penciptaan alam 2

Tampilkan postingan dengan label penciptaan alam 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penciptaan alam 2. Tampilkan semua postingan

penciptaan alam 2


ng telah kita kaji. Alam semesta setelah Dentuman Besar 
adalah nebula yang hanya terdiri dari hidrogen dan helium. Unsur yang lebih berat 
terbentuk kemudian melalui reaksi nuklir yang dirancang dengan sengaja. Namun, 
keberadaan unsur yang lebih berat tidaklah cukup bagi alam untuk menjadi tempat yang 
layak bagi kehidupan. Masalah yang lebih penting adalah bagaimana alam semesta dibentuk 
dan diatur. 
Kita akan mulai dengan pertanyaan seberapa besar alam semesta. 
Bumi adalah bagian dari tata surya. Dalam sistem ini, ada  sem-bilan planet 
utama dan lima puluh empat satelit, serta tak terhitung aste-roid, yang semuanya mengitari 
bintang yang disebut “Matahari”— sebu-ah bintang berukuran sedang dibandingkan bintang 
lainnya di alam semesta. Bumi adalah planet ketiga dari matahari.  
Marilah kita coba memahami seberapa besar sistem tata surya. Dia-meter matahari 
adalah 103 kali diameter bumi. Untuk menggambarkan-nya, diameter bumi adalah 12.200 
km. Jika kita memperkecil bumi men-jadi sebesar kelereng, maka matahari sebesar bola 
sepak. Namun yang menarik adalah jarak antar keduanya. Dengan perbandingan yang 
masih tetap, maka jarak antara bola sepak dan kelereng adalah 280 meter. Benda yang 
mewakili planet terluar harus diletakkan beberapa kilometer dari bola sepak. 
Meskipun tampak begitu besar, tata surya sungguh kecil dibanding-kan dengan 
galaksi Bima Sakti, tempat tata surya berada. ada  lebih dari 250 miliar bintang di 
dalam Bima Sakti—beberapa mirip dengan matahari, yang lain lebih besar atau lebih kecil. 
Bintang terdekat dengan matahari adalah Alpha Centauri. Jika kita akan meletakkan Alpha 
Centauri ke dalam model tata surya kita (bola dan kelereng), maka model bintang ini harus 
diletakkan 78.000 km dari bola. 
Ini terlalu besar bagi siapa pun untuk memahaminya, jadi mari kita perkecil skalanya. 
Kita anggap bumi sebesar debu. Ini akan menjadikan matahari sebesar biji kacang dan 
berjarak tiga meter dari bumi. Dengan skala ini, Alpha Centauri harus diletakkan 640 km 
dari matahari. 
Bima Sakti memiliki lebih dari 250 miliar bintang dengan jarak antar-bintang yang 
sama mencengangkannya. Matahari terletak lebih ke tepi pada galaksi dengan bentuk spiral 
ini, bukan cenderung ke tengah. 
Bahkan Bima Sakti itu kerdil dibandingkan dengan alam semesta yang luas. Bima 
Sakti hanyalah satu dari sekian banyak galaksi—300 miliar menurut perhitungan terakhir. 
Dan jarak antargalaksi adalah jutaan kali jarak matahari dan Alpha Centauri. 
George Greenstein, dalam buku The Symbiotic Universe, memberikan komentar 
terhadap luas yang tak terbayangkan ini: 
Seandainya bintang-bintang lebih dekat, ilmu astrofisika tidak akan jauh berbeda. 
Proses fisik dasar yang terjadi pada bintang, nebula, dan sebagainya, tetap berjalan tanpa 
perubahan. Penampakan galaksi kita dilihat dari jarak yang jauh, akan sama. Sedikit 
perbedaan yang tampak hanyalah pemandangan langit pada malam hari dari rerumputan 
tempat saya berbaring akan lebih kaya dengan bintang. Dan, oh ya, satu lagi perubahan 
kecil: Tidak akan ada saya yang melakukan pengamatan itu.... Begitu sia-sia angkasa 
ini ! Di sisi lain, pada kesia-siaan itulah kesela-matan kita bergantung. 
Greenstein juga menerangkan alasan untuk hal ini. Dalam pandang-annya, ruang 
yang luar biasa besarnya di angkasa memungkinkan unsur-unsur fisik tertentu untuk diatur 
sedemikian tepat agar cocok untuk ke-hidupan manusia. Dia juga menekankan pentingnya 
ruang yang begitu besar ini bagi keberadaan bumi sambil memperkecil kemungkinan 
tabrakan dengan bintang lain. 
Ringkasnya, penyebaran benda-benda langit di alam semesta adalah pengaturan yang 
tepat bagi manusia untuk dapat hidup di planet ini. Ruang yang begitu besar ini adalah hasil 
dari rancangan yang disengaja dengan maksud tertentu dan bukan hasil peristiwa kebetulan. 
 
 
Entropi dan Keteraturan 
 
Untuk mengetahui konsep keteraturan di alam semesta, mula-mula kita perlu 
membahas Hukum Kedua Termodinamika, salah satu hukum fisika dasar. 
Hukum ini menyatakan bahwa, jika dibiarkan, sistem yang teratur akan menjadi tidak 
stabil dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu. Hukum ini disebut Hukum 
Entropi. Dalam ilmu fisika, entropi adalah derajat ketidakteraturan dalam sistem. Perubahan 
sistem dari ke-adaan stabil menjadi tidak stabil adalah peningkatan entropi. Ketidak-stabilan 
secara langsung terkait dengan entropi sistem ini . 
Ini adalah pengetahuan umum, yang banyak di antaranya dapat kita amati dalam 
hidup keseharian. Jika Anda meninggalkan mobil di tempat terbuka bertahun-tahun atau 
bahkan cuma beberapa bulan, ketika kebali, Anda pasti tidak bisa mengharapkan mobil 
Anda dalam kondisi seperti pada waktu Anda meninggalkannya. Anda mungkin mendapati 
ban kempes, jendela rusak, karat pada bagian mesin dan rangka, dan seba-gainya. Hal yang 
sama terjadi jika Anda mengabaikan pemeliharaan rumah beberapa hari, dan Anda akan 
mendapati rumah lebih berdebu dan lebih berantakan setiap harinya. Ini adalah bentuk 
entropi; namun Anda dapat mengembalikannya dengan membersihkan, merapikan, serta 
membuang sampah. 
Hukum Kedua Termodinamika secara luas diterima dan mengikat. Einstein, ilmuwan 
paling penting abad ini, menyatakan bahwa hukum ini adalah “hukum pertama seluruh ilmu 
pengetahuan”. Ilmuwan Amerika, Jeremy Rifkin, menyatakan dalam Entropy: A New 
World View: 
Hukum Entropi akan memimpin sebagai hukum yang berkuasa sampai pada periode 
sejarah berikutnya. Albert Einstein me-nyatakan bahwa ini adalah hu-kum utama seluruh 
ilmu pengetahuan: Sir Arthur Eddington menyebutnya hu-kum metafisikal agung di seluruh 
alam semesta.  
Penting untuk ditegaskan bah-wa Hukum Entropi dengan sendirinya menggugurkan 
banyak klaim penganut materialisme sejak awal. Jika ada  rancangan nyata dan ke-
teraturan pada alam semesta, hukum ini menyatakan bahwa, sejalan dengan waktu, keadaan 
ini akan dianulir oleh alam itu sendiri. Ada dua kesimpulan dari pengamatan ini: 
1.  Dibiarkan begitu saja, alam semesta tidak akan bertahan untuk selama-nya. 
Hukum kedua menyatakan bahwa tanpa campur tangan dari luar dalam bentuk apa pun, 
entropi pada akhirnya menuju maksimal di seluruh penjuru alam semesta, menjadikannya 
dalam keadaan benar-benar homogen. 
2.  Klaim bahwa keteraturan yang kita amati bukan hasil campur tangan dari 
luar juga tidak benar. Segera setelah Dentuman Besar, alam se-mesta benar-benar dalam 
keadaan sama sekali tak beraturan seperti terjadi jika entropi telah mencapai derajat paling 
tinggi. Namun hal ini  berubah seperti yang terlihat dengan mudah di sekitar kita. 
Perubahan ini berlangsung dengan melanggar salah satu hukum alam paling dasar—Hukum 
Entropi. Jelas, tidak mungkin menerangkan perubahan ini kecuali dengan mengakui adanya 
penciptaan supra-natural. 
Sebuah contoh mungkin akan memperjelas poin kedua. Bayangkan alam semesta 
merupakan gua yang dipenuhi dengan segala jenis air, batu, dan debu. Kita tinggalkan gua 
ini  untuk beberapa miliar tahun dan kembali menengoknya. Pada saat kita kembali, 
akan mendapati beberapa batu yang mengecil, beberapa menghilang, ketebalan debu 
meningkat, lumpur yang lebih banyak, dan seterusnya. Benda-benda semakin beran-takan, 
suatu hal yang lumrah persis seperti perkiraan kita. Jika beberapa miliar tahun kemudian, 
Anda mendapati batuan dengan rumit diukir menjadi patung, Anda tentu akan 
menyimpulkan bahwa keteraturan ini tidak dapat dijelaskan dengan hukum-hukum alam. 
Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa sebuah “pemikiran berkesadaran 
penuh” me-nyebabkan hal ini terjadi. 
Jadi, keteraturan alam semesta me-rupakan bukti yang dahsyat atas keber-adaan 
kesadaran yang agung. Ahli fisika pemenang Nobel dari Jerman, Max Planck, menjelaskan 
keteraturan alam semesta sebagai berikut: 
Sebagai kesimpulan kita harus menga-takan, pada setiap kejadian, menurut se-mua 
yang diajarkan ilmu penge-tahuan tentang alam semesta yang begitu besar, di mana planet 
kecil kita memain-kan peran tak penting, ada  keteraturan yang tidak tergantung kepada 
pemikiran manusia. Namun, sejauh kita dapat merumuskan dengan pikiran jernih kita, 
keteraturan ini dapat dirumuskan sebagai kejadian yang memiliki tujuan. ada  bukti 
adanya keteraturan cerdas pada alam semesta. 
Paul Davies menjelaskan kemenangan keselarasan dan keseimbang-an yang luar 
biasa ini dari materialisme sebagai: 
Ke manapun kita melihat di alam semesta, dari galaksi nun jauh di sana ke detail 
atom terdalam, kita menjumpai keteraturan.... Pusat dari gagasan alam semesta yang begitu 
teratur adalah konsep informasi. Sistem yang sangat rapi, mempertontonkan kegiatan yang 
sedemikian rapi, memerlukan begitu banyak informasi untuk menggambarkannya. Dengan 
kata lain, alam semesta mengandung begitu banyak informasi. 
Kita lantas dihadapkan pada pertanyaan yang membuat penasaran. Jika informasi dan 
keteraturan selalu punya kecenderungan alamiah untuk lenyap, lantas dari mana asal mula 
informasi yang menjadikan bumi sebagai tempat yang begitu istimewa? Alam semesta 
tampak seperti jam yang bergerak teratur. Bagaimana pertama kali alam ini mendapatkan 
tenaganya? 
Einstein merujuk keteraturan ini sebagai kejadian yang tidak diper-kirakan, dan juga 
mengatakan bahwa ini dapat disebut sebagai keajaiban:

