bahasa arab 1

Tampilkan postingan dengan label bahasa arab 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa arab 1. Tampilkan semua postingan

bahasa arab 1


























Konsep Analisis Kontrastif 
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang dipakai  
untuk berkomunikasi oleh warga  pemakainya. Bahasa yang baik 
berkembang sesuai sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh 
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta 
sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Bahasa menurut Ferdinand De 
Saussure adalah ciri pembeda yang paling menonjol sebab  dengan 
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang 
berbeda dari kelompok yang lain. Oleh sebab  itu bahasa memiliki 
ciri yang berbeda-beda dalam pembentukan kosa kata, seperti Bahasa 
negara kita  dan Bahasa Arab. sebab  perbedaan yang terjadi penulis 
akan membahas perbedaan dan persamaan dari segi penuturan masing￾masing bahasa dalam hal bunyi satuan huruf kala, jumlah, dan persona 
melalui metode linguistik kontrastif.
Analisis kontrastif disebut pula linguistik kontrastif  mengungkapkan 
bahwa analisis kontrastif merupakan metode sinkronis dalam analisis 
bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa￾bahasa dan dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan 
dalam masalah praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan.
Analisis Kontrastif dalam kajian linguistik adalah cabang ilmu 
bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa 
sedemikian rupa sehingga dapat terlihat dengan jelas persamaan dan 
perbedaannya 
Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktekkan pada tahun 
1950-an dan 1960-an sebagai suatu aplikasi linguistik strruktural pada 
pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:
1. Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru 
disebabkan oleh interfensi dari bahasa pertama. 2. Kesukaran-kesukaran ini  dapat diprediksi atau diprakirakan 
oleh analisis Kontrastif.
3. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis 
Kontrastif untuk mengurangi efek-efek interfensi  
Dalam pembahasan analisis Kontrastif bunyi-bunyi bahasa Arab 
dan bahasa negara kita  harus terdiri dari perbedaan atau persamaan antara 
dua suara, konsonan, vocal, fonem segmental, fonem suprasegmental, 
atau sebagian dari fenomena-fenomena bunyi, seperti asimilasi dan 
desimilasi. Oleh sebab  itu pembahasan ini dibatasi pada satuan bunyi 
huruf, kala, jumlah, dan person. 
Adapun pengertian secara umum terhadap bahasa negara kita  dan 
bahasa Arab, yaitu:
1. Bahasa negara kita 
Bahasa negara kita  merupakan bahasa yang dipakai  oleh rakyat 
negara kita  untuk berkomunikasi. Sejak tanggal 28 Oktober 1928, 
bahasa negara kita  resmi oleh bangsa negara kita  dijadikan sebagai 
bahasa Nasional.
2. Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa untuk berkomunikasibangsa Arab 
di Timur Tengah. Bahasa Arabmerupakan bahasa Alquran. Seribu 
tahun sebelum datangnya Islam ,. Bahas Arab 
berkembang dan mnegambil kata-kata dari Pesrsia, Mesir.
Dalam Bahasa negara kita  pembentukan kosakata disebut juga 
proses morfologis yang terdiri atas afiafikasi, reduflikasi, dan komposisi. 
Dalam Bahasa Arabbembentukan bahasa disebut tashrifiyyah atau proses 
perubahan bentuk kosakata asal kepada bentuk lain untukmencapai 
arti yang dikehendaki. Dalam masing-masing proses ini  akan 
menghasikan bentuk kosakata bahasa negara kita  dan bahasa Arab 
berdasar  kala, jumlah, persona. Untuk memberikan gambar yang jelas bagaimana bentuk kosakata Bahasa negara kita  dan Bahasa Arab 
bedasarkan bunyi huruf, kala, jumlah, dan persona maka akan dipaparkan 
berikut ini.
a. Bunyi Satuan Huruf
1) Bunyi-bunyi yang sama persis.
Kesamaanya meliputi makhorijul huruf dan sifat hurufnya, 
diantaranya:
Berikut contoh gambar tempat keluarnya Makhorijul Huruf
dan Sifat Huruf :
b. Bunyi bunyi yang saling berbeda dalam dua bahasa
Dalam dua bahasa ada  bunyi yang bisa di deskripsikan bahwa 
bunyi bunyi ini  saling bereda satu sama lain baik dari segi 
penamaan bunyi nya, apakah itu dari segi makhroj nya (tempat 
keluarnya) atau dari segi sifat nya.c. Bunyi bunyi bahasa Arab yang tidak ada padanan nya pada bahasa 
negara kita 
ada  bunyi bunyi bahasa Arab yang tidak ada padanan nya 
pada bahasa negara kita , yaitu:d. Bunyi bunyi bahasa negara kita  yang tidak ada padanan nya pada 
bahasa Arab
ada  bunyi bunyi bahasa negara kita  yang tidak ada padanan nya 
pada bahasa Arab, yaitu:
Intervensi Antara Bunyi-Bunyi Bahasa Arab 
Dan Bahasa negara kita 
Ketika orang negara kita  mengucapkan bunyi bahasa Arab yang tidak 
ada perbedaan dalam bahasanya yang condong diucapkan sebagaimana 
pengucapan bunyi bahasanya. Dan perintah pada hakikatnya terjadi 
ketika orang Arab mengucapkan bunyi bahasa negara kita  yang tidak 
ada perbedaan dalam bahasanya yang condong diucapkan sebagaimana 
pengucapan bunyi bahsanya. Terjadi pada perumpamaan keadaan ini 
yang disebut Intervensi Bunyi.
Dan demikian bahwa diantara Bahasa Arab dan Bahasa negara kita  
ada  perbedaan bunyi yang banyak - Seperti yang disajikan sebelumnya 
– Berbagai bentuk intervensi bunyi terjadi diantara keduanya, baik 
intervensi bunyi Bahasa negara kita  dalam bunyi Bahasa Arab ataupun 
intervensi bunyi Bahasa Arab dalam Bahasa negara kita , sebagaimana 
yang diulas pada baris berikut :
1. Intervensi bunyi Bahasa negara kita  dalam bunyi Bahasa arab
a. Pengucapan / ث/ pada Interdentals seperti /s/ alveolars, 
seperti pada kata-kata berikut :
Bentuk Kala dalam Bahasa negara kita  dan Bahasa Arab.
Kala merupakan salahsatu cara untuk menyatakan temporal
diektis melalui perubahan kategori gramatikal verba berdasar  
waktu. Dalam Bahasa Arab dan Bahasa negara kita  ada  ciri￾ciri tersendiri dalam proses pembentukan kosakata berdasar  
kala ini , hal ini dapat dilihat dari keterkaitan waktu suatu kala. 
Adapun Kala pada Bahasa Inonesia lazimnya menyatakan waktu 
sekarang, sudah, lampau, dan akan datang. Seperi halnya dalam 
Bahasa negara kita , kala atau keterkaitan waktu terjadinya perbuatan 
dalam Bahasa Arab disebut juga kalimat fi’il madly atau kata kerja. Kalimat fi’il ini  dalam Bahasa Arab dibagi menjadi 4, yaitu (1) 
waktu lampau atau 2( ,املاضى فعل) waktu sekarang dan akan datang 
3( , املضارع فعل) waktu yang akan datang berkenaan dengan perintah 
3(األمر فعل) waktu yang akan datang berkenaan dengan larangan فعل
.النهى
Dari contoh di atas dapat dilihat perbedaan antara Kala sekarang 
Bahasa Arab dan Bahasa negara kita . Bahwa kala akan datang Bahasa 
negara kita  harus disertai kata yang menunjukkan akan datang atau 
bermakna akan datang, sedangkan Kala akan datang Bahasa Arab 
dalam bentuk fiil mudlori, amar, nahi sudah menunjukan makna akan 
datang.
4. Bentuk Kosakata Bahasa negara kita  dan Bahasa Arab berdasar  
Jumlah.
Jumlah merupakan kategori gramatikal yang membeda￾bedakanjumlah. Jumlah yang dimaksud adalah kategori niomina 
atau kata benda yang dikenal berdasar  orang, binatang, dan 
barang yang dapat dihitung jumlahnya. Bentuk kosakata Bahasa 
negara kita  dan Bahasa Arab berdasar  jumlah, 
a. Jumlah singularis Bahasa negara kita 
Singularis adalah katabenda yang merujuk pada satu bilangan. 
Dalam Bahasa negara kita  kosakata seperti ini mempunyai bentuk tunggal sesuai dengan kata benda yang dimaksud. 
Kata benda ini  biasanya terdiri atas nama orang, nama 
benda, dan sebagaianya. Berikut merupakan kosakata jumlah 
singular dalam Bahasa negara kita  :
1) Orang yang duduk dibawah pohon itu saudaraku.
2) Anak itu beberapa hari lalu datang ke tempat kos nya.
3) Lelaki itu terbilang produktig dalam menulisnya.
Pada kosakata di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa jumlah 
singular dalam Bahasa negara kita  merupakan kosakata yang 
masih asliatau kosakata yang menjadi entri (belum berubah 
jadi jamak). Kosakata seperti orang, anak, dan lelaki pada 
contoh di atas merupakan kosakata yang bermakna tunggal. 
b. Jumlah singularis (mufrad) Bahasa Arab
Singularis adalah katabenda yang merujuk pada satu bilangan. 
Dalam Bahasa Arab kosakata seperti ini mempunyai bentuk 
tunggal sesuai dengan kata benda yang ddimaksud. Kata 
benda ini  biasanya terdiri atas nama orang, nama benda, 
dan sebagaianya. Berikut merupakan kosakata jumlah singular 
dalam Bahasa Arab. Berikut merupakan kosakata jumlah 
singular dalam Bahasa negara kita  :
1) املقصاف فى العمال يأكل (Pegawai itu wakan di kantin.)
 Anak kecil itu menangis) بكى الطفل بسبب ضيع دراجته (2
disebabkan hilang sepedahnya.)
 laki-laki itu sampai di) تلك الرجل يصل فى املتحف مبكرا (3
Musieum pagi-pagi sekali.)
Pada kosakata di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa jumlah 
singular mufrod bukan jamak. Dalam Bahasa Arab kosakata 
nominal seperti contoh di atas ketika menunjukkan kata 
tunggal, maka yang dipakai  adalah kosakata mufrodnya. 
Kosakata seperti pegwai, anak kecil, laki-laki.
Perbandingan jumlah singularis (mufrod) dalam Baham 
negara kita  dan Bahasa Arab
Jumlah singularis dalam Bahasa negara kita  dan Bahsa Arab 
merupakan kosakata yang maish asli atau kosakata nominal 
yang menjadi entri atau kosakata yang bermakna tunggal. 
Dalam Bahasa Arab kosakata nominal ketika menunjukkan 
makna tunggal dalam konteks kalimat, maka yang dipakai  
adalah kosakata mufrodnya. Untuk mengetahui lebih jelas 
perbandingan jumlah singularis Bahasa Arab dan Bahasa 
negara kita  sebagai berikut,
Jumlah Pluralis Bahasa (jamak) negara kita 
Bentuk jumlah pluralis adalah bentuk morfologis yang 
merupakan kata bendaberjumlah dua atau lebih. Dalam 
Bahasa negara kita  bentuk kata pluralis mempunyai beberapa 
kategori, diantaranya
1) pemakaian  kata ulang,
2) pemakaian  keterangan para,
3) pemakaian  keterangan seluruh/semua
4) pemakaian  kata kelompok, dan
5) pemakaian  kosa kata jumlah (angka)
Bentuk kosakata di atas dipaparkan sebagains berikut ini.
1) Bentuk kata ulang
a) Jalan-jalan utama di Kota dan kawasan pemukiman 
terendam air.
b) Mengubur barang-barang bekas yang bisa 
menampung air.
c) Anak-anak sedang bekerja dil Laang.
2) Bentuk dengan keterangan para
a) Danar sedang membaca cerita para pahlawan.
b) Yang saya hormati para staf guru beserta jajarannya.
c) Karyanya menjadi buah bibi para seniman di Indoneia.
3) Bentuk dengan keterangan seluruh/ semua
a) Seluruh jendela rumahnya terbuat dari jati.
b) Saya mengajar seluruh rakyat negara kita  untuk 
menjaga keutuhan Negara.
c) Kita semua merasa marah ketika harga diri bangsa 
diinjak-injak.
4) Bentuk dengan keterangan kelompok
a) Kelompok remaja adalah fenomena yang biasa.
b) Kelompok pedagang di Desa bermusyawarah untuk 
pembangunan pasar.
5) Bentuk dengan Jumlah Bilangan
a) Tiga penumpang yang turun disambut oleh kakek. 
b) Keseratus tokoh ini mencakup tokoh pendiri agama￾agama besar dunia,
c) Keempat anak itu selalu patuh pada ibunya.Data di atas merupakan beberapa bentuk kosakata berdasar  
jumlah pluralis dalam Bahasa negara kita . Dalam Bahasa 
negara kita , kata ulang atau dapat disebut dengan reduplikasi 
merupakan bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari 
dua (banyak). Hal ini  dapat dilihat pada pemakaian  
kosakata jalan-jalan, anak-anak, barangbarang. Ketiga kosakata 
ini  mempunyai makna lebih dari dua (banyak).
e. Jumlah Puralis (jamak) Bahasa Arab
Jumlah pluralis dalam Bahasa Arab disebut juga dengan 
jamak yaitu kata benda yang merujuk pada lebih dari dua. 
Dalam Bahasa Arab jumlah pluralis atau jamak dibedakan 
berdasar  bentu muannas (perempuan), mudzakkar (laki-laki), 
serta dibedakan bedasarkan bentuk kata yang berubah dari 
bentuk aslinya (jamak taksir) atau todak berubah dari bentuk 
aslinya ()bentuk jumlah pluralis adalah sebagaimana berikut   Dari sini dapat disimpulkan bahwa bentuk Dari contoh-contoh di 
atas dapat kosakata pluralis dalam Bahasa Arab, yaitu :
1) Kosa kata langsung, terbagi menjadi tiga dilihat dari jenis 
kelamin, yaitu:
a) Jamak taksir (Perempuan/laki-laki).
b) Jama mudzakkar salim (Laki-laki).
c) Jama muannas salim (Perempuan).
2) Kosa kata tidak langsung, disertai lafadz (kullu atau jamii’u).
3) Kosakata yang memakai  jumlah bilangan.
Pada klasifikasi ketiga di atas ada  perbedaan antara Bahasa 
Arab dengan Bahasa negara kita , yaitu keterangan dua dalam 
Bahasa negara kita  sudah dianggap jamak, sedangkan dalam 
Bahasa Arab bilangan dua sudah ada bilangan khusus, yaitu Isim 
tasniyyah (jumlah dualis) seperti : dua kaki )رجلني - رجالن ( atau 
dua buah tas .)حقيبتني - حقيبتان(
5. Bentuk kosakata Bahasa Arab dan Bahasa negara kita  berdasar  
Persona.
