proses penyejukan ini begitu efektif sehingga terkadang me-nyebabkan kita 
merasa kedinginan meskipun cuaca agak panas. 
Karena itulah, seseorang yang telah berlari sejauh sepuluh kilometer akan berkurang 
suhu tubuhnya sampai 6OC sebagai akibat penguapan air satu liter saja. Semakin banyak 
energi yang dikeluarkannya, semakin meningkat suhu tubuhnya, namun pada saat yang 
sama, semakin banyak dia berkeringat dan menjadi sejuk. Di antara faktor-faktor yang 
membuat sistem pengatur panas tubuh bekerja seluar biasa ini, yang utama adalah sifat 
termal air. Tidak ada zat cair lain akan me-nyediakan sistem pengeluaran keringat seefesien 
air. Contohnya, jika alkohol menggantikan air, pengurangan panas hanya sebesar 2,2OC; 
bahkan pada amonia, hanya sebesar 3,6OC. 
ada  aspek penting lain dalam hal ini. Jika panas yang dilepaskan dalam tubuh 
tidak dibawa ke permukaan, yaitu ke kulit, baik kedua sifat air maupun proses pengeluaran 
keringat tidak akan berguna. Karena itulah struktur tubuh juga harus menjadi penghantar 
panas yang baik. Pada poin inilah, satu lagi sifat penting air berperan: Tidak seperti zat cair 
lainnya, air memiliki kapasitas sangat tinggi untuk konduktivitas termal, yaitu kemampuan 
menghantarkan pa-nas. Karena alasan ini, tubuh membawa panas yang dihasilkan di dalam-
nya ke kulit. (Saluran darah dekat kulit melebar untuk tujuan ini dan itulah sebabnya kita 
memerah ketika terlalu panas.) Jika konduktivitas termal air berkurang separo atau 
sepertiganya, laju penghantaran panas ke kulit akan jauh lebih lambat, dan ini akan 
membuat bentuk kehidupan kompleks seperti mamalia tidak mungkin hidup.  
Semua itu menunjukkan bahwa tiga sifat termal air yang sangat berbeda bekerja sama 
untuk mencapai tujuan yang sama: mendinginkan tubuh makhluk hidup yang kompleks 
seperti manusia. Air adalah zat cair yang dirancang khusus untuk tugas ini. 
 
 
Sebuah Dunia Bersuhu Sedang 
 
Kelima macam sifat termal air yang disebutkan dalam buku Hen-derson, The Fitness 
of Environment, juga memainkan peran penting dalam menghasilkan iklim yang ramah dan 
seimbang yang dimiliki bumi. 
Panas laten dan kapasitas termal air yang lebih besar dibandingkan zat cair lainnya 
adalah penyebab air memanas dan mendingin lebih lam-bat dibandingkan  daratan. Pada daratan, 
perbedaan suhu antara tempat ter-panas dan terdingin dapat mencapai 140OC: di laut, 
perbedaan ini  paling banyak berkisar antara 15O-20OC. Situasi serupa ada  dalam 
perbedaan suhu di malam dan siang hari: pada lingkungan gersang di daratan, perbedaan 
suhu bisa mencapai 20O-30OC; di laut, perbedaannya tidak pernah lebih dari beberapa 
derajat. Dan tidak hanya laut yang di-pengaruhi seperti ini: Uap air di atmosfer juga 
merupakan agen keseim-bangan yang besar. Salah satu akibatnya adalah di daerah gurun di 
mana uap air sangat sedikit, perbedaan antara suhu siang dan malam hari sangat ekstrem 
sedangkan daerah di mana iklim laut dominan, perbeda-an ini  lebih kecil. 
Berkat sifat-sifat termal air yang unik, perbedaan suhu antara musim panas dan 
musim dingin atau antara malam dan siang yang selalu konstan dalam batasan-batasan 
tertentu sehingga manusia dan bentuk kehidupan lainnya dapat bertahan hidup. Jika 
permukaan dunia kita memiliki air lebih sedikit dibandingkan  daratan, perbedaan suhu antara 
ma-lam dan siang akan jauh lebih besar, bidang daratan yang luas akan men-jadi gurun, dan 
kehidupan tidak mungkin ada, atau setidaknya, jauh lebih sulit. Demikian pula, jika sifat 
termal air tidak seperti sekarang ini, hasilnya adalah sebuah planet yang sangat tidak sesuai 
untuk kehidupan. 
Disimpulkan, sifat ini mempunyai tiga keutamaan. Pertama, sifat ini dengan kuat 
menyeragamkan dan membatasi suhu bumi; kedua, sifat ini memung-kinkan pengaturan 
suhu yang sangat efektif pada organisme hidup; dan ketiga, sifat ini mendukung siklus 
meteorologis. Semua pengaruh ini  benar-benar maksimum, karena tidak ada zat lain 
dapat dibandingkan dengan air dalam hal ini. 

Sifat-sifat air yang telah kita bahas sampai sekarang adalah sifat termal: yaitu sifat-
sifat yang berkaitan dengan panas. Air juga memiliki sejumlah sifat fisik yang ternyata juga 
sangat tepat bagi kehidupan. 
Salah satunya adalah tegangan permukaan air yang sangat tinggi. “Tegangan 
permukaan” didefinisikan sebagai sebuah perilaku permu-kaan-bebas dari zat cair untuk 
menyerupai kulit elastis di bawah penga-ruh tegangan. Perilaku ini disebabkan oleh gaya 
tarik antara molekul-molekul dalam permukaan zat cair. 
Contoh terbaik pengaruh tegangan permukaan dapat dilihat pada air. Bahkan 
tegangan permukaan air sangat tinggi sehingga menyebab-kan beberapa fenomena fisik 
yang aneh terjadi. Sebuah cangkir dapat menampung sejumlah air yang sedikit lebih tinggi 
dibandingkan  tinggi cang-kir itu sendiri tanpa tumpah. Jarum besi yang secara hati-hati 
diletakkan di atas permukaan air yang tidak bergerak akan mengambang.  
Tegangan permukaan air jauh lebih tinggi dibandingkan  tegangan per-mukaan zat cair lain. 
Beberapa konsekuensi biologis dari sifat ini sangat penting dan ini tampak jelas terutama 
pada tanaman. 
Pernahkan Anda bertanya-tanya bagaimana tanaman mampu mem-bawa air dari 
kedalaman tanah bermeter-meter ke atas tanpa pompa, otot, atau semacamnya? Jawaban 
untuk teka-teki ini adalah tegangan per-mukaan. Saluran dalam akar dan batang tanaman 
dirancang untuk me-manfaatkan tegangan permukaan air yang tinggi. Saluran-saluran ini 
semakin tinggi semakin mengecil dan memicu  air “merayap ke atas” dengan 
sendirinya. 
Yang memungkinkan rancangan sempurna ini adalah tegangan per-mukaan air yang 
tinggi. Jika tegangan permukaan air sama rendahnya dengan tegangan pada kebanyakan zat 
cair lainnya, secara fisiologi tidak mungkin bagi tanaman besar seperti pohon-pohonan 
untuk hidup di tanah kering. 
Konsekuensi penting lain dari tingginya tegangan permukaan air adalah peretakan 
batu. Karena tegangan permukaannya, air bisa menem-bus ke celah-celah terdalam melalui 
retakan-retakan terkecil di mana air membeku ketika suhu turun di bawah nol. Seperti kita 
ketahui, air mem-punyai sifat tidak normal dengan mengembang ketika membeku. 
Pengembangan ini menimbulkan tekanan di dalam batu yang akhirnya memicu  batu 
pecah. Proses ini sangat penting karena melepaskan mineral yang terperangkap dalam batu 
ke dalam lingkungan dan juga membantu formasi tanah. 
 
 
Sifat-Sifat Kimia Air 
 
Di samping sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat kimia air juga sangat sesuai untuk 
kehidupan. Di antara sifat-sifat kimia air, yang terutama adalah bahwa air merupakan 
pelarut yang baik: Hampir semua zat kimia bisa dilarutkan dalam air. 
Konsekuensi yang sangat penting dari sifat kimia ini adalah mineral-mineral dan zat-
zat yang berguna yang terkandung tanah terlarut dalam air dan dibawa ke laut oleh sungai. 
Diperkirakan lima milyar ton zat di-bawa ke sungai setiap tahun. Zat-zat ini  penting 
bagi kehidupan laut. 