Nah, seorang yang a priori [menalar dari sebab ke akibat] pasti memper-kirakan 
bahwa dunia akan terbentuk sesuai dengan hukum [mengikuti hukum dan aturan] hanya 
selama kita [manusia] turut campur dengan kecerdasan kita yang mengatur... [Namun, alih-
alih, kita menemukan] dalam dunia nyata suatu derajat keteraturan yang tinggi, sehingga 
kita yang a priori tidak diizinkan sedikit pun untuk memperkirakan. Ini adalah 'keajaiban' 
yang semakin diperkuat lagi dan lagi dengan perkembangan pengetahuan kita.50 
Ringkasnya, untuk memahami keteraturan alam semesta diperlukan pemahaman dan 
pengetahuan yang dalam dan luas. Alam semesta diran-cang, diatur, dan dijaga oleh Allah. 
Allah mengungkapkan dalam Al Quran, bagaimana bumi dan langit dijaga dengan 
kuasa-Nya yang agung: 
 
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan le-nyap; dan 
sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan 
keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha 
Pengampun.” (QS. Faathir, 35: 41) ! 
 
Keteraturan ilahiah di alam semesta mengungkapkan kele-mahan kepercayaan 
materialisme bahwa alam semesta adalah sekumpulan materi tak beraturan. Ini diungkapkan 
dalam ayat lain:  
 
Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu me-reka, pasti binasalah langit 
dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah 
mendatangkan kepada mere-ka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari 
kebanggaan itu. (QS. Al Mu’minuun, 23: 71) ! 
 
 
Tata Surya 
 
Tata surya adalah salah satu contoh keselarasan indah yang paling mengagumkan 
yang dapat disaksikan. ada  sembilan planet dengan lima puluh empat satelit yang 
diketahui dan benda-benda kecil yang jumlahnya tidak diketahui. planet-planet utama 
dihitung menjauh dari matahari adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, 
Ura-nus, Neptunus, dan Pluto. Bumi adalah satu-satunya planet yang di-ketahui 
mengandung kehidupan. 
 Tentunya, bumi adalah satu-satunya tempat di mana manusia dapat hidup dan 
bertahan tanpa alat bantu, berkat tanah dan air yang melim-pah serta atmosfer yang dapat 
dihirup untuk bernafas. 
Pada struktur tata surya, kita menemukan contoh lain dari kein-dahan keseimbangan: 
Keseimbangan antara gaya sentrifugal planet yang dilawan oleh gaya gravitasi dari benda 
primer planet ini . (Dalam astronomi, benda primer adalah benda yang dikitari oleh 
benda lainnya. Benda primer bumi adalah matahari, benda primer bulan adalah bumi). 
Tanpa keseimbangan ini, segala sesuatu yang ada di tata surya akan terlontar jauh ke luar 
angkasa. Keseimbangan di antara kedua gaya ini menghasilkan jalur (orbit) tempat planet 
dan benda angkasa lain mengi-tari benda primernya.  
Jika sebuah benda langit bergerak terlalu lambat, dia akan tertarik kepada benda 
primernya; jika bergerak terlalu cepat, benda primernya tidak mampu menahannya, dan 
akan terlepas jauh ke angkasa. Sebliknya, setiap benda langit bergerak pada kecepatan yang 
begitu tepat untuk terus dapat berputar pada orbitnya. Lebih jauh, keseimbangan ini tentu 
berbeda untuk setiap benda angkasa, sebab jarak antara planet dan matahari berbeda-beda. 
Demikian juga massa benda-benda langit ter-sebut. Jadi, planet-planet harus memiliki 
kecepatan yang berbeda untuk tidak menabrak matahari atau terlempar menjauh ke angkasa. 
Ahli astronomi penganut materialisme bersikukuh bahwa asal mula dan kelangsungan 
tata surya dapat dijelaskan karena kebetulan. Lebih dari tiga abad lalu, banyak pemuja 
materialisme telah berspekulasi tentang bagaimana keteraturan menakjubkan ini bisa terjadi 
dan mereka gagal sama sekali. Bagi penganut materialisme, keseimbangan dan keter-aturan 
tata surya adalah misteri tak terjawab. 
Kepler dan Galileo, dua ahli astronomi yang termasuk orang-orang pertama yang 
menemukan keseimbangan paling sempurna, mengakuinya sebagai rancangan yang 
disengaja dan tanda campur tangan ilahiah di seluruh alam semesta. Isaac Newton, yang 
diakui sebagai salah satu pemikir ilmiah terbesar sepanjang masa, pernah menulis: 
Sistem paling indah yang terdiri dari matahari, planet, dan komet ini dapat muncul 
dari tujuan dan kekuasaan Zat yang berkuasa dan cerdas... Dia mengen-dalikan semuanya, 
tidak sebagai jiwa na-mun sebagai penguasa dari segalanya, dan disebabkan kekuasaan-Nya, 
Dia biasa dise-but sebagai “Tuhan Yang Mahaagung.”  
 
 
Tempat Kedudukan Bumi 
 
Di samping keseimbangan yang menakjubkan ini, posisi bumi di dalam tata surya dan 
di alam semesta juga merupakan bukti lain kesem-purnaan penciptaan Allah. 
Temuan terakhir astronomi menunjukkan pentingnya keberadaan planet lain bagi 
bumi. Ukuran dan posisi Yupiter, sebagai contoh, ternyata begitu penting. Perhitungan 
astrofisika menunjukkan bahwa, sebagai planet terbesar dalam tata surya, Yupiter menjamin 
kestabilan orbit bumi dan planet lain. Peran Yupiter melindungi bumi dijelaskan dalam 
artikel “How Special Jupiter is” karya George Wetherill: 
Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter, bumi tentunya 
telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet dan meteor serta serpihan antarplanet. Jika 
saja tanpa Yupiter, kita tidak mungkin ada untuk mempelajari asal usul tata surya.52 
Intinya, struktur tata surya telah dirancang khusus bagi umat manu-sia untuk hidup. 
Mari kita kaji juga tempat kedudukan tata surya di alam semesta. Tata surya kita 
berada di salah satu cabang spiral raksasa dari galaksi Bima Sakti, lebih dekat ke tepi 
dibandingkan  ke tengah. Keuntungan apa yang didapat dari posisi seperti ini? Dalam Nature's 
Destiny, Michael Denton menjelaskan: 

Yang mengejutkan adalah bahwa alam semesta bukan saja luar biasa tepat bagi 
keberadaan manusia dan adaptasi biologis manusia, namun juga bagi pemahaman kita... 
Karena posisi tata surya kita di tepi galaksi, kita dapat pada malam hari memandang jauh ke 
galaksi nun jauh di sana dan menggali pengetahuan dari struktur keseluruhan alam semesta. 
Andai saja kita berada di tengah galaksi, kita tidak akan pernah menyaksikan keindahan 
galaksi spiral atau memiliki gagasan tentang struktur alam semesta. 
Dengan kata lain, bahkan posisi bumi di galaksi merupakan bukti bahwa bumi 
diciptakan bagi manusia untuk hidup, demikian pula selu-ruh hukum fisika alam semesta. 
Adalah kebenaran nyata bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Allah. 
Alasan mengapa sebagian orang tidak dapat memahami hal ini adalah prasangka 
mereka sendiri. Namun pemikiran yang murni berda-sarkan kenyataan tanpa prasangka 
dapat dengan mudah memahami bahwa alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh 
Allah bagi manusia untuk hidup, seperti yang diungkapkan di dalam Al Quran:  
 
“Dan tidak Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di 
antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang 
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. 
Shaad, 38: 27) ! 
 
Pemahaman mendalam ini diungkapkan di dalam ayat lain Al Quran: 
 
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergan-tinya 
malam dan siang ada  tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan 
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya 
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, 
Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali ‘Imran, 3: 190-
191) ! 
 