Persona dalam BI direalisasikan melalui pronomina persona (kata 
ganti orang). Sistem pronomina persona meliputi sistem tutur sapa 
(terms of addres see) dan sistem tutur acuan (terms of reference). Bentuk 
kosakata BI dan BA berdasar  persona adalah sebagaimana 
berikut ini.
a. Persona pertama Bahasa Arab
Kosakata persona pertama dalam Bahasa Arab adalah 
pronomina persona yang dipakai  untuk seseorang yang 
sedang berbicara. Sama halnya dengan Bahasa negara kita  
persona pertama dalam Bahasa Arab dibagi atas dua macam, 
yaitu (1) persona pertama tunggal (dinyatakan dengan انا ), dan 
(2) persona pertama jamak (dinyatakan dengan نحن ). b. Persona pertama Bahasa negara kita 
Kosakata persona pertama dalam Bahasa negara kita  
samahalnya seperti persona pertama dalam Bahasa Arab yakni 
dipakai  untuk seseorang yang sedang berbicara, dibagi atas 
dua macam, yaitu (1) persona pertama tunggal (dinyatakan 
dengan saya ), dan (2) persona pertama jamak (dinyatakan 
dengan kami/kita ). 
c. Perbandingam persona pertama Bahasa Arab dan Bahasa 
negara kita 
Perbandingam persona pertama Bahasa Arab dan Bahasa 
negara kita  


Definisi Ilmu Ashwat
Hakikat bahasa, Imam Suyuti menyebutkan bahwa bahasa 
merupakan serangkaian suara (Ashwat) yang dipakai  orang dalam 
mengungkapkan maksud yang dikehendaki. Definisi ini setidaknya 
melibatkan dua unsur dasar keterampilan, bahasa sebagai tutur kata 
yang didengar (listened) dan diucap (spoken). Unsur kemahiran berbicara, 
pada hakikatnya, merupakan kemahiran memakai  bahasa 
rumit. Dalam hal ini kemahiran dikaitkan dengan pengutaraan buah 
pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar-tepat. 
Sasarannya adalah bagaimana lawan bicara mampu memahami pesan 
yang disampaikan lewat lisan ini . Oleh sebab nya di sini dibahas 
pengertian ilmu ashwat dan pembagiannya.
Ilmu Bunyi mempunyai pengertian yang banyak (ditujukan pada 
bunyi atau ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi) kecuali kesepakatan 
tentang perbedaan bentuk pengertian ilmu bunyi, bahwasanya ilmu bunyi 
merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa1
. Mengapa bunyi 
dipelajari? sebab  wujud bahasa yang paling primer adalah bunyi. Bunyi 
adalah Getaran udara yang masuk ke telinga sehingga menimbulkan 
suara2
.
Ilmu bunyi merupakan cabang dari ilmu-ilmu Linguistik3
, meskipun 
pada realitanya ilmu bunyi memposisikan tidak hanya bunyi, sebab  
ilmu ini merupakan ilmu yang luas yang mencakup banyak cabang 
yang berbeda dan kontradiksi dari segi tujuan, cakupan serta metode. 
Begitupun orang-orang yang menekuni ilmu yang menyeru tentang 
makna- maknanya kepada ahli fonologi atau orang-orang yang ahli  dalam bidang ilmu fonologi4
.
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos 
= ‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan 
bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang 
pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang 
kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem (fonemik). 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang 
ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses 
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara 
umum dan fungsional5
.
B. Pembagian Ilmu Ashwat
Ilmu Bunyi terbagi kedalam banyak cabang. Para ahli mencoba 
mengklasifikasikannya kepada patokan yang diperoleh dari aspek bunyi 
dan apa yang dikaitkan kepada pengantar, fungsi, metode, serta menolak 
penyusunan terdahulu yang populer terhadap ilmu bunyi dan cabang￾cabangnya yang tercakup di bawah, sebagai berikut :
1. Penyusunan ilmu bunyi atas dasar material bunyi dan fungsinya.
Atas penyusunan ini, ilmu bunyi terbagi kepada dua bagian, 
“fonetik” dan “fonologi”.
a. Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang membahas tentang bunyi-bunyi 
akustik dan organik dari segi hasil, saluran keluarnya, bagian 
pengucapkanya, sifatnya, dan perpindahannya.
a. Fonologi
Fonologi adalah ilmu yang membahas fungsi bunyi yang keluar 
dari susunan yang jelas dari sisi spekisifikasinya, sifatnya, fungsi yang dimaksud atau analogi yang lain bahwasannya phonlogi 
adalah ilmu yang membahas fungsi bunyi yang dimaksud 
dakam kata dan susunan kalimat dalam suatu bahasa dari 
bahasa-bahsa yang lain6
.
Penjelasan bagian ini digambarkan dalam bagan berikut:
 
Perlu diketahui, bahwasanya pembagian ilmu bunyi menurut 
ulama terdahulu, akhirnya mereka membagi ilmu bunyi menjadi 
dua yaitu fonetik (phonetics) dan fonemik (phonemics)7
.
Penjelasan bagian ini digambarkan dalam bagan berikut:
 
a. Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa 
melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna atau tida dalam 
suatu bahasa.
Fonetik diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu:
(علم األصوات النطقية) 1) Fonetik Artikulatoris
Fonetik artikulatoris adalah cabang fonetik yang mempelajari 
tentang mekanisme alat-alat bicara manusia yang bekerja 
dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi￾bunyi bahasa itu diklasifikasikan
2) Fonetik Akustik
Fonetik akustik adalah cabang fonetik yang mempelajari 
bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisik (frekuensi 
getaran, amplitudo, intensitas, timbre). Ada tiga hal yang perlu 
diperhatikan pada fonetik akustik ini, yaitu:
a) Frekuensi atau titanida
Gerakan-gerakan partikel secara “gelombang” itu 
“berirama”, artinya berjalan secara ‘’ritmis”. Ritmenya 
diukur dengan frekuensi persatuan waktu; secara 
tradisional diukur dengan frekuensi persatuan waktu; 
secara tradisional diukur dengan satuan detik. Gelombang 
udara di bawah kerendahan frekuensi tertentu dan di 
atas ketinggian tertentu tidak dapat ditangkap telinga 
manusia: bunyi yang dapat ditangkap telinga manusia 
berada di antara kedua frekuensi itu. 
Coba anda gerakkan tangan anda ke depan dan ke 
belakang sepuluh sekali: tidak ada bunyi yang dapat anda 
dengar sebagai hasil pengerakkan udara. Akan tetapi, 
apabila anda mengayunkan tongkat atau melecutkan 
cambuk, hasil gerakan itu cukup menggetarkan udara 
sehingga anda dapat mendengar bunyi8
.
b) Amplitudo
Amplitudo adalah intensitas suara. Maksudnya suara 
bisa didengarkan sebab  ia keras. Keras atau intensitas 
suara ini memiliki frekuensi. Dan bergantung pada 
jarak. sebab  kalau menjauhi sumber suara, maka walau 
frekuensinya tetap, sebab  jarak si pendengar itulah 
membuat suara itu masih terdengar atau tidak.
c) Resonansi
Resonansi terjadi bila suatu benda bergetar sebab  
pengaruh suatu bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh 
suatu sumber.9
(علم األصوات السمعى) 3) Fonetik Audiotoris
Fonetik audiotoris adalah cabang fonetik yang mempelajari 
bunyi bahasa ketika bunyi ini  sampai ke telinga 
pendengar, baik dari segi psikologi maupun jiwa.
b. Fonemik 
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari 
buni bahasa dengan memperhatikan bunyi bahasa ini  sebagai 
pembeda makna. Dengan kata lain, fonemik adalah cabang studi 
fonologi yang menyelidiki dan mempelajari bunyi ujaran/bahasa 
atau sistem fonem suatu bahasa dalam fungsinya sebagai pembeda 
arti10.
Dalam fonemik ada istilah fonemisasi. Fonemisasi adalah 
salah satu prosedur atau cara menemukan fonem suatu bahasa. 
Penemuan fonem suatu bahasa itu didasarkan pada data-data 
yang secara fonetis akurat. Salah satu prosedur fonemisasi adalah 
“pasangan minimal” (minimal pairs). Pasangan minimal, yaitu 
bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah 
bahasa yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi yang tidak sama. 
Hasil dari fonemisasi dengan prosedur pasangan minimal adalah 
ditemukannya suatu fonem, yaitu satuan bunyi yang terkecil yang 
fungsional atau distingtif, dalam arti membedakan makna11. Berikut 
ini adalah tabel perbedaan fonetik dan fonemik 
Perbedaan di sini (cabang ilmu bunyi) menyangkut ringkasan, 
bukan keseluruhan dan bukan berbedaan yang inti, akan tetapi 
perbedaan pembagian dari suatu sisi meningatkam ungkapan 
yang tinggi dari sisi yang lain. Perbedaan ini merupakan perbedan 
pembagian kerena mereka (para ahli ilmu bunyi ) berbada dalam 
segi pembagian saja pada bagian kedua dari pembagian ini yang 
terletak di bagian fungsi dari bunyi. 
Adapun pada baagian pertama adalah aspek material dari 
bunyi, mereka (para ahli ilmu bunyi) tidak berbeda pendapat, 
meraka menganggap perbedaan ini  bersifat mdah dimengerti 
karna mereka berbeda dalam dalam meletakan istialah “fonologi 
dan fonemik” selain dari itu, mereka bersepakat terhadapa apa yang 
dimaksud dari istialah ini . Perbedaan yang telah diungkapkan 
di atas merupakan pembahasan bunyi dari segi fungsinya dalam 
bahsa yang jelas
pembahasan bunyi.
Penyusunan ini, mencakup 3 pengertian ilmu bunyi :
a. pembagian ilmu bunyi deskriptip dan normatif/ perspektif.
1) Ilmu bunyi deskriptif
Ilmu bunyi deskriptif adalah deskriptif bunyi bahasa yang 
jelas seperti yang diucapkan para ahli dalam lingkungan 
tertentu dalam metode tema tanpa memperhatikan 
analisis dan pendekatan.
2) Ilmu bunyi normatif/perspektif 
Ilmu bunyi normatif/perspektif adalah ilmu yang 
membahas bunyi bahasa yang jelas dalam lingkungan 
tertentu dan berkaitan dengan kaidah-kaidah dan 
pengertian-pengertian yang memungkinkan berhaluan 
padanya dalam pengucapan bunyi bahasa ini.
Dengan ibarat yang lain, bahwasanya ilmu bunyi normatif 
merupakan ilmu yang membahas asal mula bahasa 
yang dijelaskan seperti diharuskan untuk berbicara 
dengan tutur yang benar atau dengan penuturan yang 
telah dicontohkan. Oleh sebab  itu, perbedaan ilmu 
bunyi deskriptif adalah mendeskripsikan bunyi seperti 
yang diucapkan, bukan seperti yang diharuskan untuk 
mengucapkan. Dengan kata lain, ilmu ini dikenal dengan 
ilmu bunyi wajib.
b. Pembagian Ilmu bunyi sinkronik/deskriptif dan ilmu bunyi 
diakronik/historis.
1) Ilmu bunyi sinkronik 
Ilmu bunyi sinkronik membahas tentang bunyi bahasa 
yang dijelaskan dalam periode waktu yang terbatas dan 
telah disebutkan ilmu inimemiliki nama lain yaitu ilmu 
bunyi deskriptif ( untuk mengisyaratkan ilmu ini mengikuti 
metode deskriptif ) dan ilmu bunyi berbarengan serta ilmu 
bunyi serentak ( untuk mengisyaratkan bahwa ilmu ini 
berjalan dan dibatasi sengan periode waktu yang telah 
ditentukan ).
2) Ilmu bunyi diakronik/historis
Ilmu bunyi diakronik/historis membahas asal mula 
bahasa yang dijelaskan dari segi pengembangannya, 
serta muncul dari perbedaan masa dan waktu. Dengan 
itu, perbedaan ilmu bunyi deskriptif adalah yang 
mendeskripsikan bunyi dalam waktu dan masa tertentu. 
Nama lain dari ilmu ini diantaranya ilmu bunyi sejarah dan 
ilmu bunyi perkembangan.
c. Pembagian ilmu bunyi komparatif/perbandingan dan ilmu 
bunyi kontrastif.
1) Ilmu bunyi komporatif 
Ilmu bunyi komporatif adalah ilmu bunyi yang 
menjelaskan keserupaan bunyi danperbedaan bunyi 
dalam bahasa yang berhubungan dengan kumpulan 
suatu kebahasaan. Seperti perbandingan bunyi antara 
dua bahasa, inggris dan perancis, dan perbandingan 
bunyi, baik dari penuturan satu bahasa dengan tujuan 
perbandingan antara bunyi dari periode waktu ke periode 
waktu yang lain,maupun penuturan bahasa antara dua 
bahasa atau lebih yang mempunyai hubungan dan 
kekerabatan dengan tujuan menggali semua bunyi dari 
penyerupaan dan perbedaan.
2) Ilmu bunyi kontrastif
Ilmu bunyi kontrastif yaitu membahas suara bahasa yang 
terdiri pada kerangka bahasa berbeda dengan tujuan 
menememukan kesamaan dan perbedaan diantaranya, 
contoh bertemunya anatara suara (orang) Arab dan suara 
(orang) negara kita . 
Dan demikian pula berbeda dari ilmu ashwat komperatif 
yang mengembangkan komperatif suara bahasa dari 
satu keluarga dan pertemuan pembelajaran antara suara 
bahasa khusus yang diharuskan pembelajarannya untuk 
mempelajarinya yang berbicara dengan bahasa lain. 
Contohnya persamaan antara suara Arab dan negara kita , 
direalisasikan berjalan untuk membatasi suara yang 
harus mempelajarinya dari suara bahasa Arab untuk 
pembelajaran berbicara dengan bahasa negara kita . 
Dalam perincian di atas ada  gambaran penjelasan 
yang menjelaskan cabang-cabang ilmu ashwat di alam 
klasifikasinya, sebagai berikut : 
3. Klasifikasi ilmu ashwat dari segi perjalanan suara dalam pengamalan 
berbicara. 