Air juga mempercepat (mengkatalisis) hampir semua reaksi kimia yang diketahui. 
Sifat kimia air yang penting lainnya adalah reaktivitas kimianya ada pada tingkat yang ideal. 
Air tidak terlalu reaktif yang mem-buatnya berpotensi merusak (seperti asam sulfat) dan 
tidak juga terlalu lamban (seperti argon yang tidak bereaksi kimia). Mengutip Michael Den-
ton: “Tampaknya, seperti semua sifatnya yang lain, reaktivitas air ideal baik bagi peran 
biologis maupun geologisnya.” 80 
Detail lain tentang kesesuaian sifat-sifat kimia air untuk kehidupan selalu terungkap 
ketika para peneliti menyelidiki zat ini  lebih jauh. Harold Morowitz, seorang profesor 
biofisika dari Universitas Yale, menyatakan: 
Beberapa tahun ke belakang telah menyaksikan studi yang berkembang tentang 
sebuah sifat air yang baru dipahami (yaitu, konduktansi proton) yang ternyata hampir unik 
bagi zat ini , merupakan unsur kunci transfer energi biologis, dan tentu saja penting 
bagi asal usul kehidupan. Semakin dalam dipelajari, semakin terkesan sebagian dari kami 
dengan kesesuaian alam dalam bentuk yang begitu tepat..... 
Viskositas Ideal Air 
 
Setiap kali kita memikirkan zat cair, bayangan yang terbentuk dalam pikiran kita 
adalah zat yang sangat cair. Kenyataannya, zat cair yang ber-beda memiliki tingkat 
viskositas (kekentalan) yang berbeda: Kekentalan ter/aspal, gliserin, minyak zaitun, dan 
asam sulfat, misalnya, sangat bervariasi. Dan jika kita bandingkan zat-zat cair ini  
dengan air, perbedaannya menjadi lebih jelas. Air 10 juta kali lebih cair dibandingkan  aspal, 
1.000 kali lebih cair dibandingkan  gliserin, 100 kali lebih cair dibandingkan  minyak zaitun, dan 25 
kali lebih cair dibandingkan  asam sulfat. 
Seperti yang ditunjukkan oleh perbandingan singkat itu, air memiliki tingkat 
viskositas yang sangat rendah. Bahkan, jika kita mengabaikan beberapa zat seperti eter dan 
hidrogen cair, air ternyata berviskositas lebih kecil dari apa pun kecuali gas.  
Apakah kekentalan air yang rendah menguntungkan bagi kita? Akan berbedakah 
keadaan jika zat cair vital ini memiliki kekentalan lebih besar atau lebih kecil? Michael 
Denton menjawabnya untuk kita: 
Kesesuaian air akan berkurang jika kekentalan air lebih rendah. Struktur sistem 
kehidupan akan bergerak jauh lebih acak di bawah pengaruh gaya-gaya deformasi jika 
kekentalan air sama rendahnya dengan hidrogen cair.... Jika kekentalan air sangat lebih 
rendah, struktur yang rawan akan mudah dikacaukan... dan air tidak akan mungkin 
mendukung struktur mikroskopik rumit yang permanen. Arsitektur molekular sel yang 
rawan mungkin tidak akan bertahan. 
Jika kekentalan lebih tinggi, gerak terkon-trol makromolekul yang besar dan ter-
utama struktur seperti mitokondria dan organel-organel kecil tidak akan mung-kin, 
demikian pula proses-proses se-perti pembelahan sel. Semua aktivitas penting sel akan 
membeku dengan efektif, dan jenis-jenis kehidupan seluler yang jauh menyerupai yang 
biasa kita kenal akan tidak mungkin ada. Perkembangan organisme yang lebih tinggi, yang 
secara kritis bergantung pada kemampuan sel untuk bergerak dan merangkak dalam fase 
embriogenesis, pasti tidak mungkin terjadi jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dari 
kekentalan normal. 82 
Kekentalan air yang rendah tidak hanya penting untuk gerak seluler, namun juga 
untuk sistem sirkulasi.  
Semua makhluk hidup dengan ukuran tubuh lebih dari seperempat milimeter 
memiliki sistem sirkulasi pusat. Hal ini karena pada ukuran le-bih dari itu, tidak mungkin 
makanan dan oksigen didifusikan ke seluruh tubuh organisme. Artinya, makanan dan 
oksigen tidak bisa lagi masuk secara langsung ke dalam sel, dan produk sampingannya pun 
tidak bisa dibuang begitu saja. Ada banyak sel dalam tubuh sebuah organisme, karenanya 
oksigen dan energi yang diambil tubuh perlu didistribusikan (dipompa) ke tubuh melalui 
“saluran”; dan saluran lain diperlukan pula untuk mengangkut buangan. “Saluran” ini 
adalah pembuluh vena dan arteri dalam sistem sirkulasi. Jantung adalah pompa yang 
menjaga sistem ini agar terus bekerja, sementara zat yang dibawa melalui “saluran” itu 
adalah cairan yang kita sebut “darah”, yang sebagian besar merupakan air, (95 % dari 
plasma darah—materi yang tersisa setelah sel darah, pro-tein, dan hormon telah 
dikeluarkan—adalah air.) 
Itulah sebabnya kekentalan air sangat penting agar sistem sirkulasi berfungsi efisien. 
Jika air memiliki kekentalan seperti aspal misalnya, pas-ti tidak ada jantung organisme yang 
dapat memompanya. Jika air memi-liki kekentalan minyak zaitun, yang lebih kecil seratus 
juta kali dibandingkan  aspal, jantung mungkin bisa memompanya, namun akan sangat sulit dan 
darah tidak akan pernah bisa mencapai miliaran kapiler di seluruh pelosok tubuh kita. 
Mari kita cermati kapiler-kapiler ini . Tujuannya adalah memba-wa oksigen, 
makanan, hormon, dan lain-lain yang penting bagi kehidup-an ke setiap sel di seluruh tubuh. 
Jika sebuah sel berjarak lebih dari 50 mikron (satu mikron adalah satu milimeter dibagi 
seribu) dari kapiler, maka sel ini  tidak bisa memanfaatkan “layanan” kapiler. Sel 
dengan jarak 50 mikron dari kapiler akan mati kela-paran. 
Itulah sebabnya tubuh manusia dicip-takan sedemikian rupa sehingga kapilernya 
membentuk jejaring yang menjangkau se-mua sel. Tubuh manu-sia normal memiliki sekitar 
5 miliar kapiler yang panjangnya, jika dibentangkan, sekitar 950 kilometer. Pada se-bagian 
mamalia, ada seba-nyak 3.000 kapiler dalam setiap satu sentimeter persegi jaringan otot. 
Jika Anda menyatukan sepuluh ribu kapiler terkecil dalam tubuh manusia, hasil jalinannya 
mungkin setebal isi pensil. Diameter kapiler bervariasi dari 3-5 mikron: sama dengan tiga 
sampai lima milimeter dibagi seribu. 
Jika darah akan menembus jalan sesempit itu tanpa terhambat atau melambat, maka 
darah harus cair, dan berkat kekentalan air yang rendah, demikian adanya. Menurut Michael 
Denton, jika kekentalan air sedikit saja lebih besar dari seharusnya, sistem sirkuasi darah 
sama sekali tidak bermanfaat: 

Sistem kapiler akan bekerja hanya jika zat cair yang dipompa melalui seluruh 
tabungnya memiliki kekentalan yang sangat rendah. Kekentalan rendah sangat penting 
karena aliran berbanding terbalik dengan kekentalan... Dari sini mudah dilihat bahwa jika 
kekentalan air memiliki nilai hanya be-berapa kali lebih besar dari seharusnya, memompa 
darah melalui kapiler akan memerlukan tekanan besar, dan hampir semua jenis sistem 
sirkula-si pasti tidak akan bekerja…Jika kekentalan air sedikit lebih besar, dan kapiler 
terkecil berdiameter 10 mikron alih-alih 3 mikron, maka kapiler harus memenuhi hampir 
semua jaringan otot agar dapat menyediakan oksi-gen dan glukosa dengan efektif. Jelas 
sekali rancangan bentuk kehidupan makros-kopik tidak akan mungkin dan sangat terbatasi.... 
Maka tampaknya keken-talan air harus demikian adanya agar menjadi perantara yang sesuai 
bagi kehidupan.  
Dengan kata lain, seperti semua sifat lainnya, kekentalan air juga “dirancang khusus” 
untuk kehidupan. Mencermati kekentalan zat-zat cair berbeda, kita lihat antara satu zat 
dengan yang lain ada selisih hingga miliaran kali. Di antara miliaran itu hanya ada satu zat 
cair dengan keken-talan yang diciptakan tepat seperti yang diperlukan: air. 
 
 
 
 
Segala sesuatu yang sudah kita ketahui dalam bab ini sejak awal menunjukkan bahwa 
sifat termal, fisik, kimia, dan kekentalan air tepat seperti seharusnya demi keberadaan 
kehidupan. Air dirancang begitu sempurna untuk kehidupan, sehingga dalam beberapa 
kasus, hukum-hukum alam dilanggar demi tujuan ini . Contoh terbaik dari hal ini 
adalah pengembangan yang tidak terduga dan tidak dapat dipahami pada volume air ketika 
suhunya turun di bawah 4OC: Jika pengembangan tidak terjadi, es tidak akan mengambang, 
lautan akan membeku menjadi padatan total, dan kehidupan tidak mungkin ada. 
Air “begitu tepat” untuk kehidupan, sampai-sampai tidak dapat di-bandingkan dengan 
zat cair lain. Sebagian besar planet ini, dunia dengan atribut lain (suhu, cahaya, spektrum 
elektromagnetik, atmosfer, permu-kaan, dan lain-lain) yang semuanya sesuai untuk 
kehidupan, telah diisi air dengan jumlah tepat untuk kehidupan. Jelaslah bahwa semua itu 
bukan kebetulan, dan sebaliknya pasti merupakan rancangan yang disengaja. 
Untuk menguraikannya dengan cara lain, semua sifat fisik dan kimia air 
menunjukkan bahwa dia diciptakan khusus untuk kehidupan. Bumi, yang sengaja diciptakan 
untuk tempat hidup umat manusia, dihidupkan dengan air yang khusus diciptakan untuk 
membentuk dasar kehidupan manusia. Dalam air, Allah telah memberi kita kehidupan dan 
dengannya Dia menumbuhkan makanan yang kita makan dari tanah. 
Akan tetapi, aspek terpenting dari semua ini adalah bahwa kebe-naran ini, yang telah 
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, di-ungkapkan dalam Al Quran, yang diturunkan 
kepada umat manusia sebagai petunjuk empat belas abad yang lalu. Mengenai air dan umat 
manusia, dikemukakan firman Allah dalam Al Quran: 
 
“Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, 
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, 
yang pada (tempat tumbuhnya) kamu meng-gembalakan ternakmu. Dia 
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, 
anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu 
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An -
Nahl, 16: 10-11) ! 
 