 
Ledakan raksasa yang dikenal sebagai supernova memicu  materi terlontar ke 
seluruh penjuru alam semesta. Jarak yang luar biasa jauh antar bintang dan galaksi di alam 
semesta memperkecil risiko yang diakibatkan ledakan ini  terhadap benda-benda alam 
semesta lainnya. 
 
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit 
yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” 
(QS. Ash-Shaffat, 37: 6) 
 
Mobil yang ditelantarkan akan memburuk dan hancur berkeping-keping. Segala 
sesuatu di alam semesta patuh terhadap entropi: hukum ini menyatakan bahwa, jika 
dibiarkan begitu saja, segala sesuatu berkurang kestabilannya dan berkurang keteraturannya 
sejalan dengan waktu. 
 
Setiap galaksi di alam semesta adalah bukti struktur teratur yang ada di mana-mana. 
Sistem-sistem yang luar biasa ini, dengan rata-rata 300 miliar bintang di setiap sistem, 
menunjukkan keseimbangan dan keselarasan nyata. 
 
Max Planck, Pemenang Nobel untuk bidang fisika: 
“Sebuah keteraturan berlaku di jagat raya kita. Keteraturan ini dapat diformulasikan 
dalam bentuk aktivitas yang punya maksud tertentu.” 
 
Albert Einstein: “Kita menemukan di dunia nyata sebuah keteraturan tingkat tinggi.” 
 
Isaac Newton, salah satu perintis dan penemu fisika modern dan astronomi, 
menyaksikan bukti kuat ciptaan Tuhan dalam keteraturan alam semesta. 
 
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak 
dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. 
Yaasin, 36: 40) 
 
 
 
 
Bumi, beserta atmosfer dan lautannya, beserta biosfernya yang rumit, beserta kerak 
yang terbentuk dari bekuan batuan metamorfik berlapis-lapis, yang relatif teroksidasi, kaya 
akan silika, dan menyelimuti [lapisan dan inti yang terdiri dari magnesium silikat] biji besi, 
beserta puncak salju, gurun pasir, hutan, padang lumut, rimba belantara, padang rumput, 
danau air tawar, padang batubara, kantong minyak, gunung api, lubang lahar, pabrik, mobil, 
tanaman, binatang, medan magnet, ionosfer, pegunungan di tengah laut, lapisan 
penyangga...merupakan sistem dengan kerumitan mencengangkan. 
J. S. Lewis, Ahli Geologi dari Amerika
 
Petualang luar angkasa khayalan, dari planet di angkasa nun jauh di sana, ketika 
mendekati tata surya akan menjumpai peman-dangan yang sangat menarik. Bayangkan 
bahwa kita adalah pe-ngembara seperti itu, dan kita sedang menghampiri bidang edar planet 
terhadap matahari—sebuah lingkaran raksasa pada bola langit di mana seluruh planet utama 
dalam tata surya kita bergerak.  
Planet pertama yang dijumpai adalah Pluto.  
Planet ini sangat dingin, dengan suhu sekitar -238oC. Atmosfernya tipis dan akan 
berbentuk gas jika planet ini berada hanya sedikit lebih dekat ke matahari pada orbitnya 
yang berbentuk agak elips. Lain saat, atmosfernya menjadi lapisan es. Pluto, ringkasnya, 
adalah bola tanpa kehidupan yang diselimuti es. 
Bergerak mendekat matahari, Anda akan menjumpai Neptunus. Planet ini dingin juga, 
sekitar -218oC. Atmosfernya terdiri dari hidrogen, helium, dan metan, beracun bagi 
kehidupan. Angin yang bertiup kencang, mendekati 2.000 km per jam, bergemuruh di 
seluruh permukaan planet. 
Lantas Uranus: planet gas yang pada permukaannya ada  batuan dan es. Suhu 
permukaannya adalah -214oC dan atmosfernya, lagi-lagi, terdiri dari hidrogen, helium, dan 
metan—tak cocok bagi kehidupan manusia. 
Setelah Uranus, Anda mendekati Saturnus. Ini adalah planet terbesar kedua dalam 
tata surya, dan terutama terkenal dengan sistem berbentuk cincin yang mengitarinya. Cincin 
ini terdiri dari gas, batuan, dan es. Salah satu dari sekian banyak hal menarik tentang 
Saturnus adalah planet ini seluruhnya terdiri dari gas: 75% hidrogen dan 25% helium, dan 
kera-patannya kurang dibandingkan  kerapatan air. Jika Anda ingin “mendarat-kan” pesawat di 
Saturnus, Anda sebaiknya merancang pesawat Anda agar bisa seperti pelampung! Suhu 
rata-rata lagi-lagi sangat rendah: -178oC. 
Berikutnya adalah Yupiter: planet terbesar dalam tata surya, 318 kali lebih besar 
dibandingkan  bumi. Seperti Saturnus, Yupiter juga planet yang dibentuk oleh gas. Karena sulit 
membedakan “atmosfer” dan “permu-kaan” pada planet seperti ini, sulit juga ditentukan 
berapa suhu “permu-kaan”nya, namun pada lapisan atas atmosfer, suhu mencapai -143oC. 
Bentukan alam yang menarik di atmosfernya adalah apa yang disebut “Bintik Merah 
Raksasa”. Ini pertama kali diketahui 300 tahun yang lalu. Ahli astronomi sekarang 
mengetahui bahwa ini adalah badai yang luar biasa kuatnya yang telah berkecamuk di 
atmosfer Jovian selama berabad-abad. Badai ini cukup besar untuk menelan beberapa planet 
seukuran bumi. Yupiter mungkin planet yang mendebarkan, namun bukan rumah bagi 
manusia, yang seketika akan tewas karena temperatur yang mem-bekukan, angin yang 
ganas, dan radiasi yang tinggi. 
Lantas muncul Mars. Atmosfer planet ini tidak mungkin mendukung kehidupan 
manusia sebab sebagian besar terdiri dari karbondioksida. Seluruh permukaannya dipenuhi 
kawah: hasil dari tubrukan meteor yang terus-menerus dan angin kencang yang bertiup di 
seluruh permu-kaannya, yang dapat menimbulkan badai pasir berhari-hari bahkan ber-
minggu-minggu. Suhu agak bervariasi namun turun hingga -53oC. Telah banyak spekulasi 
bahwa di Mars mungkin ada  kehidupan, namun seluruh bukti menunjukkan bahwa 
planet ini tanpa kehidupan juga. 
Melesat dari Mars menuju matahari, kita melihat planet biru yang kita putuskan untuk 
sementara dilewatkan, dan menjelajah lagi. Pencari-an kita membawa kita ke sebuah planet 
bernama Venus. planet ini diseli-muti kabut putih cemerlang namun suhu permukaannya 
450oC, yang cukup untuk melelehkan timah. Sebagian atmosfernya berupa karbon-dioksida. 
Di permukaan planet, tekanan atmosfer setara dengan 90 kali tekanan atmosfer bumi: di 
bumi, Anda harus menyelam satu kilometer ke dalam laut untuk mendapatkan tekanan 
setinggi ini. Di atmosfernya ada  berlapis-lapis gas asam belerang sedalam beberapa 
kilometer. Tidak ada seorang pun atau kehidupan lain yang mampu bertahan sedetik pun di 
tempat yang keras seperti ini. 
Kita bergerak terus dan mencapai Merkurius, dunia kecil berbatu, ditempa panas dan 
radiasi matahari. Rotasinya begitu terhambat oleh kedekatannya dengan matahari, 
memicu  planet ini melakukan hanya tiga rotasi aksial penuh selama dua kali peredaran 
mengelilingi matahari. Dengan kata lain, di Merkurius, dua “tahun” sama dengan tiga “hari”. 
Disebabkan perputaran harian yang begitu lama, satu sisi planet menjadi begitu panas 
sementara sisi lainnya begitu dingin. Perbedaan ssuhu antara sisi siang dan sisi malam dapat 
mencapai 1.000o C. Tentu saja lingkungan seperti ini tidak mungkin menopang kehidupan. 
Ringkasnya, kita telah mengamati delapan planet dan tidak satu pun darinya, 
termasuk lima puluh tiga satelitnya menyediakan sesuatu yang mungkin menopang 
kehidupan. Semuanya tak lebih dari bola gas, es atau batu tanpa kehidupan. 
Namun, bagaimana dengan planet biru yang kita lewatkan beberapa saat lalu? Ia 
berbeda dari yang lain. Dengan atmosfer yang ramah, kondisi permukaan, suhu permukaan, 
medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak yang tepat dari matahari, 
tampak seperti telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup. 
Dan, seperti yang akan kita temukan, memang demikian adanya. 
 