Ilmu ashwat terbagi pada klasifikasi ini menjadi tiga bagian yaitu: 
Ilmu ashwat nuthqi (ilmu bunyi artikuatoris), ilmu ashwat akustik, 
ilu ashwat samai’ (pendengaran). 
a. Ilmu ashwat nuthqi (ilmu bunyi artikulaatoris)
Ilmu ashwat nuthqi yaitu mempelajari suara-suara dari sisi 
Artikulatoris dan psikologi bercontohkan dalam aplikasi 
pengucapan dalam pengucapan. Dan judul ilmu ini adalah 
instrumen suara manusia., dan tempat keluarnya suara, dan 
sifat suara.
b. Ilmu Ashwat Akuistik
Ilmu ashwat akuistik yaitu mempelajari suara-suara dari sisi 
fisika atau akuistik yang bercontohkan dalam arahan suara yang 
berpindah dan merambah pada angin. Dengan contoh lainnya 
bahwasannya memperbaiki suara dalam tingkah perpindahan 
setelah keluarnya pada bentuk getaran dan arahan dari mulut 
pembicara dan sebelum sampainya ke telinga pendengar. 
Maka konteks pembelajaran ilme ini yaitu: Luasnya suara 
(Loundess), tingkatan suara (pitch), pembagian suara (Tmber).
c. Ilmu ashwat pendengaran/sami’ (Ilmu bunyi Auditoris)
Ilmu ashwat pendengaran/sami’ yaitu yang membahas 
mekanika instrument pendengaran dan pengaruhnya dengan 
suara-suara dari bagian arahan, dan pengarahannya. Dan 
perubahannya pada rumus telegram yang diibaratkan pada 
hubungan syaraf dan otak. Dengan contoh ibarat yang lain 
bahwasnaya memperbaiki suara-suara pada saat sampai ke 
kuping pendengar dari psikologi dan kejiwaan13.
Perbedaan antara fonetik artikulatoris akustik dan auditoris adalah 
pada segi objek studinya. Dari ketiga jenis fonetik ini yang paling 
dominan dalam dunia linguistic adalah fonetik artikulatoratis, sedangkan 
fonetik auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology, dan 
fonetikakustik lebih berkenaan dengan fisika. Alasan lebih pentingnya 
fonetik artikulatoris menurut beberapa ahli bahasa, semua disebab kan 
fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana buyi-bunyi 
bahasa itu dihasilkan atau diucapakan manusia.
Tiga pembagian ini untuk ilmu ashwat diaplikasikan pada tiga 
tingkatan yang melewati suara pada saat berbicara dan komunikasi. Dari 
apa yang diartikan bahwa setiap tingkatan melalui suara bahasa dalam 
komunikasi bahasa yang memperbaiki bagian yang ditentukan dari ilmu 
ashwat, sebagaimana akan dijelaskan pada gambar dibawah:
Pada sisi tiga pembagian ini ada  pembagian yang lain yaitu 
Haditsul a’hdi (baru) untuk ilmu ashwat dan dirilis oleh ilmu ashwat 
fonetik atau ilmu ashwat mekanisme/ otomatis. Dan pentingnya ilmu ini 
yaitu prosedeur percobaan berbeda untuk suara-suara atas tiga tingkatan 
yang sebelumnya disebutjan dengan washilah sarana dan alat-alat dan 
pengetahuan. Dari apa yang dimaknai bahwasannya tunduk pada temuan 
dari tiga cabang yang lebih uatama untuk eksperimental dan dokumentasi 
dengan perantara alat-alat dan perangkat suara. Dan alat-alat ini dan 
perangkat memungkinkan mencakup dari pelajaran suara saat menilai 
menurut pembicara, dan saat berpindahnya dan menyebarnya di udara, 
dan saat penyampaianya dan pengarahannya menurut pendengar.
C. Kedudukan dan Urgensi Ilmu Ashwat Dalam
Pembelajaran Bahasa
Bahasa adalah suara. Ini merupakan perinsip kumpulan ulama 
bahasa atas perbedaan pegangan dan pembelajaran mereka, baik ulama 
terdahulu atau sekarang. Dan diharuskan berkembangnya pembelajaran 
bahasa pada bahasa yang diucapkan bukan bahsa yg tertulis. Dan 
diharuskan menguatkan pentingnya ilmu ashwat dalam pembelajaran 
bahasa dan membatasi kedudukannya antara ilmu-ilmu bahasa.
Demikian ilmu ashwat itu terdiri atas unsur pokok terbentuk dari 
unsur-unsur bahasa maka bentuk penilainan pembelajaran dalam ilmu 
ashwat ada  penjelasan yang berbasis pembelajaran dalam unsur 
bahasa asing dan memperjelas fenomena linguistik pada semua tingkatan, 
sebagaimana akan diperjelas dibawah: 
1. Ilmu ashwat memberikan penjelasan dalam pembelajaran shorof 
(Morfologi).
Ilmu ashwat sangat berperan khususnya dalam penjelasan sebagian 
fenomena dalam dasar kalimat (binaul kalimat) dan perubahannya, 
contoh perpindahan ( ازتاد ) ke (ازداد), atau (ازحتم) ke (ازحتام), atau )اذكر(, 
atau perpindahan (صراط) ke (صراط), atau (اصتبر) ke (اصطبر), yang 
mungkin penjelasan ini yang tampak dari segi suara yang disbut 
dalam ilmu ashwat. Dalam ilmu ashwat juga dipelajari dengan 
membandingkan huruf-huruf yang berdekatan makhraj dan sifat 
hurufnya.
2. Ilmu ashwat memberikan keterangan untuk pembelajaran 
nahwiyyah (Sintaksis).
Khususnya dalam batasan dan fungsional keseluruhan dan 
pembagiannya. Contohnya bagaimana membatasi jumlah “ االستاذ
 اليوم هذا يحضر ال (guru tidak hadir hari ini)”, apakah itu merupakan 
jumlah khabariyah taqririyyah (kabar penguat), atau Istifhamiyyah 
inkari, memungkinkan pembatansan ini  dari segi suara yang 
disebut ilmu ashwat dengan nada dan intonasi.
3. Dalam pembelajaran makna kalimat (semantik).
Ilmu ashwat juga memberikan peran dalam menjelaskan makna 
kalimat yang memiliki makna berbeda-beda, contoh املدرسة مديرة
 اجلديدة, kapan kalimat اجلديدة menjadi sifat مديرة dan kapan menjadi 
sifat untuk املدرسة, dalam ilmu ashwat bisa diketahui dengan 
mempelajari jeda kalimat.
4. Fonologi memberikan pemahaman untuk kajian leksikologi dan 
leksikografi
Karakteristik pengucapan kalimat kamus sangat membutuhkan 
pada penulisan suara yang dalam begitu juga penyusunan kalimat 
kamus itu membutuhkan pemerhatian dasar suara agar susunannya 
itu berdasar  tempat keluarnya bebagai suara maka dimulai 
dengan suara yang paling jauh keluarnya yaitu ‘ain.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, fonologi sangat penting terhadap 
pengucapan atau pelafalan, fungsional, dan pembelajaran seperti yang 
akan dijelaskan dibawah ini :
a. Pelafalan
Seperti yang kita ketahui bahwasanya setiap bahasa mempunyai 
suara yang berbeda-beda yang membedakan antara satu bahsa 
dengan bahasa lainnya, seperti suara dhod yang membedakan 
bahasa Arab dengan bahasa lainya.
Seperti halnya setiap bahasa mempunyai aturan dalam 
berbicara dan mengeluarkan suara seperti yang belajar bahasa dan 
suara yang baik. Jika belum tahu tempat keluarnya sifat maka dari 
itu diwajibkan ke setiap muta’alim yang menyukai dalam pelajaran 
ini harus mengucapkan dengan baik untuk terlebih dahulu 
menguasai sejumlah besar kebiasaan pengucapan baru, tetapi para 
pelajar harus terbiasa dengan pengucapan asing yang benar-benar 
diucapkan orang dari bahasa yang sama dan tidak memakai  
kebiasaan khusus dalam bahasa asli mereka.
b. Fungsional
Suara tidak hanya memberikan memberikan bentuk bahsa 
tetapi juga memberi makna. Satu kata atau satu kalimat (bentuk) 
atau lebih dalam satu makna apabila diucapkan dengan kata yang 
berbeda-beda. maka kalimat “kepala sekolah baru” mempunyai 
dua makna yang berbeda satu sama lain sesuai dengan cara mereka 
membaca. Jika kalimat ini dibaca dengan “kepala, sekolah baru” 
maka bermakna sekolah itu baru (baru, menjadi sifat untuk 
sekolah). Namun ketika dibaca “kepala sekolah itu baru” maka 
maknanya kepala sekolahnya yang baru. 
Contoh yang lain dalam kalimat (aisyah cantik) maka memiliki 
dua makna yang berbeda satu sama lain salah satunya yaitu kalimat 
khobari tastbiqi dan yang lainnya khobari istifami ingkari. Dan 
demikian pada saat membacanya dengan nada yang berbeda bila 
kamu membaca dengan nada yang tinggi ke rendah bermakna 
positif. Bahwasaya kalimat aisyah jamilah itu merupakan fiil. 
Adapun bila kamu membaca dengan nada rendah ke tinggi maka 
bermakna negatif atas kecantikan aisyah. 
Hal ini disebabkan oleh pentingnya fonetik fungsional 
(fonemik, fonologi) yang membahas aspek fungsional dari bunyi.
c. Pembelajaran 
Keduanya tidak berbeda bahwasanya suara asal bahasa akan 
tetapi merupakan unsur dari unsur-unsur bahasa yang inti (suara, 
kaliamat dan tartib atau penyusunan). dan suara memiliki peran 
penting dalam ilmu aswat untuk membedakan antara bahasa 
dengan bahasa lainya. Dan barang siapa yang menginginkan belajar 
bahasa maka diharuskan memiliki pengetahuan dalam sistem ilmu 
aswat dengan pengetahuan yang sempurna. 
Fonologi tidak hanya berguna untuk pelajar bahasa tetapi juga 
berguna untuk orang lain, tetapi fonologi adalah bagian penting 
dari kebahasaan.
Bahasa sebagai sistem yang terdiri dari unsur-unsur fungsional 
menunjukan satukesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan (integral). 
sebab  itu, ketidakmampuan guru dalam satu sub-sistem linguistik 
akan berpengaruh pada hasil atau output pengajaran. Subsistem bahasa 
yang dimaksud terdiri dari tata-bunyi, kosakata, tata-kalimat, dan ejaan 
(tulisan).












Para ulama yang memperhatikan pelajaran bahasa menjelaskan 
batasan yang dimaksud bunyi maka mereka menyusun definisi￾definisi bunyi yang jelas di antara ulama terdahulu dan sekarang. Dan 
di antara ulama terdahulu adalah Ibnu Sina yang mendefinisikan bunyi 
sebagaimana dikutip oleh Manaf Mahdi Muhammad (1998 : 13) bahwa 
sesungguhnya bunyi adalah bergelombangnya udara dan tertahannya 
udara sebab  kekuatan dan pukulan dari penyebab apapun, adapun 
ulama sakarang maka di antara mereka adalah Ibrahim Anis (1961 : 9) 
yang mendefinisikan bunyi bahwa sesungguhnya bunyi adalah tabiat 
dohir yang diketahui bekasnya tanpa diketahui bentuknya.
Dalam ensiklopedia kebahasaan negara kita  (jilid 1, 2009 : 219) 
disebutkan bahwa bunyi adalah kesan pada pusat syaraf sebagai akibat 
getaran gendang telinga yang bereaksi sebab  adanya perubahan￾perubahan dalam tekanan udara. Definisi ini menyiratkan bahwa unsur 
utama dalam bunyi adalah getaran. Getaran apa? Getaran udara. Kenapa 
udara bergetar? sebab  ada yang menggetarkan atau sebab  gesekan 
atau benturan antar molekul udara ini . Getaran ini menyebabkan 
terjadinya perubahan tekanan udara yang diterima oleh telinga. 
Adapun dalam KBBI (Poerwadarminta 1985 : 169) bunyi diartikan 
sebagai sesuatu yang kedengaran atau dapat didengar (bunyi biasanya 
dibedakan dengan suara) bunyi dihasilkan oleh benda atau binatang dsb, 
suara dihasilkan oleh manusia. 
Dalam kamus linguistik bunyi diartikan sebagai akibat getaran 
gendang telinga yang bereaksi sebab  perubahan-perubahan dalam 
tekanan udara (Kridalaksana 1993 : 33).
Bunyi adalah salah satu gelombang dalam fisika, yaitu gelombang 
longitudinal yang dapat dirasakan oleh indera pendengaran (telinga). 
Bunyi juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh 
benda yang bergetar. Setiap getaran yang terjadi akan menggetarkan  molekul atau partikel udara di sekitarnya, hal inilah yang menimbulkan 
bunyi. Benda yang menghasilkan bunyi disebut dengan sumber bunyi. 
Bunyi termasuk gelombang longitudinal, artinya bunyi membutuhkan 
media dalam perambatannya, media ini  bisa berupa zat padat, zat 
cair atau gas, bunyi tidak dapat merambat pada ruang hampa. Bunyi 
memiliki cepat rambat yang tidak terlalu kuat, oleh sebab  itu bunyi 
membutuhkan waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 
Contohnya adalah ketika ada petir, maka yang lebih dahulu kita sadari 
adalah cahaya dari petir ini , kemudian baru bunyinya terdengar, 
fenomena ini disebab kan cepat rambat gelombang cahaya jauh lebih 
cepat dibandingkan cepat rambat gelombang bunyi.
Berikut adalah gambar sebuah bunyi :
B. Sifat Bunyi
Agar suatu bunyi dapat didengar oleh manusia, maka harus 
memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Ada benda yang bergetar (ada sumber bunyi)
2. Ada medium yang merambatkan bunyi (baik melalui zat padat, cair 
atau gas)
3. Pendengar berada dalam jangkauan sumber bunyi
4. Frekuensi bunyi termasuk ke dalam frekuensi yang dapat didengar 
oleh penerima bunyi
C. Syarat disebut Bunyi
sebab  tidak semua yang terdengar itu bisa dikatakan bunyi, maka 
dari itu untuk bisa dikategorikan bunyi harus memiliki syarat diantaranya:
1. Dikategorikan sebagai gelombang, yaitu berupa hasil getaran yang 
merambat.
2. Membutuhkan medium dalam perambatannya (tidak dapat 
merambat dalam ruang hampa).
3. Cepat rambatnya dipengaruhi oleh medium perambatannya. 
Semakin padat / rapat mediumnya maka semakin cepat perambatan 
bunyi.
4. Dapat mengalami resonansi dan pemantulan.
D. Jenis Bunyi
Cepat rambat bunyi adalah kecepatan perambatan gelombang 
bunyi yang didapatkan dari hasil bagi jarak yang ditempuh dengan waktu 
tempuh bunyi ini . Ada dua hal utama yang mempengaruhi cepat 
rambat bunyi, yaitu :
1. Kerapatan partikel medium perambatannya. Semakin rapat susunan 
medium ini  maka akan semakin cepat bunyi merambat. 