Tidak seperti zat cair lain, air mengembang ketika membeku. Karena itulah, es 
mengambang di air. 
 
Karena air membeku dari atas ke bawah, samudra dunia tetap cair meskipun mungkin 
ada lapisan es di permukaan. Jika air tidak memiliki sifat “luar biasa” ini, hampir semua air 
di dunia membeku dan kehidupan di dalam laut tidak akan mungkin. 
 
Sifat termal air memungkinkan kita membuang panas berlebihan dari tubuh dengan 
cara berkeringat. 
 
Volume air yang sangat besar dalam lautan di bumi menjaga temperatur planet ini 
tetap seimbang. Itulah sebabnya, perbedaan temperatur antara siang dan malam sangat kecil 
di daerah dekat laut, terutama di sepanjang pantai. Di daerah gurun jauh dari laut, perbedaan 
temperatur antara siang dan malam bisa setinggi 40OC. 
 
Tanaman dirancang untuk memanfaatkan tegangan permukaan air yang tinggi. Berkat 
sifat ini, air dapat naik bermeter-meter bahkan sampai ke dedaunan di puncak pepohonan di 
hutan. 
 
Kekentalan air yang rendah sangat penting bagi kita. Jika air sedikit saja lebih kental, 
tidak akan mungkin darah dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem kapiler. Sebagai contoh, 
sistem pembuluh darah hati tubuh kita yang rumit (kiri) tidak akan pernah ada. 
 
Kekentalan air yang rendah penting untuk semua makhluk hidup, bahkan tanaman. 
Pembuluh-pembuluh kecil daun yang tampak pada gambar di atas bisa mengangkut air 
karena air sangat cair. 
 
Ada pemikiran dan tujuan dibalik alam semesta. Ada isyarat kehadiran Tuhan dalam 
betapa abstraknya ilmu matematika menembus rahasia alam semesta, yang mengisyaratkan 
adanya sebuah pemikiran rasional menciptakan dunia ini. Alam disesuaikan untuk 
memungkinkan kehidupan dan kesadaran agar muncul.  
John Polkinghorne, British Physicist  
 
Sampai pada bab ini, kita telah mengamati betapa semua keseim-bangan fisik alam 
semesta tempat kita hidup telah dirancang seca-ra khusus sehingga kita bisa hidup. Kita 
telah melihat betapa struktur umum alam semesta ini, lokasi bumi di alam semesta, dan 
faktor-faktor seperti udara, cahaya, dan air telah dirancang secara tepat untuk memiliki sifat 
yang kita butuhkan. Di samping semua itu, kita juga perlu mencermati unsur-unsur yang 
menyusun tubuh kita. Unsur-unsur kimia ini , unsur pembentuk tangan, mata, rambut, 
dan organ-organ kita, seperti halnya semua makhluk hidup—tanaman dan binatang—yang 
merupakan sumber makanan kita, telah dirancang secara khusus untuk memenuhi tujuan 
mereka semestinya. 
Fisikawan Robert E. D. Clark merujuk pada keberadaan rancangan khusus dan luar 
biasa dalam unsur pembentuk kehidupan ketika dia berkata: “Seolah Sang Pencipta telah 
memberi kita seperangkat bagian-bagian pracetak yang dibuat siap untuk bekerja.”  
Di antara unsur-unsur pembentuk, karbon adalah unsur yang paling penting. 
 
 
Rancangan pada Karbon 
 
Pada bab sebelumnya kita menjelaskan proses yang luar biasa di mana karbon, unsur 
yang menduduki posisi keenam dalam tabel periodik, dihasilkan dalam pusat bintang yang 
sangat besar, yang disebut raksasa merah. Kita juga melihat bagaimana, setelah menemukan 
proses yang menarik ini, Fred Hoyle tergerak untuk mengatakan bahwa “hukum fisika 
nuklir telah dirancang secara sengaja dengan ber-dasar pada konsekuensi yang dihasilkan 
pada bintang.” 
Kalau kita mengamati karbon dengan lebih teliti, kita dapat melihat bahwa tidak 
hanya su-sunan fisik unsur ini saja namun juga sifat kimianya dirancang secara sengaja agar 
menjadi seperti seharusnya. 
Karbon murni secara alamiah terjadi dalam dua bentuk: grafit dan berlian. Tetapi 
karbon juga membentuk senyawa dengan bermacam unsur lain dan hasilnya adalah 
berbagai jenis zat yang berbeda. Secara khusus benda organik kehidupan yang begitu 
beragam—membran sel dan kulit kayu, lensa mata dan tanduk rusa, bagian putih telur dan 
racun ular—semuanya tersusun oleh senyawa-senyawa yang berdasar karbon. Karbon, 
dicampur dengan hidrogen, oksigen, dan nitrogen dalam bera-gam jumlah dan susunan 
geometrik, menghasilkan begitu beragam materi dengan sifat-sifat yang jauh berbeda. 
Beberapa molekul senyawa karbon mengandung hanya beberapa atom, yang lain 
mengandung ratusan atau bahkan jutaan atom. Lebih jauh lagi, tidak ada unsur lain yang 
memiliki manfaat seberagam karbon dalam pembentukan molekul dengan daya tahan dan 
stabilitas seperti itu. Mengutip pendapat David Burnie dalam bukunya yang berjudul Life: 
Karbon merupakan unsur yang sangat tidak biasa. Tanpa adanya karbon dan sifat 
tidak biasanya, sepertinya tidak akan ada kehidupan di bumi.  
Mengenai karbon, ahli kimia Inggris, Nevil Sidgwick, menulis dalam buku Chemical 
Elements and Their Compounds: 
Karbon merupakan unsur unik dalam jumlah dan ragam senyawa yang dapat 
dibentuknya. Seperempat juta lebih telah diisolasikan dan dijelaskan, namun memberikan 
ide yang sangat tidak sempurna akan kekuatannya, karena karbon merupakan dasar dari 
semua benda hidup .  
Baik ditinjau dari sisi fisika atau kimia, tidak mungkin kehidupan berdasarkan pada 
unsur selain karbon. Pada suatu saat, silikon dikemu-kakan sebagai unsur lain yang 
mungkin sebagai dasar kehidupan. Na-mun sekarang kita tahu bahwa dugaan ini tidak 
mungkin. Mengutip pendapat Sidgwick lagi: 
Sekarang kami cukup tahu untuk meyakini bahwa ide akan sebuah dunia di mana 
silikon mengambil alih fungsi karbon sebagai dasar kehidupan tidaklah mungkin.....  
 