 
Peralihan Topik Sesaat dan  
Peringatan tentang “Adaptasi” 
 
Seterusnya dalam bab ini, kita akan mempelajari sifat-sifat bumi yang memperjelas 
bahwa planet kita secara khusus telah diciptakan untuk menopang kehidupan. Namun 
sebelum melakukannya, kita perlu mem-bicarakan hal lain untuk menghindari kemungkinan 
kesalahpahaman. Pembicaraan lain ini khususnya diperuntukkan bagi mereka yang ter-biasa 
menerima teori evolusi sebagai kebenaran ilmiah dan percaya sepenuhnya akan konsep 
“adaptasi”. 
“Adaptasi” adalah kata benda dari kata kerja “adapt” (menyesuai-kan). “Adapt” 
menyiratkan perubahan mengikuti keadaan. Sebagaimana digunakan para evolusionis, ini 
berarti “perubahan suatu makhluk atau bagiannya yang membuat keberadaannya semakin 
sesuai dengan kondisi lingkungan”. Teori evolusi menyatakan bahwa seluruh makhluk 
hidup di bumi berasal dari satu makhluk (nenek moyang tunggal). Nenek moyang tunggal 
itu sendiri muncul secara kebetulan, dan teori ini sangat sering menggunakan makna kata 
“adaptasi” untuk mendukungnya.  
Pendukung evolusi percaya bahwa makhluk hidup berubah menjadi spesies baru 
dengan beradaptasi terhadap lingkungan. Kita telah memba-has kesalahan klaim ini, bahwa 
mekanisme adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi alam hanya terjadi dalam suatu 
kondisi tertentu, dan adaptasi tidak pernah bisa mengubah suatu spesies menjadi spesies la-
in—dalam buku kami yang lain.55 Teori evolusi beserta konsep “adaptasi” tak lebih 
merupakan bentuk lain Lamarckisme, yaitu teori evolusi makh-luk hidup yang menyatakan 
bahwa perubahan lingkungan memicu  perubahan struktur binatang dan tumbuhan 
yang dapat diteruskan kepa-da keturunannya. Teori ini telah dibantah kuat dan tepat oleh 
komunitas ilmiah. 
Meskipun tidak memiliki dukungan ilmiah, gagasan adaptasi me-ngesankan sebagian 
besar orang, dan inilah sebabnya kami harus me-nyinggung hal ini sebelum melanjutkan 
pembahasan. Dari kepercayaan pada kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi, hanya 
perlu selangkah lagi untuk sampai kepada gagasan bahwa kehidupan dapat terbentuk di 
planet lain seperti halnya pernah terbentuk di bumi. Ke-mungkinan ada makhluk kecil hijau 
hidup di Pluto, yang hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai -238oC, yang 
menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang, alih-alih air, telah 
meng-goda khayalan orang, terutama mereka yang khayalannya telah dipupuk produk-
produk studio film Hollywood. 
Namun ini hanyalah bahan untuk khayalan (serta film-film Holly-wood), sedang 
evolusionis yang lebih mengetahui biologi dan biokimia bahkan tidak mencoba untuk 
mempertahankan pernyataan seperti itu. Mereka mengetahui dengan sangat pasti bahwa 
kehidupan hanya ada jika tersedia kondisi dan unsur yang diperlukan. Jika mereka benar-
benar percaya terhadap ini semua, pendukung makhluk hijau kecil (atau bentuk kehidupan 
alien lainnya) adalah mereka yang setia buta terhadap teori evolusi dan mengabaikan 
bahkan dasar-dasar biologi dan biokimia. Dalam pengabaian, mereka juga melahirkan 
skenario yang tidak masuk akal. 
Jadi, dalam memahami kesalahan dari konsep adaptasi, hal pertama yang patut 
diperhatikan adalah bahwa kehidupan hanya ada jika terda-pat kondisi dan unsur penting 
tertentu. Satu-satunya model kehidupan yang berdasarkan kriteria ilmiah adalah kehidupan 
berbasis karbon, dan ilmuwan sepakat bahwa tidak ada bentuk kehidupan lainnya di 
manapun di alam semesta. 
Karbon adalah unsur dengan nomor atom 6 dalam tabel periodik un-sur. Atom ini 
adalah dasar kehidupan di bumi sebab seluruh molekul makhluk hidup (seperti asam nukleat, 
asam amino, protein, lemak dan gula) dibentuk oleh kombinasi karbon dengan unsur lain 
dalam berbagai cara. Karbon membentuk berjuta-juta jenis protein setelah bergabung de-
ngan hidrogen, oksigen, nitrogen dan lain-lain. Tidak ada unsur lain yang dapat 
menggantikan karbon. Seperti yang akan kita lihat pada bagian be-rikut, tak ada unsur 
selain karbon yang memiliki kemampuan untuk membentuk begitu banyak rantai kimia 
yang amat diperlukan oleh kehidupan. 
Akibatnya, jika kehidupan dapat terjadi di planet lain di mana pun di alam semesta, 
maka kehidupan ini pasti berbasis karbon.56 
ada  sejumlah kondisi yang mutlak penting bagi berlangsung-nya kehidupan 
berbasis karbon. Misalnya, senyawa berbasis karbon (se-perti protein) hanya dapat bertahan 
pada rentang temperatur tertentu. Senyawa ini akan mulai terurai pada temperatur lebih dari 
120oC dan ru-sak tak terpulihkan jika didinginkan di bawah -20oC. Namun, tidak hanya 
suhu yang berperan penting dalam penentuan batasan kondisi yang cocok untuk keberadaan 
kehidupan berbasis karbon: juga jenis dan kekuatan cahaya, kekuatan gaya gravitasi, 
komposisi atmosfer, dan kekuatan medan magnet. Bumi menyediakan dengan tepat kondisi-
kondisi yang memungkinkan kehidupan ini . Jika bahkan satu saja keadaan diubah, 
misalnya suhu rata-rata melebihi 120oC, tidak akan ada kehidupan di bumi. 
Maka makhluk kecil hijau kita, yang mungkin hanya sedikit ber-keringat ketika suhu 
mencapai -238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam 
belerang, alih-alih air, tidak mungkin ada di mana pun karena makhluk hidup berbasis 
karbon tidak mampu ber-tahan dalam kondisi seperti itu, dan satu-satunya kehidupan adalah 
kehidupan berbasis karbon. Kehidupan hanya mungkin ada dalam ling-kungan dengan 
batas-batas tertentu, dan dalam kondisi yang dengan sengaja dirancang bagi kehidupan. Ini 
adalah kebenaran bagi kehidupan secara umum dan bagi manusia khususnya. 
Bumi adalah lingkungan yang dengan sengaja telah dirancang. 
 
 
Suhu Bumi 
 
Suhu dan atmosfer adalah unsur penting pertama bagi kehidupan di bumi. planet biru 
ini memiliki dua hal, baik suhu yang memungkinkan untuk hidup maupun atmosfer yang 
dapat digunakan makhluk hidup untuk bernapas, khususnya bagi makhluk hidup yang 
kompleks seperti manusia. Namun, dua faktor yang sama sekali berbeda ini telah ada 
sebagai akibat dari kondisi yang ternyata ideal bagi keduanya. 
Salah satu kondisi ideal ini adalah jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan 
menjadi tempat kehidupan seandainya lebih dekat ke matahari seperti Venus atau lebih jauh 
seperti Yupiter: Molekul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -20oC 
dan 120oC, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas ini . 
Ketika seseorang memandang alam semesta sebagai suatu keselu-ruhan, mendapati 
rentang suhu sesempit ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu di seluruh alam 
semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol mutlak (-
273oC). Dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya 
kehi-dupan sungguh sempit; namun bumi memilikinya. 
Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, menunjuk-kan 
keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka menyatakan, “kehi-dupan seperti yang kita 
ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini 
mungkin hanya 1 atau 2 persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan 
matahari.”  
Terjaganya selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan 
matahari, di samping jarak bumi dengan matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% 
saja dari panas yang dipancarkan matahari akan membuat permukaan bumi ditutupi lapisan 
es setebal beberapa me-ter, dan andaikan panas yang dipancarkan matahari naik sedikit saja, 
seluruh makhluk hidup akan hangus dan mati. 
Tidak saja suhu rata-rata harus ideal: Panas yang tersedia harus tersebar cukup merata 
ke seluruh planet. Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memastikan hal ini 
benar-benar terjadi. 
Sumbu rotasi bumi miring 23o27' terhadapbidang ecliptic (garis edar bumi mengitari 
matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan pada atmosfer di wilayah antara 
kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika kemiringan ini tidak ada, 
perubahan suhu an-tara kutub dan khatulistiwa akan jauh lebih tinggi dan daerah bersuhu 
sedang (temperate zone) tidak akan ada—atau tidak dapat ditinggali. 
Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya juga menjaga penyebaran panas menjadi 
seimbang. Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam 24 jam menghasilkan periode 
pergantian terang dan gelap cukup singkat. Karena periode ini singkat, perubahan panas 
antara sisi terang dan gelap cukup rendah. Pentingnya hal ini dapat dilihat dalam contoh 
ekstrem planet Merkurius, di mana siang lebih dari setahun dan perbedaan suhu antara siang 
dan malam mendekati 1.000oC. 
Geografi bumi juga membantu menyebarkan panas secara merata di seluruh 
permukaan bumi. ada  perbedaan suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa. 
Jika perbedaan suhu sebesar ini terjadi pada daerah yang benar-benar rata, hasilnya adalah 
angin dengan kecepatan mencapai 1.000 km per jam menyapu segala sesuatu yang 
dilaluinya. Namun, bumi dipenuhi penghalang berupa bentukan alam yang meng-hambat 
perpindahan cepat udara yang dihasilkan oleh perbedaan suhu itu. Penghalang ini berupa 
pegunungan, seperti yang membentang antara Pasifik di timur dan Atlantik di barat, dimulai 
dari Himalaya di Cina dan dilanjutkan dengan Pegunungan Taurus di Anatolia dan Alpen di 
Eropa. Di laut, kelebihan panas di daerah katulistiwa dipindahkan ke utara dan selatan 
berkat kemampuan air yang luar biasa untuk meng-hantarkan dan melepaskan panas. 
Pada saat yang sama, ada  sejumlah sistem otomatis yang mem-bantu menjaga 
suhu atmosfer seimbang. Misalnya, saat suhu di suatu wilayah naik, laju penguapan air akan 
meningkat, memicu  ter-bentuknya awan. Awan ini memantulkan lebih banyak cahaya 
kembali ke angkasa, mencegah peningkatan suhu udara dan permukaan di bawahnya. 