Artinya perambatan bunyi pada zat padat lebih cepat dibandingkan 
ada zat cair.
2. Suhu medium perambatannya, semakin tinggi suhu medium 
perambatannya maka akan semakin cepat bunyi merambat, 
demikian pula sebaliknya.
E. Resonansi dan Pemantulan Bunyi
Resonansi adalah ikut bergetarnya suatu benda akibat adanya 
getaran dari benda lain sebagai pemicunya. Sedangkan pemantulan 
adalah peristiwa dikembalikannya gelombang bunyi ke arah data sebab  
menabrak bidang pantul tertentu. Sama seperti prinsip pemantulan pada  gelombang lainnya. Sudut yang dibentuk antara gelombang bunyi datang 
dengan garis normal sama dengan sudut yang dibentuk oleh gelombang 
bunyi pantul dengan garis normal.
F. Macam dan Jenis Bunyi
Berikut adalah macam – macam jenis bunyi berdasar  
frekuensinya :
1. Bunyi ultrasonik
Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 
hz. Bunyi ini tidak dapat didengar oleh manusia dan hanya bisa 
didengar oleh beberapa hewan tertentu seperti kelelawar dan 
lumba-lumba. Bunyi ini sering dimanfaatkan oleh manusia untuk 
berbagai hal, contohnya seperti pengukuran kedalaman laut dan 
pemeriksaan USG pada bidang kesehatan.
2. Bunyi audiosonik
Bunyi audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya antara 20 – 
20.000 hz. Bunyi audiosonik merupakan bunyi yang dapat didengar 
oleh manusia dan banyak makhluk hidup lainnya.
3. Bunyi infrasonik
Bunyi infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya di bawah 20 hz. 
Bunyi ini tidak dapat didengar oleh manusia, beberapa hewan yang 
mempunyai kemampuan untuk mendengar bunyi ini antara lain 
anjing, laba-laba, dan jangkrik.
G. Proses Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap
Bunyi tidak datang dari kosong, pastinya bunyi akan terjadi beserta 
adanya penyebab. Ada tiga penyebab yang sempurna terjadinya bunyi, 
diantaranya :
1. Sumber daya (Sumber energi 0)
2. Benda Yang bergetar
3. Resonansi ruang (Resonator / Ruang resonator)
Adapun sumber energi yang berperan dalam kekuatan, gerakan, 
ketukan yang menyebabkan gerakan sesuatu dan getarannya. Benda 
yang bergetar seperti sesuatu yang bergetar sebab  adanya gerakan 
atau pukulan yang menyebar atau terbawa. Resonansi ruang adalah 
pusat suara dari benda yang bergetar dan itu yang membuat suara 
terdengar.
Penjelasan di atas secara otomatis mengingatkan kita terhadap 
timbulnya bunyi dari alat musik gitar, ketika kita memetik gitar 
maka gitar akan mengeluarkan bunyi dan terombang ambing melalui 
lubangnya. Adanya bunyi yang dikeluarkan oleh gitar itu termasuk pada 
3 syarat yang telah dijelaskan mengenai timbulnya bunyi, ketika memetik 
gitar atau menyentuhnya sesuai dengan (syarat pertama) sumber energi, 
dan memetik gitar untuk menggerakannya dengan benda yang bergetar 
(syarat kedua), dan lubangnya yang terombang ambing di dalamnya 
bunyi gitar sesuai dengan ruang resonansi (syarat ketiga). Dan ruang 
resonansi seperti yang telah disebutkan adanya pusat bunyi yang lembut 
dan bersatu. 
Seperti yang sudah disebutkan juga, bahwa fonetik (artikulatoris) 
mengkaji cara membentuk bunyi-bunyi bahasa. Adapun sumber 
kekuatan utama untuk membentuk bunyi bahasa yaitu udara yang keluar 
dari paru-paru. Udara ini  dihisap ke dalam paru-paru, kemudian 
dikeluarkan ketika bernafas. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui 
tenggorokan, ada yang mendapat hambatan ada yang tidak mendapat 
hambatan.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung dalam 
suatu kontinuum. Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang 
kontinuum ini  bisa dikategorisasikan berdasar  segmen tertentu. 
Walaupun demikian, ada pula bunyi yang tidak dapat dikategorikan 
menjadi segmen-segmen tertentu yang disebut bunyi suprasegmental. 
Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat dibagi menjadi :1. Bunyi segmental dan
2. Bunyi suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas 
4 macam, yakni:
1. proses keluarnya bunyi dari paru-paru,
2. proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan,
3. proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator 
dan,
4. proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau 
hidung (ladefoged, 1973:2-3).
Lalu bagaimanakah proses bunyi pada manusia serta alat ucapnya. 
Berikut adalah penjelasannya.
1. Proses terjadinya bunyi pada manusia
Berkaitan dengan bunyi (suara) manusia. Menurut Suhendra Yusuf 
(1998 : 37), bunyi bahasa dihasilkan dari tiga bagian organ tubuh 
manusia, yaitu paru-paru, pangkal tenggorok, rongga mulut dan 
hidung.
Bunyi ini bermula saat udara yang ada dalam paru-paru dihembuskan 
keluar secara kuat. Untuk menghembuskan udara itu, paru-paru 
harus menekan udara agar memalui batang tenggorok. Untuk 
dapat menghasilkan udara yang mencukupi bagi pengucapan, 
diperlukan tingkatan tekanan udara yang stabil dan tatap. Tekanan 
yang kuat dan stabil itu melibatkan otot-otot disekitar tulang rusuk 
dan diafragma (Suhendra 1998 : 37) dengan kata lain produksi 
bunyi dimulai dengan pemompaan udara dari paru-paru melalui 
batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang didalamnya ada  
pita suara. Pangkal tenggorok (laring) adalah ujung atas dari 
pangkal tenggorokan (daerah jakun). Dipangkal tenggorok ini 
ada  pita suara. Pita suara adalah dua buah tulang rawan yang 
bingkas terentang melintang di depan laring. Kedua pita suara itu 
dapat terentang atau menempel kedinding tenggorok. Rentangan 
pita suara diatur oleh otot atas perintah saraf motorik (Jonathan 
Rutland 1990 : 15).
Ketika udara yang dihembuskan dari paru-paru itu melewati daerah 
pita suara, pita suara dalam keadaan agak menutup (menyempitkan 
celah) sehingga udara tadi melewati ruang yang sempit. Diruang 
sempit inilah terjadinya benturan antar molekul udara yang 
menyebabkan terjadinya getaran. Getaran ini yang kemudian 
menjadi bunyi. Pada tahap selanjutnya udara (bunyi) tadi keluar 
lewat mulut atau lewat hidung.
Berikut adalah sebuah gambar pita suara :
 
Pita suara adalah bagian putih pada gambar di atas. Celah yang 
ada  anatara pita suara disebut glotis. Pita suara ini bertugas 
mengatur hembusan udara dari paru-paru agar menghasilkan bunyi 
dalam tingkat sonoransi yang berbeda-beda. Di pita suara inilah 
berubahnya udara menjadi bunyi.
Bunyi yang dihasilkan pita suara masih berupa bunyi murni. Belum 
bisa ditentukan jenisnya. Bunyi itu akan jelas dan dapat ditentukan 
jenisnya, jika sudah keluar dari mulut. Bunyi /a/, /i/, /u/, /o/, 
dsb baru bisa diidentifikasi bila bunyi itu sudah keluar dari mulut 
manusia. Mengapa demikian? Apa penyebabnya?
Untuk menjelaskan penyebab bervariasinya bunyi yang keluar dari 
mulut, kita harus melihat bunyi itu dari berbagai sisi yang berkenaan 
dengan rongga mulut dan rongga hidung (alat ucap).
2. Alat ucap
Yang dimaksud alat ucap adalah organ bagian atas dari pangkal 
tenggorok yang merupakan ruang akustik atau filter bunyi yang 
digetarkan (telah dihasilkan) oleh pita suara (Suhendra 1998 : 40) 
ataua bagian tubuh yang ikut menentukan baik secara langsung atau 
tidak langsung bervariasinya bunyi bahasa. Secara umum alat ucap 
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Gambar Alat Ucap
a. Exo-labial = bibir bagian luar 
b. Endo-labial = bibir bagian dalam 
c. Dental = gigi
d. Alveolar = gusi
e. Past-alveolar = bagian atas gusi
f. Pre-palatal = langit-langit keras bagian depan 
g. Palatal = langit-langit keras
h. Velar = langit-langit keras
i. Uvular = anak tekak
j. Pharyngeal = rongga kerongkongan
k. Glottal = pangkal tenggorok
l. Epiglottal = epiglotis
m. Radical = akar lidah
n. Dorsum = pangkal lidah
o. Medium = tengah lidah
p. Lamina = daun lidah
q. Apek = ujung lidah
r. Endo laminal = bawah lidah
H. Perbedaan Suara pada Manusia
Suara yang diucapkan oleh manusia bervariasi antara mereka 
dan derajat lapisannya. Hal ini sebab  mereka memiliki kemampuan 
lapisan pengaturan suara yang bervariasi antara satu sama lain. Hal ini 
memungkinkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan tingkat getaran 
vibrator vokal masing-masing dengan meningkatkan atau mengurangi 
stres, sebab  jika tegangan meningkat maka getaran meningkat dan jika 
getaran meningkat maka lapisan atau derajat suarapun meningkat. Jika 
ketegangan berkurang, getaran ikut menurun dengan lapisan suara dan 
derajatnya pun menurun. Kemampuan manusia untuk menyesuaikan 
lapisan suara dipengaruhi keadaan anatomi akustik yang sangat berbeda 
antara wanita dan pria dan antara anak- anak dengan orang dewasa. 
Perhatikan bahwa vokal pada anak-anak dan wanita lebih pendek 
dan lebih kecil dari pada orang vokal orang dewasa dan pria yang 
mengarah ke peningkatan kecepatan tegangan dan frekuensi getaran 
keduanya. 
I. Bunyi dan Bahasa
Bahasa yang pertama kali muncul itu berupa bunyi-bunyi. 
Bentuk tertulis representasi dari satu-satunya bahasa lisan. Bahasa 
Pada dasarnya bagian dalam proses akuisisi bahasa pada anak-anak, di 
mana diketahui bahwa hal pertama yang anak peroleh dari lingkungan 
sekitar itu adalah suara yang hakikatnya terdengar dan terulang.
1. Definisi bahasa
Menurut KBBI bahasa merupakan sistem bunyi yang arbitrer, 
yang dipakai  oleh suatu warga  untuk berkomunikasi, 
berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri.
Menurut Kridalaksana (1993: 21) bahasa merupakan sistem 
lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu warga  
untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Sudaryono menyatakan bahwa bahasa ialah sarana komunikasi 
yang sangat efektif walaupun tidak sempurna., sehingga 
ketidaksempurnaan bahasa dalam berkomunikasi dapat menjadi 
salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman bagi pendengarnya.
Dalam bahasa Arab bahasa disebut lughah )اللغة( kata lughah 
berupa nomina yang diturunkan dari sebuah akar. Dalam bahasa 
arab, ada tiga kata ynag bisa diterjemahkan “bahasa” yaitu kalam, 
lisan , dan lughah. Oleh para linguis arab, lughah disamakan dengan 
langange; lisan dengan langue dan kalam dengan parole.
Bahasa terdengar dan dikeluarkan oleh mereka melalui 
pengucapan untuk menjelaskan situasi mereka sendiri melalui 
gerakan-gerakan tertentu, mengungkapkan sesuatu ketika berbicara 
dan diperbarui oleh toti irama ketika didengarkan oleh pendengar.
Jelas keberadaan ilmiah dari tiga kondisi suara, sumber energi, 
tubuh bergetar dan ruang resonansi. 
Sumber energi adalah paru-paru, yang mengalir dari udara 
menuju laring. Tubuh yang bergetar diwakili oleh vokal di 
tenggorokan, telinga bergetar ketika udara mengenai paru-paru. 
Ruang cincin adalah rongga cincin, rongga mulut dan rongga 
hidung, yang bergetar dan keluar dari suara getaran.
Bunyi yang diucapkan oleh setiap manusia berbeda antara 
satu sama lain dari tingkat dan lapisan sebab  kemampuan mereka 
untuk menyesuaikan lapisan audio yang berbeda dari orang lain. 
Sesuai dengan penjelsan sebelumnya kemampuan untuk 
menyesuaikan lapisan suara bervariasi dari orang ke orang, seperti 
perbedaan antara suara penyanyi atau pembaca. Misalnya penyanyi 
dan pembaca itu lebih indah daripada yang lain., sebab  kemampuan 
mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan udara yang naik dari 
paru-paru dan mampu menyesuaikan serta mengarahkannya ke 
warna suara tertentu atau kelas suara tertentu.
Dalam proses pemerolehan bahasa pada anak-anak, dicatat 
bahwa hal pertama yang dinilai anak dari lingkungannya adalah 
suara yang ia tiru dan ia ulang, setelah itu barulah mereka 
belajar menulis hanya setelah mereka mereka memasuki jenjang 
pendidikan (sekolah). Manusia, dalam berbagai bahasa, lingkungan 
dan budaya, belajar berbicara sebelum menulis. Ahli Sejarah telah 
mengungkapkan bahwa penulisan ada beberapa ribu tahun setelah 
adanya berbicara, sementara referensi ke akar manusia dan mayoritas 
bahasa yang dipakai  di dunia belum ditulis. warga  primitif 
memiliki bahasa yang tidak tertulis tetapi dapat berkomunikasi 
dengan bahasa tulisan yang belum diketahui. Fakta ini dikonfirmasi 
oleh para buta huruf yang tinggal di desa dan daerah pedesaan, 
mereka menjalani hidup dalam bahasa lisan tanpa memakai  
bahasa tertulis. Selain itu, ada banyak fenomena linguistik yang 
menegaskan bahwa bunyi adalah dasar dari bahasa, termasuk apa 
yang disebut fenomena fonetis yang mendefinisikan arti kata atau 
kalimat dengan pelafalan. 
Ungkapan «(kepala sekolah baru)» menyiratkan kesan bahwa 
kepala sekolah itu baru dan bisa juga menyiratkan bahwa sekolah 
itu baru. Itu sebab  kata baru bisa menjadi deskripsi sekolah. Lalu 
bagaimana mendefinisikan arti dari frasa ini? Arti kata ini  harus 
ditentukan dengan cara yang diucapkan: Jika setelah kata kepala kita 
berhenti (jeda) berarti kata baru itu menjelaskan bahwa sekolah itu 
baru namun jika kata setelah kata sekolah tidak ada berhenti maka 
kata baru menjelaskan bahwa kepala sekolah itu baru, dan semua 
itu dapat jelas arti dan maksudnya memalui pengucapan.
