bahasa indonesia 7

Tampilkan postingan dengan label bahasa indonesia 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa indonesia 7. Tampilkan semua postingan

bahasa indonesia 7


7.2.2.4.6 Berapa
Kata tanya berapa dipakai untuk menanyakan bilangan atau jumlah. Kata ini
dapat ditempatkan pada bagian awal, tengah, atau akhir kalimat.
Contoh:
(262) a. Berapa harga minyak goreng sekarang?
b. Harga minyak goreng berapa sekarang?
c. Harga minyak goreng sekarang berapa?
(263) a. Berapa jumlah orang yang hilang sampai saat ini?
b. Jumlah orang yang hilang berapa sampai saat ini?
c. Jumlah orang yang hilang sampai saat ini berapa?
Kata tanya berapa juga dapat dipakai sebagai pewatas untuk nomina
dan ditempatkan sebelum nomina yang diwatasinya.
Contoh:
(264) Berapa hari Anda menginap di Tawangmangu waktu itu?
(265) Berapa kilo yang kamu beli?
(266) Berapa macam betas yang dijual toko sembako itu?
Dalam gabungannya dengan kata-kata tertentu, berapa dapat ditem
patkan di muka atau di belakang nomina yang diwatasinya, tetapi penempatan
itu memunculkan arti yang berbeda.
Contoh:
(267) a. Berapa jam kamu dilatih?
b. Pukul berapa kamu dilatih?
(268) a. Berapa tahun Pangeran Diponegoro melawan Belanda?
b. Tahun berapa Pangeran Diponegoro melawan Belanda?
Pada (267a) dan (268a), yang ditanyakan adalah jumlah jam dan
jumlah tahun. Pada (267b) dan (268b), yang ditanyakan adalah titik waktu,
yakni jam dan tahun tertentu. Dengan demikian, jawaban untuk (267a)
dan (268a) adalah, misalnya, masing-masing tujuh jam dan lima tahun,
sedangkan untuk (267b) dan (268b) adalah pukul 7 dan tahun 1825-
Kata tanya berapa dapat pula diberi prefiks ke- sehingga menjadi
keberapa yang selalu ditempatkan di belakang nomina yang diwatasinya. Kata
ini merujuk pada bilangan tingkat. Perhatikan perbedaan makna kalimat￾kalimat berikut.
(269) a. Pukul berapa kuliah Pak Sugiyono diberikan?
b. Pukul 10.30.
(270) a. Jam keberapa kuliah Pak Sugiyono diberikan?
b. Jam ketiga.
Perlu diingat bahwa pemakaian bentukpukul (269) untuk titik waktu
termasuk ragam formal. Dalam ragam informal sering digunakan jam.
7,2,2Aj Gabungan Preposisi dengan Kata Tanya
Di samping kata tanya yang telah digambarkan di atas, ada pula frasa tanya
yang terdiri atas preposisi tertentu dengan apa atau siapa. Dengan demikian,
didapati frasa dari apa, dari siapa, dengan siapa, untuk apa, untuk siapa,
dan sebagainya. Pemakaian frasa tanya seperti itu ditentukan oleh arti
masing-masing dan tempatnya dalam kalimat mengikuti kaidah yang telah
digambarkan di atas.
Contoh:
(271) Kue lapis terbuat dari apa?
(272) Ancaman embargo itu dari siapa?
(273) Dengan apa kamu kemari?
(274) Kamu akan berenang dengan siapa?
(275) Engkau bekerja sampai larut malam untuk apa?
Apabila pertanyaan mengacu pada alat yang dipakai untuk me￾lakukan perbuatan, yang dipakai adalah dengan apa dan bukan bagaimana.
Lihat contoh (268) di atas.
7*2.2.4.8 Gabungan Kata Tanya dengan Kata Saja dan Implikasi Kejamakan
Untuk memberikan implikasi kejamakan, kata tanya apa, siapa, di mana, ke
mana, dan dari mana diikuti oleh kata saja. Perhatikan perbedaan kalimat
berikut.
(276) Kamu tadi pergi dengan siapa?
(277) Kamu tadi pergi dengan siapa saja?
Pada kalimat (276) si penanya hanya mengajukan pertanyaan yang
jawabannya dapat menyangkut satu orang atau lebih: Dengan Ali atau
Dengan Ali dan Hasan. Pada kalimat (277) si penanya berasumsi bahwa
yang ditanyai pergi dengan beberapa orang dan penanya itu ingin tabu
siapa orang-orang itu. Jawaban yang diinginkan adalah nama-nama orang
meskipun tidak mustahil bahwa asumsi si penanya itu keliru. Dengan
demikian, jawabannya dapat berupa Dengan Ali dan Achmad\ Dengan Ali,
Achmad, Santo, dan Saman. Apabila penjawab ternyata hanya pergi dengan
satu orang, jawabannya umumnya menunjukkan kekeliruan asumsi tersebut
dengan, misalnya, memakai kata hanya: hanya dengan Ali. Berikut ini
beberapa contoh yang berimplikasi kenetralan dan kejamakan.
(278) a. Di sana Anda akan membeli apa^.
b. Di sana Anda akan membeli apa sajai
(279) a. Tadi malam kamu pergi ke mana\
b. Tadi malam kamu pergi kemana saja?
(280) a. Dari mana kamu, jam begini baru pulang?
b. Dari mana saja kamu, jam begini baru pulang?

7.2.2.4.9 Gabimgan Kata Tanya dengan Kata Saja dan Implikasi Ketaktentuan
Frasa apa saja, siapa saja, dan di mana saja yang dinyatakan di atas, dapat pula
tidak berfungsi sebagai frasa tanya. Hal itu terjadi apabila frasa itu dipakai
daiam kalimat berita. Maknanya adalah ketidaktentuan. Jadi, kalimat Dia
boleh membeli apa saja mengan-dung arti bahwa barang yang boleh dibeli
tidak dibatasi macamnya dan mungkin pula jumlahnya. Kata saja pada frasa
itu dapat diganti dengan pun.
Contoh:
(281) Silakan, ambil apa sajalpun yang Anda inginkan.
(282) Gombloh dapat bergaul dengan siapa sajalpun.
(283) Ke mana sajalpun orang Belanda itu pergi, anak-anak mengikutinya.
(284) Selamat menikmati acara ini, di mana sajalpun Anda berada.
(285) Ambillah berapa sajalpun yang Anda periukan.
Perlu diingat di sini bahwa berapa saja tidak umum dipakai dalam
kalimat tanya, tetapi lazim dipakai dalam kalimat berita seperti terlihat pada
contoh (283) di atas. Karena urutan kata atau macam kata tanya dalam
kalimat berita dan kalimat tanya dapat sama, yang membedakan kalimat satu
dengan yang lain adalah tanda titik <•> dan tanda tanya <?> untuk bahasa
tulisan dan intonasi untuk bahasa lisan. Perhatikan kontras kalimat-kalimat
berikut.
(286) a, Kami boleh membeli apa saja?
b. Kami boleh membeli apa saja.
(287) a. Dia diizinkan pergi dengan siapa saja?
b. Dia diizinkan pergi dengan siapa saja.
(288) a. Orang asing itu boleh tinggal di mana saja?
b. Orang asing itu boleh tinggal di mana saja.
(289) a. Nita boleh bermain ke mana saja?
b. Nita boleh bermain ke mana saja.
7.2.2.4.10 Reduplikasi Siapa, Azn Mana
Apa, siapa, dan mana dapat diulang untuk menyatakan ketidak tentuan: apa￾apa^ siapa-siapa, mana-mana. Bentuk seperti ini umumnya dipakai dalam
kalimat berita yang negatif.
Contoh:
(290) Saya tidak membeli apa-apa untuk Ibu.
(291) Dia tidak pergi dengan siapa-siapa; dia pergi sendiri.
(292) Bapak tidak akan pergi ke mana-mana hari ini.
Di mana dan dari mana dapat pula diulang, tetapi bentuk itu dipakai
dengan arti yang sama dengan di mana saja dan dari mana saja. Kata tanya
seperti itu dapat dipakai dalam kalimat berita yang tidak negatif. Jadi, dua
pasang kalimat berikut masing-masing mempunyai arti yang sama.
(293) a. Barang seperti itu dapat dibeli di mana saja.
b. Barang seperti itu dapat dibeli di mana-mana.
(294) a. Pengungsi itu datang dari mana saja.
b. Pengungsi itu datang dari matia-mana.
(295) a. Saudara boleh pergi ke mana saja.
b. Saudara boleh pergi ke mana-mana.
7.2,2,5 Pronomina Taktentu
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua pronomina taktentu yang diperoleh
melalui perulangan sebagian dan/atau salin suara, yakni seseorang (se +
seorang) dan sesuatu (se + suatu). Pronomina sese-orang digunakan untuk
orang yang tidak tentu atau dianggap tidak jelas identitasnya. Pronomina
sesuatu digunakan untuk binatang atau benda atau hal yang tidak tentu atau
dianggap tidak jelas wujudnya. Contoh:
(296) a. Ada seorang anak yang ingin bertemu dengan Bapak.
b. Ada seseorangy2Si^ ingin bertemu dengan Bapak.
(297) a. Kita memerlukan {seorang pembantu di rumah.
b. Kita memerlukan seseorang untuk membantu di rumah.
(298) a. Saya melihat {seekor) anjing di jalan.
b. Saya melihat sesuatu di jalan.
(299) a. Dia menemukan {sebuah) dompet di jalan.
b. Dia menemukan sesuatu di jalan.
7.2.2.6 Pronominajumiah
Kara yang menyatakan jumlah dapat juga berdiri sendiri tanpa diikuti
nomina jika nomina tersebut sudah diketahui. Dalam bahasa Indonesia
terdapat tiga kata yang menyatakan jumlah yang dapat berfungsi sebagai
pronomina: semua, beberapa, dan masing-masing.
Contoh:
(300) Semua (mahasiswa) yang terlambat tidak boleh masuk.
(301) Di antara mereka itu, ada beberapa (mahasiswa) yang mengulang.
(302) Karena terbatasnya dana, masing-masing hanya mendapat kue
untuk makan siang.
7.2.3 Frasa Pronominal
Pronomina dapat juga menjadi inti frasa dengan mengikuti kaidah berikut.
1) Penambahan numeralia kolektif
Contoh:
(303) mereka berdua
kami sekalian
kamu semua
2) Penambahan kata penunjuk
Contoh:
(304) saya ini
kami itu
mereka itu

3) Penambahan kata sendiri
Contoh:
(305) saya sendiri
dia sendiri
mereka sendiri
4) Penambahan klausa dengan^^w^, umumnya hanya digunakan jika yang
mendahuluinya persona mereka.
Contoh:
(306) mereka yang tidak hadir (akan ditegur)
(307) mereka yang menolak reformasi (akan tergilas)
5) Penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif
Contoh:
(308) kami, bangsa Indonesia
kamu, para pemuda
saya, pencinta damai ini
7.3 NUMERALIA
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frasa seperti
lima hari^ setengah abad^ orang ketiga, dan beberapa masalah masing-masing
mengandung numeralia, yakni lima, setengah., ketiga, dan beberapa.
Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia,
yaitu (1) numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan "Berapa?"
dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan "Yang ke
berapa?" Numeralia pokok juga disebut numeralia kardinal, sedangkan
numeralia tingkat disebut pula numeralia ordinal. Tiap kelompok itu dapat
pula dibagi lagi menjadi subbagian yang lebih kecil, seperti yang akan terlihat
pada uraian berikut.
7.3.1 Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah bilangan yang menjadi dasar dari bilangan yang
lain. Numeralia pokok terbagi menjadi (a) pokok tentu, (b) kolektif, (c)
distributif, dan (d) pokok taktentu. Di samping itu, ada (e) numeralia klitika
dan (f) numeralia pecahan.