Massa dan Medan Magnet Bumi 
 
Ukuran bumi tidak kalah penting bagi kehidupan dibandingkan  jarak bumi dengan 
matahari, kecepatan rotasi dan bentukan-bentukan di per-mukaan bumi. Memperhatikan 
planet lain, kita melihat rentang ukuran yang lebar: Merkurius lebih kecil dibandingkan  
sepersepuluh bumi, sementara Yupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran bumi 
dibandingkan dengan planet lain kebetulan? Ataukah suatu kesengajaan? 
Ketika kita mengamati ukuran bumi, dengan mudah kita melihat bawa planet kita 
dirancang untuk sebesar bumi ini sekarang. Ahli geologi Amerika Frank Press dan 
Raymond Siever memberikan komentar ten-tang “ketepatan” ukuran bumi: 
Dan ukuran bumi begitu tepat—tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya, 
karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke ang-kasa, dan tidak terlalu besar 
sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk gas yang berbahaya.58 
Selain massa bumi, susunan perut bumi juga dirancang khusus. Dise-babkan intinya, 
bumi memiliki medan magnet kuat yang berperan pen-ting dalam menjaga kelangsungan 
hidup. Menurut Press dan Siever: 
Perut bumi luar biasa besarnya, namun merupakan mesin penghasil panas yang 
diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radioaktif.… Andai-kan bekerja lebih 
lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi mungkin tidak mencair dan 
terbenam membentuk inti cair, dan medan mag-net tidak pernah terbentuk.…Andaikan 
lebih banyak bahan radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu 
telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan, dan permukaan 
bu-mi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari. 
Medan magnet yang dibicarakan ahli geologi ini berperan penting bagi kehidupan. 
Medan magnet ini berasal dari struktur inti bumi. Inti bu-mi terdiri dari unsur-unsur berat 
seperti besi dan nikel yang mampu me-nahan muatan magnet. Inti dalam berbentuk padat 
sementara inti luar cair. Dua lapis inti bergerak saling mengitari, dan gerakan inilah sumber 
medan magnet bumi. Menyebar jauh di atas permukaan, medan ini melindungi bumi dari 
radiasi merusak yang berasal dari angkasa luar. Radiasi dari bintang selain matahari tidak 
dapat melewati perisai ini. Sabuk Van Allen, yang medan magnetnya merentang hingga 
18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi mematikan. 
Diperkirakan bahwa awan plasma yang terjebak Sabuk Van Allen terkadang 
mencapai energi yang besarnya 100 miliar kali lebih besar dibandingkan  bom nuklir yang 
menimpa Hiroshima. Radiasi dari langit mungkin sama merusaknya. Tetapi medan listrik 
bumi, hanya melolos-kan 0,1% radiasi ini  dan ini diserap oleh atmosfer. Energi listrik 
yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan medan listrik sebesar ini 
mencapai miliaran Ampere, sebanyak yang dibangkitkan umat manusia sepanjang sejarah. 
Jika perisai pelindung ini tidak ada, kehidupan telah dimusnahkan oleh radiasi 
mematikan dari waktu ke waktu dan mungkin tak pernah ter-wujud sama sekali. Namun 
seperti yang diungkapkan Press dan Siever, inti bumi telah dirancang dengan tepat untuk 
menjaga planet ini tetap aman. 
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka 
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada  padanya.” (QS. Al 
Anbiyaa’, 21: 32) ! 
 
 
Ketepatan Atmosfer 
 
Seperti yang kita saksikan, sifat fisik bumi—massa, struktur, suhu, dan seterusnya—
begitu tepat bagi kehidupan. Namun, sifat-sifat itu saja tidak cukup untuk memungkinkan 
kehidupan ada di bumi. Faktor pen-ting lain adalah susunan atmosfer. 
Telah dikemukakan sebelumnya bagaimana film-film fiksi-ilmiah terkadang 
menyesatkan orang. Salah satu contohnya adalah betapa mu-dahnya petualang dan 
pengembara luar angkasa menemukan planet-planet dengan atmosfer yang memungkinkan 
untuk bernafas: Mereka tampaknya ada di mana-mana. Andaikan kita dapat menjelajah 
ruang angkasa yang sebenarnya, kita akan menemukan ini sama sekali salah: Kemungkinan 
planet lain memiliki atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas sangat tidak mungkin. Ini 
karena atmosfer bumi telah dirancang khusus untuk menopang kehidupan dengan sejumlah 
cara yang penting. 
Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 1% oksigen, dan 1% karbon-dioksida. Mari 
kita mulai dari gas yang paling penting, yakni oksigen. Oksigen begitu penting bagi 
kehidupan, karena gas ini terlibat dalam sebagian besar reaksi kimia yang melepaskan 
energi yang dibutuhkan setiap makhluk hidup. 
Senyawa karbon bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbondioksida, 
dan energi. Ikatan kecil energi yang disebut ATP (adeno-sine triphosphate), yang digunakan 
oleh sel hidup dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah kita selalu memerlukan oksigen 
untuk hidup, dan bernafas untuk memenuhi kebutuhan ini . 
Hal yang menarik dari kejadian ini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang 
kita hirup telah dengan tepat disesuaikan. Michael Denton menulis tentang hal ini: 
Dapatkah atmosfer mengandung lebih banyak oksigen dan masih mampu menopang 
kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan 
oksigen dalam atmosfer saat ini, 21%, adalah mendekati batas-atas keselamatan untuk 
kehidupan pada suhu lingkungan. Kemungkinan kebakaran hutan tersulut naik 70% untuk 
setiap penambah-an 1% oksigen di atmosfer.60  
Menurut ahli biokimia dari Inggris, James Lovelock: 
(Kandungan oksigen) di atas 25%, sedikit sekali dari tumbuhan saat ini yang mampu 
bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan hujan tropis dan padang lumut kutub.... 
Kandungan oksigen saat ini adalah pada titik di mana risiko dan keuntungan tepat 
seimbang.
Bahwa kadar oksigen di atmosfer saat ini bertahan pada nilai yang tepat, adalah 
berkat sistem “daur ulang” yang luar biasa: Binatang terus-menerus menghirup oksigen dan 
menghasilkan karbondioksida, yang bagi mereka tidak dapat digunakan untuk bernafas. 
Tumbuhan mela-kukan tepat sebaliknya: Mereka menghirup karbondioksida yang mereka 
perlukan untuk hidup, dan sebaliknya mengeluarkan oksigen. Berkat sistem ini, kehidupan 
terus berlanjut. Tumbuhan melepaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap hari. 
Tanpa kerjasama dan keseimbangan dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda 
ini, planet kita tidak mungkin dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup hanya 
menghirup karbondioksida dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan jauh 
mempermudah pembakaran dibandingkan  saat ini, dan bahkan percikan api kecil dapat me-
nyebabkan kebakaran yang dahsyat. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup oksigen 
dan melepaskan karbondioksida, kehidupan pada akhirnya akan musnah ketika seluruh 
oksigen telah habis digunakan. 
Kenyataannya, atmosfer berada dalam keadaan seimbang, di mana seperti 
diungkapkan Lovelock, risiko dan keuntungan tepat seimbang. 
Aspek lain dari atmosfer adalah kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat 
sekali bagi kita untuk bernafas. 
 