Contoh lain dalam kalimat “Ahmad Najihun (ahmad berhasil)” 
ada  maknanya. Jika diucapkan dengan nada yang rendah 
membenarkan bahwa berita ahmad berhasil itu benar. Namun jika 
kalimatnya diucapakan dengan nada tinggi, dapat dipahami arti 
sebaliknya bahwa ahmad tidak berhasil. 
Dan semua hal di atas adalah bukti bahwa suara atau bunyi 
adalah dasar dari bahasa, dan mungkin inilah yang mendorong Ibnu 
Jinni (1956 : 1052) yang merupakan ahli bahasa Arab memberikan 
definisi bahasa sebagai berikut :
رب اصوات يع�هب� هض ا لك قوم عن أعرا�م
“Bahasa adalah bunyi-bunyi yang diucapkan oleh setiap kelompok warga  
untuk menyampaikan maksud mereka” 
Definisi yang disampaikan Ibnu Jinni mengandung beberapa 
kata kunci yang dapat mengungkap tentang hakikat bahasa. Al￾Rajihi memberikan penjelasan dari unsur-unsur yang ada  
dalam definisi ini  sebagi berikut:
Pertama, bahwa Ibnu Jinni membatasi bahasa hanya beruapa 
ashwat (bunyi), dengan demikian tulisan itu keluar dari definisi ini, 
dan ini menunjukan bahawa ulama Arab hanya mempelajari bahasa 
lisan yang didasarkan pada bunyi-bunyi.
Kedua, bahwa bahasa mempunyai fungsi yaitu untuk ta’bir 
(mengungkapkan) atau mengkomunikasikan apa yang ada  
dalam hati kepada orang lain.
Ketiga, bahwa ungkapan kaum menunjukan bahwa bahasa 
dipakai  oleh warga  atau bahasa merupakan fenomena yang 
terjadi dalam sebuah kelompok warga .
Keempat, bahwa bahasa itu merupakan alat untuk ta’bir dari 
aghradl artinya bahwa bahasa itu tidak hanya berupa bunyi dan 
bukan juga sekedar ta’bir tentang apa saja, tetapi yang diungkapkan 
tentang aghradl dan kata aghradh diterjemahkan dikalangan linguis 
modern dengan berfikir aktif dengan akal pikiran
2. Fungsi Bahasa 
Sebagai sebuah lambang uang memiliki makna, tentunya 
bahasa mempunyai fungsi. Menurut Yakub (1985 : 21-26) diantara 
fungsi bahasa :
a. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan 
interaksi. 
b. Bahasa sebagai alat untuk meningkatkan pola pikir 
(kecerdasan).
c. Bahasa berfungsi sebagai pemerkuat rasa nasionalisme dan 
patriotisme.
d. Dengan bahasa rasa persaudaraan akan terjalin, terutama 
ketika kita berada di daerah yang tidak memakai  bahasa 
ibu kita.
J. Pembicara Audio
Apakah setiap suara yang diucapkan oleh manusia itu dikatakan 
sebagai bahasa? Tidak, tentu saja. sebab  suara hanyalah hasil dari proses 
getaran bantuan udara tanpa membawa makna, yang berarti bahwa tidak 
mengungkapkan makna apa-apa dan sebab  itu tidak dapat dianggap 
sebagai bahasa, sebab  bahasa dalam kata-kata Ibnu Jinni (1956: 1052) 
“Suara menerangkan semua orang untuk tujuan mereka sendiri”, yaitu 
bahasa adalah suara yang mengekspresikan makna. 
Bunyi bahasa (linguistik) adalah efek suara dari pelafalan pada situasi 
mereka sendiri dan melalui gerakan khusus mereka mengekspresikan 
sesuatu ketika berbicara dan memberikan dampak tertentu ketika 
didengar. Ini berarti bahwa suara berasal dari proses pengucapan 
tertentu untuk memberikan efek yang dapat didengar dalam bentuk 
getaran vokal yang mencapai telinga pendengar dengan makna tertentu 
dan akan memberikan efek tertentu setelah didengar. 
Bunyi ( bahasa ) linguistik ini memiliki tiga aspek, termasuk 
interkoneksi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
1. Selain versi audio (produktif) atau dengan Natiq 
(artikulatoris) atau fisiologis yang berkaitan dengan proses 
pengucapan suara oleh pembicara, terjadi proses berbicara dan 
anggota gerak.
2. Selain suara, ada juga penyebaran transmisi udara atau dengan 
akustik yang berkaitan dengan proses suara tersebar di udara 
dalam bentuk getaran setelah meninggalkan mulut pembicara 
dan sebelum mencapai telinga pendengar. 
3. Sisi vokal (reseptif) atau sisi pendengaran terhubung ke proses 
fisiologis ketika pendengar menerima suara, berhubungan 
dengan proses mental ketika pendengar memahami suara dan 
terjadi pada efek yang sama.
Masing-masing dari ketiga aspek bunyi linguistik ini ditangani 
oleh cabang fonologi yang independen. Aspek pertama ditangani oleh 
fonologi logis (fonetik fisiologis), yang kedua oleh akustik (fonetik 
akustik) , dan yang ketiga oleh fonologi akustik (fonetik auditoris). 
Suara linguistik dalam tiga aspeknya melalui proses linguistik dalam 
lima tahap :
1. Tahap mental, proses mental dilakukan dalam pikiran pembicara 
sebelum mengeluarkan suara.
2. Fase fisiologis, di mana proses fisik terjadi ketika pembicara 
membuat perangkat bicara dalam situasi tertentu atau mendorong 
mereka dengan cara tertentu untuk mengeluarkan suara. 
3. Tahap fisik akustik, di mana proses suara akan menyebar di udara 
setelah meninggalkan pembicara dan menjauhinya. 
4. Tahap pendengaran fisiologis, di mana proses fisik dilakukan dalam 
pendengaran pendengar ketika suara sampai. 
5. Tahap psikologis di mana proses phantom diikuti oleh respons 
khusus terhadap pendengar ketika ia menerima suara dan 
memahami maknanya.








Pengertian Organ Bicara
Alat ucap adalah istilah yang merujuk pada perangkat manusia 
yang ada  diantara dua bibir dan dua paru-paru yang berkontribusi 
sehingga menyebabkan terbentuknya suara. Alat ucap mencakup dari 
organ bicara yaitu, orga-organ yang menyertai secara langsung dalam 
proses pengeluaran suara. Alat ucap dan organnya ada  juga pada 
kepala, punduk, dan dada. Para ahli bahasa telah membatasi bahwa alat 
ucap dibatasi oleh apa yang ada  antara dua bibir pada kepala dan 
paru-paru di dada.
Alat ucap dan organ-organnya merupakan salah satu bahsan 
pelajaran yang sangat penting, dimana ia merupakan sumber keluarnya 
suara linguistic atau satu titik dimana suara itu terbentuk dan disebut 
ucapan. Pengucapan itu membutuhkan tempat yang khusus dari 
organ-organ bicara atau dengan cara menggerakan organ bicara dan 
mengaktifkannya dengan cara yang telah ditentukan.
Perbedaan dari cara menggunaka organ bicara atau perbedaan 
tempat menyebabkan perbedaan pada keluarnya suara dan sifat-sifatnya, 
dan dissna ada perbedaan-perbedaan suara linguistic dan bagian￾bagiannya.
Kamal Basyar (133-132:2000 M), telah menjlaskan bahwasanya ada 
bebrapa poin yang dapt dipakai  untuk mendeteksi hal apa saja yang 
mengeni organ bicara yaitu :
1. Penamaan organ bicara bersifat majas. Organ bicara tidak 
mengeluarkan bunyi perkataan melainkan ia memilik fungsi lain 
yang juga sangat penting. Umpamanya lidah, fungsi lidah yang 
lainnya yaitu merasakan dan menggerakan makanan dan gigi 
memiliki fungsi lain yaitu mengigigit dan mengunyah, hidung 
untuk menghidu dan bernafas,begitu juga dengan paru-paru. 
Mengeluarkan suara merupakan satu dari banyaknya fungsi￾fungsi yang dilakukan oleh organ bicara ini. Alat ucap sebenarnya 
diciptakan untuk manusia agar dipakai  dengan sekehendak 
manusia itu sendiri, maka penamaan ini bukan hanya ekspansi dan 
metafora.
2. Organ bicara terdiri dari organ-organ yang tidak banya, tapi mereka 
saling menyempurnakan. Ia merupakan sistem yang memiliki 
tingkat presisi dan disiplin yang tinggi. Bunyi menjelaskan secara 
spesifik mengenai segala hal, seperti ‘ba’ misalnya, sebab  ‘ba’ 
itu merupakan suara yang timbul dari bibir, dan bibir ini sendiri 
yang menjadi paa suara ini dengan karakteristiknya. Maka ketika 
dikeluarkan huruf ‘ba’, maka udara akan berhenti oleh terkatupnya 
bibir dan kemudian dengan cepat. Pita suara cenderung bergetar 
dengan cara tertentu dengan demikian bunyi digambarkan sebagi 
stabil eksplosif lisani luar biasa.
3. Tidak semua organ bicara itu bergerak atau menerima pergerakan, 
kebanyakan organ bicara itu tetap (tidak bergerak) atau sedikit 
pergerakannya.
4. Alat ucap terhadap organ bicara dan struktur dasarnya itu sama 
bagi setiap manusia tidak berbeda dari satu dan yang lainnya atau 
dari satu golongan dengan golongan lainnya. Alat ucap terbagi 
berdasar  sifatnya pada organ yang bergerak dan organ yang 
tidak bergerak. Organ yang bergerak yaitu, bibir, lidah, langit-langit 
lunak, anak lidah, dan pipa suara yang ada didalam tenggorokan. 
Adapun organ yang tidak bergerak yaitu, gigi, gusi, dan langit-langit 
keras.
Alat ucap ditinjau dari segi penempatannya terbagi kepada : 
supraglottal/ di atas kerongkongan, glottal/dalam kerongkongan, 
subglottal/di bawah kerongkongan. Dan di bawah ini merupakan 
gambar yang menjelaskan tentang alat ucap dan organ bicara : 
Alat Ucap dan Organ Bicara
Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam alat ucap dan organ 
bicara. Diantaranya : paru-paru, pipa udara, tenggorokan, rongga di atas 
kerongkongan, lidah, langit-langit mulut, gigi dan bibir.
1. Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang bersifat elastis yang dapat 
berkembang dan mengempis . Organ ini terdiri dari penampung 
udara, saluran udara, dan pembuluh darah. Paru-paru yang terdiri 
dari bagian kiri dan kanan dihubungkan dengan saluran udara oleh 
dua cabang penyalur udara. Pengembangan dan pengempisan 
paru-paru terjadi akibat tekanan yang dilakukan oleh rongga dada 
dan sekat rongga dada secara serempak.14
Gerakan paru-paru ini terjadi sesuai dengan perimbangan 
temperatur udara di dalam rongga dada dengan temperatur udara 
di luar tubuh manusia. Apabila temperatur didalam paru lebih 
tinggi dari temperatur diluar tubuh manusia maka pengeluaran 
udara atau pengembusan napas akan terjadi leluasa.Sebaliknya, 
apabila temperatur udara udara diluar tubuh manusia lebih tinggi 
dari temperatur didalam rongga dadanya maka pengeluaran udara 
atau penghirupan udara atau penarikan napas.
Oleh sebab  itu, di dalam ruangan yang sempit dan penuh 
sesak dengan manusia, akan terasa sulit bernapas sebab  temperatur 
diluar sudah lebih tinggi dari dalam dada,sehingga paru-paru yang 
ingin mengeluarkan udara yang ada didalamnya akan mendapat 
penolakan dari luar.
Dalam berbicara udara yang berasal dan keluar dari paru-paru 
mutlak sangat diperlukan, mengingat bahwa bunyi bahasa negara kita  
dan bahasa Arab tidak ada yang memakai  udara yang berasal 
dari luar, tetapi semua memakai  udara yang keluar dari paru￾paru. Tempo yang dipakai  dalam penarikan dan penghembusan 
napas adalah sama ketika tidur atau istirahat, sedangkan saat lelah 
dan sakit tempo untuk menarik napas tampak lebih panjang.
Paru-paru umpama dua bentuk kerucut yang didalamnya ada 
pergantian oksigen yang bertukar dengan keluarnya karbondioksida. 
Dan cara menggerakan kedua paru yaitu dengan cara ditekan dan 
dikontrol oleh diafragma dan torks.
2. Pipa Udara
Pipa udara merupakan tabung yang terbuat dari tulang rawan 
dalam bentuk cincin yang tidak sempurna, yang terhubung satu 
sama lain melalui selaput lender. Diameter pipa yaitu, 2 cm dan 
2,5 cm panjangnya sekitar 11cm dan dibagi menjadi dua cabang, 
masing-masing cabang menuju paru-paru (kanan kiri)
3. Tenggorokan 
Tenggorokan adalah adalah sebuah rongga yang terletak 
di antara kerongkongan dengan mulut yang bentuknya mirip 
dengan pipa. Apabila pangkal lidah mundur dan menekan dinding 
tenggorokan maka rongga tengorokan ini  menjadi menyempit, 
sehingga memperngaruhi arus udara yang datang dari paru-paru. 
Tenggorokan ini merupakan makhraj dari beberapa bunyi Arab, 
seperti (‘Ain-Ha), dalam ilmu tajwid huruf-huruf ini  disebut 
huruf halaqiah (bunyi-bunyi tenggorokan).Tenggorokan juga 
merupakan kotak kartilago yang terletak pada pipa atas dan terdiri 
dari tiga kartilago, yaitu :
a. Tiroid, kurang membulat dari belakang, dan lebar menonjol 
dari depan. Bagian yang paling menonjol itu disebut jakun, ia 
lebih menonjol pada pria disbanding wanita.
b. Krikoid, bentuk cincin dan merupakan satu-satunya cincin 
lengkap di seluruh saluran pernafasan. Bagian posterior lebih 
tinggi dari pada bagian anterior dari cincin. 
c. Aritenoid, ini merupakan dua buah di atas tulang rawan kedua 
dari belakang dan dapat meluncur kebawah, dan memutar 
dalam posisi berbeda. 
Ketiga aspek ini, ada  di tenggorokan pita suara. 
Tenggorokan dan pita suara sebenarnya adalah dua batang dari 
otot yang terhubung menjadi suatu tekstur. Keduanya memanjang 
secara horizontal dari belakang ke depan, dimana mereka bertemu 
mereka terhubung ke jaringan luar melalui jaringan hierarkis yang 
disebut jakun, keduanya dipenuhi oleh gerakan horizontal.
