pendidikan 3

Tampilkan postingan dengan label pendidikan 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan 3. Tampilkan semua postingan

pendidikan 3


  




Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa persoalan 

pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan 

merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan 

berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan 

merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran 

sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan 

yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia 

pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberi  kontribusi terhadap kekacauan 

ini. 

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. 

Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. 

Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa 

anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan 

kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, 

tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan 

didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat 

menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar. 

Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang 

diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang paling penting tentang belajar dengan 

kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam 

kehidupan. Sebelum kita menjawab pertanyaan itu , kita harus melihat pada penjelasan-

penjelasan psikologis tentang belajar.  

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau 

bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat 

diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah 

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, 

berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak 

memakai  pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman 

dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk 

mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas 

pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) 

dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas 

pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.  

 

2.  Teori Belajar Classical Conditioning Ivan Pavlov 

Ivan Petrovich Pavlov, dilahirkan di Rjasan (Rusia), (yang saat ini Negara Rusia telah menjadi 

negara-negara kecil) pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 7 Februari 

1936. Pavlov anak seorang Pendeta; sebagaimana keterangan yang kami kutip bahwa orang tua Ivan 

Pavlov berkeinginan supaya anaknya kelak mengikuti jejaknya menjadi pendeta, karenaitu dalam 

pendidikannya, Pavlov memang disiapkan untuk itu. Tetapi Pavlov sendiri merasa tidak cocok 

dengan pekerjaan sebagai pendeta, ia memilih belajar kedokteran, dan mengambil spesialisasi dalam 

bidang fisiologi. Sejak tahun 1890 ia telah menjadi ahli filosofi yang ternama 

Dalam sub judul ini penulis banyak mengutip uraian Hendry C. Ellis, tentang eksperimennya 

Pavlov di laboratorium pada seekor anjing. Beliau melakukan operasi kecil pada pipi anjing itu 

sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat dari kulit luarnya. Sebuah saluran kecil di pasang pada 

pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. Kondisi anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, 

atau diletakkan pada panel gelas. 

Rita L. Atkinson, et.al mengungkapkan; lampu dinyalakan. Anjing dapat bergerak sedikit, 

tetapitidak mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk daging diberikan; anjing tersenut lapar 

dan memakannya. Alat perekam mencatat pengeluaran air liur yang banyak. Prosedur ini beberapa 

kali. Kemudian lampu dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing tetap 

mengeluarkan air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan lampu dengan makanan. 

Secara sederhana dari peristiwa ini, Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena eksperiment 

itu , dan kemudian mengembangkan satu study perilaku (behavioral study) yang dikondisikan. 

yang dikenal dengan teori Clasical Conditioning. Classical conditioning adalah model pembelajaran 

yang memakai  stimulus untuk membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain.  

Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana 

satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan 

suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan 

oleh Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai 

karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk 

membedakannya dari teori conditioning lainnya. 

Menurut teori ini, saat  makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned 

stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan 

dengan lampu (dinyalakan lampu disebut sebagai the conditioned or learned stimulus-stimulus yang 

dikondisikan atau dipelajari), maka dinyalakan lampu akan menghasilkan respons yang sama yaitu 

keluarnya air liur dari anjing percobaan. Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks bersyarat 

dari adanya masalah fungsi otak, sehingga masalaah yang ingin dipecahkan oleh Pavlov dengan 

eksperimen itu ialah bagaimanakah refleks bersyarat itu terbentuk. Pavlov melakukan eksperimen itu 

berulang-ulang dengan berbagai variasi. 

Dari eksperimen Pavlov, menurutnya respon dikontrol oleh pihak luar; pihak inilah yang 

menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus, sebagaimana dijelaskan Agus 

Suryanto tentang teori Pavlov itu , beliau mengatakan semua harus berobjekkan kepada segala 

yang tampak oleh indera, dari luar. Peranan orang yang belajar bersifat pasif karena untuk 

mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu. Sedangkan mengenai penguat menurut 

Pavlov bahwa stimulus yang ridak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan dengan 

penguatan. Stimulus itu sendirilah yang memicu  adanya pengulangan tingkah laku dan 

berfungsi sebagai penguat. Setelah respon berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus 

berkondisi diulang atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tidak berkondisi? Dalam hal 

ini akan terjadi pelenyapan atau padam. Dengan kata lain pelenyapan adalah tidak terjadinya respon 

atau menurunnya kekuatan respon pada saat diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti 

stimulus tak berkondisi setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah tindakan 

atau usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah melalui 

rekondisioning atau mengkondisikan kembali melalui pemberian kedua stimulus berkondisi secara 

berpasangan. 