7.3.1.1 Numeralia Pokok Tentu
Numeralia pokok tentu mengacu pada bilangan pokok, baik yang berupa
satu kata yang terdiri atas satu unsur atau lebih maupun yang berupa gugus
kata yang terdiri atas dua unsur atau lebih.
1) Numeralia yang terdiri atas satu kata monomorfemis biasa dinyatakan
dengan satu lambang dalam sistem angka Arab.
0 —> nol
1 —> satu
2 —)• dua
3 —)• tiga
4 —> empat
5 —>■ lima
6 enam
7 —> tujuh
8 delapan
9 —>■ sembilan
Bilangan 1, 2, 3, ... 8, dan 9 lazim disebut bilangan asli.
2) Numeralia yang terdiri atas satu atau lebih (polimorfemis) dinyatakan
dengan dua lambang atau lebih dalam sistem angka Arab. Perlu diingat
bahwa se- yang ditempelkan pada nonima numeralia seperti sepuluh,
seratus, dan seribu berarti 'satu'.
a) Numeralia yang terdiri atas bilangan asli diikuti oleh nomina nu
meralia betas.
11 —> sebelas
12 dua belas
13 tiga belas
14 -> empat belas
15 lima belas
16 enam belas
17 tujuh belas
18 delapan belas
19 sembilan belas

b) Numeralia yang terdiri atas bilangan asli dan nomina nume￾ralia puluh dengan atau tanpa diikuti bilangan yang lebih kecil.
10 sepuluh
20 dua puluh
30 —> tiga puluh
50 —lima puluh
70 tujuh puluh
90 sembilan puluh
21 ^ dua puluh satu
34 —> tiga puluh empat
86 —> delapan puluh enam
99 sembilan puluh sembilan
c) Numeralia yang terdiri atas bilangan asli dan nomina nume
ralia ratus, ribu, atau juta dengan atau tanpa diikuti bilangan yang
lebih kecil.
100 seratus
400 —► empat ratus
700 —► tujuh ratus
1000 seribu
6000 —> enam ribu
312 tiga ratus dua belas
554 lima ratus lima puluh empat
905 —> sembilan ratus lima
4200 —> empat ribu dua ratus
5162 —> lima ribu seratus enam puluh dua
8000 delapan ribu
99.805 sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus lima
1.000.000 sejuta, satu juta
2.500.000 —^ dua juta lima ratus ribu
990.000.000 —► sembilan ratus sembilan puluh juta
Bagi negeri seperti Amerika Serikat gugus yang berkom￾ponen hiliun itu ialah bilangan dengan sembilan nol, yakni seribu juta.
Bagi kebanyakan negeri di Eropa, istilah biliun mengacu pada bilangan
dengan dua belas nol, yakni sejuta juta. Istilah triliun bagi Amerika Serikat

mengacu pada bilangan dengan dua belas nol, tetapi bagi Eropa kata triliun
mengacu pada bilangan dengan delapan belas nol. Indonesia mengikuti pola
campuran. Untuk bilangan dengan sembilan nol Indonesia mengikuti Eropa
dan memakai istilah miliar, sedangkan untuk bilangan dengan dua belas
nol mengikuti Amerika Serikat dan menggunakan istilah triliun. Perhatikan
jumlah angka untuk istilah miliar AdiVx triliun berikut.
satu miliar —> 1.000.000.000
satu triliun —> 1.000.000.000.000
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan di atas bilangan
sembilan belas dinyatakan dengan menganggap seolah-olah bilangan itu
terdiri atas beberapa gugus bilangan.
Contoh:
7.859 =
7.000 — tujuh ribu
800 delapan racus
50 lima puluh
9 sembilan
Seperti yang dapat dilihat pada contoh di atas, untuk tiap tiga
bilangan dari belakang dipakai tanda titik sebagai pemisah, di negeri lain,
seperti Amerika Serikat, digunakan tanda koma untuk hal yang sama.
Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di
muka nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor,
dan buah. Urutannya menjadi [numeralia-penggolong-nomina]. Akan
tetapi, kata penggolong itu sering tidak digunakan sehingga numeralia pokok
langsung ditempatkan di muka nomina. Berikut ini adalah beberapa contoh.
(309) a. Belilah tiga buah buku tulis.
b. Belilah tiga buku tulis.
(310) a. ]szmi m&mer\\x\<i2in tiga orangpenyunting.
b. Majalah kami memerlukan tigapenyunting.
(311) a. Pak Husain mempunyai dua ekor burung merak.
b. Pak Husain mempunyai dua burung merak

Jika numeralia ditempatkan di belakang nomina, dalam bahasa
baku kata penggolongnya tidak dapat ditinggalkan. Bandingkanlah contoh
berikut.
(312) a. *^t\\\dL\\ buku tulis tiga.
b. Belilah buku tulis tiga buah.
(313) a. *Vcncrh\t \tn memcAvkAn penyunting tiga.
b. Penerbit itu memerlukan penyunting tiga orang.
7.3.1.2 Numeralia Pokok Kolektif
Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di
muka nomina yang diterangkan.
Contoh:
(314) ketiga pemain —► semua pemain dari nomor satu sampai ke
nomor tiga
kedua gedung —*■ baik gedung pertama maupun gedung kedua
kesepuluh anggota —> anggota nomor 1 sampai dengan 10
Jika tidak diikuti oleh nomina, biasanya bentuk itu diulang dan
diikuti dengan -nya. Perhatikan jawaban berikut.
Anda man apel atau durian? —> Kedua-duanya.
Ayah, Ibu, atau Adik yang pergi ke pasar? Ketiga-tiganya.
Numeralia kolektif dapat juga dibentuk dengan cara berikut.
1) Penambahan prefiks ber- atau kadang-kadang se- pada nomina tertentu
setelah numeralia
Contoh:
(315) tiga bersaudara
empat beranak
lima bersahabat
tiga serangkai
tiga sekawan
dua sejoli
2) Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok yang diletakkan sesudah
pronomina persona kamu, kami, kita, atau mereka
Contoh:
(316) (kamu) berWmdi
(kami) ^^renam
(kita) ^^rdua
(mereka) ^miga
7.3.1.3 Numeralia Pokok Distributif
Pada tataran sintaksis numeralia pokok distributif dapat dibentuk dengan
cara mengulang kata bilangan dengan arti (1) '(Num) demi (Num)', (2)
'masing-masing (Num)'.
Contoh:
(317) a. Mereka disuruh masuk satu-satu {satu demi satu).
b. Murid baru mendapat seragam satu-satu (masing-masing satu).
(318) a. Kami berjalan dua-dua {dua demi dud).
b. Kami medapat bonus sejuta-sejuta (masing-masing sejuta)
Kata {se)tiapy tiap-tiap, dan masing-masing termasuk juga numeralia
distributif karena kata-kata itu menyatakan makna ketunggalan atau
keindividualan anggota suatu kumpulan, alih-alih sebagai massa. {Se)tiap
atau tiap-tiap mempunyai arti yang sangat mirip dengan masing-masing,
tetapi kata masing-masing dapat berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan (se)
tiap dan tiap-tiap tidak. Kita dapat mengatakan Semua siswa akan mendapat
buku, masing-masing satu buah, tetapi tidak * Semua siswa akan mendapat
buku, tiap-tiap satu buah.
7.3.1.4 Numeralia Pokok Taktentu
Numeralia pokok taktentu yang lazim disebut pemerbanyak adalah kata
yang mengacu pada jumlah yang tidak pasti. Sebagian besar numeralia ini
tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya
berapa. Yang termasuk ke dalam numeralia taktentu adalah banyak, berbagai,
beberapa, pelbagai, sedikit, semua, seluruh, segala, dan segenap. Numeralia
pokok taktentu ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya.