Dan diantara pita suara ada  fakum atau slot yang disebut 
dengan glottis.dan pembukaan glottis menyebr dan berkontraksi 
dalam proporsi berbeda dengan bunyi. Maka dari itu ketegangan 
pita dan kesiapan mereka bergetar, maka setiap bertambahnya 
tegangan akan bertambah pula tegangan dikali kedua. Maka dari itu 
berbedalah tingkatan bunyi.
Glottis mempunyai tutup yang dinamakan corong, dan fungsi 
aslinya biasanya disebut katup, yang melindungi jalan pernafasan 
ketika menelan (Anis, 19:1999)
Kedua pita suara bergetar melalui diafragma dan konstriksi. 
Ketika dua falps meninggalkan celah atau flute yang disebut  glottis. pemakaian  pita suara dan penyempitannya disebut getaran 
pembuangan yang akan mengikutinya pembuangan yang setara 
dengan satu getaran yang sama.
Frekuensi getaran di kali kedua disebut frekuensi bunyi. Maka 
ketika dikatakan bahwasannya bunyi itu memiliki 141 derajat, 
maksudnya bahwa pita suara bergetar 141 kali di kali kedua ketika 
menyuarakan bunyi ini  ( Muslih, 33: 2011 M ).
Pita suara memiliki tiga situasi yang masing-masing 
menghasilkan berbagai jenis suara yaitu :
a. Kondisi renggang ( pembukaan laring ). Pita suara dalam kedaan 
menjauh, udara masuk ke paru-paru melalui tenggorokan 
tanpa adanya halangan, dalam hal ini disebut tidak bersuara 
 Atau p,f,t,s,c,sy,k,h dalam .ه,ح,ق,خ,ك,ش,ص,ط,ت,ف,ث seperti
bahasa negara kita .
b. Kondisi bergetar, pita suara berada dalam keadaan bergetar 
dan pita dalam keadaan ini tidak terkatup dan udara dari 
dua paru-paru akan dibuka dan ditutup oleh glottis dengan 
mudah. Maka dalam keadaan ini disebut bersuara seperti 
 Atau n,l,z,d,v,w,m,b,g,j,r dalam .ع,غ,ج,ر,ن,ل,ز,د,ض,ظ,ذ,و,م,ب,
bahasa negara kita .
c. Kondisi rapat, pita suara tertutup, udara dari paru-paru tidak 
bisa keluar kecuali apabila ditekan dengan kuat, maka dalam 
keadaan ini disebut tekanan kuat, suara keras, seperti hamzah 
dalam bahasa Arab dan k dalam bahasa negara kita  dan Inggris
Rongga di atas Kerongkongan
Ini merupakan titik dering yang menguatkan bunyi setelah 
melewati pita suara di tenggorokan. Dan rongga yang terletak di 
atas tenggorokan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Rongga Hidung
b. Rongga Mulut
c. Rongga Tenggorokan
Lidah
Lidah merupakan organ yang paling penting dalam 
pengucapan bunyi. Lidah merupakan organ yang fleksibel yang 
paling banyak di dalam mulut.Ia terdiri dari sejumlah besar otot 
yang memungkinkannya untuk bergerak, menyusut, merenggang, 
dan memelintir ke setiap arah. Fleksibilitas lidah menjadi titik focus 
untuk mengeluarkan sebagian besar suara linguistic ketika bertemu 
dengan organ manapun. Lidah memiliki lima unsur yaitu :
a. Ujung lidah
b. Pinggir lidah
c. Tengah lidah
d. Pangkal lidah
e. Akar lidah 
Kelima bagian dari lidah ini seperti organ bicara lainnya yang 
bergerak ketika mengucapkan sebagian besar suara.
Table berikut ini menunjukan suara yang masing – masing 
saling mengikuti dan ditunjukan tiga bagian di bawah ini:
Catatan: ada beberapa bunyi yang tidak menyertakan lidah 
dalam pembentukannya secara langsung, yaitu: dua huruf yang 
timbul dari bibir (ب,م) , dan suara yang timbul dari gigi dan bibir 
bawah (ف), dan suara tenggorokan (.)ء,ه
. Langit langit mulut
Langit langit mulut yaitu bagian yang setara dengan lidah dan 
terkait dengannya dalam situasi tertentu dalam menghasilkan bunyi 
tertentu. Langit-langit termasuk organ yang pasif, kecuali langit￾langit lunak yang bisa bergerak mundur ke belakang dan bekerja 
sama dengan tekak untuk membuka dan menutup saluran udara 
ke hidung. 

a. Gusi
b. Langit-langit keras 
c. Langit-langit lunak 
d. Anak lidah / tekak, yaitu bagian terakhir dari langit langit 
mulut, ia bergerak ketika bertemu dengan dinding tenggorokan 
yang menyempurnakan pemblokiran rongga helum, maka 
keluarlah semua udara dari paru-paru melalui mulut. Dan 
ketika suara itu jatuh, biarkan udara melewati rogga hidung itu 
menyebabkan keluarnya suara yang bersumber dari hidung.
Empat bagian dari langit-langit mulut ini ialah organ bicara 
yang tetap yang saling membantu dengan organ bicara yang lain 
dalam pembentukan suara, seperti yang sudah dijelaskan dalam 
tabel di bawah ini
No Bagian palate Organ yang 
berkontribusi
Suara-suara yang 
timbul
ز,ث,ص,ر 1 Gusi Ujung lidah
ت,د,ط,ض,ل,ن Ujung lidah & gigi
2 Langit-langit 
keras Pinggir lidah ش,خ
Tengah lidah ي
3 Langit-langit 
ك,غ,خ,و lunak Pangkal lidah
4 Anak lidah Pangkal lidah ق
7. Gigi
Gigi yaitu gigi atas yang merupakan organ bicara yang tetap. 
Dan gigi bawah merupakan organ bicara yang bergerak, setiap dari 
keduanya memiliki tugas yang penting dalam pembentukan suara 
atau bunyi. Fungsi gigi sebagai organ bicara sangat jelas sebab  
merupakan penghambat udara yang datang dari paru-paru,sehingga 
tidak keluar secara serentak dari rongga mulut.
Maka suara tidak akan ada hanya dengan satu organ saja dari 
organ-organ yang lainnya, melainkan saling membantu dengan 
organ bicara yang lain. Tabel di bawah ini menunjukan kontribusi 
antara gigi dan bunyi. 
No. Jenis Gigi Organ yang saling 
Berkontribusi
Suara yang 
Dibentuk
1 Gigi Atas Bibir bawah ف
2 Gigi atas & 
ث, ذ, ظ bawah Ujung lidah
ت, د, ط, ض, ل, ن 3 Gigi Ujung lidah dan gusi
8. Bibir
Merupakan organ bicara yang dapat bergerak ke setiap arah dan 
memiliki situasi berbeda-beda ketika berbicara. Maka ketika bibir 
merapat udara tidak mungkin keluar kemudian udara dilepaskan 
secara sekaligus dan udara bertiup keluar melalui bibir, menghasilkan 
suara yang eksplosif seperti halnya ketika mengucapkan huruf ب. 
Dan melingkar ketika dalam keadaan pengucapan dhomah, maka 
yang lainnya terbuka dengan besar ketika mengucapkan fathah dan 
kasroh.
Bibir telah menjadi tempat keluarnya beberapa suara sebab  
keduanya secara langsung berkontribusi dalam pembentukan 
suara yang bersumber dari bibir yaitu ب danم . Kadang keduanya 
bergerak mengambil bentuk dan situasi tertentu yang menjadikan 
pembentukan sebagian suara seperti membulat ketika mengucapkan 
wawu dan dhommah, dan terbuka ketika mengucapkan fathah dan 
kasroh.
Tabel dibawah ini menjelaskan pergerakan bibir dan keadaan 
bibir dengan suara yang kemudian terbentuk 
Pembentukan Bunyi Bahasa
Pembentukan bunyi bahasa terjadi melalui 4 tahapan utama yaitu 
sebagai berikut:
1. Proses Pembentukan (initiation)
Proses pembentukan ini di sebut juga dengan proses arus 
udara(air stream mechanism), proses ini terjadi dengan memasukkan 
udara keparu-paru sebagai akibat pembesaran rongga dada dan 
turunya sekat rongga dada sehingga mengakibatkan paru-paru 
mengembang dan udara dari luar masuk kedalam paru-paru.15
Setalah paru-paru penuh dengan udara, posisi rongga dada 
dan sekat rongga dada kembali dengan teratur pada posisi semula 
yang mengakibatkan udara di dalamnya tertekan, keluar sedikit 
demi sedikit sesuai tekanan yang dibuat.
Proses keluarnya udara dari paru-paru inilah yang di anggap 
sebagai proses pembentukan bunyi bahasa, mengingat sebab  
kebanyakan bunyi bahasa di dunia (termasuk negara kita  dan Arab) 
terjadi dengan udara yang keluar dari paru-paru (eksplosif), walapun 
ada beberapa bahasa, seperti bahasa Zolo di Afrika Selatan, Jawa, 
dan Melayu di negara kita  yang memakai  udara yang masuk dari 
luar (implosif) sebagai pembentukan beberapa bunyi bahasanya, di 
samping udara yang keluar dari paru-paru.
Diantara makhraj bunyi implosif ada  di daerah langit￾langit keras dan lunak serta di daerah kerongkongan yang dapat 
mengeluarkan bunyi yang mirip dengan d, b, k, ts . Sudan disebut 
dengan istilah bahasa Taktakah sedangkan di Afrika Selatan disebut 
dengan Click.
Tampaknya tidak ada satu bunyi pun yang keluar dengan cara 
seperti ini yang dapat dipakai  dalam membaca Alquran.Oleh 
sebab  itu, ulama tajwid sangat konsisten agar dalam membaca 
Alquran sifat-sifat bunyi harus diperhatikan dan tidak diperkenalkan 
mengambil napas .Kemungkinan hal ini pula yang membuat ahli 
tajwid menyebutakn bahwa kata “ hawa” dengan maksud udara 
yang keluar dari paru-paru, bukan yang ke paru-paru.
2. Proses pembunyian (phonation)
Proses pembunyian ini terjadi di daerah kerongkongan , organ 
bicaranya yang paling utama adalah dua buah pita suara. Jenis 
pembunyian yang terjadi berbeda-beda sesuai dengan kondisi pita 
suara dalam menghadapi udara yang datang dari paru-paru.
Seperti diketahui bahwa paling tidak ada  empat kondisi 
pita suara dalam menghadapi udara yang datang dari paru-paru, 
yaitu
a. Kondisi rapat (tertutup), yang menghasilkan bunyi letupan.
b. Kondisi bersentuhan, yang menghasilkan bunyi bersuara.
c. Kondisi berjauhan, yang menghasilkan bunyi tidak bersuara.
d. Kondisi berdekatan , yang menghasilkan bunyi bisikan. 
Sedangkan kondisi terbuka lebar adalah kondisi untuk 
bernapas biasa.
Perbedaan antara pengeluaran udara dari paru-paru untuk 
tujuan bicara dengan pengeluaran udara dari paru-paru untuk 
tujuan istirahat/diam.
Proses nasalisasi (Oro Nasal)
Lewat proses inilah ditentukan apakah suatu bunyi tergolong 
bunyi mulut murni atau bunyi hidung termasuk salah satu unsurnya.
Apabila langit-langit lunak atau anak lidah (tekak)menutup saluran 
yang mengarah ke rongga hidung, maka bunyi yang akan terjadi 
adalah mulut murni, seperti bunyi( ha, kha, kaf, jim, ta, sin, tsa, ta) 
dalam bahasa Arab dan seperti bunyi b, t, s, j, h, d dalam bahasa 
negara kita .
Apabila langit-langit lunak atau anak lidah tidak menutup 
lubang rongga hidung, maka bunyi yang terjadi akan menjadi bunyi 
hidung, seperti bunyi (mim-nun) dalam bahasa Arab dan bunyi ng 
dan ny dalam bahasa negara kita .
Apabila sebagian udara keluar dari rongga mulut dan sebagian 
keluar dari rongga hidung , maka akan menjadi bunyi dengung 
(ghunnah) seperti bunyi paduan dari nun dan ya pada kalimat : من
 يعم
Proses artikulasi (articulation)
Setelah udara yang keluar dari paru-paru mengambil bentuknya 
di kerongkongan ,kemudian menetukan arahnya ,apakah akan 
keluar dari rongga hidung atau semi, udara ini  meneruskan 
prosenya kepada prosesartikulasi final, sesuai dengna bentuk dan 
sifat dari bunyi yang akan dituturkan.
Proses ini terjadi dengan kerja sama antara organ bicara aktif 
dengan organ bicara pasif. Termasuk organ bicara aktif adalah bibir 
bawah, lidah, tekak dan tenggorokan, sedangkan yang termasuk 
organ bicara pasif adalah belahan mulut atas termasuk gigi atas, 
gusi, langit-langit keras.
Dalam proses ini peran organ bicara yang ada  di rongga 
mulut sangat signifikan dalm menetukan corak bunyi yang akan 
dihasilkan .Apabila organ bicara menghadapi menghadapi udara 
yang datang dari paru-paru ini  dengan hambatan yang kuat 
dan menyeluruh, maka terjadilah bunyi letupan, seperti bunyi (da, 
qof, tho, ta, ba), jika dihadapi dengan hambatan parsial ,akan terjadi 
bunyi geseran seperti bunyi( ha, ghoin, kho, shod, fa, dza, tsa).
Adapun jika dihadapi dengan hambatan akan memberi peluang 
untuk udara keluar dari tempat lain di bagian mulut , akan terjadilah 
bunyi sampingan , seperti bunyi (dhad-lam) dan seterusnya.
D. Kesimpulan
Alat ucap adalah istilah yang merujuk pada perangkat manusia 
yang ada  diantara dua bibir dan dua paru-paru yang berkontribusi 
sehingga menyebabkan terbentuknya suara. Alat ucap mencakup dari 
organ bicara yaitu, orga-organ yang menyertai secara langsung dalam 
proses pengeluaran suara. Alat ucap dan organnya ada  juga pada 
kepala, punduk, dan dada. Para ahli bahasa telah membatasi bahwa alat 
ucap dibatasi oleh apa yang ada  antara dua bibir pada kepala dan
paru-paru di dada. Alat ucap dan organ bicara :
1. Paru-paru
2. Pipa udara
3. Kerongkongan
4. Rongga di atas kerongkongan
5. Lidah
6. Langit-langit mulut
7. Gigi
8. Bibir 
Deskripsi Bunyi Bahasa Arab
Deskripsi bunyi bahasa Arab terbagi menjadi empat bagian:
1. Tempat keluar bunyi (makhraj),
2. Cara keluar udara ketika mengucapkan bunyi,
3. Keadaan vital suara ketika mengucapkan bunyi,
4. Keadaan ujung lisan ketika mengucapkan bunyi.
Menurut pendapat lain, bunyi-bunyi dalam bahasa Arab biasanya 
dibedakan berdasar  tiga patokan atau kriteria yaitu pita suara, tempat 
artikulasi, dan cara artikulasi. Dengan ketiga kriteria itu juga orang 
memberi nama akan bunyi itu.