 
Ikatan Kovalen 
 
Ikatan kimia yang mengikat karbon ketika membentuk senyawa or-ganik disebut 
“ikatan kovalen”. Ikatan kovalen terjadi ketika dua atom berbagi elektronnya. 
Elektron-elektron sebuah atom menempati lapisan orbit spesifik yang mengelilingi 
inti atom. Orbit yang terdekat dengan nukleus dapat ditempati tidak lebih dari dua elektron. 
Pada orbit berikutnya elektron terbanyak adalah delapan elektron. Pada orbit ketiga, dapat 
mencapai delapan belas. Jumlah elektron semakin meningkat dengan penambahan orbit. 
Lalu, sebuah aspek yang menarik dari skema ini  adalah atom “ingin” melengkapi 
jumlah elektron dalam orbit. Misalnya, oksigen memiliki enam elektron pada orbit kedua 
(dan yang paling luar), dan ini membuatnya lebih “berani” membentuk kombinasi dengan 
atom lain-nya yang akan menyediakan dua kelebihan elektron yang diperlukan untuk 
menaikkan jumlahnya menjadi delapan. (Kenapa atom bertindak seperti itu adalah sebuah 
pertanyaan yang tidak terjawab. Namun dengan berperilaku seperti itu merupakan hal yang 
bagus: karena jika tidak, kehidupan tidak akan mungkin.) 
Ikatan kovalen merupakan hasil dari kecenderungan atom untuk melengkapi elektron 
pada orbitnya. Dua atau lebih atom dapat mengisi kekurangan dalam orbitnya dengan saling 
berbagi elektron. Sebuah contoh yang bagus adalah molekul air (H2O), yang unsur 
pembentuknya (dua atom hidrogen dan satu atom oksigen) membentuk ikatan kovalen. 
Dalam senyawa ini, oksigen melengkapi jumlah elektron pada orbit kedua menjadi delapan 
dengan berbagi dua elektron (masing-masing satu elektron) dari orbit dua buah atom 
hidrogen; dengan cara yang sama, setiap atom hidrogen “meminjam” satu elektron dari 
atom oksigen untuk melengkapi kulitnya sendiri. 
Karbon sangat piawai dalam membentuk ikatan kovalen dengan atom lain (termasuk 
atom karbon) yang memungkinkan terbentuknya sejumlah besar senyawa. Salah satu contoh 
dari senyawa ini yang paling sederhana adalah metana: gas biasa yang dibentuk dari ikatan 
kovalen empat atom hidrogen dan satu atom karbon. Hanya dengan enam elek-tron, orbit 
terluar karbon kekurangan empat elektron untuk menggenap-kan menjadi delapan, tidak 
seperti oksigen yang kekurangan dua, dan karena inilah, empat atom hidrogen diperlukan 
untuk melengkapinya. 
Telah disebutkan bahwa karbon memiliki beragam kemampuan dalam membentuk 
ikatan dengan atom lain dan kemampuan inilah yang menghasilkan beragam senyawa. 
Kelompok senyawa yang dibentuk secara eksklusif dari karbon dan hidrogen disebut 
“hidrokarbon”. Kelompok ini merupakan kelompok senyawa yang sangat beragam yang 
meliputi gas alam, bensin, kero-sen, dan minyak oli. Hidrokar-bon seperti etilen dan 
propilen adalah dasar pembentuk in-dustri petrokimia modern. Hidrokarbon seperti benze-
na, toluena, dan terpentin tidak asing lagi bagi siapa pun yang kerjanya berhu-bungan 
dengan cat. Naptalen yang melindungi pakaian kita dari ngengat adalah hidrokarbon lainnya. 
Dengan tambahan klorin da-lam senyawa, beberapa hidrokarbon menjadi zat bius; dengan 
tambahan florin, kita memiliki freon, gas yang banyak digunakan dalam AC. 
ada  kelompok senyawa penting lain bentukan dari karbon, hi-drogen, dan 
oksigen yang berikatan kovalen satu dengan lainnya. Dalam kelom-pok ini kita temukan 
alkohol seperti etanol dan propanol, keton, aldehid, dan asam lemak, sebagai salah satu dari 
sekian banyak senyawa. Kelompok senyawa lain yang tersusun dari karbon, hidrogen, dan 
oksi-gen adalah gula, yang mencakup glukosa dan fruktosa. 
Selulosa yang menyusun kerangka kayu dan bahan kertas mentah adalah karbohidrat. 
Begitu juga dengan cuka. Demikian pula lilin lebah dan asam formiat. Setiap senyawa dan 
bahan-bahan yang begitu beragam yang terbentuk alami di dunia kita ini “tidak lebih” 
merupakan susunan berbeda dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang diikat ber-sama oleh 
ikatan kovalen.  
Ketika karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen membentuk ikatan seperti itu, 
hasilnya adalah sekelompok molekul yang merupakan dasar dan struktur kehidupan itu 
sendiri: asam amino yang menyusun protein. Nukleotida yang menyusun DNA juga 
merupakan molekul yang di-bentuk dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. 
Singkatnya, ikatan kovalen yang mampu dibentuk oleh atom karbon sangat penting 
untuk keberadaan kehidupan. Andaikan hidrogen, kar-bon, nitrogen, dan oksigen tidak 
terlalu “berani” saling berbagi elektron, maka kehidupan tidak akan mungkin. 
Yang memungkinkan karbon membentuk ikatan-ikatan ini  adalah sebuah sifat 
yang disebut para ahli kimia sebagai “keadaan meta-stabil”, sebuah keadaan dengan 
ambang yang sangat tipis di atas stabil. Ahli biokimia, J. B. S. Haldane, menjelaskan 
keadaan metastabil sebagai: 

Molekul metastabil berarti molekul yang mampu melepaskan energi bebas dengan 
transformasi, namun cukup stabil untuk bertahan lama kecuali diaktifkan oleh panas, radiasi, 
atau penyatuan dengan katalis.90  
Istilah yang agak teknis ini berarti bahwa karbon memiliki struktur agak unik, oleh 
karenanya, sangat mudah bagi karbon membentuk ikatan kovalen dalam kondisi normal. 
Akan tetapi, tepat di sinilah karbon mulai membuat penasaran ka-rena karbon 
metastabil hanya dalam kisaran suhu yang sangat sempit. Lebih tepatnya, senyawa karbon 
menjadi sangat tidak stabil jika suhu di atas 100OC. 
Fakta ini sangat lumrah dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga sebagian besar 
dari kita tidak menganggapnya istimewa. Misalnya ketika kita memasak daging, yang kita 
lakukan sebenarnya adalah mengubah struktur senyawa karbonnya. Namun ada sesuatu 
yang perlu kita catat di sini: Daging matang menjadi benar-benar “mati”; yaitu struktur 
kimianya berbeda dengan yang dimiliki daging ini  ketika masih merupakan bagian 
organisme hidup. Sesungguhnya sebagian besar senyawa karbon menjadi “tidak alami” 
pada suhu di atas 100OC: sebagian besar vitamin misalnya, terurai begitu saja; gula juga 
mengalami perubahan struktur dan kehilangan sebagian nilai gizi; dan pada suhu sekitar 
150OC, senyawa karbon akan mulai terbakar. 
Dengan kata lain, jika atom karbon harus melakukan ikatan kovalen dengan atom-
atom lain dan jika senyawa yang dihasilkan harus tetap stabil, maka suhu lingkungan ha-rus 
tidak lebih dari 100OC. Seba-liknya batas bawah adalah sekitar 0OC: Jika suhu turun jauh 
di ba-wah 0OC, biokimia organik men-jadi tidak mungkin. 
Dalam kasus senyawa lain, secara umum keadaan ini bukan-lah yang terjadi. 
Sebagian besar senyawa anorganik tidak meta-stabil; kestabilannya tidak terlalu 
dipengaruhi oleh perubahan su-hu. Untuk mengetahuinya mari kita lakukan sebuah 
percobaan. Tusuk sepotong daging di ujung sebatang logam panjang, misal-nya besi dan 
panaskan keduanya di atas api. Bersamaan suhu me-manas, daging akan menghitam dan 
akhirnya terbakar jauh sebe-lum terjadi apa-apa dengan logam ini . Hal yang sama akan 
terjadi juga jika Anda meng-ganti logam dengan batu atau kaca. Anda harus meningkatkan 
panas sampai beberapa ratus derajat sebelum struktur benda-benda ini  berubah. 
Saat ini, Anda tentu sudah mendapati kesamaan antara kisaran suhu yang diperlukan 
untuk pembentukan dan kestabilan ikatan kovalen se-nyawa karbon dan kisaran suhu yang 
umum pada planet kita. Seperti telah dibahas di bagian lain, di seluruh alam semesta, suhu 
berkisar dari jutaan derajat dalam pusat bintang sampai nol derajat mutlak (-273,15OC). 
Namun bumi, yang telah diciptakan untuk umat manusia agar hidup di dalamnya, memiliki 
kisaran suhu sempit yang mutlak diperlukan bagi pembentukan senyawa karbon sebagai 
unsur pembentuk kehidupan.  


Namun “kebetulan” yang menarik tidak berakhir di sini. Kisaran suhu yang sama 
merupakan satu-satunya keadaan di mana air tetap cair. Seperti yang telah kita bahas pada 
bab sebelumnya, air yang cair meru-pakan salah satu syarat utama kehidupan, untuk tetap 
cair, air memerlu-kan suhu yang tepat sama dengan suhu senyawa karbon agar dapat ter-
bentuk dan stabil. Tidak ada “hukum” fisika atau alam yang mengha-ruskan keadaan seperti 
ini, dan berdasarkan fakta ini, terbukti bahwa sifat fisik air dan karbon dan keadaan planet 
bumi diciptakan selaras antara satu dan lainnya.    
Ikatan Lemah 
 
Ikatan kovalen bukan satu-satunya bentuk ikatan kimia yang men-jaga kestabilan 
senyawa-senyawa bagi kehidupan. ada  jenis ikatan lain dan berbeda yang dikenal 
sebagai “ikatan lemah”. 
Ikatan ini sekitar dua puluh kali lebih lemah dibandingkan  ikatan kovalen, dari sinilah asal 
namanya; namun ikatan ini  tidak kurang penting bagi proses-proses kimia organik. 
Berkat ikatan yang lemah ini, protein yang membangun unsur pembentuk makhluk hidup 
mampu menjaga struktur tiga dimensi yang rumit dan sangat vital. 
Untuk menerangkannya, kita harus membahas secara ringkas struk-tur protein. 
Protein biasanya digambarkan sebagai sebuah “rantai” asam amino. Pada dasarnya 
pengandaian ini benar, namun tidak lengkap. Pengandaian ini tidak lengkap, karena bagi 
kebanyakan orang sebuah “rantai asam amino” dibayangkan sebagai suatu untaian mutiara 
sedang-kan asam amino yang menyusun protein memiliki struktur tiga dimensi yang lebih 
menyerupai sebatang pohon dengan cabang-cabang berdaun. 
Ikatan kovalen adalah ikatan yang menahan atom-atom asam amino untuk bersatu. 
Ikatan yang lemah adalah ikatan yang menjaga struktur tiga dimensi yang penting dari 
asam-asam ini . Tidak ada protein bisa bertahan tanpa ikatan yang lemah ini. Dan tentu 
saja tanpa protein, tidak akan ada kehidupan. 
Sekarang yang menarik dari masalah ini adalah bahwa kisaran suhu yang 
memungkinkan ikatan lemah terbentuk sama dengan kisaran suhu yang ada  di bumi. 
Hal ini agak aneh karena sifat fisik maupun kimia ikatan kovalen versus ikatan lemah 
merupakan hal yang sangat berbeda dan saling tidak berhubungan. Dengan kata lain, tidak 
ada alasan menga-pa ikatan-ikatan ini  memerlukan kisaran suhu yang sama. Namun 
begitulah kedua ikatan ini : Kedua tipe ikatan ini  hanya dapat terbentuk dan tetap 
stabil dalam kisaran suhu yang sempit itu. Andaikan tidak—andaikan ikatan kovalen 
memerlukan kisaran suhu yang sangat berbeda dari ikatan yang lemah, misalnya—maka 
ikatan ini  tidak akan mungkin membentuk struktur tiga dimensi rumit yang dibutuhkan 
protein. 
Segala sesuatu yang telah kita ketahui tentang keluarbiasaan sifat-sifat kimia atom 
karbon menunjukkan bahwa ada  keselarasan di an-tara unsur ini, yang merupakan 
pembentuk dasar kehidupan, air yang juga penting bagi kehidupan, dan planet bumi yang 
merupakan tempat bernaung kehidupan ini . Dalam Nature's Destiny, Michael Denton 
menekankan keselarasan ini ketika mengatakan: 
Dari kisaran suhu yang sangat besar di alam semesta, hanya ada  satu pita sempit 
suhu yang didalamnya kita memiliki (1) air yang cair, (2) senyawa organik metastabil yang 
melimpah, dan (3) ikatan lemah untuk menstabilkan struktur tiga dimensi molekul yang 
rumit. 