Contoh:
(319) banyak orang
berbagai masalah
pelbagai budaya
sedikit air
semua jawaban
seluruh rakyat
segala penjuru
segenap anggota
Sebagian dari numeralia itu mengandung pengertian kejamakan.
Selain numeralia, konsep kejamakan dalam bahasa Indonesia juga dinyatakan
dengan reduplikasi bentuk nomina. Akan tetapi, dalam pemakaian, hanya
salah satu yang bisa digunakan untuk menyatakan kejamakan,
Contoh:
(320) a. Banyak orang yang menghadiri konser itu.
b. Orang-orang yang menghadiri konser itu dari berbagai lapisan.
c. *Banyak orang-orang yang menghadiri konser itu.
(321) a. Semua jawaban harus dalam bentuk tertulis.
b. Jawaban-jawaban mahasiswa harus dalam bentuk tertulis.
c. *Semua jawaban-jawaban harus dalam bentuk tertulis.
Pada tataran sintaksis nomina numeralia taktentu dapat pula dibentuk
dari numeralia pokok tentu dengan cara berikut.
1) Penambahan prefiks ber- pada nomina numeral lalu diulang dengan atau
tanpa diikuti nomina numeral yang lain menyatakan kelipatan nomina
numeral dasar yang tidak tentu.
(322) a. Berpuluh-puluh mahasiswa yang datang terlambat.
b. Berpuluh-puluh ribu orang tua tidak mampu membayar uang
kuliah anaknya.
c. Beratus-ratus juta pasang mata menyaksikan pertandingan
sepak bola itu.
2) Penambahan sufiks -an pada nomina numeral dengan atau tanpa diikuti oleh
nomina numeraiia lain menyatakan makna sekitar nomina numeralia itu.
(323) a. Ratusan orang tidak membeli karcis pertunjukkan.
b. Puluhan ribu orang menghadiri rapat umum itu.
c. Belasan siswa datang terlambat karena banjir.
7.3.1.5 Numeralia Pokok Klitika
Dalam bahasa Indonesia dewasa ini terdapat sejumlah numeralia yang
dipungut dari bahasa Jawa Kuno, tetapi numeralia itu umumnya ditempelkan
di awal nomina (proklitika).
Contoh:
(324) eka 'satu
dwi 'dua'
tri 'tiga'
catur 'empat'
panca 'lima'
sapta 'tujuh'
dasa 'sepuluh'
7.3.1.6 Numeralia Pecahan
ekamatra 'satu dimensi'
dwiwarna 'dua warna'
triwulan 'tiga bulan'
caturwulan 'empat bulan'
pancasila 'lima sila'
saptamarga 'tujuh peraturan prajurit'
dasalomba 'sepuluh perlombaan'
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang
dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu ialah dengan
memakai kataper- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk
huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang mengikutinya. Dalam bentuk
angka, dipakai garis yang memisahkan kedua bilangan itu.
Contoh:
(325) '/, —> seperdua, setengah, separuh
sepersepuluh
'^000 seperseribu
—> tiga perlima
—> tujuh perenam belas
lima perdelapan
Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok.
Contoh:
(326) 2 dua setengah
7 Vjjj —> tujuh enam persepuluh
9 sembilan tiga perempat
Bilangan campuran seperti di atas juga dapat ditulis dengan cara
desimal sebagai berikut.
(327) 2,5 —» dua koma lima
7,6 tujuh koma enam
9,75 —> sembilan koma tujuh lima
7.3.2 Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara meng￾ubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang ber￾sangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama.
Contoh:
(328) kes2it\x atau pertama
^^dua
^dima
^«epuluh
Karena numeralia kolektif juga dibentuk dengan ke-, bentuk kedua
macam numeralia itu sama. Perbedaannya terletak pada bagaimana masing￾masing dipakai. Sebagai numeralia kolektif, numeralia ini diletakkan di
muka nomina yang diterangkan; sebagai numeralia tingkat, ia diletakkan
di belakang nomina yang diterangkan. Bandingkan contoh-contoh berikut.
(329) Kolektif Tingkat
ketiga pemain pemain ketiga
kedua jawaban itu jawaban kedua itu
kelima anak saya anak saya yang kelima\ anak kelima saya
*kesatu suara suara kesatu
* pertama suara suara pertama
Perhatikan pula bahwa pada numeralia kolektif tidak ada bentuk
kesatu atau pertama, sedangkan pada numeralia tingkat ada.
7.3.3 Frasa Numeral
Dalam kalimat acap kali fungsi sintaktis diisi oleh frasa yang terdiri atas
numeralia dan penggolong atau partitif seperti pada contoh berikut.
Contoh:
(330) a. Anak Pak Amin lima orang.
b. Sapi yang disembelih sepuluh ekor.
c. Kama harus minum air sebanyak delapan gelas sehari.
7.4 KONSEP TUNGGAL, JAMAK, DAN GENERIK
Seperti halnya dengan kebanyakan bahasa di dunia ini, bahasa Indonesia juga
mengenal konsep tunggal, jamak, generik, dan spesifik. Konsep tunggal dan
konsep jamak mengacu pada banyaknya individu atau benda yang diacu oleh
suatu (frasa) nomina. Jika individu (benda) yang diacu hanya satu, nomina
tersebut disebut (bermakna) tunggal. Jika individu (benda) yang diacu lebih
dari satu, nomina itu disebut (bermakna) jamak. Konsep generik dan spesifik
bertalian dengan individu (benda) yang diacu oleh suatu (frasa) nomina. Jika
suatu nomina mengacu pada seluruh individu (benda) dalam suatu kelas,
nomina tersebut dikatakan bermakna generik. Jika (frasa) nomina mengacu
pada individu (individu-individu) atau benda (benda -benda) tertentu,
nomina tersebut dikatakan bermakna spesifik.
Dalam bahasa Indonesia konsep tunggal itu ditandai oleh pemakaian
kata seperti satu^ suatUy atau se-, sedangkan konsep jamak umumnya
dinyatakan dengan perulangan. Penambahan bentuk penanda ketunggalan
itu terbatas pada nomina terbilang (lihat 7.1.4). Jadi, bentuk seperti satu
rumahy suatu masalah, dan seekor anjing lazim dalam bahasa Indonesia, tetapi
bentuk seperti *satu air, *suatu hormat, dan *sebuah teh tidak berterima.
Penggunaan perulangan untuk menyatakan konsep kejamakan dalam bahasa
Indonesia juga terbatas pada nomina umum (nama jenis) terbilang, seperti
rumah-rumah, orang-orang, dan kesulitan-kesulitan. Pengulangan bentuk
nomina takterbilang (yang konkret) seperti air-air, beras-beras, dan minyak￾minyak selalu mengandung pengertian bahwa benda yang dimaksud terdapat
dalam beberapa wadah atau kumpulan.

Selain melalui perulangan, bahasa Indonesia juga menggunakan
secara terbatas bentuk perulangan dengan afiks -an, para, kaum, dan umat
untuk menyatakan konsep kejamakan.
7.4.1 Bentuk Perulangan + -an
Bentuk perulangan dengan sufiks -an digunakan untuk menyatakan
kumpulan atau keberagaman dari benda yang dinyatakan nomina pangkal.
Nomina yang mengalami pengulangan dan penambahan afiks itu umumnya
terbatas pada nomina yang menyatakan flora. Nomina yang menyatakan
benda bukan flora, jika mengalami perulangan dengan afiksasi demikian,
akan mempunyai makna kemiripan atau tiruan (lihat 7.1.4.2).
Contoh:
(331) Perulangan
batu-batu
biji-biji
daun-daun
kacang-kacang
pohon-pohon
rumput-rumput
runtuhan-runtuhan
sayur-sayur
tanaman-tanaman
tumbuhan-tumbuhan
Perulangan -an
batu-batuan
biji-bijian
daun-daunan
kacang-kacangan
pohon-pohonan
rumput-rumputan
*runtuh-runtuhan
sayur-sayuran
tanam-tanaman
tumbuh-tumbuhan
> dedaunan
> pepohonan
> rerumputan
> reruntuhan
tetumbuhan
Dari daftar di atas hanya nomina batu dan runtuhan yang bukan
flora. Pada umumnya bentuk perulangan + -an di atas dapat bervariasi
dengan perulangan suku pertama (dwipurwa) seperti bebatuan, dedaunan,
rerumputan, pepohonan, dan tetumbuhan.
7.4.2 Kata/>/zr/z
Kata para dapat digunakan untuk menyatakan makna kolektif kelompok
orang. Nomina yang dapat didahului oleh para terbatas pada nomina yang
menyatakan kelompok orang yang mempunyai karakteristik tertentu, seperti
pekerjaan atau status.

Contoh:
(332) Perulangan Para + Nomina
dosen-dosen para dosen
guru-guru para guru
hakim-hakim para hakim
menteri-menteri para menteri
murid-murid para murid
nabi-nabi para nabi
rasul-rasul para rasul
pemuda-pemuda para pemuda
pejuang-pejuang para pejuang
pengarang-pengarang para pengarang
Nomina hubungan kekerabatan dan pertemanan umumnya bisa
diulang, tetapi tidak bisa didahului para, Jadi, bentuk seperti anak-anaky
adik-adiky bapak-bapaky teman'temariy dan kawan-kawan lazim digunakan
dalam bahasa Indonesia, tetapi bentuk seperti "^para anaky *para adiky *para
bapaky *para temariy dan *para kawan tidak berterima. Sebaliknya, nomina
berawalan ter- dapat didahului oleh paray tetapi tidak dapat diulang. Bentuk
seperti para terdakwa, para terpidana, para terhukum, para tertuduh, dan para
tersangka lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi bentuk *terdakwa￾terdakway *terpidana-terpidanay *terhukum-terhukumy *tertuduh-tertu-duh,
dan *tersangka-tersangka tidak berterima.
7.4.3 Kata kaum
Kara kaum digunakan untuk menyatakan makna kolektif kelompok besar
orang yang mempunyai paham, status, pekerjaan, atau nasib yang sama.
Nomina yang bisa didahului kaum umumnya mempunyai bentuk ulang
dan bentuk ulang tanpa kata orang umumnya dapat juga didahului para jika
nomina tersebut mengacu pada kelompok yang besar.
Contoh:
(333) a. Guru-guru/para guru/kaum gum perlu mendapat perhatian khusus.
b. Guru-guru/para guru/*kaum guru di sekolah itu harus
berpakaian seragam.
(334) a. Orang-orang/kaum/*para (yang) terpelajar menjadi
peiopor kemajuan suatu bangsa.
b. Orang-orang/*kaum (yang) terpelajar di desa itu tidak banyak.
Kata kaum pada (328b) tidak dapat dipakai karena nomina guru
mengacu pada kelompok yang relatif kecil oleh kehadiran frasa preposisional
di sekolah itu. Kata para pada (329a) tidak berterima karena bentuk terpelajar
bukan nomina. Kata kaum pada (329b) tidak berterima karena {yan^
terpelajar mengacu pada jumlah yang kecil oleh kehadiran frasa di desa itu.
Berikut adalah contoh nomina yang dapat didahului kaum dan (dalam batas
tertentu) para.
Contoh:
(335) Perulangan Kaum + Nomina Para + Nomina
guru-guru kaum guru para guru
nelayan-nelayan kaum nelayan para nelayan
buruh-buruh kaum buruh para buruh
bangsawan-bangsawan kaum bangsawan para bangsawan
brahmana-brahmana kaum brahmana para brahmana
pedagang-pedagang kaum pedagang para pedagang
petani-petani kaum petani para petani
orang-orang komunis kaum komunis ~
orang-orang sosialis kaum sosialis ~
orang-orang terpelajar kaum terpelajar ~
orang-orang tertindas kaum tertindas ~
7.4.4 Kata umat
Kata umat digunakan untuk menyatakan makna kolektif kelompok besar
penganut agama tertentu dan makna generik manusia. Nomina yang dapat
didahului umat dapat mempunyai bentuk ulang yang dimuiai dengan orang.
(336) a. Orang-orang/umat Hindu di negeri ini kurang dari lima
persen.
b. Orang-orang/?umat Hindu di kampung ini baik-baik.
c. Manusia/umat manusia/?manusia-manusia di muka bumi ini
harus saling mengasihi.
Bentuk umat pada (331b) terasa janggal karena nomina Hindu
mengacu pada kelompok kecil oleh kehadiran frasa preposisional di kampung
ini. Bentuk manusia-manusia pada (331c) terasa janggal. Bentuk ulang itu,
jika dipakai, dimaksudkan untuk memberi penekanan pada nomina tersebut.
Lebih lanjut perlu diingat bahwa konsep jumlah (tunggal/ jamak)
tidak mempunyai hubungan langsung dengan konsep pengacuan (generik/
spesifik).
Contoh:
(337) a. wwnWharus rajin belajar.
b. Ada seorang murid datang terlambat pagi ini.
(338) a. Para pemimpin harus memberi teladan kepada rakyat.
b. Para pemimpin partai itu akan bertemu dengan Presiden besok.
Nomina murid pada (332) bermakna tunggal karena kehadiran
seorangdiasi nomina pemimpin pada (333) bermakna jamak karena kehadiran
para. Nomina murid pada kalimat (332a) dan pemimpin (333a) bermakna
generik dan pada (332b) dan (333b) kedua nomina itu bermakna spesifik.
Dari uraian dan contoh-contoh di atas tampak bahwa bentuk nomina
dalam bahasa Indonesia tidak menunjukkan ciri jumlah (tunggal/jamak),
seperti yang tampak pada kata serapan: muslim-muslimin (dari Arab) dan
alumnus-alumni (dari Latin). Suatu nomina tanpa penanda jumlah dapat
mempunyai tafsiran tunggal atau jamak dan mengacu pada satu individu
atau lebih, atau bahkan seluruh individu dalam kelas (genus) nomina tersebut
bergantung pada konteksnya.
Contoh:
(339) a. Anjing suka tulang.
b. /i«y«_g'saya sudah mad.
c. Anjing saya sudah mati semua.
d. Anjing saya berebut tulang.
e. Anjing saya berebut tulang dengan anjing tetangga.
(340) a. Murid senang membaca buku komik.
b. Murid itu sedang membaca buku komik.
c. Murid itu sering membaca buku komik.
d. Murid itu sering membaca buku komik itu.