 
Atmosfer dan Pernapasan 
 
Kita bernafas setiap saat. Kita secara terus-menerus menghirup udara ke dalam paru-
paru dan mengeluarkannya. Kita begitu sering melaku-kannya sampai menganggapnya hal 
yang biasa. Kenyataannya, perna-pasan adalah proses yang sangat rumit. 
Sistem tubuh kita dirancang sedemikian sempurna sampai kita tidak perlu 
memikirkan pernafasan. Tubuh kita memperkirakan berapa ba-nyak oksigen yang 
diperlukan, dan mengatur pengiriman dengan jumlah yang tepat baik ketika kita sedang 
berjalan, berlari, membaca buku, atau tidur. Penyebab begitu pentingnya pernafasan adalah 
karena berjuta-juta reaksi yang harus tetap berlangsung dalam tubuh untuk menjaga kelang-
sungan hidup kita, semuanya memerlukan oksigen. 
Kemampuan Anda untuk membaca buku ini adalah berkat berjuta-juta sel retina di 
dalam mata yang terus-menerus dicatu dengan energi yang diturunkan dari oksigen. 
Demikian juga, seluruh jaringan tubuh kita dan sel yang membentuknya memperoleh energi 
dari “pembakaran” senyawa karbon oleh oksigen. Hasil pembakaran ini—karbondioksida— 
harus dikeluarkan dari tubuh. Jika kadar oksigen dalam aliran darah tu-run drastis, 
tubuh akan lemah; dan jika kekosongan oksigen berlangsung lebih dari beberapa menit, 
akibatnya adalah kematian. 
Dan itulah sebabnya kita bernafas. Ketika kita menarik nafas, oksigen membanjiri 
sekitar 300 juta ruang kecil dalam paru-paru kita. Pembuluh darah kapiler yang melekat 
pada ruang ini menyerap oksigen dalam se-kejap dan membawanya, mula-mula ke jantung, 
lantas diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Sel tubuh kita menggunakan oksigen ini, dan me-
lepaskan karbondioksida ke dalam darah, yang membawanya kembali ke paru-paru, di 
mana zat ini kemudian dikeluarkan. Seluruh proses memer-lukan waktu tak lebih dari 
setengah detik: Oksigen “bersih” masuk dan karbon dioksida “kotor” keluar. 
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak (300 juta) ruang kecil 
dalam paru-paru. Mereka ada untuk memperluas permukaan yang bersinggungan dengan 
udara. Mereka dengan hati-hati dilipat agar menduduki tempat sekecil mungkin; andaikan 
tidak dilipat, hasilnya cukup untuk menutup lapangan tenis. 
Ada hal lain yang harus diingat. Ruang kecil dalam paru-paru dan pembuluh kapiler 
yang melekat padanya telah dirancang begitu kecil dan sempurna untuk meningkatkan laju 
pertukaran oksigen dan karbon-dioksida. Namun rancangan yang sempurna ini bergantung 
kepada faktor lain: kerapatan, viskositas (kekentalan), dan tekanan udara harus tepat agar 
udara dapat bergerak masuk dan keluar paru-paru dengan benar. 
Pada ketinggian sejajar permukaan laut, tekanan udara adalah 760 mm air raksa dan 
kerapatannya sekitar 1 gram/liter. Masih pada keting-gian sejajar permukaan laut, viskositas 
udara sekitar 50 kali dari air. Anda mungkin menganggap angka ini tidak penting namun 
angka ini sangat menentukan hidup kita, sebab seperti diungkapkan Michael Denton: 
Komposisi keseluruhan dan sifat umum dari atmosfer—kerapatan-nya, viscositasnya, 
tekanannya, dan lain-lainnya—harus sama seperti sekarang ini, khususnya bagi makhluk 
yang menghirup udara.62 
Ketika bernapas, paru-paru menggunakan energi untuk melawan gaya yang disebut 
“hambatan udara”. Gaya ini adalah hasil dari keeng-ganan udara untuk berpindah. Namun 
berkat sifat fisik atmosfer, ham-batan ini cukup lemah sehingga paru-paru dapat menarik 
masuk dan mendorong keluar udara dengan menggunakan energi minimum. Jika 
keengganan udara lebih besar, paru-paru akan dipaksa untuk bekerja le-bih keras agar 
mampu bernapas. Ini dapat dijelaskan dengan satu contoh. Menyedot air ke dalam jarum 
suntik itu mudah, namun menyedot madu jauh lebih sulit. Penyebabnya adalah madu lebih 
rapat dibandingkan  air dan juga lebih kental. 
Andaikan kerapatan, viskositas dan tekanan udara lebih besar, bernapas akan sesulit 
menyedot madu ke dalam jarum suntik. Seseorang mungkin mengatakan, “Itu mudah 
dibetulkan. Kita hanya perlu memper-besar lubang jarum suntik untuk meningkatkan laju 
aliran”. Namun jika kita melakukannya, dalam kasus pembuluh kapileri dalam paru-paru, 
hasilnya akan menurunkan luas permukaan yang bersinggungan dengan udara, yang 
memicu  berkurangnya pertukaran oksigen dan kar-bondioksida pada waktu yang sama, 
dan kebutuhan pernapasan tubuh tidak terpenuhi. Dengan kata lain, nilai masing-masing 
kerapatan, visko-sitas dan tekanan udara harus berada dalam batas tertentu agar dapat 
digunakan untuk bernafas, dan nilai-nilai ini  dalam udara yang kita hirup adalah nilai 
yang tepat. 
Michael Denton mengomentari hal ini dengan: 
Sudah jelas bahwa andaikan salah satu dari viskositas atau kera-patan udara lebih 
besar, hambatan udara tidak akan memungkinkan un-tuk bernapas, dan tidak ada rancangan 
sistem pernapasan lain yang akan mampu mengantarkan oksigen yang cukup bagi makhluk 
hidup yang menghirup udara dengan metabolisme yang aktif.... Dengan memper-kirakan 
seluruh kemungkinan tekanan atmosfer terhadap kan-dungan oksigen yang mungkin, 
menjadi jelas bahwa hanya ada satu wilayah unik... di mana berbagai kondisi untuk 
kehidupan terpenuhi.... Ini tentunya hal yang luar biasa penting bahwa beberapa kondisi 
menentukan terpenuhi pada sebuah daerah yang sempit ini dari semua kemungkinan 
keadaan atmosfer.63  
Nilai numerik dari atmosfer bukan hanya kita perlukan untuk ber-napas, namun 
menentukan bagi planet Biru kita untuk tetap biru. Jika te-kanan atmosfer di atas permukaan 
laut jauh lebih kecil dari nilai sekarang, laju penguapan air akan jauh lebih tinggi. Air yang 
meningkat dalam atmosfer akan mengakibatkan “efek rumah kaca” menjebak lebih banyak 
panas dan meningkatkan suhu rata-rata bumi. Sebaliknya, jika tekanan jauh lebih tinggi, 
laju penguapan air akan turun. (Akibatnya air di laut tetap berada di laut, air di daratan akan 
mengalir ke laut), membuat sebagian planet menjadi gurun pasir. 
Seluruh keseimbangan yang diatur dengan tepat ini menunjukkan atmosfer kita telah 
dengan sengaja dirancang dengan teliti sehingga me-mungkinkan kehidupan di bumi. Ini 
adalah kenyataan yang ditemukan dengan ilmu pengetahuan dan kembali menunjukkan 
kepada kita, bahwa alam semesta bukanlah kumpulan acak materi yang terjadi secara kebe-
tulan. Tidak diragukan lagi ada  Pencipta yang mengatur alam semes-ta, membentuk 
materi sesuai kehendak-Nya, menguasai seluruh galaksi, bintang dan planet di bawah 
keagungan-Nya. 
Kekuasaan agung, sebagaimana Al Quran menyebutkan kepada kita, adalah milik 
Allah, Penguasa seluruh semesta. 
Dan planet Biru tempat kita hidup adalah telah dirancang secara khusus dan 
“disempurnakan” oleh Allah bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al Quran (QS. 
An-Naazi’aat, 79: 30). Ada ayat lain mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan bumi 
bagi manusia untuk hidup: 
 
“Allah lah yang manjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit 
sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupa-mu serta memberi kamu 
rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, 
Mahaagung Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al Mu’min, 40: 64) ! 
 
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berja-lanlah di 
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-
lah kamu (kembali setelah) dibang-kitkan.” (QS. Al Mulk, 67:15) ! 
 
 
Keseimbangan yang Memungkinkan Kehidupan 
 
Hal-hal yang telah kita bahas sejauh ini hanyalah sedikit dari keseim-bangan rumit 
yang begitu menentukan bagi kehidupan di bumi. Mempe-lajari bumi, kita dapat menyusun 
daftar “faktor yang menentukan bagi kehidupan” sepanjang yang kita mau. Ahli astronomi 
Amerika membuat daftarnya sendiri: 
Gravitasi di Permukaan: 
- Jika lebih kuat: atmosfer menahan terlalu banyak amonia dan methana. 
- Jika lebih lemah: atmosfer planet akan terlalu banyak kehilangan air. 
Jarak dengan Bintang Induk (Matahari): 
- Jika lebih jauh: planet akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil. 
- Jika lebih dekat: planet akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil. 
Ketebalan Kerak Bumi: 
- Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi. 
- Jika lebih tipis: aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar. 
Periode Rotasi: 
- Jika lebih lama: perbedaan suhu pada siang dan malam hari terlalu besar. 
- Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi. 
Interaksi Gravitasi dengan Bulan: 
- Jika lebih besar: efek pasang-surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin 
merusak. 
- Jika lebih kecil: perubahan tidak langsung pada orbit menyebab-kan ketidakstabilan 
iklim. 
Medan Magnet: 
- Jika lebih kuat: badai elektromagnetik terlalu merusak. 
- Jika lebih lemah: kurang perlindungan dari radiasi yang mem-bahayakan dari 
bintang. 
Albedo (Perbandingan antara cahaya yang dipantulkan dengan yang diterima pada 
permukaan): 
- Jika lebih besar: zaman es tak terkendali akan terjadi. 
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi. 
Perbandingan Oksigen dengan Nitrogen di Atmosfer: 
- Jika lebih besar: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu cepat. 
- Jika lebih kecil: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu lambat. 
Kadar Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer: 
- Jika lebih besar: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.  
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca tidak memadai. 
Kadar Ozon dalam Atmosfer: 
- Jika lebih besar: suhu permukaan bumi terlalu rendah. 
- Jika lebih kecil: suhu permukaan bumi terlalu tinggi; terlalu banyak radiasi 
ultraviolet. 
Aktivitas Gempa: 
- Jika lebih besar: terlalu banyak makhluk hidup binasa. 
- Jika lebih kecil: bahan makanan di dasar laut (yang dihanyutkan aliran sungai) tidak 
akan didaur ulang ke daratan melalui peng-angkatan tektonik.64 
Ini hanya sebagian “keputusan rancangan” yang harus dibuat agar kehidupan ada dan 
bertahan. Namun sesedikit ini pun cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan bumi 
bukan karena kebetulan, tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian acak. 
Hal ini  dan detail lain yang tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang 
sederhana dan murni: Allah dan hanya Allah yang men-ciptakan alam semesta, bintang, 
planet, pegunungan, dan laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia dan 
makhluk hidup lainnya, dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali manusia. Allah 
dan hanya Allah, sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup berkekuatan untuk 
menciptakan sesuatu dari kehampaan. 
Ciptaan Allah yang sempurna ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai:  
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah 
membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia 
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan 
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan dibandingkan nya mata airnya, dan 
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipan-cangkan-Nya 
dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan binatang-binatang ternakmu.” 
(QS. An-Naazi’aat, 79: 27-33) ! 
 