Dari seluruh benda di ruang angkasa yang kita amati, “pita sempit suhu” ini hanya 
ada di bumi. Demikian pula, hanya di bumi, dua pem-bentuk dasar kehidupan—karbon dan 
air—ditemukan dalam persediaan melimpah. 
Semua itu menunjukkan bahwa atom karbon beserta sifat-sifat luar biasanya 
dirancang secara khusus untuk kehidupan dan bahwa planet kita diciptakan untuk menjadi 
tempat tinggal bagi kehidupan berbasis karbon. 
 
 
Rancangan pada Oksigen 
 
Kita telah mengetahui bagaimana karbon merupakan unsur pem-bentuk makhluk 
hidup yang paling penting dan bagaimana karbon diran-cang secara khusus untuk 
memenuhi fungsi ini . Tetapi keber-adaan semua bentuk kehidupan berbasis karbon 
mutlak bergantung pada hal kedua: energi. Energi adalah kebutuhan yang mutlak bagi 
kehidupan.  
Tanaman hijau memperoleh energi mereka dari matahari melalui proses fotosintesis. 
Bagi makhluk hidup lain di bumi—termasuk kita—satu-satunya sumber energi adalah 
sebuah proses yang disebut “oksida-si”—kata keren dari “pembakaran”. Energi organisme 
penghirup oksigen diperoleh dari pembakaran makanan yang berasal dari tumbuhan dan 
binatang. Seperti yang Anda tebak dari istilah “oksidasi”, pembakaran ini  merupakan 
reaksi kimia yang menjadikan zat-zat teroksidasi —dengan kata lain, zat-zat digabungkan 
dengan oksigen. Karena itulah oksigen sama mutlaknya bagi kehidupan seperti karbon dan 
hidrogen. 
Rumus umum pembakaran (oksidasi) adalah sebagai berikut: 
Senyawa karbon + oksigen > air + karbon dioksida + energi 
Artinya bahwa ketika senyawa karbon dan oksigen bergabung (tentu di bawah 
kondisi yang tepat), sebuah reaksi berlangsung sehingga meng-hasilkan air dan karbon 
dioksida dan melepaskan energi yang besar. Reaksi ini paling mudah terjadi pada 
hidrokarbon (senyawa hidrogen dan karbon). Glukosa (sejenis gula yang juga hidrokarbon) 
adalah senyawa yang secara tetap dibakar dalam tubuh Anda untuk menjaga agar tubuh 
tetap mendapat pasokan energi. 
Begitulah, hidrogen dan karbon yang menyusun hidrokarbon me-rupakan unsur yang 
paling sesuai untuk berlangsungnya oksidasi. Di antara semua atom lainnya, hidrogen 
paling mudah bergabung dengan oksigen dan melepaskan energi paling banyak dalam 
proses ini . Jika Anda memerlukan bahan bakar untuk membakar dalam oksigen, Anda 
tidak dapat menemukan yang lebih baik dibandingkan  hidrogen. Dari nilainya sebagai bahan 
bakar, karbon berada di urutan ketiga setelah hidrogen dan boron. Dalam buku The Fitness 
of the Environment, Lawrence Henderson mengomentari kesesuaian luar biasa yang tampak 
di sini:  
Reaksi-reaksi kimia (ini  di atas), yang karena banyak alasan lain tampak paling 
sesuai untuk proses fisiologi, ternyata merupakan reaksi yang mampu mengalirkan energi 
melimpah ke dalam arus kehidupan. 

 
Rancangan pada Api 
 
(atau Mengapa Anda Tidak Langsung Terbakar) 
Sebagaimana kita ketahui, reaksi dasar yang melepaskan energi yang diperlukan bagi 
kelangsungan organisme penghirup oksigen adalah oksi-dasi hidrokarbon. Tetapi fakta 
sederhana ini menimbulkan pertanyaan menyulitkan: Jika tubuh kita tersusun terutama oleh 
hidrokarbon, me-ngapa hidrokarbon dalam tubuh tidak teroksidasi juga? Dengan kata lain, 
mengapa kita tidak langsung terbakar, seperti korek api digesekkan? 
Tubuh kita secara terus-menerus berhubungan dengan oksigen da-lam udara namun 
tidak teroksidasi: tubuh tidak terbakar. Mengapa tidak? 
Alasan bagi keadaan yang bertolak belakang ini adalah bahwa di bawah suhu dan 
tekanan normal, oksigen dalam bentuk molekul (O2) memiliki tingkat kelembaman 
(keengganan) atau “nobilitas” yang besar. (Arti dalam istilah kimia, “nobilitas” adalah 
keengganan atau ketidak-mampuan sebuah zat untuk melakukan reaksi kimia dengan zat 
lain). Na-mun hal ini menimbulkan pertanyaan lain. Jika molekul oksigen begitu “enggan” 
sampai menghindar dari membakar kita, bagaimana molekul yang sama berhasil melakukan 
reaksi kimia di dalam tubuh kita? 
Jawaban untuk pertanyaan ini, yang membingungkan para ahli ki-mia pada awal abad 
ke-19, tidak diketahui sampai pertengahan kedua abad ke-20, ketika para peneliti biokimia 
menemukan keberadaan enzim dalam tubuh manusia yang berfungsi hanya untuk memaksa 
O2 di atmos-fer untuk memasuki reaksi kimia. Sebagai hasil serangkaian langkah yang 
sangat rumit, enzim ini  menggunakan atom besi dan tembaga dalam tubuh kita sebagai 
katalis. Katalis adalah senyawa yang memulai sebuah reaksi kimia dan memungkinkan 
reaksi ini  berlanjut dalam keadaan berbeda (misalnya suhu yang lebih rendah, dan 
lain-lain) yang mestinya tidak mungkin apabila tanpa katalis. 93 
Dengan kata lain, ada  hal yang sangat menarik: Oksigen meru-pakan unsur yang 
mendukung oksidasi dan pembakaran, dan wajar orang berharap oksigen akan membakar 
kita juga. Untuk mencegahnya, bentuk molekul O2 oksigen yang ada di atmosfer diberi sifat 
kelembaman kimia yang kuat. Karena itulah oksigen tidak mudah bereaksi. Namun di lain 
sisi, tubuh kita bergantung pada sifat pem-bakaran oksigen untuk energi tubuh dan karena 
alasan itulah sel-sel kita dilengkapi dengan sis-tem enzim yang sangat rumit yang membuat 
gas “enggan” ini  sangat reaktif. 
Selagi dalam bahasan ini, perlu ditunjukkan pula bahwa sistem en-zim merupakan 
contoh rancangan yang begitu mengagumkan sehingga teori evolusi yang menyatakan 
bahwa kehidupan muncul kebetulan tidak akan pernah mampu menjelaskannya. 94 
ada  pencegahan lain agar tubuh kita tidak terbakar, yang dise-but ahli kimia 
Nevil Sidgwick sebagai “sifat kelembaman karbon”.