Kata^w^m^pada (334a) dapat mengacu ke satu anjing, banyakanjing, atau
semua anjing. Jadi, dari segi jumlah bentukanjing^dAz. (334a) dapat bermakna
tunggal atau jamak. Dari segi pengacuan, ^wy/w^pada (334a) bermakna generik.
Pada (334b) ^w^Vwg-cenderung akan ditafsirkan bermakna tunggal oleh kehadiran
predikat sudah mati\ jika anjingsaya lebih dari satu, perlu ditambahkan katasemua
di akhir (atau di awal kalimat) seperti pada (334c). Pada (334d) anjing{saya) akan
ditafsirkan lebih dari satu karena penggunaan predikat berebuP, jika anjingsaya
hanya satu, perlu ada keterangan ten tang anjing lain yang menjadi lawannya dalam
berebut tulang itu seperti pada (334e). Dari segi pengacuan, anjing pada (334b—
e) bermakna spesifik karena kehadiran pronomina kepemilikan saya sebagai pe￾nentu.
Bentuk buku komik pada (335a) dapat mengacu pada satu buku komik,
banyak buku, atau semua buku komik. Dengan kata lain, buku komik pada
(335a) dapat mempunyai tafsiran tunggal dan dapat pula jamak dari segi
jumlah dan akan bermakna generik dari segi pengacuan oleh penggunaan
predikat senang {membaca). Pada (335b), buku komik akan ditafsirkan satu
karena kehadiran kata sedang. Dalam melakukan kegiatan membaca orang
hanya bisa melakukannya dengan satu buku pada saat tertentu. Pada (335c),
buku komik akan ditafsirkan lebih dari satu karena kehadiran kata sering,
Akan tetapi, pada (335d) buku komik {itu) cenderung ditafsirkan satu (buku
komik yang sama) karena kehadiran penunjuk itu. Dari segi pengacuan,
buku komik pada (335b—d) bermakna spesifik karena penggunaan adverbia
sering dan sedang di samping penunjuk itu (335d).
Pengertian mengenai ketunggalan, kejamakan, kegenerikan,
dan kespesifikan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
jenis verba yang digunakan dalam kalimat. Verba suka lebih cende
rung bersifat generik, sedangkan membaca takgenerik (spesifik).
Dari uraian di atas dapat dikemukakan beberapa hal berikut.
1) Meskipun pada umumnya pengertian kejamakan dan ketunggalan
dinyatakan dalam wujud yang berbeda, dalam hubungannya dengan
verba tertentu wujud nomina itu tidak dipegang teguh.
2) Untuk menyatakan konsep kegenerikan, bentuk reduplikasi tidak di￾pakai.
3) Penggolong nomina yang menyatakan ketunggalan seperti sebuah,
seekor, dan seorang dalam konteks tertentu dapat dihilangkan tanpa
menimbulkan perbedaan arti. Pada konteks yang lain, penghilangan
penggolong itu mengubah arti kalimat.

4) Jenis verba dan adverbia yang digunakan dalam kalimat dapat meme￾ngaruhi konsep kejamakan, ketunggalan, kegenerikan, atau kespesifikan.
5) Ketidakhadiran pronomina kepemilikan atau demonstrativa setelah
nomina menjadikan nomina tersebut spesifik.

Dalam bab-bab terdahulu telah dibicarakan empat kelas kata utama dalam
bahasa Indonesia, yakni verba, adjektiva, adverbia, dan nomina. Selain itu,
juga telah dibahas bersama-sama dengan nomina dua kelas kata lain, yaitu
pronomina dan niimeralia. Di samping keempat kelas utama tersebut, masih
ada kelas kata lain yang mempimyai ciri khusus, yakni kata tiigas. Kata
seperti dan, ke, karena, dan dari termasuk dalam kelas kata tugas. Kata tugas
didefinisikan sebagai kata yang menyatakan hubungan suatu unsur dengan
unsur yang lain dalam frasa atau kalimat.
Berbeda dengan kata dalam keempat kelas yang telah dibicara
kan, kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memi￾liki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu
secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa
atau kalimat. Jika arti suatu kata yang tergolong nomina, misalnya
buku, dapat diberikan berdasarkan kodrat kata itu sendiri, benda
yang terdiri atas kumpulan kertas bertulisan atau kumpulan kertas
kosong yang terjilid, cara yang sama tidak dapat ditempuh untuk
arti suatu kata tugas. Kata tugas seperti dan atau ke baru akan mem
punyai arti apabila dlrangkai dengan kata lain menjadi, misalnya, ayah dan
ibu dan ke pasar. Kata dan dalam frasa ayah dan ibu menyatakan makna
hubungan gabungan antara kata ayah dan ibu. Kata ke pada frasa ke pasar
menyatakan makna arah yang ditiiju, dalam hal ini pasar.
Ciri lainnya adalah bahwa pada umumnya kata tugas tidak da￾pat menjadi dasar untuk pembentukan kata lain. Jika dari verba datangdz^Oii
diturunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan,
tidak demikian halnya dengan kata tugas seperti dan dan dari. Bentuk￾bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata
tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang
bentuknya sama, tetapi kategorinya berbeda.
Lain halnya dengan kelas verba, adjektiva, adverbia, dan nomina
yang merupakan kelas kata terbuka, kata tugas merupakan kelas kata yang
tertutup. Anggota kelas kata terbuka dapat bertambah dengan mudah melalui
pembentukan kata baru atau penyerapan unsur bahasa lain sebagai kata baru
atau padanan kata yang telah ada. Dengan masuknya benda yang dapat
melakukan penghitungan dengan cepat dalam kehidupan sehari-hari, orang
menerima pula kata kalkulator. Di samping itu, kata klasifikasi diserap juga
sebagai padanan kata Indonesia pengelompokan. Contoh dalam kelas kata
lain adalah verba mengedit, adjektiva moneter, dan adverbia agak (mahal).
Hal seperti itu hampir tidak pernah terjadi untuk kelas kata tugas.
8.2 JENIS KATA TUGAS
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dalam bahasa
Indonesia dapat dikelompokkan atas preposisi, konjungsi, interjeksi,
artikula, dan partikel. Pembahasan dalam bab ini meliputi (I) preposisi, (2)
konjungsi, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel.
8.2.1 Preposisi
Dari segi bentuknya preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan
preposisi gabungan. Berikut adalah jabaran mengenai bentuk serta makna
preposisi.
Dari perilaku semantisnya, preposisi yang juga disebut kata depan
adalah kata tugas yang menandai berbagai hubungan makna antara konstituen
di depan preposisi tersebut dan konstituen di belakangnya. Dalam frasa pergi
ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
(perbuatan) pergi dan pasar (tempat yang dituju).
Dari perilaku sintaktisnya, preposisi berada di depan nomina,
adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa
preposisional. Dengan demikian, dapat terbentuk frasa preposisional seperti
ke pasar., sampai penuh, dan dengan segera.
8.2.1.1 Bentuk Preposisi
Preposisi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi preposisi tunggal dan
preposisi gabungan.
8.2.1.1.1 Preposisi Tun^al
Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Bentuk
preposisi tunggal tersebut dapat berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari,
dan pada dan (2) kata berafiks, seperti sekma, mengenai, dan sepanjang.
1) Preposisi yang Berupa Kata Dasar
Preposisi dalam kelompok ini hanya terdiri atas satu morfem.
Anak kecil biasanya takut akan kegelapan.
Antara Solo dan Yogya terdapat Candi Prambanan.
Terima kasih atas bantuan Bapak.
Pendidikan sangat berharga bagi semua orang.
Selamat berlibur buat teman-temanku yang berada di
kampung.
Kecelakaan di Jalan Juanda terjadi sebanyak 12 kali dalam
bulan ini.
Orang tuanya berasal dari Semarang.
Demi keluarga yang dicintainya, ia merantau ke tanah
seberang.
Laksica pergi dengan temannya pagi tadi.
Silakan duduk di kursi.
Surat wasiat itu belum diketahui keberadaannya hingga
sekarang.
Ia selalu pergi ke kantor pagi-pagi.
Buku yang lain boleh kaupinjam kecuali buku ini.
Kilang minyak Balongan terdapat di lepas pantai.
Setiap lewat tengah malam, suara itu pasti terdengar.
Makalah ini ditulis oleh Afrizal.
Ani pergi pada hari Minggu.
Harga kilogramnya Rpl7.500,00.
Dia mengetik sampai pagi.
lyon dimanja ibunya sejak kecil.
Danar dan Agung seperti kakak dan adik.
Lemari dan meja serta kursi ini saya beli ketika harganya
belum melambung.
Lelaki itu berbicara tanpa basa-basi.
tentang: Dia sangat senang jika diajak berbicara tentang masalah
moneter.
untuk : Buku ini dibeli iintuk Tono.
Beberapa bentuk preposisi dalam senarai di atas berasal dari kelas kata
lain, misalnya antara (N), atas (N), lepas (A), lewat (V), dan sampai (V),
2) Preposisi yang Berupa Kata Berafiks
Preposisi dalam kelompok ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada
bentuk dasar yang termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau nomina.
Pengafiksan dalam pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks,
sufiks, atau gabungan keduanya. Pembentukan preposisi dengan penambahan
afiks ini sangat terbatas. Berikut adalah preposisi berafiks yang ada dalam
bahasa Indonesia.
a) Preposisi yang Berupa Kata Berprefiks
(2) bersama : Arya senang pergi bersama kakaknya.
beserta : Ayah beserta ibu sedang pergi ke Makassar.
menjelang : Dia selalu pergi menjelang malam apabila naik
kereta ke Surabaya.
menuju : Dua wanita itu pergi menuju jembatan
penyeberangan.
menurut : Menurut rencana, buku ini akan diluncurkan
buian depan.
terhadap : Terhadap ketentuan itu, Pak Amin enggan
berkomentar.
b) Preposisi yang Berupa Kata Bersufiks
(3) bagaikan ; Sumi cantik bagaikan bidadari.
c) Preposisi yang Berupa Kata Berprefiks dan Bersufiks
(4) melalui : Surat itu telah dikirim melalui pos.
mengenai : Pak Rahman sedang berceramah mengenai
kenakaian remaja.