 
“Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang 
demikian itu ada  tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang mukmin.” (QS. Al 
'Ankabuut, 29: 44) 
 
Bahkan Mars, satu-satunya planet lain di tata surya yang secara fisik mendekati bumi, 
tak lebih dari bola batu yang kering dan tandus. 
 
 
PERMUKAAN VENUS YANG MEMBARA 
 
Temperatur permukaan Venus dapat mencapai 450oC, yang cukup untuk melelehkan 
timah. Permukaan planet ini mirip bola api berselimut lahar. Atmosfernya dipenuhi asam 
belerang dan hujan asam belerang turun terus-menerus. Tekanan atmosfer di permukaannya 
90 kali lebih besar dibandingkan  tekanan atmosfer bumi: setara dengan tekanan pada kedalaman 
1.000 meter di bawah permukaan laut. 
Tidak seperti 63 planet utama beserta satelit lain dalam tata surya kita, bumi adalah 
satu-satunya planet yang memiliki atmosfer, suhu lingkungan dan permukaan yang cocok 
bagi kehidupan. Meskipun air, kebutuhan utama kehidupan, tidak ditemukan di tempat lain 
dalam tata surya kita, tiga-perempat permukaan bumi dipenuhi air. 
Banyak faktor yang sama sekali berbeda seperti jarak antar bumi dan matahari, 
kecepatan rotasi, kemiringan terhadap sumbu, dan bentukan alam di permukaannya, 
semuanya bergabung untuk memastikan bahwa bumi kita dipanaskan dengan cara yang 
tepat untuk kehidupan, dan panas ini disebarkan secara merata. 
Di pusat bumi ada  sejenis mesin pembangkit panas yang diatur sedemikian tepat 
sehingga cukup kuat untuk menghasilkan medan magnet namun tidak terlalu kuat untuk 
menenggelamkan kerak bumi di atas lava. 
 
Atmosfer bumi terlihat dari atas oleh astronot NASA ketika melintasi Filipina. 
 
Bahkan peningkatan 5% oksigen dalam atmosfer bumi akan memicu  kebakaran 
yang membinasakan sebagian besar hutan yang ada. 
 
 
Sungguh luar biasa bahwa radiasi dari matahari (dan dari banyak rangkaian bintang) 
harus termampatkan dalam pita spektrum elektromagnetik yang sangat sempit sehingga 
memancarkan radiasi yang tepat bagi kesinambungan seluruh kehidupan di bumi. 
Ian Campbell, Fisikawan dari Inggris65 
 
Matahari mungkin sesuatu yang paling sering kita lihat se-panjang hidup kita. Kapan 
pun kita menengadahkan muka ke langit di siang hari, kita bisa melihat sinarnya yang 
menyilau-kan. Jika seseorang bertanya, “Apa manfaat matahari?” mungkin kita akan 
menjawab tanpa berpikir sama sekali bahwa matahari memberi kita cahaya dan panas. 
Jawaban ini , meskipun dangkal, sesungguhnya benar. 
Akan tetapi, apakah matahari hanya “kebetulan saja” memancarkan cahaya dan panas 
bagi kita? Apakah ini ketidaksengajaan dan tanpa terencana? Atau apakah matahari khusus 
dirancang bagi kita? Mungkin-kah bola api yang dahsyat di langit ini menjadi “lampu” 
raksasa yang diciptakan untuk memenuhi dengan tepat kebutuhan kita? 
Penelitian terkini menunjukkan bahwa jawaban untuk dua perta-nyaan terakhir adalah 
“ya”. “Ya”, karena pada sinar matahari ada rancangan yang memicu ketakjuban. 
 
 
Panjang Gelombang yang Tepat 
 
Cahaya dan panas adalah dua perwujudan berbeda radiasi elektro-magnetik. Dalam 
semua perwujudannya, radiasi elektromagnetik me-rambat di ruang angkasa dalam 
gelombang yang serupa dengan gelom-bang yang terbentuk ketika sebuah batu dilemparkan 
ke danau. Riak air yang terbentuk oleh batu itu dapat memiliki ketinggian yang berbeda, 
dan jarak antarpuncak riak mungkin bervariasi pula. Demikian juga ra-diasi 
elektromagnetik, dapat memiliki panjang gelombang yang berbeda. 
Namun, analogi ini sebaiknya tidak diambil terlalu jauh karena ada perbedaan yang 
sangat besar dalam panjang gelombang radiasi elektro-magnetik. Beberapa di antaranya 
memiliki panjang beberapa kilometer sedangkan lainnya lebih pendek dari sepermiliar 
sentimeter, dan panjang gelombang lain dapat ditemukan pada spektrum kontinu dan tanpa 
ter-sela di antara kedua angka ini. Untuk mempermudah, para ilmuwan membagi spektrum 
ini berdasarkan panjang gelombang, dan mereka memberi nama berbeda bagi setiap bagian. 
Misalnya, radiasi dengan panjang gelombang terpendek (sepertriliun sentimeter) disebut 
“sinar Gamma”; sinar Gamma memiliki energi yang sangat besar. Panjang ge-lombang 
terpanjang disebut “gelombang radio”; gelombang ini panjang-nya mencapai beberapa 
kilometer namun membawa energi sangat kecil (karena kandungan energi ini, gelombang 
radio sama sekali tidak ber-bahaya bagi kita, sementara terpapar sinar Gamma bisa 
berakibat fatal). Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terletak di 
antara kedua ekstrem panjang gelombang ini .  
Hal pertama untuk diperhatikan tentang spektrum elektromagnetik adalah betapa 
lebarnya spektrum ini : Panjang gelombang terpan-jang adalah 1025 kali ukuran 
panjang gelombang terpendek. Jika ditulis secara lengkap, 1025 tampak seperti di bawah ini: 
 10. 000. 000. 000. 000. 000. 000. 000. 000 
 Angka sebesar itu tidak berarti dengan sendirinya. Mari kita membu-at beberapa 
perbandingan. 
Misalnya, 4 miliar tahun (perkiraan umur bumi) berarti sama dengan sekitar 1017 
detik. Jika Anda ingin menghitung dari 1 sampai 1025, dan melakukannya dengan 
kecepatan satu angka per detik tanpa berhenti, siang dan malam, penghitungan ini akan 
menghabiskan waktu 100 juta kali lebih lama dibandingkan  umur bumi itu sendiri! Jika kita 
menyusun tum-pukan 1025 lembar kartu, kita akan mendapatkan tumpukan yang meren-
tang mencapai separo alam semesta yang teramati. 
Ini merupakan spektrum sangat lebar yang di dalamnya tersebar panjang gelombang 
berbeda-beda dari energi elektromagnetik alam se-mesta. Sekarang, yang menarik tentang 
hal ini adalah bahwa energi elek-tromagnetik yang diradiasikan oleh matahari kita berada 
pada bagian spektrum yang sangat, sangat sempit. Sebanyak 70% radiasi matahari 
mempunyai panjang gelombang antara 0,3 dan 1,5 mikron, dan dalam pita sempit ini  
ada  tiga jenis cahaya: cahaya tampak, cahaya infra-merah-dekat, dan cahaya ultraviolet. 
Tiga jenis cahaya itu tampaknya sudah cukup, namun gabungan ketiganya merupakan 
bagian yang hampir tidak berarti dibandingkan keseluruhan spektrum. Ingat 1025 kartu 
yang merentang sejauh separo alam semesta? Dibandingkan dengan seluruhnya, lebar pita 
cahaya yang diradiasikan matahari sama dengan satu kartu saja! 
Mengapa cahaya matahari dibatasi pada cakupan yang begitu sem-pit? 
Jawaban pertanyaan itu sangat penting karena satu-satunya radiasi yang mampu 
mendukung kehidupan di bumi adalah radiasi dengan panjang gelombang yang berada 
dalam batas sempit ini. 
Dalam buku Energy and the Atmosphere, fisikawan dari Inggris, Ian Campbell, 
menjawab pertanyaan ini dan menyatakan, “Sungguh luar biasa bahwa radiasi dari matahari 
(dan dari banyak rangkaian bintang) harus termampatkan dalam pita spektrum 
elektromagnetik yang sangat sempit sehingga memancarkan radiasi yang tepat bagi 
kesinambungan seluruh kehidupan di bumi.” Menurut Campbell, situasi ini “menakjub-
kan”.l 
Sekarang, mari kita mencermati “rancangan cahaya yang menakjub-kan” ini. 