 Artinya, karbon tidak terlalu mudah juga dalam bereaksi dengan oksigen di bawah 
tekanan dan suhu normal. Dijelaskan dengan bahasa kimia, semua ini tampak agak sulit 
dimengerti, namun sebetulnya yang akan digambarkan di sini adalah sesuatu yang pasti 
sudah diketahui siapa pun yang pernah menyalakan perapian dengan tumpukan kayu atau 
tungku batubara pada musim dingin atau mengadakan barbecue pada musim panas. Agar 
api mulai menyala, Anda harus menyiapkan banyak perlengkapan (bahan bakar, pemantik 
dan lain-lain) atau meningkatkan dengan tiba-ti-ba suhu bahan bakar sampai derajat sangat 
tinggi (seperti dengan obor). Tetapi sekali bahan bakar itu terbakar, karbon di dalamnya 
bereaksi de-ngan oksigen dengan cepat dan energi dilepas-kan dalam jumlah besar. Itulah 
sebabnya sangat sulit menyalakan api tanpa sumber panas lain. Namun setelah pembakaran 
dimulai, panas yang tinggi dihasilkan dan memicu  senya-wa karbon lain yang terdekat 
ikut terbakar sehingga api menyebar. 
Jika kita mencermati masalah ini, kita dapat melihat bahwa api itu sendiri adalah 
contoh rancangan paling menarik. Sifat kimia oksigen dan karbon telah dirancang 
sedemikan rupa sehingga kedua unsur ter-sebut saling bereaksi (pembakaran) hanya ketika 
ada  panas tinggi. Ini juga bagus karena jika sebaliknya, kehidupan di planet ini tidak 
akan menyenangkan atau bahkan tidak mungkin. Andaikan oksigen dan kar-bon hanya 
sedikit lebih mudah saling bereaksi, pembakaran spontan — penyalaan dengan sendirinya 
— dari manusia, pohon, dan binatang akan menjadi kejadian yang lumrah ketika cuaca 
terlalu hangat. Misalnya, se-orang yang berjalan melalui gurun bisa secara tiba-tiba terbakar 
di siang hari sangat terik; tanaman dan binatang akan dihadapkan pada risiko yang sama. 
Bahkan andaikan kehidupan mungkin ada dalam dunia seperti itu, benar-benar tidak akan 
menyenangkan. 
Sebaliknya, andaikan karbon dan oksigen sedikit lebih lembam (yaitu agak kurang 
reaktif) dari sekarang ini, akan lebih sulit menyalakan api: bahkan mungkin mustahil. Dan 
tanpa api, kita bukan saja tak mampu menjaga tubuh tetap hangat: besar kemungkinan 
bahwa tidak akan ada kemajuan teknologi di planet kita, karena kemajuan ini  
bergantung pada kemampuan mengolah bahan-bahan seperti logam; dan tanpa pa-nas yang 
disediakan oleh api, pemurnian dan pengolahan logam menjadi mustahil. 
Semua hal ini  menunjukkan bahwa sifat-sifat kimia karbon dan oksigen disusun 
agar sangat sesuai bagi kebutuhan umat manusia. Berke-naan dengan hal ini, Michael 
Denton mengatakan: 
Ketidak-reaktifan atom karbon dan oksigen pada suhu lingkungan, diga-bungkan 
dengan energi sangat besar yang dilepaskan begitu pembakaran dimulai, benar-benar cocok 
bagi kehidupan di bumi. Kombinasi aneh ini tidak hanya menyediakan energi melimpah 
bagi kehidupan tingkat tinggi dari ok-sidasi yang terkendali dan teratur, namun juga 
memungkinkan penggunaan api terkendali oleh umat manusia, serta memungkinkan pe-
manfaatan energi pembakaran yang melimpah bagi kemajuan teknologi. 

Dengan kata lain, karbon dan oksigen telah diciptakan dengan sifat-sifat yang paling 
sesuai untuk kehidupan manusia. Sifat-sifat kedua un-sur ini memungkinkan kita 
menyalakan api dan memanfaatkannya se-nyaman mungkin. Lebih jauh lagi, dunia penuh 
dengan sumber karbon (misalnya kayu) yang sesuai bagi pembakaran. Semua itu 
merupakan petunjuk bahwa api dan bahan-bahan untuk memulai dan memper-tahankannya 
diciptakan khusus sesuai bagi kehidupan manusia. Dalam Al Quran, Allah berfirman 
kepada umat manusia:  
Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba 
kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (QS. Yaasiin, 36: 80) ! 
 
 
Daya Larut Ideal Oksigen 
 
pemakaian  oksigen oleh tubuh sangat bergantung pada sifat gas un-tuk larut dalam 
air. Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru kita saat kita menarik napas segera dilarutkan 
dalam darah. Protein yang disebut he-moglobin menangkap molekul-molekul oksigen dan 
membawanya ke sel tubuh lainnya di mana, berkat sistem enzim khusus yang dijelaskan 
sebelumnya, oksigen digunakan untuk mengoksidasi senyawa karbon yang disebut ATP 
untuk melepaskan energinya. 
Semua organisme kompleks memperoleh energi mereka dengan cara ini. Tetapi 
operasi sistem ini bergantung terutama pada daya larut ok-sigen. Jika oksigen tidak cukup 
larut, oksigen yang akan memasuki darah dan sel tidak akan cukup dan tidak akan bisa 
menghasilkan energi yang mereka butuhkan; di lain sisi, jika oksigen sangat larut, darah 
akan kele-bihan oksigen dan memicu  kondisi yang dikenal sebagai keracunan oksigen. 
Perbedaan daya larut dalam air dari gas yang berbeda bervariasi de-ngan faktor 
mencapai sejuta. Yaitu, gas yang paling mudah larut sejuta kali lebih gampang terlarut 
dalam air dibandingkan  gas yang paling tidak mudah larut, dan sangat sulit menemukan gas-gas 
dengan daya larut sama. Misalnya, karbon dioksida larut dua puluh kali lebih mudah dalam 
air dibandingkan  oksigen. Tetapi di antara kisaran daya larut yang mungkin dimiliki, daya larut 
oksigen benar-benar sesuai untuk kebutuhan kehi-dupan manusia. 
Apa yang akan terjadi jika daya larut oksigen dalam air berbeda: sedikit lebih rendah 
atau sedikit lebih tinggi? 
Mari kita cermati kemungkinan pertama. Jika oksigen kurang larut dalam air (dan 
juga dalam darah), oksigen yang masuk ke aliran darah hanya sedikit dan sel-sel tubuh akan 
kekurangan oksigen. Ini akan mem-buat kehidupan sangat sulit bagi organisme 
bermetabolisme aktif seperti manusia. Betapapun hebatnya Anda bernapas, Anda secara 
terus-mene-rus akan menghadapi bahaya mati lemas karena tidak cukup oksigen yang 
sampai ke dalam sel-sel tubuh Anda. 
Sebaliknya, jika daya larut oksigen dalam air lebih tinggi, Anda akan dihadapkan 
pada ancaman keracunan oksigen, yang dijelaskan di atas. Sebetulnya, oksigen merupakan 
zat yang berbahaya: Jika sebuah organis-me mendapatkan terlalu banyak oksigen, akibatnya 
bisa fatal. Sebagian oksigen dalam darah bereaksi dengan air darah. Jika jumlah oksigen 
yang terlarut terlalu tinggi, maka dihasilkan zat yang sangat reaktif dan merusak. Salah satu 
fungsi sistem enzim darah yang rumit adalah untuk mencegah keracunan itu terjadi. Namun 
jika jumlah oksigen terlarut terlalu tinggi, enzim ini  tidak bisa mengerjakan tugasnya. 
Sebagai akibatnya, setiap napas yang kita hirup akan meracuni kita dan meng-akibatkan 
kematian dengan cepat. Ahli kimia, Irwin Fridovich mengo-mentari masalah ini:  



Semua organisme yang bernapas terjebak dalam perangkap berbahaya. Oksigen yang 
mendukung kehidupannya justru racun bagi mereka, dan mereka bertahan hidup di bawah 
ancaman bahaya, hanya dengan ber-gantung pada mekanisme pertahanan yang rumit. 97 
Yang menyelamatkan kita dari perangkap ini—dari keracunan akibat terlalu banyak 
oksigen atau dari kematian yang disebabkan tidak cukup-nya oksigen merupakan fakta 
bahwa daya larut oksigen dan sistem enzim yang rumit dari tubuh telah dirancang secara 
cermat dan diciptakan seba-gaimana seharusnya. Gamblangnya, Allah tidak hanya telah 
mencipta-kan udara yang kita hirup, namun juga sistem yang memungkinkan menggunakan 
udara itu dalam keselarasan sempurna dengan yang lainnya. 
 
 
Unsur-Unsur Lain 
 
Karbon dan oksigen tentu saja bukan satu-satunya unsur yang diran-cang dengan 
sengaja untuk memungkinkan kehidupan. Unsur-unsur seperti hidrogen dan nitrogen, yang 
menyusun sebagian besar tubuh makhluk hidup, juga memiliki sifat-sifat yang 
memungkinkan kehi-dupan. Kenyataannya, tidak ada  satu pun unsur dalam tabel perio-
dik yang tidak berperan dalam mendukung kehidupan. 
Dalam tabel periodik dasar ada  sembilan puluh dua unsur mulai dari hidrogen 
(paling ringan) sampai uranium (paling berat). (Tentu saja ada  unsur-unsur lain di luar 
uranium, namun unsur-unsur ini  tidak terbentuk secara alamiah dan semuanya dibuat 
dalam kondisi laboratorium. Tidak satu pun dari unsur-unsur ini  stabil). Dari 
kesembilan puluh dua unsur ini , dua puluh lima di antaranya secara langsung berperan 
penting untuk kehidupan, dan di antaranya, hanya sebelas – hidrogen, karbon, oksigen, 
nitrogen, sodium, magnesium, fosfor, belerang, klorin, potasium, dan kalsium—yang 
menyusun sekitar 99% berat badan hampir semua jenis makhluk hidup. Empat belas unsur 
lainnya (vanadium, kromium, mangan, besi, kobalt, nikel, tembaga, seng, molibdenum, 
boron, silikon, selenium, flurin, dan iodin) muncul dalam organisme kehidupan hanya 
dalam jumlah yang sangat kecil, meskipun begitu unsur-unsur ini  memiliki fungsi-
fungsi yang sangat penting. Tiga unsur—arsenik, timah, dan tungsten—ditemukan pada 
beberapa makhluk hidup di mana unsur-unsur ini  melakukan fungsi yang tidak bisa 
benar-benar dipahami. Tiga unsur lain—bromin, strontium, dan barium— diketahui ada  
pada kebanyakan organisme, tetapi fungsi-fungsinya masih merupakan misteri. 98 
Spektrum lebar ini mencakup atom-atom dari setiap rangkaian yang berbeda pada 
tabel periodik, yang unsur-unsurnya dikelompokkan ber-dasarkan sifat-sifat atomnya. Ini 
menunjukkan bahwa seluruh kelompok unsur dalam tabel periodik penting untuk kehidupan, 
dengan cara bagai-manapun. Dalam buku The Biological Chemistry of the Elements, J. J. R. 
Frausto da Silva dan R. J. P. William mengatakan bahwa: 
Unsur-unsur biologi tampaknya telah diseleksi dari hampir semua kelompok dan 
subkelompok tabel periodik... dan ini berarti bahwa hampir semua jenis sifat kimia 
berkaitan dengan proses kehidupan dalam batasan-batasan yang ditentukan oleh 
lingkungan.