Dari peristiwa pengkondisian klasik ini , merupakan dasar bentuk belajar yang sangat 

sederhana, sehingga banyak ahli kejiwaan menganggap Pavlov sebagai titik permulaan tepat untuk 

penyelidikan belajar. Lalu peristiwa kondisioning juga banyak ada  pada diri manusia, misalnya 

anda dapat menjadi terkondisi terhadap gambar makanan dalam berbagai iklan yang menampilkan 

makanan malam dengan steak yang lezat, dapat memicu respon air liur meskipun anda mungkin tidak 

lapar. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov maka terlihat bahwa pentingnya 

mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan stimulus jauh lebih penting 

daripada pengontrolan respon. Konsep ini megisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan 

faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi (internal). 

    Prinsip Classical Conditioning 

 a)      Penguasaan (Akuisisi) 

Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon baru berlaku 

beberapa tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih kuat penguasaan berlaku. 

 2.1.   Stimulus Clasical Conditioning 

 a)      Generalisasi (Generalitation) 

Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah memakai  lonceng yang berbeda nada, membuat 

generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon. 

 b)     Diskriminasi (Discrimination) 

Dikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak 

balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke 

rangsangan yang lain. 

 c)      Penghapusan ( Extinction) 

Jika sesuatu rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama kelamaan 

organisme itu tidak akan melakukan respon. 

  

    Penerapan Teori  Classical Conditioning  menurut Ivan Pavlov 

Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara 

mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks itu . Dengan adanya stimulus berupa hadiah 

(reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga 

siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh , tertarik pada 

mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatianya 

terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol 

oleh lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar 

mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-

muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya. 

 

    Teori Belajar Operant Conditioning B. F. Skinner 

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania 

(1904). Ia wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukimia. Skinner dibesarkan dalam 

keluarga sederhana, penuh disiplin. Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah 

tangga.  Skinner mendapat gelar bachelor di inggris. Semasa bersekolah ia sudah menulis untuk 

sekolahnya. Setelah lulus dari sekolah itu , ia pindah ke Greenwich Village di New York City. 

Pada tahun 1931, Skinner menyelasaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari 

Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar doktor untuk bidang yang sama. 

Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian 

ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya.  

Menurut Rita L. Atkinson, et. Al yang diterjemahkan oleh Nurjdanah Taufiq dan Rukmini 

Barhana (1991 : 337), menyatakan bahwa “perilaku operan beraksi di lingkungan sekitar untuk 

menghasilkan dan memperoleh akses penguat dan diganjar dengan penguatan ”. Dari pendapat diatas, 

dapat disimpulkan bahwa tingkah laku operan adalah tingkah laku yang menjadi ciri organisme yang 

aktif di lingkungan sekitar untuk menghasilkan dan memperoleh penguat dan diganjar dengan 

penguatan. 

Sumber lain menyebutkan bahwa Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant 

( penguatan positif atau negatif) yang dapat memicu  perilaku itu  dapat berulang kembali 

atau menghilang sesuai dengan keinginan. Landasan dari penggunaan teknik ini yaitu seperti yang 

dikemukakan oleh Skinner (1971), jika suatu tingkah laku diganjar, maka probabilitas kemunculan 

kembali tingkah laku itu  di masa mendatang akan tinggi.  

Pengertian operant conditioning menurut skinner adalah pengkondisian dimana manusia 

menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang beroperasi atas 

dasar lingkungan), operan itu  dipelajari melalui  penguatan.  

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui 

pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga 

penguatan, maka respon itu  menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau 

hukuman, maka respon itu  akan melemah. Melalui eksperimennya itu , Skinner 

menemukan bahwa perolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan 

kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara 

terus-menerus dan bertubi-tubi.  

Skinner memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) sebagai unsur yang 

paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respon jika segera diikuti 

oleh penguatan (reinforcement). Skinner lebih memilih istilah reinforcement daripada reward, karena 

reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan, 

sedang reinforcement adalah istilah yang lebih netral. 

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk 

-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan 

negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberi  tugas tambahan atau 

menunjukkan perilaku tidak senang.  

Sebenarnya kedua penguat yang positif dan negatif adalah efektif,, keduanya merubah 

kemungkinan terjadinya perubahan perilaku. Tingkat keefektifannya sangat bergantung kepada 

kekonsistenan anda dalam mengikuti aturan-aturan penting yaitu; 

1.    Gunakanlah penguat negatif untuk menghentikan berlangsungnya perilaku yang tidak 

dikehendaki. 

2.    Gunakanlah penguat positif untuk meneruskan atau meningkatkan perilaku yang dikehendaki. 

2.3.1        Prinsip-Prinsip Operant Conditioning 

a)      Penguatan (reinforcement) 

Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan 

memberi  atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan 

positif dan penguatan negatif. 