1. Deskripsi bunyi menurut tempat keluarnya
Tempat keluar dapat didefinisikan sebagai posisi dimana udara 
terperangkap atau menyempit ketika berbicara (Mahdi Muhamad 
1998:42). Contohnya dua bibir adalah tempat keluar huruf ب (ba) 
sebab  ketika mengucapkan bunyi ini kedua bibir melebur kemudian 
udara naik dari paru-paru terperangkap di belakang bibir. Bibir dan 
gigi adalah tempat keluar huruf ف (fa) sebab  ketika mengucapkan 
bunyi ini bibir bawah saling berdecatan dengan gigi atas sehingga 
sempit untuk lewatnya udara dari paru-paru.
Tempat artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang dipakai  
dalam pembentukan bunyi itu, berdasar  tempat-tempat 
artikulasinya kita mengenal, antara lain, konsonan:
a. Bilabial
b. Labiodental
c. Laminoalveolar
d. Dorsoveral
Kebanyakan para ulama berbeda pendapat tentang tempat 
keluarnya bunyi, terutama dalam bunyi bahasa Arab dalam segi 
penamaannya, jumlahnya, dan bunyi yang keluarnya. Adapun dari 
segi penamaannya ada  beberapa nama lain di samping tempat 
keluar. Seperti penyumbatan dan tidak adanya penyempitan. Akan 
tetapi kebanyakan ulama menamainya dengan makhraj (tempat 
keluar). Dan adapun dari segi jumlah tempat keluarnya maka ulama￾ulama terdahulu berbeda ada  ada yang menyebutkan delapan 
tempat keluar ada yang menyebutkan juga empat belas dan ada juga 
yang menyebutkan enam belas tempat keluar. Adapun ulama-ulama 
kontemporer mereka menyebutnya sebelas tempat keluar adapun 
dari segi bunyi yang keluar dari segi tempat keluarnya bunyi ada  
perbedaan di kalangan ulama ahli Aswat seperti contoh bunyi yang 
keluar dari dua bibir, dan sebagian ulama berpendapat bunyi yang 
keluar dari dua bibir itu ada dua huruf. Pertama “ba” kedua “mim”, 
dan sebagian ulama juga berpendapat bahwa bunyi yang keluar dari 
dua bibir itu ada tiga, yaitu “wa, mim, ba”. Pendapat pertama adalah 
pendapat yang paling samar atau kurang ke shahihannya di banding 
dengan pendapat yang kedua. Dan ulama-ulama kontenporer 
mengutipnya dan mengikuti pendapat yang kedua. 
Jumhur ulama kontemporer berpendapat sesungguhnya 
tempat keluarnya bunyi bahasa Arab ada  sepuluh, yaitu :
a. Dua bibi
b. Bibir dan gigi
c. Di antara gigi
d. Gigi dan gusi
e. Gusi
f. Langit langit mulut yang keras
g. Piringan
h. Ketup napas
i. Tenggorokan
j. Kerongkongan
Catatan : Dari bahasan yang telah di sebutkan bahwasannya 
tempat keluar adalah anggota pelafalan yang membentuk titik 
pelafalan untuk bunyi-bunyi yang di tentukan dengan makhroj 
yang sepuluh ini kita bisa mendeskrifsikan bunyi bahasa Arab dan 
menamainya di sertai menjaga anggota pelafalan yang bergerak 
pada anggota yang tetap, sebab  melafalkan bunyi yang tertentu 
mendatangkan nilai keterkaitan atau behubungan antara anggota 
pelafalan yang bergerak atau artikulator dan yang tetap /artikulasi. 
Maka harus menjaga kedua anggota ini dan engarahkan keduanya. 
Yakni tempat keluar dalam ujung titik pertemuan antara anggota 
yang bergerak atau artikulator dan anggota yang tetap dalam rongga 
mulut (pendapat badri 1982:53) contohnya : huruf “ba” dalam 
pelafalannya melibatkan bibir bawah (anggota bergerak) dan bibir 
atas (anggota pelafalan tetap) maka bunyi ini di deskrifsikan dengan 
bunyi dua bibir. Contoh lain seperti huruf “fa” dalam pelafalannya 
melibatkan ujung lidah (anggota bergerak) kemudian gusi dan 
gigi adalah dua anggota yang tetap. Maka bunyi ini di deskrifsikan 
dengan bunyi ujung lidah, gigi dan gusi.
Berikut ini deskripsi bunyi bahasa Arab beserta sifatnya 
berdasar  tempat keluarnya di sertai dengan hal-hal yang terlibat 
dalam pelafalannya. Seperti anggota bergerak dan anggota tetap.
a. Bunyi Billabial
ada  dua bunyi “im/ba” dalam pelafalan kedua huruf 
ini  bibir bwah mengikuti bibir atas, dan di lafalkan 
keduanya dengan menutup kedua bibir lalu meletupkannya.
b. Bunyi labio-Dentals
Kelompok ini ada  satu bunyi saja yaitu “fa” dalam 
pelafalan bunyi “fa” bibir bawah mengikuti gigi atas dan di 
lafalkan huruf “fa” ini  dengan mempertemukan bibir 
bawah pada gigi atas.c. Bunyi Interdentals
Ini ada  tiga bunyi “tsa/dzal/dzho” dalam pelafalannya 
melibatkan ujung lidah, gigi bawah dan gigi atas. Dan d 
ucapkan ketiga huruf ini  dengan meletakan ujung lidah 
antara gigi bawah dan atas.
d. Bunyi Apico-dento-alveolars
Pada bunyi ini ada  enam bunyi yaitu “ta/dal/tha/dzo/
lam/nun” dalam pelafalannya melibatkan ujung lidah, gigi 
atas dan gusi. Dan di lafalkan huruf-huruf ini  dengan 
meletakan ujung lidah dalam pertemuan antara pangkal dua 
gigi atas yang besar dan gusi.
e. Bunyi Apico-alveolar
Pada bunyi ini ada  empat bunyi huruf yaitu “jay/sin/
shad/ra” dalam pelafalannya melibatkan pangkal lidah dan 
gusi dan di ucapkan huruf-huruf itu dengan meletakn ujung 
lidah di atas gusi.
f. Bunyi periferal/ujung (fronto-palatals)
Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (jim dan syin) dan 
dalam pengucapannya itu bergabung dengan ujung lidah 
(depan) dan bagian dalam mulut (langit-langit keras) dan 
ucapkanlah dengan manghubungkan ujung lidah dengan 
langit-langit keras.
g. Bunyi moderasi/tengah (centro-palatals)
Kelompok ini hanya memiliki satu bunyi yaitu (ya) dalam 
ucapannya tengah-tengah lidah mengikuti bagian dalam mulut 
dan ucapkanlah dengan mengangkat bagian tengah lidah ke 
atas bagian dalam mulut akan tetapi tidak disertai dengan 
menyentuhnya.
h. Bunyi sternum (Dorso-velars)
ada  empat bunyi yaitu, (kaf, ghin, kha, wau). Dalam 
pengucapannya pangkal lidah mengikuti (langit-langit lunak) dan ucapkanlah bunyi dengan mengangkat pangkal lidah pada 
langit-langit lunak (piringan).
i. Bunyi sternum ovular (Dorso-ovular)
Kelompok ini hanya memiliki satu bunyi yaitu (qaf). Dalam 
pengucapannya pangkal lidah mengikuti ovular (katup nafas) 
dan ucapkanlah bunyi ini dengan mengangkat pangkal lidah 
pada katup nafas.
j. Bunyi lingkaran-dering (Rooto-pharyngeals)
Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (ha dan ‘ain). 
Dalam pengucapannya akar lidah mengikuti tenggorokan dan 
ucapkanlah keduanya dengan menyempitkan tenggorokan 
dengan mendekati akar lidah dari dinding tenggorokan tanpa 
menyentuhnya.
k. Bunyi kerongkongan (Glottal)
Kelompok ini terdiri dari dua bunyi yaitu (hamzah dan ha 
besar) dalam pengucapannya anggota engucapan dalam 
kerongkongan saling mengikuti dan yang paling penting dari 
keduanya adalah dua pita suara. Ucapkanlah (hamzah) dengan 
menutupkan pita suara dalam kerongkongan dan ucapkanlah 
(ha besar) dengan menggerakan dua pita suara ini .
Berikut table mengenai sifat aswat al-a’rabiyah dan 
pembagianya sesuai tempat keluarnya beserta penjelasan bagian￾bagian pelafalannya : 
2. Sifat suara dari arah bagaimana keluarnya 
udara seperti yang diucapkan / cara artikulasi.
Bunyi konsonan menurut cara artikulasi yaitu bagaimana 
tinfakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru keluar dari 
glottis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu, dan kriteria suara 
ini terbagi sebagaimana berikut :
a. Bunyi Letupan, Hambatan
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup 
sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali 
secara tiba-tiba. Pendapat lain mengatakan bunyi letupan 
adalah bunyi yang kerika diartikulasikan mendapat hambatan 
kuat dari organ bicara dan tidak ada  arus udara, hambatan 
total, atau hambatan parsial dan distori yang terjadi terhadap 
arus udara, sehingga udara terpaksa mencari jalan keluar 
melalui rongga hidung atau melalui celah-celah di pinggir 
ب ت د ض ط ك ق ء : mulut, ada 8 suara yaitu
b. Bunyi geseran, frikatif 
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan 
dibuka berulang-ulang secara cepat. Pendapat lain mengatakan 
bunyi geseran adalah bunyi yang ketika diartikulasikan organ 
bicara tidak merapat kuat, tetapi memberikan peluang untuk 
udara agar dapat lewat dengan leluasa di areal itu, walaupun 
harus mengakibatkan terjadinya semacam getaran, ada 13 
ث ح خ ذ ز س ش ص ظ ع غ ف ه : suara yaitu
c. Bunyi Paduan
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup 
rapat kemudian dikeluarkan secara berangsur angsur. Pendapat 
lain mengatakan bahwa bunyi paduan adalah bunyi yang ketika 
diartikulasikan udara yang datang dari paru-paru mendapat 
hambatan kuat dari organ bicara, tetapi ketika organ bicara 
ini  memberikan kesempatan untuk lewatnya udara, 
hal ini  tidak terjadi secara cepat sehingga tidak terjadi 
semacam letupan, contoh bunyi “ja” ج Bunyi Samping 
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup 
sedemikian rupa sehingga udala masih bisa keluar melalui 
salah satu atau kedua sisinya, contoh huruf “Lam” ل.
d. Bunyi Nasal
 
Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat 
rongga mulut ditutup rapat tetapi arus udara dialirkan lewat 
rongga hidung, contoh huruf : “mim” م dan “nun” ن.
Catatan: Dalam pelafalan ba’ infijariyah , rongga hidung 
menutup dan udara keluar dari rongga mulut.Sedangkan pada 
pelafalan mim anfiyah, rongga hidung memancarkan udara.
e. Suara diulang atau disempurnakan (bunyi bergetar). 
Ini adalah suara yang terjadi ketika pengetatan tidak stabil 
dan diulang dengan lidah licin menyentuh gusi. Dengan kata 
lain, itu adalah suara bahwa pukulan lidah yang menusuk 
diulang ke gusi ketika mereka menyentuh gusi dalam posisi 
yang memungkinkan udara untuk lewat pada titik pertemuan. 
Dan itu adalah satu-satunya suara berulang dalam bahasa 
Arab. Bunyi yang keluar melalui getaran lidah sebagai akibat 
bersentuhannya ujung lidah dengan gigi. Dalam ilmu tajwid 
menurut bahasa, pengucapan huruf yang disertai bergetar 
secara berulang pad ujung lidah. Walau bagaimanapun, 
getaran yang dibenarkan adalah sekali saja, lebih-lebih lagi 
pada keadaan tasyid.
f. Semivokal (Syibh sha’aitah). 
Bunyi yang diucapkan seperti huruf vokal, tetapi bunyinya 
pecah seperti huruf konsonan. Hurufnya yaitu: ي .و.
 Disebut juga bunyi hampiran (aproximan) yaitu bunyi yang 
terjadi dengan cara fasif membentuk ruang yang mendekati 
posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokalnya, sempit 
untuk menghasilkan konsonan geseran, oleh sebab  itu bunyi 
yang dihasilkan biasanya semivokal menghambat aliran udara 
pada bagian tengah mulut lalu membiarkan udara ke luar lidah.
g. Suara oral )الفموية األصوات(. 
Adalah bunyi yang ketika diartikulasikan rongga hidung tidak 
berfungsi sebagai tempat keluar udara, akibat mundurnya 
langit-langit lunak dan naiknya anak lidah menutup pintu 
saluran udara dari rongga mulut ke rongga hidung, sehingga 
udara semua terpaksa keluar dari rongga mulut. Di antara 
ب – ف – ذ – د – ت – س – ج – ك konsonan oral bahasa Arab adalah
 ق –. Sedangkan dalam bahasa negara kita  antara lain adalah b, 
f, t, s, d, z, k, g.
Perbedaan suara nasal dan suara oral yaitu suara nasal atau 
sengau diproduksi dengan menutup arus udara keluar melalui 
rongga mulut, membuka jalan agar dapat keluar melalui 
hidung. Suara oral dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung 
anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi 
rongga hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar 
melalui mulut.
h. Suara oro nasal )الغنة(
Adalah bunyi yang sebagian udaranya keluar dari rongga 
mulut dan sebagian yang lain keluar dari rongga hidung.
Semua bunyi yang bukan letupan lazimnya disebut kontinuan 
(Continuante). Bunyi kontinuan meliputi beberapa jenis, yaitu 
sengau, sampingan, geseran, dan bunyi getaran (bunyi yang 
diulang-ulang).
Para ahli fonologi modern pada tiga suara terakhir ini (,م ,ل
ر ,ن) disebut «suara menengah» atau «suara interstisial» sebab  
mereka memiliki karakteristik tanpa kekerasan, intensitas, 
gesekan atau pelonggaran, atau untuk memediasi antara dua 
bagian ini, Dalam kata-kata mereka «نر لم» (Muhammad, 1998: 
46).
Cara melafalkan bunyi-bunyi menurut cara artikulasi:
1) Bunyi letupan, cara pelafalannya mulut ditutup rapat lalu 
kemudian dibuka sehingga terjadi letupan.
2) Bunyi geseran, cara pelafalannya artikulator aktif 
mendekati artikulator pasif.