8.2.1.1.2 Preposisi Gabimgan
Preposisi gabungan terdiri atas (1) dua preposisi yang berdampingan dan (2)
dua preposisi yang berkorelasi.
1) Preposisi yang Berdampingan
Preposisi gabungan jenis pertama terdiri atas dua preposisi yang letaknya
berurutan. Berikut adalah contoh preposisi yang berdampingan.
(5) daripada
kepada
{oleh) karena
{oleh) sebab
sampai dengan
Menara ini lebih tinggi daripada pohon itu.
Buku itu diberikan kepada adik.
la tidak masuk {oleii) karena penyakitnya.
Tanaman itu mati {oleh) sebab kekeringan.
Nyoman mengerjakan seal nomor lima sampai
dengan sepuluh.
sampai ke : Kami berjalan sampai ke bukit.
selain {dart) : Selain {dart) kakaknya, ia juga terpilih.
Perlu diperhatikan pemakaian preposisi daripada sering digunakan
secara tidak tepat. Kata daripada dipakai hanya untuk menyatakan
perbandingan (lihat juga 5.4.2 tentang adjektiva) dan tidak untuk
menyatakan milik, menyatakan asal, atau menghubungkan verba dengan
unsur yang mengikutinya. Berikut adalah beberapa contoh pemakaian yang
keliru (kalimat a) yang disertai perbaikannya (kalimat b).
(6) a. *Masalah daripada penduduk harus dipecahkan secara nasional.
b. Masalah penduduk harus dipecahkan secara nasional.
(7) a. *Jakarta adalah ibu kota daripada Indonesia,
b. Jakarta adalah ibu kota Indonesia.
(8) a. *Kita harus dapat menyimak keluhan-keluhan daripada
para siswa.
b. Kita harus dapat menyimak keluhan-keluhan {dari) para
siswa.
(9) a. *Dalam rapat yang lalu jawaban daripada badan pengurus
tidak memuaskan.
b. Dalam rapat yang lalu jawaban {dari) badan pengurus
tidak memuaskan.
(10) a. *Kami sudah mempertimbangkan daripada persoalan
itu.
b. Kami sudah mempertimbangkan persoalan itu.
(11) a. *Sambil menunggu daripada basil panen, Indonesia
akan mengimpor betas,
b. Sambil menunggu basil panen, Indonesia akan mengimpor betas.
2) Preposisi yang Berkorelasi
Preposisi gabungan jenis kedua terdiri atas dua unsur yang dipakai
berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain.
(12) antara ... dan ....
dari... hingga ...
dari ... sampai {dengari) ..
dari... sampai ke ....
dari... ke....
dari... sampai....
sejak... hingga
sejak... sampai....
mulai... sampai {dengari)
: Antara dia dan adiknya ada perbedaan
yang mencolok.
: Kami akan menginap di hotel itu dari
bari Senin hingga ]\xTCi2X.
: Seminar itu diadakan dari hari Senin
sampai {dengari) Kamis minggu
depan.
: Kami tidak tabu berapa jauhnya
dari rumah kami sampai ke desa itu.
: Mereka pindab dari Bandung Jakarta
tabun lalu.
: Dari labir sampai berumur sepulub
tabun, ia ikut neneknya.
: Saya tidak bertemu dengan beliau
lagi sejak rapat itu hingga kini.
: Sejak menikah sampai punya anak
satu, kami belum memiliki rumah
sendiri.
.. : Mulai Senin pagi sampai {dengan)
Jumat sore kami akan tinggal di sini
untuk sementara.

3) Preposisi dan Nomina Lokatif
Suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina
itu mempunyai ciri lokatif, seperti pada frasa preposisional di atas meja, ke
dakm rumah, dan dari sekitar kampus. Struktur frasa preposisional tersebut
dapat digambarkan dengan bagan diagram pohon berikut.
Dari bagan diagram di atas tampak bahwa atas, dalam, dan sekitar me￾rupakan bagian dari frasa nominal atas meja, dalam rumah, dan sekitar kampus
dan bukan frasa gabungan di atas, ke dalam, dan dari sekitar. Sebagian dari
kelompok N ^ ataupun ada yang waj ib muncul dan ada pula yang manasuka.
Kelompok Nj yang tidak wajib muncul adalah, misalnya, atas dan dalam.
Muncul atau tidaknya Nj itu dipengaruhi oleh ciri semantik N^yang dimensi￾nya berbeda-beda. Karena meja, misalnya, mempunyai dimensi dua (panjang
dan lebar), di meja diartikan sama dengan di atas meja. Berikut adalah
beberapa contoh lain.
(13) a. Letakkan piring itu di {atas) meja.
b. Naikkan barang itu ke {atas) truk.
c. Dagangan itu diturunkan dari {atas) kapal.
d. Buku itu ada di {dalam) lemari.
e. Dia memasukkan kunci itu ke {dalam) laci.
f. Pisau itu diambilnya dari {dalam) peti.
Perlu ditambahkan bahwa bentuk preposisi gabungan di dalam
dapat juga beralternasi dengan dalam saja, terutama apabila nomina yang
mengikutinya merujuk ke benda yang berdimensi tiga.
Contoh;
(14) a. Baju itu {di) dalam lemari.
b. Uangnya disimpan {di) dalam tas.
c. Kejengkelannya itu disembunyikan {di) dalam hati.
Dalam kasus tertentu bentuk yang beralternasi dapat me￾nimbulkan perbedaan makna.
Contoh:
(15) a. Waktu itu saya sedang di dalam rumah.
{di dalam rumah tidak sama dengan di rumah)
b. Dia pergi ke atas bukit.
{ke atas bukit tidak sama dengan ke bukit)
c. Kucing itu meloncat dari atas mobil.
{dari atas mobil tidak sama dengan dari mobil)
Apabila rujukan jelas, karena konteks kalimat atau konteks situasi,
frasa preposisional itu dapat pula muncul tanpa N^. Contoh (16) dan (17)
memperlihatkan konteks kalimat dan konteks situasi yang jelas.
(16) a. Mercka duduk-duduk di luar rumah, sedangkan kami di dalam.
b. Sementara mereka berunding di dalam rumah, kami menunggu
di luar.
(17) a. Karena kekurangan kursi, mereka sebagian duduk di bawah.
b. Karena pintu depan tertutup, kami masuk dari belakang.

Berikut adalah frasa preposisional yang juga dapat muncul tanpa
jika konteks kalimat atau situasinya jelas.
(18) di depan ke depan dari depan
di muka ke muka dari muka
di pinggir ke pinggir dari pinggir
di samping ke samping dari samping
di sebelah ke sebelah dari sebelah
di tengah ke tengah dari tengah
Ada pula frasa preposisional yang mensyaratkan muncuinya di
samping seperti contoh berikut.
(19) di antara
di balik
di dekat
ke antara ... dari antara ...
ke balik ... dari balik ...
ke dekat ... dari dekat ...
Bandingkan a dan h pada contoh berikut.
(20) a. Polisi terlihat di antara para pengunjuk rasa,
b. *Polisi terlihat di antara.
(21) a. Aktris itu bersiap-siap layar.
b. *Aktris itu bersiap-siap di balik.
(22) a. Mereka tinggal di dekat pabrik.
b. * Mereka tinggal di dekat.
(23) a. Dia menuju pintu keluar.
b. *Dia menuju ke dekat.
(24) a. Gadis itu mengintip jejaka dari balik jendela.
b. * Gadis itu mengintip jejaka dari balik.
(25) a. Mereka berlari ke balik semak-semak.
b. *Mereka berlari ke balik.
Khusus mengenai dari dekaty frasa preposisional ini tidak
mengharuskan muncuinya N^. Perlu diingat bahwa bentuk dari dekat

dapat merupakan frasa yang terdiri atas preposisi dan adjektiva. Dalam hal
demikian titik acuan adalah tempat peristiwa itu. Sejajar dengan itu, terdapat
juga bentuk dart jauh.
Pada contoh berikut ini unsur N, dari frasa preposisional dari dekat
pada (26b) tidak hadir.
(26) a, Dia menyaksikan peristiwa itu dari dekat rumah.
b. Dia menyaksikan peristiwa itu dari dekat.
Keberterimaan kalimat (26b) disebabkan oleh kenyataan bahwa N2
frasa proposisional dari dekat sama dengan FN pelengkap (predikat) kalimat,
yaitu peristiwa itu yang tidak hadir karena sama dengan FN pelengkap
kalimat.
Bentuk-bentuk di sini, di situ, dan di sana\ kesini, ke situ, dan kesana-,
dari sini, dari situ, dan dari sana merupakan pronomina penunjuk tempat
(lihat 7.2.2.3). Bentuk-bentuk preposisi bahasa Indonesia yang dibicarakan
di atas dapat disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
8.2.1.2 Peran Semantis Preposisi
Pada 8.2.1 telah disebutkan bahwa preposisi mempunyai fungsi atau peran
untuk menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan
preposisi itu dan konstituen di belakangnya. Peran semantis preposisi yang
lazim dalam bahasa Indonesia adalah sebagai penanda hubungan (1) tempat,
(2) peruntukan, (3) sebab, (4) kesertaan atau cara, (5) pelaku, (6) waktu, (7)
ihwal (peristiwa), dan (8) asal (bahan).
1) Penanda Hubungan Tempat
Preposisi yang berupa penanda hubungan tempat dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(27) di
ke
dart
hingga
sampai
antara
pada
la teiah bekerja di kantor ini selama dua puluh tahun.
Pak Imran sering pulang ke Gorontalo.
Dia belum pulang dari kantor.
Saya tidur dalam perjalanan hingga Denpasar.
Kita berjalan kaki sampai hotel.
Mobilnya mogok antara Balikpapan dan Samarinda.
Buku itu ada pada saya.
2) Penanda Hubungan Peruntukan
Preposisi yang berupa penanda hubungan peruntukan dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(28) bagi : Bagi kami itu bukan persoalan pokok.
untuk : Untuk memperoleh air bersih, ia harus berjalan 5 km
menuruni bukit.
buat : Btiat apa kamu hadir kalau hanya diam saja.
guna : Guna melestarikan kesenian itu, Pak Wiryo rela
mengeluarkan puluhan juta rupiah.
3) Penanda Hubungan Sebab
Preposisi yang berupa penanda hubungan sebab dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(29) karena : Hardi mencintai Dita karena keibuannya.
sebab : Dia diangkat menjadi kepala sebab kepintarannya.
lantaran : Lantaran kelucuannya, Aci menjadi pelawak terkenal.
4) Penanda Hubungan Kesertaan atau Cara
Preposisi yang berupa penanda hubungan kesertaan atau cara dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
(30) dengan
sambil
bersama
beserta
Atlet itu menerima kekalahan dengan lapang dada.
Sarif bekerja sambil mendengarkan musik.
Pak Puryadi bersama keluarganya berangkat ke
Manado pagi tadi.
Menteri Pendidikan beserta rombongan dipersilakan
duduk kembali.
5) Penanda Hubimgan Pelaku
Preposisi yang berupa penanda hubungan pelaku daiam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(31) oleh : Seminar itu akan dibuka Menteri Daiam Negeri.
6) Penanda Hubungan Waktu
Preposisi yang berupa penanda hubungan waktu daiam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(32) pada
hingga
sampai
sejak
semenjak
menijelang
Hendro datang pada malam hari.
Hingga kemarin masalah itu belum ada pemecahannya.
Sampai sekarang saya belum mendapat kabar dari
beliau.
Sejak minggu lalu dia berada di rumah,
Semenjak kemarin Mutia menunggu neneknya.
Menjelang kedatangannya, kami mempersiapkan
upacara penyambutan.
dari : Dari pagi beliau tidak keluar dari ruangannya.
7) Penanda Hubungan Ibwal (Peristiwa)
Preposisi yang berupa penanda hubungan ihwal (peristiwa) daiam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
(33) tentang : Tentang kebaikan orang itu sudah diketahui oleh
warga desa.
mengenai : Pak Mohtar senang bercerita mengenai sejarah
kejayaan Majapahit.
8) Penanda Hubungan Asal (Baban)
Preposisi yang berupa penanda hubungan asal (bahan) daiam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
(34) dari : Kursi ini dibuat dari kayu jati.
8.2.1.3 Peran Sintaktis Preposisi
Frasa preposisional dalam bahasa Indonesia pada umumnya berfungsi
sebagai keterangan atau adverbial dalam kalimat, seperti pada Kami tinggal
di Jalan Damai, Mereka sudah berangkat ke sekolah, dan Uangnya ditabung
di bank. Verba predikat yang mengandung makna gerakan, seperti pergi,
datang, dan berangkat, umumnya dapat diikuti oleh keterangan berupa frasa
preposisional yang intinya adalah preposisi ke yang mengandung makna
'arah (tujuan)' atau preposisi dari yang mengandung makna 'asal'. Karena
persamaan ciri makna itu, kalimat berpredikat frasa preposisional dan yang
berpredikat verba cenderung mempunyai perilaku sintaktis yang sama dan
persamaan makna jika konteks ujarannya jelas.
Contoh:
(35) i. Wati ke Bandung.
ii. Wati akan!sudah!belumltidak ke Bandung.
b. i. Wati (pergi/berangkat/pulang)
ii. Wati akanisudahibelumltidak (pergi/berangkat/pulang) ke
Bandung.
(36) a. i. Ruli di Bandung sekarang.
ii. Ruli akanisudahi belumltidak di Bandung
iii. Ruli akanisudahi belumltidak (ber)ada di Bandung
b. i. Jalannya seperti robot.
ii. Jalannya akanisudahi belumltidak seperti robot.
iii. Jalannya akanisudahibelumltidak sama denganimenyerupai
robot.
(37) . Dani dari Medan.
i. Dani akanisudahi belumltidak dari Medan.
ii. Dani akanisudahi belumltidak pcr^dhcraLn^atipxAzn^
dari Medan.
i. Pemuda itu dari Flores.
ii. Pemuda itu bukan (berasal) dari Flores.