    Positive Reinforcement (Penguatan Positif) 

Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk 

memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi 

meningkat  karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada 

dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah 

gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak itu  membacakan cerita, guru memberi  

pujian kepada anak itu  dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. saat  hal itu  

berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak itu  menjadi lebih berani untuk maju ke 

depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang diberikan untuk 

penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan 

pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, 

perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat dipakai  sebagai rangsangan penguatan positif 

 

    Negative Reinforcement (Penguatan Negatif) 

Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya 

rangsangan yang  merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh,  seorang ibu yang memarahi 

anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak itu  

membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak 

akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap 

kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada 

penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu 

perilaku yangbaik. 

* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik 

* Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik 

b)     Hukuman (Punishment) 

Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat 

berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, 

sedangkan hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam 

penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon 

akan menurun karena konsekuensinya. Sebagai contoh, saat  kita meminum obat saat kita sakit 

kepala dan  hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita  akan meminum obat yang sama saat kita 

mengalami sakit kepal. Penghilangan  rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, 

sedangkan jika setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak 

akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah 

hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang sama. 

Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan 

kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-

pedangan memakai  pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong saat  pisau itu  salah 

diarahkan. Pada akhirnya anak itu  akan sedikit kemungkinannya bermain-main memakai  

pisau. 

Dalam hukuman juga ada  pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive 

punishment) dimana sebuah perilaku berkurang saat  diikuti dengan rangsangan yang tidak 

menyenangkan, misalnya saat  seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya 

akan memarahinya hasilnya anak itu  akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan 

orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak itu  akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman 

negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang saat  sebuah rangsangan positif atau 

menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering 

bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian  anak itu  dihukum oleh 

orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak 

itu  tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan 

pelajarannya 

 

        Stimulus Operant Conditioning 

a)      Generalization (Generalisasi) 

Generalization  pada operant conditioning adalah memberi  respon yang sama terhadap 

stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah  tingkat dimana perilaku disamaratakan 

dari satu situasi ke situasi yang lain.  

Sebagai contoh, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang 

dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu 

dengan  anjing yang lain. Contoh lain, seorang guru memuji siswanya jika siswa itu mengajukan 

pertanyaan yang bagus yang berhubungan dengan bahasa Inggris, hal ini disamaratakan dengan kerja 

keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain. 

 

b)     Discrimination (diskriminasi) 

Diskriminasi dalam operant conditioning berarti melibatkan perbedaan antara stimulus-stimulus 

dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus yang menunjukkan bahwa 

sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan. 

Sebagai contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan 

menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja berbahaya 

(dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus 

memberi  latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing 

keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara  oranng tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang 

melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali 

mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak. Contoh lain, seorang siswa 

tahu bahwa wadah di  meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan 

tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah tempat 

tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan. 

c)      Extinction (Pelenyapan) 

Extinction  merupakan suatu penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada 

perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan kemudian tidak lagi dikuatkan sehingga akan ada 

kecenderungan penurunan perilaku, maka hal inilah yang dinamakan munculnya suatu pelenyapan 

(extinction). 

Seorang siswa mendapatkan beasiswa setiap kali berhasil menjadi juara kelas. Namun, suatu 

saat  beasiswa dihentikan karena adanya kekurangan dana dari pihak si pemberi beasiswa sehingga 

tidak sanggup lagi memberi bantuan. saat  pihak pemberi beasiswa itu  tidak memberi lagi 

beasiswa, semangat belajar siswa itu  menjadi menurun. 

Pelenyapan  juga merupakan suatu strategi menghentikan penguatan dimana pelenyapan ini 

menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan 

banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif terhadap perilaku 

itu . Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang cenderung lebih memperhatikan 

perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa 

sedikitpun memperhatikan hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi 

dan kelakuan baik anak-anaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu pelenyapan terhadap 

penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan lebih memperhatikan dan memunculkan 

penguatan pada hal-hal positif yang dilakukan si anak. 

 

  Aplikasi Teori Belajar Operant Conditioning B. F. Skinner Terhadap Pembelajaran: 

    Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. 

    Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah 

    dibetulkan dan jika benar diperkuat. 

    Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. 

    Materi pelajaran dipakai  sistem modul. 

    Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic. 

    Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. 

    Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. 

    Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak 

menghukum. 

    Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. 

    Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu) 

    Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. 

    Dalam pembelajaran sebaiknya dipakai  shaping. 

    Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan. 

    Dalam belajar mengajar memakai  teaching machine. 

    Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-

masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. 