Bahkan unsur radioaktif berat pada bagian akhir tabel periodik telah dirancang untuk 
berperan bagi kehidupan manusia. Dalam buku Nature's Destiny, Michael Denton 
menggambarkan secara terperinci peran penting yang dimainkan unsur-unsur radioaktif, 
seperti uranium, dalam pemben-tukan struktur geologis bumi. Radioaktif alamiah sangat 
berkaitan de-ngan kenyataan bahwa inti bumi mampu mempertahankan panasnya. Panas 
ini  menahan inti, yang terdiri dari besi dan nikel, agar tetap cair. Inti cair ini 
merupakan sumber medan magnet bumi yang, seperti telah diterangkan di bagian lain, 
membantu melindungi planet dari radi-asi dan partikel berbahaya dari luar angkasa, di 
samping melakukan fungsi-fungsi lain. Bahkan gas dan unsur lembam seperti logam-logam 
rare-earth, yang tampaknya tidak satu pun mendukung kehidupan, jelas ada disebabkan oleh 
tuntutan untuk memastikan bahwa rangkaian unsur bentukan-alami hanya sampai pada 
uranium.100 
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa semua unsur yang kita ketahui keberadaannya 
memiliki suatu peran bagi kehidupan manusia. Tidak satu pun dari unsur-unsur ini  
yang keberadaannya berlebihan ataupun tidak bertujuan. Situasi ini merupakan bukti lebih 
jauh bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk umat manusia. 
 
 
 
 
Setiap sifat fisik dan kimia alam semesta yang telah kita kaji ternyata tepat sesuai 
dengan yang diperlukan bagi keberadaan kehidupan. Na-mun, dalam buku ini kita hanya 
mengorek permukaan dari bukti yang berlimpah untuk fakta ini . Betapapun dalamnya 
Anda menyelidiki detail atau memperluas penelitian, pengamatan umum ini tetap berlaku; 
dalam setiap detail alam semesta, ada satu tujuan demi kehidupan manu-sia, dan setiap 
detail dirancang secara sempurna, seimbang, dan harmonis untuk mencapai tujuan itu. 
Tentu saja ini merupakan bukti keberadaan Sang Pencipta yang men-jadikan alam 
semesta untuk tujuan ini. Apa pun sifat materi yang kita kaji, kita menyaksikan di dalamnya 
pengetahuan, kebijaksanaan, dan kekua-tan tidak terbatas dari Sang Pencipta. Allah 
menciptakan benda-benda ini  dari ketiadaan. Setiap benda tunduk pada kehendak-Nya, 
dan itulah sebabnya setiap dan segala sesuatu berada dalam keharmonisan yang sempurna 
satu sama lain. 
Inilah kesimpulan yang akhirnya dicapai ilmu pengetahuan abad ke-20. Meskipun 
demikian, ini merupakan sekadar pengakuan terhadap fakta yang telah dipaparkan Al Quran 
empat belas abad lalu kepada umat manusia: Allah telah menciptakan setiap detail alam 
semesta untuk menampakkan kesempurnaan ciptaan-Nya sendiri:  
 
“Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa 
atas segala sesuatu. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak 
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak 
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan kembali 
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam 
keadaan payah.” (QS. Al Mulk, 67: 1-4) ! 
 

 
Salah satu bentuk alamiah karbon murni adalah grafit. Namun, unsur ini mampu 
membentuk zat-zat yang sangat berbeda jika bergabung dengan atom-atom unsur lain. 
Struktur utama tubuh manusia merupakan hasil ikatan kimia berbeda-beda yang mampu 
dibentuk karbon. 
 
Struktur metana: empat atom hidrogen membagi setiap satu elektron dengan sebuah 
atom karbon. 
 
Minyak zaitun, daging, dan gula merah: Segala sesuatu yang kita makan terbuat dari 
susunan hirogen, oksigen, dan karbon dengan penambahan atom lain seperti nitrogen. 
 
 
AIR DAN METANA: DUA CONTOH  
IKATAN KOVALEN YANG BERBEDA 
 
Dalam molekul air (atas), ada  ikatan kovalen antara dua atom hidrogen dan satu 
atom oksigen. Dalam molekul metana (bawah), empat atom hidrogen membentuk ikatan 
kovalen dengan sebuah atom karbon. 
 
Ikatan Kovalen: Atom secara kuat diikat ke atom lain 
Ikatan yang lemah: sebuah senyawa organik dibentuk dalam sebuah struktur tiga 
dimensi oleh ikatan (garis putus) yang lemah (ikatan non-kovalen) 
 

 
 
Kepercayaan bahwa alam semesta kita yang menakjubkan ini bisa tersusun oleh 
kesempatan adalah gila. Dan saya tidak sepenuhnya bermaksud mengatakan gila dalam arti 
makian pada umumnya namun lebih dalam makna orang gila secara teknis. Meskipun 
pandangan seperti itu secara umum memiliki banyak aspek pemikiran yang menderita 
schizofrenia. 
Karl Stern, University of Montreal Psychiatrist  
Pada awal buku ini, telah disebutkan prinsip antropik dan bahwa prinsip ini telah 
diterima secara luas dalam dunia ilmu penge-tahuan. Kemudian seperti yang telah 
dijelaskan, prinsip antropik menyatakan bahwa alam semesta ini bukan merupakan benda-
benda yang terkumpul acak, tidak bertujuan, tidak berarah, dan bahwa sebalik-nya, alam 
semesta ini dirancang dengan sengaja sebagai tempat tinggal bagi kehidupan manusia. 
Sejak itu kita telah melihat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa prinsip antropik 
benar-benar sebuah fakta: bukti yang dimulai dari kece-patan perluasan Ledakan Besar 
hingga keseimbangan fisik atom, dari kekuatan relatif empat gaya fundamental hingga 
alkimia bintang-bin-tang, dari misteri bentuk ruang angkasa hingga ke susunan tata surya. 
Dan ke mana pun melihat, kita menyaksikan pengaturan luar biasa tepat dalam struktur 
alam semesta ini. Kita melihat bagaimana penyusunan dan ukuran bumi tempat kita hidup 
dan bahkan atmosfernya benar-benar seperti yang dibutuhkan. Kita menyaksikan bagaimana 
cahaya dikirimkan kepada kita dari matahari, air yang kita minum, dan atom-atom yang 
menyusun tubuh kita, serta udara yang terus-menerus kita hirup ke dalam paru-paru kita, 
semuanya luar biasa sesuai bagi kehidupan. 
Singkatnya, setiap kali kita mengamati segala sesuatu di alam semest-a, kita akan 
mendapati rancangan luar biasa yang tujuannya adalah memupuk kehidupan manusia. 
Mengingkari kenyataan rancangan ini berarti, seperti yang dikemukakan oleh psikiater Karl 
Sterm, melanggar batas pemikiran. 
Implikasi rancangan ini juga jelas. Rancangan tersembunyi dalam setiap detail alam 
semesta merupakan bukti paling meyakinkan akan keberadaan Sang Pencipta, yang 
mengendalikan setiap detail dan memi-liki kekuatan dan kebijaksanaan tidak terbatas. 
Seperti yang telah diung-kapkan teori Ledakan Besar, Sang Pencipta yang sama telah 
menciptakan alam semesta dari kehampaan. 
 yang dicapai oleh ilmu pengetahuan modern ini meru-pakan sebuah fakta 
yang difirmankan kepada kita dalam Al Quran: Allah menciptakan alam semesta dari 
ketiadaan dan memberinya keter-aturan:  
 


“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah, Yang telah menciptakan langit dan 
bumi dalam enam masa dan kemudian, Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia 
menutupkan malam kepada siang yang mengikuti-nya degan cepat, dan (diciptakan-
Nya pula) matahari dan bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada 
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci 
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raaf, 7: 54)  ! 
 
Tidak aneh kalau kebenaran yang diungkap ilmu pengetahuan ini mengecewakan 
sebagian ilmuwan dan akan terus demikian. Mereka adalah ilmuwan yang menyamakan 
ilmu pengetahuan dengan materia-lisme; mereka adalah orang-orang yang meyakini bahwa 
ilmu pengeta-huan dan agama tidak dapat seiring, dan menjadi orang yang “berilmu 
pengetahuan” sama dengan menjadi ateis. Mereka telah dilatih untuk percaya bahwa alam 
semesta dan semua kehidupan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai kejadian kebetulan, 
sekali tanpa adanya kehendak atau rancangan. Ketika orang-orang itu menemui fakta 
penciptaan yang jelas, ketidakpercayaan dan kebingungan mereka merupakan hal yang 
wajar. 
Untuk memahami ketidakpercayaan kaum materialis, kita perlu mengupas sekilas 
pertanyaan tentang asal kehidupan. 
 