Kalimat (35a dan 35b) mengisyaratkan bahwa preposisi ke yang
mengandung ciri makna gerakan dan verba yang mengandung ciri makna
'gerakan', seperti pergi, berangkat, dan pulang, mempunyai perilaku sintaktis
yang sama. Kalimat yang berpredikat frasa preposisional ke Bandung dzn yang
berpredikat verba yang mengandung ciri makna gerakan itu juga mempunyai
persamaan jika konteks ujarannya jelas. Contoh (36a) memperlihatkan
bahwa frasa preposisional di Bandungyzn^ mengandung ciri makna 'tempat'
mempunyai perilaku yang sama dengan verba {ber)ada. Kalimat berpredikat
frasa preposisional di Bandung dan yang berpredikat {ber)ada di Bandung
bermakna sama. Contoh (36b) memperlihatkan bahwa kalimat berpredikat
frasa preposisional seperti robot, yang mengandung ciri makna 'serupa' atau
'mirip', mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan kalimat berpredikat
adjektiva sama (dengan) robot atau verba menyerupai robot.
Contoh (37) memperlihatkan penggunaan preposisi dari yang diikuti
nomina tempat, dari Medan, sebagai predikat kalimat. Kejanggalan kalimat
(37a.ii) mengisyaratkan bahwa dari dengan ciri makna 'asal tindakan' atau
'gerakan' perlu disertai verba dalam pemakaiannya sebagai predikat. Jika
tidak disertai verba, dari akan ditafsirkan asal tempat tinggal atau bahan
seperti tecermin pada (37b).
Frasa preposisi yang telah bergabung dengan nomina tempat dapat
menjadi predikat kalimat, seperti untuk, bagi, tentang, atau mengenai +
nomina tempat mempunyai perilaku sintaktis seperti nomina.
Contoh:
(38) a. 1. Baku ini untuk hadiah ulang tahunmu.
ii. Buku ini bukan untuk hadiah ulang tahunmu.
I. Makalahnya tentang kebudayaan daerah.
Makalahnya bukan tentang kebudayaan daerah.
Keberagaman perilaku sintaktis frasa preposisional yang menjadi
predikat itu dapat dimengerti karena preposisi dalam bahasa Indonesia ada
yang berasal dari nomina, verba, adjektiva, atau kelas kata lain.
8.2.2 Konjimgsi
Konjungsi, yang juga dinamakan kata hubung, adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa, baik yang setara (sederajat) maupun
yang tidak setara. Konjungsi yang setara menghubungkan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa yang setara.
Contoh:
(39) a. Toni dan All sedang belajar matematika.
b. Keberhasilan atau kegagalan kita bergantung pada upaya kita
sendiri.
(40) a. Tim ahli Indonesia dan utusan ASEAN berunding lebih
dari seminggu.
b. PHK serta penghentian gaji karyawan menarik perhatian
Menteri Sosial.
(41) a. Frida sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur.
b. Kamu man ikut atau tinggal di rumah saja?
c. Meskipun tidak setuju, dia tidak menghalang-halangi niat kami.
d. Mahasiswa ingin berdialog, tetapi ide itu dianggap tidak praktis.
e. Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya sudah selesai.
Konjungsi yang tidak setara, seperti karena, sejaky dan setelah,
dapat menghubungkan kata, frasa, atau klausa yang tidak setara. Dalam
hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk-bentuk itu berfungsi sebagai
preposisi seperti dalam contoh (a); dalam hubungannya dengan klausa,
bentuk-bentuk itu berfungsi sebagai konjungsi seperti dalam contoh (b).
(42) a. Dia tidak pergi berlibur karena masalah keuangan.
b. Dia tidak pergi berlibur karena uangnya habis.
(43) a. Dia sudah tinggal di sini sejak bulan Agustus.
b. Anak Pak Ante sudah tinggal di sini sejak dia berumur dua tahun.
(44) a. Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00.
b. Kami boleh menemui dia setelah dia salat Jumat.

Pada tabel berikut tampak bahwa ada bentuk yang hanya dapat
berfungsi sebagai preposisi; ada bentuk yang hanya berfungsi sebagai
konjungsi; dan ada bentuk yang dapat berfungsi sebagai preposisi dan
konjungsi
Jika dilihat dari perilaku sintaktisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi
korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat.
8.2.2.1 Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungvsi yang menghubungkan dua unsur
atau lebih yang sama penting atau memiliki status sintaktis yang sama seperti
dinyatakan di atasnya. Perhatikan konjungsi koordinatif berikut.
(45) dan
melainkan
padahal
sedangkan
serta
tetapi
d4in/atau
penanda hubungan penambahan
penanda hubungan pemilihan
penanda hubungan perlawanan
penanda hubungan pertentangan
penanda hubungan pertentangan
penanda hubungan pendampingan
penanda hubungan perlawanan
penanda hubungan jumiah atau pilihan
Konjungsi koordinatif dan, serta, atau, dan tetapi agak berbeda
dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, di samping menghubungkan
klausa, juga dapat menghubungkan kata/frasa. Meskipun begitu, frasa yang
dihasilkan bukanlah frasa prcposisionai.
Contoh:
(46) a. Dia tertawa dan istrinya pun tertawa.
b. Dia mencari saya dan adlk saya.
c. Anda mau minum teh atau (Anda mau minum) kopi?
d. Saya atau kamu yang akan menjemput Ibu?
e. Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
f. Sebenarnya anak itu pandai, tetapi (iaj malas.
g. Yang kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih.
h. Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
i. Ibu sedang masak, sedangkan ayah membaca koran.
Di antara konjungsi koordinatif di atas, konjungsi dan^ atau, dan
tetapi termasuk konjungsi koordinatif yang dapat menghubungkan kata/
frasa dengan kata/frasa lain (46b, 46d, 46g), selain klausa dengan klausa.
Konjungsi dan dan atau dapat menghubungkan dua unsur atau lebih,
sedangkan konjungsi tetapi hanya dapat menghubungkan dua unsur.
(47) a. Ibu membeli anggur, {dan) apel, dan jeruk.
b. Kamu mau minum teh, {atau) kopi, atau susu panas?
c. Ibu membeli anggur, tetapi tidak membeli jeruk.
Konjungsi dan pada contoh di atas dapat bergantian (beralternasi)
dengan serta. AJcan tetapi, secara semantis unsur yang dihubungkan oleh
dan mempunyai kedudukan yang sama, sedangkan unsur kedua yang
dihubungkan oleh serta cenderung ditafsirkan bersifat sekunder.
Sebagai penghubung klausa, konjungsi dan dapat mempunyai
implikasi semantik seperti berikut.
a) Klausa kedua merupakan tambahan klausa pertama dengan catatan
kedua klausa itu secara semantis sepadan (kongruen) (48a).
b) Klausa kedua merupakan akibat klausa pertama (48b).
c) Klausa kedua secara kronologis merupakan lanjutan klausa pertama
(48c).
d) Klausa kedua merupakan komentar terhadap klausa pertama (48d).
Contoh:
(48) a. Dia berbaju putih dan (dia) memakai dasi kupu-kupu.
b. Saya melihat seorang anak tetangga menangis dan {karena itu)
saya langsung memanggil ibunya.
c. Dia memarkir mobilnya dan (kemudian) berjalan ke kantornya.
d. Ibu Rlna perhatian sekall dan tidak heran kalau suaminya
sering memberinya hadiah.
Selain contoh pada (48a), klausa pertama dan kedua pada contoh
(48b)—(48d) itu tidak dapat dipertukarkan letaknya. Konjungsi atau dalam
bahasa Indonesia pada dasarnya menyatakan makna pilihan eksklusif, yaitu
pilihan salah satu dari dua kemungkinan atau iebih. Perhatikan contoh
berikut.
(49) a. Anda pilih merah atau biru?
b. Anaknya laki-laki atau perempuan?
c. Rapat itu akan dimuiai pukul sembilan, {atau) pukul
sepuluh, atau pukul satu?
Pada contoh di atas hanya ada satu pilihan yang mungkin diambil.
Konjungsi atau eksklusif tidak dapat dipakai bersama dengan dan. Bentuk
seperti *Anda pilih merah dan/atau biru?, * Anaknya laki-laki danlatau
perempuan, dan *Rapat itu akan dimuiai pukul 9.00, {danlatati) pukul
10.00, danlatau pukul 13.00 tidak berterima dalam bahasa Indonesia.
Selain makna pilihan eksklusif, konjungsi atau dapat pula menyatakan
makna pilihan inklusif, yaitu pemilihan satu atau lebih dari dua kemungkinan
atau lebih. Konjungsi atau inklusif dapat diikuti partikel pun atau, dalam
bahasa formal, ditulis bersama dengan dan yang dipisahkan dengan garis
miring: dan/atau. Perhatikan contoh berikut.
(50) a. Karyawan yang malas atauipun) yang tidak jujur akan ditindak.
b. Ragam bahasa baku secara politis sering berfungsi sebagai
bahasa resmi atauipun) bahasa nasional.
(51) a. Apakah kamu mau membeli tas, sepatu, baju?
b. Orang yang diajak berkomunikasi akan mendengar danlatau
melihat apa yang akan dikomunikasikan.