3) Bunyi paduan, cara pelafalannya dengan cara ditutup 
rapat lalu kemudian diturunkan pelan-pelan sehingga 
udara dapat keluar.
4) Bunyi sampingan, cara pengucapannya udara lewat kiri 
dan kanan sebab  lidah menyentuh alveolar atau gusi atas 
sebagai artikulator pasif.
5) Bunyi getaran, cara pelafalannya artikulator aktif 
mendekati artikulator pasif dengan berulang-ulang.
6) Bunyi hampiran, cara membacanya sama seperti pada 
huruf vocal, dilepas.
3. Sifat suara dalam hal keadaan vokal dari 
vibrator vokal (pita suara).
Kriteria ketiga untuk mendeskripsikan bunyi Arab adalah 
keadaan vokal dari vibrator vokal. Dalam hal ini, suara-suara Arab 
dibagi menjadi berikut :
a. Bunyi-bunyinya mikroskopik (bunyi bersuara, hidup).
Bunyi yang menggetarkan senar vokal ketika diucapkan, yang 
berarti bahwa vibrator vokal selama suara bunyi-bunyian ini 
dalam kasus kontak dan penghindaran yang sering terjadi. 
 Semua .(ب، د، ض، ج، ذ، ز، ظ، غ، ع، م، ن، ل، ر) :Yang 13 suara adalah
suara atau gerakan ditambahkan ke suara (diam) ini.
b. Bunyi tidak bersuara. 
Suara yang tidak digetarkan dua senar yang bunyi ketika 
diucapkan, yang berarti bahwa selama pengucapan bunyi-bunyi 
ini املزمار فتحة dalam keadaan keterbukaan tidak menyatukan 
الوتران suara. Ada perbedaan di antara para ilmuwan dalam 
mengidentifikasi bunyi tidak bersuara. Para ulama dahulu 
)ت، ث، ح، خ، س، ش، ص، ف،:mengatakan bahwa mereka sepuluh
 ه ،ك yang dikumpulkan dalam kata-kata mereka «فحثه سكت
شخص.» Para ulama sekarang ditambahkan - sebagai hasil dari 
studi yang cermat di laboratorium suara- Tiga suara lainnya 
adalah: ء ،ق ،ط ,sehingga jumlahnya menjadi 13 yang dapat 
 حثَّ َ ه سكَ َت َ فَقط؟» dikumpulkan dengan kata-kata
.« ٌ أش ْخ ٌص َ
Perbedaan antara suara majhurah dan mahmusah :
1) Bunyi majhurah adalah bunyi yang menggetarkan pita 
suara, sedangkan bunyi mahmusah adalah bunyi yang 
tidak menggetarkan pita suara.
2) Bunyi majhurah adalah bunyi yang sifatnya kuat, 
sedangkan bunyi mahmusah adalah bunyi yang sifatnya 
lemah.
3) Bunyi mahmusah adalah bunyi yang tersembunyi, 
sedangkan bunyi majhurah adalah bunyi yang tidak 
tersembunyi.
4) Bunyi majhurah tidak berdesis dan nafas tertahan, 
sehingga suara terdengar lebih jelas dan bersih. 
Sedangkan bunyi mahmusah berdesis dan nafas terlepas, 
sehingga bunyi huruf terdengar agak samar. 
Untuk menguji apakah termasuk bunyi bersuara, dapat 
melakukan salah satu langkah-langkah berikut:
1) Letakkan jari di telinga, dan kemudian ucapkan suara 
yang akan diuji letaknya setelah hamzah manshubah,
، أت ْ ، أخ ْ ، أع، أغ :contohnya
ْ أب ْ . Jika gema muncul di kepala, 
bunyi itu adalah bunyi bersuara dan, jika sebaliknya 
terjadi, bunyinya adalah bunyi tidak bersuara.
2) Letakkan telapak tangan di atas dahi ketika mengucapkan 
suara atau bunyi yang dimaksud seperti cara yang di 
atas, apabila merasakan resonansi atau getaran suara di 
kepala maka itu adalah bunyi bersuara, dan bila terjadi 
sebaliknya itu adalah bunyi tidak bersuara.
3) Letakkan jari di atas jakun, kemudian ucapkan bunyi 
yang dimaksud seperti cara yang di atas, apabila terjadi 
getaran dijakun itu adalah bunyi bersuara, sedangkan bila 
terjadi sebaliknya itu adalah bunyi tidak bersuara.
4. Deskripsi suara dalam keadaan bagian 
belakang lidah saat diucapkan.
Ada empat deskripsi suara dalam bahasa Arab dalam keadaan 
bagian belakang lidah saat diucapkan. Pembagian kriteria suara 
Arab ini  adalah sebagai berikut:
a. Suara yang diterapkan (yang tebal).
Yaitu suara yang mengangkat bagian belakang lidah saat 
mengucapkan huruf yang dituju bagian yang lembut langit￾langit mulu. Dan hal ini disebut dengan velarisasi. Velarisasi 
mengarah kepada amplifikasi suara, dan hal ini disebut 
juga fenomena amplifikasi. Dan velarisasi terjadi dengan 
mempersempit tenggorokan, dan hal ini  disebut dengan 
بالتحليق الظاهرة. Dan daerah suara dengan cara ini disebut 
bunyi yang diterapkan, yang tebal, dan hurufnya itu ada empat 
./ص/ض/ط/ظ/ ;yaitu
Terjadinya pengucapan bunyi ini –seperti yang dijelaskan di 
atas- velarisasi, adalah gerakan kompulsif untuk pengucapan 
yang baru di tempat keluar yang lain dan menghasilkan 
kualitas suara yang spesifik yang mengikuti suara operatif 
dengan resonansi yang khusus. Dengan kata lain velarisasi 
terjadi bersamaan dengan pengucapan bunyi di tempat 
keluar yang tidak sesuai. املطبقة األصوات (velarized) berbeda 
 tempat األصوات املطبقة verals). Adapun) األصوات الطبقية dari
keluarnya tidak. berhubungan dengan bagian atas lidah yang 
lembut: seperti shad /ص/ tempat keluarnya adalah gusi, dan 
dhad /ض/ serta tha /ط/ tempat keluarnya adalah gigi dan 
gusi, sedangkan dzha /ظ/ tempat keluarnya adalah gigi. Akan 
tetapi velarisasi sebab  tempat keluar pengucapan bunyi ini 
dengan mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas lidah 
yang lembut. Adapun velars tempat keluarnya adalahbagian 
belakang lidah yang lembut, contohnya: /و/ ,/ك/ ,/غ/ ,/خ/,dan 
mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas lidah yang 
lembut ketika pengucapannya, oleh sebab  itu tidak disebut 
suara yang diterapkan atau tebal sebab  pengangkatan ini 
bukan gerakan yang mengikuti pengucapan di tempat keluar 
yang lain , sesungguhnya hal itu adalah gerakan pengucapan di 
بعينه الطبقي اخملرج. Dari gambar dibawah dapat diketahui lebih 
.األصوات الطبقية dan األصوات املطبقة jelas mengenai perbedaa

Catatan: dalam pengucapan dha /ض/ suara yang diterapkan 
mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas lidah yang 
lembut bersamaan dengan pengucapan di tempat keluarnya 
(gigi dan gusi). Adapun pengucapan ghain /غ/ verals maka 
mengangkat bagian belakang lidah ke bagian atas lidah yang 
lembut seperti proses pengucapannya dan bukan bersamaan 
proses pengucapan bunyi di tempat keluar yang lain.
b. Bunyi yang tipis. 
Adalah bunyi yang ketika pengucapannya tidak mengangkat 
bagian belakang lidah bertemu langsung dengan bagian atas 
lidah yang lembut. Bunyi yang tipis adalah semua bunyi kecuali 
empat suara yang disebutkan tadi. 
c. Bunyi pertengahan.
Adalah suara yang keadaan amplifikasi dan menipis sama 
saja, yaitu ada tiga huruf; /ق/ ,/غ/ ,/خ/, asalnya adalah huruf 
yang pengucapannya tipis sebab  bukan termasuk bunyi yang 
empat tadi, akan tetapi pelafalannya tebal dalam konteks yang 
khusus. Dari konteks yang khusus ini pelafalannya harus tebal 
apabila diikuti fathah atau dhammah (baik pendek atau pun 
 Dan .خلص – غفر – قتل – مأخوذ – بلغوا – يقول ;panjang) seperti
pelafalannya harus tipis apabila diikuti tanda kasrah, seperti; 
.خيار – غالف – قتال – بخيل – رغيب – شقيق
Adapun sebagian ulama menggabungkan atau 
mengkombinasikan bunyi pertengahan ke suara yang 
ص/, /ض/, /ط/, /ظ/,/) diterapkan dan semua hurufnya
”قظ خص ضغط“ tergabung dalam ucapan (//خ/, /غ/, /ق
dan disebut juga dengan ”االستعالء أصوات“ tanda mengangkat 
bagian belakang lidah ke bagian atas lidah yang lembut ketika 
pengucapannya. 
B. Pembagian Bunyi Menurut Sumber Arus 
Udara
Dalam sudut pandang ini, konsonan dapat di bagi menjadi dua 
bagian, yaitu: 
1. Konsonan dengan arus udara egresif (eksplosif)
Konsonan arus udara egresif adalah konsonan yang dalam 
pembentukannya memakai  arus udara pernapasan yang 
datang dari paru-paru, kemudian melewati saluran udara seperti 
kerongkongan, lokasi pita suara, tenggorokan, rongga mulut, dan 
rongga hidung.
2. Konsonan dengan arus udara ingresif (implosif)
Konsonan arus udara ingresif adalah konsonan yang dalam 
pembentukannya memakai  arus udara yang datang dari luar, 
kemudian dibentuk di tempat saluran udara. Konsonan jenis ini 
.ص.ض.ط.ظ : misalnya
Secara sederhana semua alat ucap manusia dapat dibandingkan 
dengan alat musik tiup seperti seruling, suara-suara yang dihasilkan 
dengan menghembuskan udara yang dihambat, dihalangi, atau lain￾lainnya. Di dalam alat manusia udara itu diproduksi oleh paru-paru 
yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari pada sekat rongga dada. 
Bila udara ini mengalir ke atas melalui larynx dan farinx lalu ke depan 
dan keluar mulut atau hidung atau keduanya, arus udara itu dapat 
dihambat pada berbagai tempat seluruh jalan itu, dan bentuk dari ruang￾ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah dengan permainan udara ini, 
ketika mengalir dari paru-paru sampai ke lubang hidung atau bibir 
akan menghasilkan semua bunyi, namun ada suara-suara tertentu yang 
dihasilkan dengan arus udara terhirup ke paru-paru dari luar. Untuk 
memudahkan pengertian, maka artikulasi ini akan dibagi menjadi dua 
bagian:
1. Vokoid atau Majhur
Bila secara relative tidak ada hambatan antara paru-paru dan udara 
keluar maka akan menghasilkan bunyi Vokoid atau Majhur.
Penggolongan vokoid atau majhur ditentukan oleh tiga macam 
kriteria:
a. Lidah sebagai articulator, yaitu posisi lidah yang mana yang 
melakukan kegiatan. Lidah dibagi menjadi tiga artikulator, 
yaitu ujung, tengah, dan belakang. Untuk menghasilkan vokoid 
maka bagian depan dan belakang yang memegang peran.
b. Rahang bawah yang menentukan posisi lidah saja. Posisi 
lidah dengan rahang bawah yang bermacam-macam secara 
vertikal membagi vokoid menjadi vokoid atas, tengah-atas, 
tengah-bawah, dan bawah dengan semua tingkatan antara 
keempatnya.
c. Posisi bibir sebagai ko-artikulator, dengan dua macam posisi 
yaitu apakah lubang antara bibir atas dan bawah berbentuk 
bulat atau tertarik kedua belah sisi dan merupakan sebuah 
lekah dan panjang.
Adapun Sifat-Sifat Vokoid:
a. Penyengauan/Nasal
Dapat diketahui bahwa arus udara dapat keluar melalui mulut 
atau rongga hidung atau keduanya. Dalam hal menghasilkan 
vokoid maka tentulah mulut terbuka dan ketika bersama itu 
anak tekak berjuntai ke bawah, sehingga lubang ke rongga 
hidung terbuka, maka keluarlah pula arus udara sebagian 
melalui rongga hidung. Vokoid yang diproduksi dengan 
seperti itu merupakan nasal atau sengau.
b. Tegang – Kendur
Lidah terjulur ke depan dan tertarik ke belakang, ke atas atau 
ke bawah. Vokoid yang diproduksi dengan cara seperti ini 
disebut tegang. Jika vokoidnya diproduksi secara enak tanpa 
adanya lidah tertarik atau terjulur maka vokoid itu dinamakan 
kendur.
2. Kontoid atau Mahmus
Apabila ada hambatan maka akan menghasilkan bunyi Kontoid 
atau Mahmus. Suara kontoid dibagi lagi menjadi lima macam, yaitu:
a. Apabila ada hambatan-hambatan total pada salah satu tempat 
antara paru-paru dan udara luar, sehingga jalan udara tertutup. 
Suara-suara ini dinamakan HAMBAT.
b. Arus udara di mulut tetapi dengan membuka jalan ke rongga 
hidung. Artikulasi semacam ini akan menghasilkan suara yang 
disebut NASAL.
c. Arus udara yang mungkin dihalangi pada salah satu tempat 
sehingga hanya merupakan sebuah lubang ke kecil yang 
berbentuk sebagai lembah panjang atau celah yang dilalui oleh 
udara itu. Suara semacam ini dinamakan SPIRAN.
d. Garis tengah jalan di mulut mungkin tinggal selama sebelah 
atau kedua belah sisi yang dilalui arus udara. Suara yang 
dihasilkan disebut LATERAL.
e. Arus udara yang lalu itu mungkin menyebabkan sebuah alat 
yang elastis bergetar dengan cepat. Suara yang dihasilkan 
disebut GETAR.
Ada beberapa versi tentang bahasan sifat-sifat bunyi dalam bahasa 
Arab, seperti hamas, jahr, ithbaq, isti’la’, dan sebagainya. Menurut Imam 
Sibaweih pada awalnya, dalam sifat bunyi bahasa Arab itu tidak ada sifat￾sifat yang memiliki lawan dan yang tidak memilki lawa, berbeda dengan 
pendapat Ibnu Janiy, menurutnya ada  perbedaan antara sifat yang 
memilki lawan dan sebaliknya, sehingga ada  pembagian antara jahr 
dan hams, syiddah dan rochwah, ithbaq dan infitah, isti’la’ dan inhifadl, 
dan sebagainya.
Menurut al-Barkawi menyatakan ada empat belas, al-Sakhawi 
menyatakan ada enam belas, Al-Jazari dan Al-Mur’isyi menyatakan