 
Asal Kehidupan 
 
Asal kehidupan, atau dengan kata lain, pertanyaan tentang bagai-mana makhluk 
hidup pertama hidup di bumi, merupakan salah satu dilema terbesar yang dihadapi kaum 
materialis pada satu setengah abad terakhir. Kenapa harus seperti itu? Ini karena bahkan 
sebuah sel hidup, unit terkecil kehidupan, jauh lebih rumit dan tak tertandingi bahkan oleh 
pencapaian terbesar teknologi manusia. Hukum probabili-tas membuat jelas bahwa tidak 
ada sebuah protein pun dapat terbentuk secara kebe-tulan; dan andaikan protein—unsur 
pembentuk sel yang paling menda-sar—terbentuk secara kebetulan, kemungkinan 
terbentuk-nya sel utuh secara kebetulan bahkan sama sekali tidak terpikirkan. Tentu saja ini 
merupakan bukti penciptaan. 
Karena ini merupakan topik yang dibahas secara lebih terperinci dalam buku lain, 
kami hanya akan menyuguhkan sedikit contoh di sini. 
Sebelumnya dalam buku ini, kami menunjukkan bagai-mana keseimbangan di alam 
semesta tidak mungkin ter-bentuk secara kebetulan. Sekarang kami akan menunjuk-kan 
bagaimana hal yang sama juga berlaku bahkan untuk pembentukan secara kebetulan 
kehidupan paling seder-hana. Sebuah penyelidikan pada topik ini yang dapat kita jadikan 
acuan adalah perhitungan yang dibuat oleh Robert Shapiro, seorang dosen ilmu kimia dan 
pakar dalam bidang DNA di Universitas New York. Shapiro, seorang penganut Darwinisme 
dan evolusionisme, menghitung peluang pembentukan secara kebetulan 2.000 jenis protein 
berbeda yang diperlukan untuk menyusun sekadar bakteri seder-hana (tubuh manusia 
mengandung 200.000 bentuk protein berbeda). Menurut Shapiro, peluang ini  adalah 
satu banding 1040.000 (Angka ini  adalah “1” diikuti oleh 40. 000 nol, dan itu tidak ada 
persamaannya di alam semesta).

Tentu saja, arti angka Shapiro sederhana: Penjelasan kaum materialis (beserta 
rekannya, Darwinis) bahwa kehidupan tersusun kebetulan benar-benar tidak berlaku. 
Chandra Wickramasinghe, seorang dosen matematika dan astronomi terapan di Universitas 
Cardiff mengomentari hasil penghitungan Shapiro: 
Kemungkinan pembentukan kehidupan dengan sendirinya dari benda mati merupakan 
satu berbanding dengan angka yang diikuti 1040.000 buah nol... Ini cukup besar untuk 
mengubur Darwin dan keseluruhan teori evolusi. Tidak ada cairan sumber kehidupan, baik 
di planet ini atau planet lain, dan jika permulaan kehidupan tidak terjadi secara acak, maka 
permulaan ini  merupakan hasil dari kecerdasan yang bertujuan. 103 
Astronomer Fred Hoyle menyimpulkan hal yang sama: 
Sesungguhnya, teori semacam itu (bahwa kehidupan dirancang oleh suatu kecerdasan) 
sangat jelas sehingga membuat orang bertanya-tanya mengapa itu tidak diterima sebagai 
bukti dengan sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis dibandingkan  ilmiah.104  
Baik Wickramasinghe dan Hoyle adalah orang-orang yang, hampir sepanjang karier 
mereka, memahami ilmu pengetahuan dengan pende-katan materialisme; namun kebenaran 
yang mereka temui adalah bahwa kehidupan diciptakan, dan mereka memiliki keberanian 
untuk meng-akuinya. Sekarang, lebih banyak ahli biologi dan biokimia telah menge-
sampingkan dongeng bahwa kehidupan dapat muncul secara kebetulan. 
Orang-orang yang masih setia menganut Darwinisme—orang-orang yang masih 
bersikukuh bahwa kehidupan muncul kebetulan—sungguh dalam keadaan ketakuan seperti 
yang sudah kami katakan pada awal bab ini. Tepat seperti yang dimaksud ahli biokimia 
Michael Behe ketika dia mengatakan, “Kenyataan bahwa kehidupan dirancang oleh suatu 
kecerdasan merupakan guncangan bagi kami pada abad ke-20 yang telah terbiasa 
memikirkan kehidupan sebagai hasil hukum alam yang sederhana”105. Guncangan yang di-
rasakan oleh orang-orang seperti itu merupakan guncangan karena harus menghadapi 
kenyataan keberadaan Allah, yang menciptakan mereka. 
Para pengikut paham materialis jatuh ke dalam dilema tak terelak-kan karena mereka 
berkutat untuk mengingkari kenyataan yang dapat mereka lihat dengan jelas. Dalam Al 
Quran, Allah menggambarkan kebi-ngungan penganut materialisme sebagai berikut:  
 
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, sesungguhnya kamu benar-benar 
dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan dari padanya (Rasul dan Al 
Quran) orang yang dipalingkan. Terku-tuklah orang-orang yang banyak berdusta, 
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebohongan lagi lalai.” (QS. Adz-
Dzaariyaat, 51: 7-11) ! 
 
Pada poin ini, tugas kita adalah mengajak mereka yang karena terpe-ngaruh oleh 
filosofi materialisme, telah melewati batas-batas rasionalitas, untuk berpikir dan 
menggunakan akal sehat. Kita harus mengajak mere-ka untuk membuang semua prasangka 
mereka, berpikir, dan memper-timbangkan dengan cermat rancangan alam semesta beserta 
kehidupan di dalamya yang luar biasa, serta untuk menerimanya sebagai bukti se-derhana 
akan kenyataan penciptaan Allah. 
Akan tetapi, penyeru panggilan ini sebenarnya bukan kita sendiri melainkan Allah. 
Allah, Sang Pencipta langit dan bumi dari ketiadaan, memanggil manusia yang Dia ciptakan 
untuk menggunakan akal mereka: 



 
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi 
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk 
mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali 
sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka 
sembahlah Dia. Ma-ka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus, 10: 
3) ! 
 
Pada ayat lain manusia diberitahu:  
 
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat 
menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-
Nahl, 16: 17) ! 
 
Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran pencip-taan. Sekarang 
waktunya bagi dunia ilmu pengetahuan untuk melihat kebenaran ini dan mengambil 
pelajaran darinya. Orang yang menging-kari atau menolak keberadaan Allah, terutama 
orang yang berpura-pura bahwa mereka melakukannya atas nama ilmu pengetahuan, 
sebaiknya menyadari betapa jauh mereka tersesat dan berbelok dari arah yang benar ini. 
Di sisi lain, kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan memiliki pelajaran 
lain bagi orang yang telah mengatakan bahwa mere-ka mempercayai keberadaan Allah dan 
bahwa alam semesta diciptakan oleh-Nya. Pelajaran ini  adalah bahwa kepercayaan 
mereka mung-kin dangkal, bahwa mereka tidak sepenuhnya memikirkan bukti ciptaan 
Allah atau tentang konsekuensi-konsekuensinya, bahwa, karena alasan ini, mereka mungkin 
tidak memenuhi semua kewajiban atas kepercaya-an mereka. Dalam Al Quran Allah 
menggambarkan orang seperti itu dengan: 
 
“Katakan: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika 
kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Ke-punyaan Allah.’ Katakanlah: 
‘Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit 
yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Ke-
punyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertak-wa?” Katakanlah: 
“Siapakah yang ditangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia 
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu me-
ngetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau 
demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al Mu’minuun, 23: 84-89) ! 
 

Orang yang telah menyadari bahwa Allah itu ada, dan Dia mencipta-kan segala 
sesuatu, namun tetap mengingkari kebenaran ini, sesungguh-nya seperti “tertipu”. Adalah 
Allah yang menciptakan alam semesta dan bumi tempat kita hidup secara sempurna bagi 
kita dan kemudian men-ciptakan kita pula. Tugas setiap orang adalah untuk 
menganggapnya se-bagai fakta terpenting dalam kehidupannya. Langit dan bumi dan segala 
sesuatu di antaranya adalah milik Allah Yang Mahaagung. Umat manu-sia harus 
menganggap Allah sebagai Tuhan dan Penguasa dan mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini 
diungkapkan kepada kita oleh Allah dalam firman: 
 
“Tuhan (Yang menguasai langit) dan bumi dan apa-apa yang ada di antara 
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. 
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut 
disembah)?” (QS. Maryam, 19: 65) 
 

 
ada  2.000 jenis protein dalam bakteri sederhana. Kemungkinan semua ini ada 
secara kebetulan adalah 1 banding 1040.000. Pada manusia ada  200.000 bentuk protein. 
Kata “tidak mungkin” terlalu halus untuk menggambarkan peluang kejadian seperti itu 
hanya karena kebetulan. 
 
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar dibandingkan  penciptaan 
manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghaafir, 40: 57) ! 
 
"Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah 
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi 
Mahabijaksana." (QS. Al Baqarah, 2: 32) !