Pada (50a) yang akan ditindak tidak hanya karyawan yang malas,
tetapi juga yang tidak jujur. Pada (50b) ragam bahasa baku dapat berfungsi
sebagai bahasa resmi saja, sebagai bahasa nasional saja, dan juga sebagai
bahasa resmi dan sebagai bahasa nasional. Contoh (51a) menanyakan
barang yang akan dibeli apakah tas saja, sepatu saja, baju saja, dua dari
ketiganya, ataukah ketiga-tiganya. Contoh (51b) menyatakan bahwa orang
yang diajak berkomunikasi dapat mendengar saja (komunikasi lisan) atau
melihat (membaca) saja, atau mendengar dan juga membaca apa yang
dikomunikasikan.
8.2.2.2 Konjimgsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah sepasang konjungsi koordinatif yang meng￾hubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaktis yang
sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang umumnya terpisah
satu dengan yang lain. Berikut adalah contohnya.
(52) baik ... maupun ,...: Baik Pak Anwar maupun anaknya tidak suka
merokok.
Baik Anda, istri Anda, maupun mertua Anda
akan menerima cendera mata.
tidak hanya tetapi juga ....: Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga
harus patuh terhadap putusan itu.
bukan hanya ..., melainkan juga Bukan hanya masalah itu,
melainkan juga masalah
pendidikan.
demikian ... sehingga ....: Mobil itu iarinya demikian cepatnya sehingga
sangat sukar untuk dipotret.
sedemikian rupa sehingga : Kita harus mengerjakannya sedemikian
rupa sehingga hasilnya benar-benar baik.
apa(kah) ... atau : Apa{kah) Anda setuju atau tidak, kami akan
jalan terus.
entah ... entah ....: Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan
mengusulkan gagasannya.
jangankan ..., ...pun : Jangankan orang tua, orang lain pun
hams dihormati.
8.2.2.3 Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa
atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaktis yang sama. Salah
satu dari klausa itu merupakan klausa subordinatif. Dari perilaku sintaktis
dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas
kelompok. Penggunaan ketiga belas konjungsi subordinatif itu dibicarakan
pada Bab X. Berikut adalah pembagian konjungsi subordinatif.
1) Konjungsi Subordinatif Waktu
a) menunjukkan awal peristiwa
sejak^ sedari, semenjak
b) menunjukkan awal suatu peristiwa yang ditandai dengan peristiwa lain
begitUy demi, ketika, sambily selagiy selama, sementaray serayUy
sewaktUy tatkala
c) menunjukkan awal suatu peristiwa yang didahului dengan peristiwa lain
setelahy sebeluniy sehabisy selesaiy sesudahy seusai
d) menunjukkan lamanya suatu peristiwa yang ditandai dengan perisiwa
tertentu
hingga, sampai
2) Konjungsi Subordinatif Syarat
asal{kan)
apabila
jika
jikalau
kalau
manakala
3) Konjungsi Subordinatif Pengandaian
andaikan
seandainya
sekiranya
seumpamanya
andai kata
4) Konjungsi Subordinatif Tujuan
agar
biar
supaya
5) Konjungsi Subordinatif Konsesif
biarpun
kendati{pun)
meskiipun)
sekalipun
sungguhpun
walauipun)
6) Konjungsi Subordinatif Pembandingan
alih-alih
daripada
ibarat
laksana
seakan-akan
sebagai
sebagaimana
seolah-olah
seperti
7) Konjungsi Subordinatif Sebab
karena
sebab
oleh karena
oleh sebab
8) Konjungsi Subordinatif Hasil
makainyd)
sehingga
sampai{-sampai)
9) Konjungsi Subordinatif Alat
dengan
tanpa
10)Konjungsi Subordinatif Cara
dengan
tanpa
11) Konjungsi Subordinatif Komplementasi
bahwa
12)Konjungsi Subordinatif Atributif
yang
13)Konjungsi Subordinatif Perbandingan
... sama ... dengan
... lebih ... dari ... dari{pada)
Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelom￾pok konjungsi subordinatif ada anggota yang termasuk dalam kelompok
preposisi. Kata seperti sebelum dan karena dapat diikuti oleh klausa dan
dapat pula diikuti oleh kata. Jika diikuti klausa, kata itu berfungsi sebagai
konjungsi, sedangkan jika diikuti kata, kata-kata itu merupakan preposisi.
Kata sebelum pada kalimat Dia berangkat sebelum saya datang dan Dia
berangkat sebelum pukul lima masing-masing merupakan konjungsi dan
preposisi. Berikut adalah contoh kelompok masing-masing.
(53) a. Ketika saya datang, acara sudah dimulai.
b. Saya akan datangy/^/2 hari tidak hujan,
c. Saya akan memaafkannya seandainya dia mengakui kesalahannya.
d. Mereka harus beiajar giat agar naik kelas.
e. Pembangunan terap berjalan terus meskipun dana menipis.
f. Dia takut kepada saya seolah-olah saya in! musuhnya.
g. Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.
h. Ayah belum mengirim kabar sehingga kami belum dapat
memutuskan perkara itu.
i. Saloza diterima di kantor itu tanpa bantuan orang lain,
j. Dia membersihkan kebun itu dengan sapu lidi.
k. Ayah dan Ibu berkata bahwa mereka akan mengunjungi kami
besok pagi.
1. Ani sangat menyukai sepatu^^w^ dibelinya di Cibaduyut.
m. Widati lebih cantik daripada Laela.
n. Tabungannya sudah lebih dart lima juta rupiah.
8.2.2.4 Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi intrakalimat berbeda dengan konjungsi antarkalimat. Konjungsi
antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh
karena itu, konjungsi antarkalimat selalu digunakan di awal kalimat baru
yang huruf pertamanya dituliskan dengan huruf kapital dan di belakang
konjungsi tersebut diikuti tanda koma. Berikut adalah contoh konjungsi
antarkalimat.
a) .... Biarpun demikian, ....
.. Biarpun begitu,
.. Sekalipun demikian,
... Sekalipun begitu,
. Walaupun demikian,
. Walaupun begitu,
... Meskipun demikian,
. Meskipun begitu,
. Sungguhpun demikian,
. Sungguhpun begitu,
b)
c)
... Kemudian, .
... Sesudah itu,
... Setelah itu, .
... Selanjutnya,
... Berikutnya, ..
.. Tambahan pula,
,.. Lagi pula,
... Selain itu,
d) .... Sehaliknya, ....
e)
0
g)
h)
j)
... Sesungguhnya,
... Bahwasanya,
... Malah(an), ....
... Bahkan,
... Akan tetapi,
... Namun,
... Kecuali itu,
... Di samping itu, ...
... Dengan demikian,
... Oleh karena itu, ..
... Oleh sebab itu,
k) — Sebelum itu,
Anggota subkelompok (a) menyatakan pertentangan dengan yang
dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Subkelompok (b) menyatakan
kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Sub
kelompok (c) menyatakan adanya Hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari
yang telah dinyatakan sebelumnya. Kata sebaliknya pada (d) mengacu pada
kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Sesungguhnya dan bahwasanya
pada (e) menyatakan keadaan sebenarnya. Malah{an) dan bahkan pada (f)
menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, dan anggota kelompok
(g) akan tetapi dan namun menyatakan pertentangan dengan keadaan
sebelumnya. Kecuali itu dan di samping itu pada (h) menyatakan keeksklusifan
dan keinklusifan. Dengan demikian pada (i) menyatakan konsekuensi. Oleh
karena itu dan oleh sebab itu pada (j) menyatakan akibat. Sebelum itu pada
(k) menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya.
Berikut ini adalah contoh pemakaian beberapa konjungsi tersebut.
(54) a. Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan
menghalanginya.
b. Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
akan menghalanginya.
(55) a. Mereka berbelanja ke Glodok. Mereka pergi ke rumah
saudaranya di Ancol.
b. Mereka berbelanja ke Glodok. Sesudah itu, mereka pergi
ke rumah saudaranya di Ancol.
(56) a. Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Dia juga
mengidap tekanan darah tinggi.
b. Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia
juga mengidap tekanan darah tinggi.
(57) a. Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan.
Dia melawan polisi dengan belati.
b. Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan.
Sebaliknya, dia melawan polisi dengan belati.
(58) a. Masalah yang dihadapinya memang gawat. Masalah itu
sudah dia duga sebelumnya.
b. Masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguh￾nya, masalah itu sudah dia duga sebelumnya.
(59) a. Pak Imam sudah tahu tentang hal itu. Dia sudah mulai
menanganinya.
b. Pak Imam sudah tahu tentang hal itu. Bahkan, dia sudah
mulai menanganinya.
(60) a. Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada.
b. Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita
harus tetap waspada.
Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa konjungsi antarkalimat
menghubungkan dua kalimat yang utuh. Karena kedua kalimat itu terpisah,
subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama
dengan kalimat sebelumnya. Dengan demikian, dalam bahasa baku kalimat
seperti nomor (54b) tidak dapat diubah menjadi Kami tidak sependapat
dengan dia. Biarpun begitu, tidak akan menghalanginya. Dalam bahasa
yang tidak baku dan bahasa lisan, penghilangan subjek seperti itu sering
dilakukan. Perhatikan pula bahwa konjungsi tetapi dalam bahasa baku tidak
dipakai untuk memulai suatu kalimat. Sebagai gantinya, dipakailah akan
tetapi seperti terlihat pada contoh (60b) di atas.
Dari uraian mengenai berbagai konjungsi di atas dapat ditarik
simpulan berikut.
1) Konjungsi koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara.
Kalimat yang dibentuk dengan cara itu dinamakan kalimat majemuk.
2) Konjungsi korelatif membentuk frasa atau kalimat. Unsur frasa yang
dibentuk dengan konjungsi itu memiliki status sintaktis yang sama,
Apabila konjungsi itu dipakai untuk membentuk kalimat, kalimatnya
agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat
majemuk dan ada kalanya terbentuk kalimat kompleks. Bahkan, dapat
pula terbentuk kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
3) Konjungsi subordinatif membentuk klausa. Penggabungan klausa
subordinatif dengan klausa utama menghasilkan kalimat kompleks.
4) Konjungsi antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing
merupakan sebuah kalimat.
8.2.3 Interjeksi
Interjeksi, yang juga disebut kata seru, adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Untuk mengungkapkan rasa hati, seperti rasa kagum,
sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat
yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Untuk menyatakan betapa
cantiknya seorang teman yang memakai pakaian baru, misalnya, kita tidak
hanya berkata, ''Cantik sekali kau malam ini" tetapi kita awali dengan kata
seru aduh yang mengungkapkan perasaan kita. Dengan demikian, kalimat
''Aduh, cantik sekali kau malam iw/"tidak hanya menyatakan fakta, tetapi juga
rasa hati pembicara. Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia
ada juga interjeksi serapan. Interjeksi biasanya dipakai di awal kalimat dan di
dalam tulisan interjeksi itu diikuti oleh tanda koma.
Secara struktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat
yang lain. Menurut bentuknya, ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang
berupa bentuk turunan. Berbagai bentuk interjeksi dapat dikelompokkan
menurut perasaan yang diungkapkannya seperti berikut.