 

  Perbedaan Classical Conditioning dengan Operant Conditioning 

Pada dasarnya teori belajar klasik (classical conditioning) dan teori belajar instrumental 

(operant conditioning) memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada: 

   Classical conditioning muncul akibat adanya asosiasi (hubungan) antara dua stimulus atau 

rangsangan, seperti yang kita ketahui pada percobaan Ivan Pavlov mengenai hubungan antara 

makanan dan bunyi bel. Sebaliknya, operant conditioning muncul akibat adanya asosiasi antara 

respon dan konsekuensi yang timbul, seperti halnya berlatih dengan giat akan dapat memenangkan 

pertandingan. 

   Pada classical conditioning biasanya meliputi mengenai refleks-refleks, perilaku yang timbul 

adalah prilaku yang tidak disengaja yang dikontrol oleh syaraf otonom. Sebaliknya pada Operant 

conditioning lebih kepada prilaku-prilaku yang sadar dan diatur oleh syaraf simpatis. 

   Pada Classical conditioning UCS (Unconditioned Stimulus) dipasangkan dengan CS (Conditioned 

Stimulus), tetapi prilaku yang timbul bersifat independent. Pada operant conditioning, konsekuensi 

penguatan diberikan hanya jika respon yang dikondisikan terjadi. 

Dari analisa yang dikemukakan diatas maka fungsi teori classical conditioning dapat 

dikemukakan  sebagai berikut 

 

1. Fungsi Menjelaskan 

Teori ini menjelaskan tentang teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan 

refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks itu . Dengan adanya 

stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi 

belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak 

acuh , tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta 

mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya 

kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru 

dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan 

memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang 

ditunjukkan gurunya. 

 

2. Fungsi Meramalkan 

Teori ini meramalkan bahwa bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui 

pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga 

penguatan, maka respon itu  menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau 

hukuman, maka respon itu  akan melemah. Melalui eksperimennya itu , Skinner 

menemukan bahwa perolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan 

kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara 

terus-menerus dan bertubi-tubi.  

 

3. Fungsi memberi  Pandangan 

Teori classical conditioning menurut Pavlov bahwa stimulus yang ridak terkontrol 

(unconditioned stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang 

memicu  adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat. Setelah respon 

berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus berkondisi diulang atau diberikan kembali 

tanpa diikuti oleh stimulus tidak berkondisi? Dalam hal ini akan terjadi pelenyapan atau padam. 

Dengan kata lain pelenyapan adalah tidak terjadinya respon atau menurunnya kekuatan respon pada 

saat diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti stimulus tak berkondisi setelah terjadinya 

respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah tindakan atau usaha nyata untuk menghalangi 

terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah melalui rekondisioning atau mengkondisikan kembali 

melalui pemberian kedua stimulus berkondisi secara berpasangan. 

 

4. Fungsi memberi  Strategi   

Teori classical conditioning memberi  strategi tentang pengkondisian dimana manusia 

menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang beroperasi atas 

dasar lingkungan), operan itu  dipelajari melalui penguatan.  

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui 

pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga 

penguatan, maka respon itu  menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau 

hukuman, maka respon itu  akan melemah.  

Teori Pavlov ini merupakan kegiatan yang sangat jenuius sekali saat  di zamannya, akan 

tetapi disaat memasuki dinamisasi interaksi manusia dengan berbagai latar belakang; budaya, 

pendidikan (pesatnya ilmu pengetahuan), agama (berbagai keyakinan). Maka teori Pavlov hanya 

dapat dikonsumsi dalam ukuran yang sangat sederhana. Saat ini kita yang bergumul dengan berbagai 

paradigma keilmuan Islam, dan meletakkan falsafah pendidikan Islam dengan adanya konsep fitrah. 

Maka saat  kita memahami dan berinteraksi terhadap teori Pavlov berkesimpulan manusia tidaklah 

sama dengan binatang. Sebab Pavlov menerapakan hewan sebagai dasar analisanya dan meletakkan 

Insting sebagai hasil substansi eksperimennya. Kondisi ini sangat berbeda pada manusia yang 

memiliki konsep fitrah28, adanya; ketauhidan, keimanan, pikiran, perasaan, dan hal lainnya yang 

membedakan pada binatang. Akan tetapi marilah kita ambil hikmah pembelajaran darinya sebab 

pertama sekali manusia belajar bagaimana menyembunyikan orang yang sudah mati dengan model 

menanam. Kita belajar dari “burung”. Sebagaimana peristiwa anak-anak Adam yang berselisih paham 

sehingga memicu  kematian.  

Pengertian operant conditioning menurut skinner adalah pengkondisian dimana manusia 

menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang beroperasi atas 

dasar lingkungan), operan itu  dipelajari melalui penguatan.  

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui 

pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga 

penguatan, maka respon itu  menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau 

hukuman, maka respon itu  akan melemah. Melalui eksperimennya itu , Skinner 

menemukan bahwa perolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan 

kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara 

terus-menerus dan bertubi-tubi.