1) Interjeksi kejijikan: hah, cih, cis, ih, idih
Contoh:
(61) a. Bah, pergi kau dari rumah ini!
b. Cih, tidak tahu malu mengemis belas kasihan orang!
c. Cis, muak aku melihat rupamu itu!
d. Ih, gigimu sudah ompong!
e. Idih, kau suka mengada-ada saja!
2) Interjeksi kekesalan: hrengsek, sialan, buset, keparat
Contoh:
(62) a. Brengsek, sudah malas nuntut gaji tinggi pula!
b. Sialan, baru masuk sudah diberi banyak kerjaan rumah!
3) Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduhai, amboi, asyik
Contoh:
(63) a. Aduhai, indahnya pemandangan ini!
b. Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat!
c. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai seperti ini!
4) Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah
Contoh:
(64) a. Syukur, anak kita diterima di sekolah ini!
b. Alhamdulillah, anak saya semuanya naik kelas!
5) Interjeksi harapan: insyaallah
Contoh:
(65) Insyaallah, saya akan datang ke pesta perkawinanmu!
6) Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, la, duilah, eh, oh, ah
Contoh:
(66) a. Aduh, kalau begini bisa rusak acara kita!
b. Ai, kurusnya kamu sekarang!
c. La, kamu 'kan teman sekolahku di SMP!
d. Duilah, begitu saja kamu tidak bisa!
7) Interjeksi kekagetan: astaga, astagfirullah, masyaallah
Contoh:
(67) a. Astaga, alangkah mahalnya barang ini!
b. Asta^rullah, belum tua, tetapi dia sudah pelupa.
c. Masyaallah, anak sekecil itu mampu meraih juara.
8) Interjeksi ajakan: ayo, mari
Contoh:
(68) a. Ayo, kita pergi sekarang!
b, Mari, jangan malu-malu!
9) Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo
Contoh:
(69) a. Hai, kapan kamu datang?
b. He, di mana dia tinggal sekarang?
c. Halo, apa kabar?
10) Interjeksi simpuian: nah
Contoh:
(70) Nah, bersyukurlah kita karena musibah itu sudah lewat!
Interjeksi itu dipakai dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk
percakapan. Oleh karena itu, umumnya interjeksi seperti itu lebih bersifat tidak
formal. Interjeksi seperti brengsek, asyik, duilah, ih, dan idih termasuk dalam
kategori itu. Pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya
yang bersifat formal, interjeksi hampir tidak pernah dipakai.
8.2.4 Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa
Indonesia ada kelompok artikula (1) yang bersifat gelar, (2) yang mengacu
pada makna kelompok, dan (3) yang menominalkan.
8.2.4.1 Artikula yang Bersifat Gelar
Artikula yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang atau hal
yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenisnya.
1) sang, untuk manusia atau benda unik dengan maksud
untuk meninggikan martabatnya; kadang-kadang juga
dipakai dalam gurauan atau sindiran
2) sri'. untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan
atau kerajaan
3) hang, untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada
nama tokoh dalam cerita sastra lama
4) dang, untuk wanita yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada
nama tokoh dalam cerita sastra lama
Berikut ini adalah contoh pemakaian artikula di atas.
(71) a. Sangjuara, Ellyas Pical, dapat merobohkan petinju Australia,
b. SangMerah Putih berkibar dengan jaya di seluruh tanah air.
c. Sangsuami mengapa tidak ikut?
d. Karena peryataan siswa tadi rupanya sang guru menjadi
reda amarahnya.
e. Baru-baru ini Sri Paus berkunjung ke Australia.
f. Kedatangan Sri Baginda dan Sri Ratu disambut dengan
meriah.
g. Segera Hang Tuah pergi merantau.
h. DangMerdu adalah tokoh terkenai dalam hikayat sastra
Melayu.
8.2.4.2 Artikula yang Mengacu pada Makna Kelompok
Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif adalah
para. Karena artikula itu mengisyaratkan ketaktunggalan, nomina yang di￾iringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan
kelompok guru sebagai kesatuan, bentuk yang dipakai adalah para guru dan
bukan *para guru-guru.
Para dipakai untuk menegaskan makna kelompok bagi manusia
yang memiliki kesamaan sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan
pekerjaan atau kedudukan. Dengan demikian, diperoleh bentuk seperti para
guru, para petani, dan para ilmuwan. Akan tetapi, bentuk seperti *para anak,
*para orang, dan *para manusia tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.
Ada pula kata lain seperti kaum dan umat yang juga menyatakan makna
kelompok, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikula. Dengan
demikian, ditemukan klausa seperti Kita adalah umat/kaum ydng beragama.
8.2.4.3 Artikula yang Menominalkan
Di samping artikula yang menyatakan gelar dan kelompok, ada pula artikula
yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu pada
makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks kalimatnya. Frasa
si miskin dalam kalimat Tak sampai hatiku melihat si miskin mengambil
makanan dari tumpukan sampah itu mengacu pada satu orang yang kebetulan
miskin, Akan tetapi, dalam kalimat Dalam masa krisis si miskinlahyang selalu
menderita, frasa si miskin mengacu pada pengertian generik, yakni kaum
miskin di dunia ini.
Artikula si dipakai untuk mengiringi nama orang, membentuk nomina
dari adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tidak formal digunakan
untuk mengiringi pronomina dia. Berikut adalah contoh pemakaiannya.
(72) a. Si Amat akan meminang si Halimah minggu depan.
b. Aduh, cantiknya si hitam manis itu!
c. Si terdakwa tidak dapat menjawab pertanyaan hakim.
d. Mengapa si dia tidak kamu ajak datang?
Artikula si juga dipakai untuk menunjukkan perasaan negatif
pembicara mengenai orang yang dirujuknya. Apabila orang tidak suka
pada seseorang, seperti pada kalimat Ini gara-gara si Sutomo, artikula si
dimaksudkan untuk menunjukkan rasa tidak suka pembicara. Tentu saja, si
di depan nama yang menunjukkan rasa negatif tidak dipakai jika orang yang
bersangkutan hadir.
Berikut adalah ikhtisar pemakaian artikula si:
1) digunakan di depan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat: si
All si Toniy si Badu\
2) diletakkan di depan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan
sesuatu atau terkena sesuatu: si pengirim, si alamat, si terdakwa\
3) diletakkan di depan nomina untuk dipakai sebagai timangan, panggilan,
ejekan bagi orang, atau sebutan untuk binatang yang memiliki sifat atau
ciri yang disebutkan: si belang, si bungsu, si kumis\
4) dalam bentuk verba yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu:
bersitegang, bersikukuh, bersimaharajalela, bersikeras, bersilengah\
5) pada berbagai nama tumbuhan dan binatang: siangit, sibusuk, sidingin,
simalakamay siamang, sigasir, sikikih, sikudomba.
Kata yang dapat juga dimasukkan ke dalam jenis artikula yang
menominalkan. Kata itu berfungsi ganda dalam sintaksis. Sebagai artikula,
kata j/^«^membentuk frasa nominal dari verba, adjektiva, atau kelas kata lain
yang bersifat takrif atau definit, Sifat yang sama akan muncul jika kata
mengantarai nomina dengan pewatasnya. Di samping itu, kata menjadi
pengantar klausa relatif. Berikut ini beberapa contohnya,
(73) a. terhormat, berkepentingan, hadir
b. 7^z«^buta, jdt«^kaya,^^2«^panjang
c. yang laki-laki, yang perempuan
d. yang pertama, yang kesepuluh
e. yang'm\,yangXdimyyang m2in2i
(74) a. Pak Marto bekerja di perusahaan terkenal.
b. Pak Marto bekerja di perusahaan yang terkenal.
(75) a. Rayanti membeli pakaian mahal.
b. Rayanti membeli pakaian
Frasa perusahaan terkenal pada (74a) dan pakaian mahal pada (75a)
memiliki sifat takdefinit, sedangkan perusahaan yang terkenal ^2A2l (74b) dan
pakaian yang mahal pada (75b) memiliki sifat definit.
8.2.5 Partikel Penegas
Partikel adalah kata yang tidak tertakluk pada kaidah perubahan bentuk,
seperti nah, nun, pun^ dan yang. Kata-kata yang termasuk dalam kategori
partikel umumnya tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori utama
(adjektiva, adverbia, nomina, atau verba). Fungsi partikel itu bermacam￾macam. Pembahasan di bawah ini terbatas pada kelompok kata yang disebut
partikel penegas yang berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada
empat macam partikel penegas, yaitu -kahy -lahy -tahy dan pun. Tiga bentuk
yang pertama berupa klitika, sedangkan bentuk yang keempat bukan klitika.
8.2.5*1 Partikel-Ar/sr/r
Partikel -kah, yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka, dapat me￾negaskan kalimat interogatif. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.
1) Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut
menjadi kalimat interogatif.
Contoh:
(76) Dia yang akan datang.
(Bandingkan: D'xzkah yang akan datang?)
(77) Hari ini pekerjaan itu harus selesai.
(Bandingkan: Hari imkah pekerjaan itu harus selesai?)
2) Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti apa^ bagaimana,
dan ke mana, -kah bersifat manasuka. Pemakaian -kah menjadikan
kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh:
(78) a. Apa ayahmu sudah datang?
b. Apakah ayahmu sudah datang?
(79) a. Bagaimana penyelesaian sengketa warisan itu?
b. Bagaimanakah penyelesaian sengketa warisan itu?
(80) a. Ke mana anak-anak pergi?
b. Ke manakah anak-anak pergi?
3) Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya, tetapi intonasinya adalah
intonasi interogatif, -kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat
interogatif Kadang-kadang urutan katanya dibalik.
Contoh:
(81) a. Akan datang dia nanti malam?
b. Akan datang^<?A dia nanti malam?
(82) a. Harus aku yang mulai dahulu?
b. Harus^^^ aku yang mulai dahulu?
(83) a. Tidak dapat dia mengurus seal sekecil itu?
b. Tidak dapat^tf^ dia mengurus soal sekecil itu?
8.2.5*2 Partikel -lah
Partikel -lah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif
atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1) Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk menghaluskan nada perintah
yang terkandung dalam kalimat itu.
Contoh:
(84) a. Pergi sekarang sebelum hujan turun!
b. Vcr^ilah sekarang sebelum hujan turun!
(85) a. Bawa mobil ini ke bengkel besok pagi!
b. ^diwzlah mobil ini ke bengkel besok pagi!
(86) a. Kalau Anda mau, ambil satu atau dua buah!
b. Kalau Anda mau, AmhWlah satu atau dua buah!
2) Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan.
Contoh:
(87) a. Dari ceritamu, jeias kamu yang salah.
b. Dari ceritamu, jelas kamu/«z/? yang salah.
(88) a. Ambil berapa saja yang kamu perlukan.
b. Ambil berapa si)^lah yang kamu perlukan.
(89) a. Ini gerakan pembaruan.
b. \mlah gerakan pembaruan.
(90) a. Dia yang menggugat soai itu.
b. \y\2lah yang menggugat soal itu.
Dari pemakaian partikel -lah pada contoh di atas tampak bahwa
partikel itu cenderung dilekatkan pada predikat kalimat.