Telah disebutkan, ada  selisih 1:1025 dalam ukuran panjang ge-lombang 
elektromagnetik terpanjang dan terpendek. Telah disebutkan pula bahwa kandungan energi 
bergantung pada panjang gelombang: panjang gelombang lebih pendek mengandung energi 
lebih besar dari-pada panjang gelombang lebih panjang. Perbedaan lainnya menge-nai 
bagaimana radiasi pada panjang gelombang yang berbeda berinteraksi dengan materi. 
Bentuk-bentuk radiasi terpendek disebut (dengan urutan panjang gelombang 
meningkat) “sinar gamma”, “sinar X”, dan “sinar ultraviolet”. Semua radiasi ini memiliki 
kemampuan membelah atom karena kan-dungan energinya yang begitu besar. Ketiga 
radiasi ini  dapat me-nyebabkan molekul-molekul khususnya molekul organik terurai. 
Dam-paknya, ketiga radiasi ini  menguraikan materi pada level atom atau molekul. 
Radiasi dengan panjang gelombang lebih panjang dibandingkan  cahaya tampak dimulai 
dari inframerah, dan melebar hingga gelombang radio. Pengaruh radiasi ini terhadap materi 
kurang serius karena energinya tidak terlalu besar.  
“Pengaruh terhadap materi” ini  berkaitan dengan reaksi kimia. Sejumlah reaksi 
kimia yang penting dapat terjadi hanya jika energi di-tambahkan pada reaksi ini . 
Energi yang dibutuhkan untuk memu-lai reaksi kimia disebut “ambang batas energi (energy 
threshold)”. Jika energi kurang dari ambang batas ini, reaksi tidak akan pernah dimulai dan 
jika energi lebih besar, tidak ada gunanya: dalam kedua kasus, energi akan terbuang. 
Dalam keseluruhan spektrum elektromagnetik, hanya ada  satu pita kecil yang 
mempunyai energi sesuai dengan ambang batas energi. Panjang gelombangnya berkisar 
antara 0,7 mikron dan 0,4 mikron, dan jika Anda ingin melihatnya, Anda bisa: hanya 
dengan menengadahkan kepala dan melihat sekeliling, dan ini disebut “cahaya tampak”. 
Radiasi ini memicu  terjadinya reaksi kimia dalam mata Anda, dan karena itulah Anda 
dapat melihat.  
Radiasi yang disebut sebagai “cahaya-tampak” membentuk 41% cahaya matahari, 
meskipun radiasi ini menempati kurang dari 1/1025 dari keseluruhan spektrum 
elektromagnetik. Dalam artikelnya yang terkenal, “Life and Light”, pada Scientific 
American, fisikawan terkenal, George Wald, mengupas masalah ini dan menulis, “Radiasi 
yang berguna untuk memulai reaksi kimia yang teratur terdiri dari sebagian besar radiasi 
matahari kita.”67 Bahwa matahari harus meradiasikan cahaya yang begitu tepat untuk 
kehidupan, benar-benar merupakan contoh rancangan yang luar biasa. 
Apakah sisa cahaya yang diradiasikan matahari ada gunanya? 
Ketika kita mengamati bagian cahaya ini, kita mendapati bahwa sebagian besar 
radiasi matahari yang jatuh di luar rentang cahaya tampak berada pada bagian spektrum 
yang disebut “inframerah-dekat”. Infra-merah-dekat dimulai setelah cahaya tampak berakhir 
dan sekali lagi, meliputi bagian yang sangat kecil dari keseluruhan spektrum kurang dari 
1/1025.  
Apakah sinar inframerah berguna? Ya, namun kali ini tidak ada gu-nanya mengamati 
sekeliling karena Anda tidak dapat melihatnya de-ngan mata telanjang. Tetapi, Anda 
dengan mudah dapat merasa-kannya: Kehangatan yang Anda rasakan pada wajah saat 
memandang matahari yang bersinar pada musim panas atau musim semi disebabkan oleh 
radiasi inframerah dari matahari. 
Radiasi inframerah matahari adalah radiasi yang membawa energi panas, yang 
menjaga bumi tetap panas. Radiasi ini juga penting bagi ke-hidupan seperti halnya cahaya 
tampak. Dan yang menarik adalah bahwa matahari kita agaknya diciptakan hanya untuk 
melayani kedua tujuan ini, karena kedua jenis cahaya ini menyusun bagian terbesar 
matahari. 
Dan bagian ketiga matahari? Apakah bermanfaat? 
Anda boleh yakin terhadapnya. Ini adalah “sinar ultra-violet-dekat” dan membentuk 
bagian terkecil dari sinar matahari. Seperti semua sinar ultraviolet, sinar ini berenergi tinggi 
dan dapat memicu  kerusakan sel hidup. Namun sinar ultraviolet matahari merupakan 
jenis “paling kurang berbahaya” karena paling dekat dengan cahaya tampak. Meski-pun 
paparan berlebihan terhadap sinar ultra-violet matahari telah terbuk-ti memicu  kanker 
dan mutasi sel, sinar ini memiliki satu manfaat: Sinar ultraviolet yang berada pada pita 
begitu sempit ini69 diperlukan u-ntuk pembentukan vitamin D pada manusia dan binatang 
bertulang bela-kang. (Vitamin D penting untuk pembentukan dan makanan tulang: Tanpa 
vitamin D tulang menjadi lunak atau cacat, disebut penyakit rachitis yang terjadi pada 
orang-orang yang tidak terkena cahaya mata-hari dalam waktu yang sangat lama.) 
Dengan kata lain, semua radiasi yang dipancarkan oleh matahari penting bagi 
kehidupan: tidak sedikit pun sia-sia. Yang menarik adalah bahwa semua radiasi ini dibatasi 
pada cakupan 1/1025 dari keseluruhan spektrum elektromagnetik, namun cukup untuk 
menjaga kita tetap hangat, bisa melihat, dan memungkinkan terjadinya semua reaksi kimia 
yang diperlukan kehidupan. 
Bahkan kalaupun semua kondisi lain yang diperlukan kehidupan telah ada, jika 
cahaya yang diradiasikan matahari jatuh pada bagian lain spektrum elektromagnetik, maka 
tidak akan ada kehidupan di atas bumi ini. Sangat tidak mungkin menjelaskan terpenuhinya 
persyaratan ini, yang memiliki kemungkinan 1 banding 1025, dengan logika kebetulan. 
Dan kalau semua ini belum cukup, cahaya melakukan hal lain: cahaya juga 
memungkinkan kita kenyang! 
 
 
Fotosintesis dan Cahaya  
 
Fotosintesis adalah sebuah proses kimia yang namanya dikenal hampir oleh semua 
orang yang pernah bersekolah. Tetapi, kebanyakan orang tidak menyadari betapa sangat 
pentingnya proses ini bagi kehi-dupan di atas bumi, atau misteri apa yang ada di dalam 
proses ini. 
Pertama, mari kita lupakan ilmu kimia SMU kita, dan perhatikan rumus reaksi 
fotosintesis ini: 
 6H2O + 6CO2 + cahaya matahari Z C6H12O6 + 6O2 
  Glukosa  
 Artinya: Air dan karbondioksida dan cahaya matahari menghasilkan gula dan 
oksigen. 
Secara lebih terperinci, yang terjadi dalam reaksi kimia ini adalah, enam molekul air 
(H2O) bergabung dengan enam molekul karbondiok-sida (CO2) dalam reaksi yang 
mendapatkan energi dari sinar matahari. Saat reaksi selesai, hasilnya adalah sebuah molekul 
glukosa (C6H12O6), gula sederhana yang merupakan elemen makanan yang pen-ting, dan 
enam molekul gas oksigen (O2). Sebagai sumber semua makanan di planet kita, glukosa 
mengandung energi yang sangat besar. 
Walaupun reaksi ini tampaknya sederhana, ternyata sangat rumit. Hanya ada satu 
tempat di mana reaksi ini terjadi: pada tumbuh-tumbuh-an. Tumbuh-tumbuhan di dunia ini 
menghasilkan makanan dasar bagi semua makhluk hidup. Setiap makhluk hidup lainnya 
pada akhirnya mendapat asupan glukosa dengan berbagai cara. Binatang herbivora me-
makan tumbuh-tumbuhan secara langsung, dan binatang karnivora me-makan tumbuh-
tumbuhan dan/atau binatang lain. Manusia tidak terke-cuali: Energi kita dihasilkan dari 
makanan yang kita makan dan berasal dari sumber yang sama. Apel, kentang, coklat, atau 
steak, atau apa pun yang Anda makan memberikan energi yang berasal dari matahari. 
Akan tetapi, fotosintesis penting untuk alasan lain. Reaksi ini meng-hasilkan dua 
produk: Di samping glukosa, reaksi ini juga melepaskan enam molekul oksigen. Yang 
terjadi di sini adalah bahwa tumbuh-tumbuhan selalu membersihkan atmosfer yang terus-
menerus “terpo-lusi” oleh makhluk bernapas manusia dan binatang, yang energinya ber-asal 
dari pembakaran dengan oksigen, sebuah reaksi yang menghasilkan karbondioksida. Jika 
tumbuh-tumbuhan tidak melepaskan oksigen, penghirup oksigen akhirnya akan 
menghabiskan semua oksigen dalam atmosfer, dan ini akan menjadi akhir bagi makhluk-
makhluk ini . Alih-alih, oksigen di atmosfer secara terus-menerus diperbarui oleh tum-
buh-tumbuhan. 
Tanpa fotosintesis, kehidupan tumbuh-tumbuhan tidak akan ada; dan tanpa kehidupan 
tumbuh-tumbuhan, tidak akan ada kehidupan bi-natang atau manusia. Reaksi kimia yang 
mengagumkan ini, yang belum pernah ditiru laboratorium mana pun, terjadi pada 
rerumputan yang Anda injak, dan pada pepohonan yang mungkin bahkan tidak pernah Anda 
tengok. Ini juga pernah terjadi pada sayuran di atas piring makan malam Anda. Ini 
merupakan salah satu proses dasar kehidupan. 
Yang menarik adalah betapa cermatnya rancangan proses fotosin-tesis ini. Ketika kita 
mempelajarinya, tidak akan luput dari pengamatan kita bahwa ada keseimbangan yang 
sempurna antara fotosintesis tum-buh-tumbuhan dan penggunaan energi oleh penghirup 
oksigen. Tanam-an menyediakan glukosa dan oksigen. Penghirup oksigen membakar 
glukosa dengan oksigen di dalam sel-sel mereka untuk mendapatkan energi dan melepaskan 
karbondioksida dan air (dengan kata lain, mereka membalikkan reaksi fotosintesis) yang 
digunakan tumbuh-tumbuhan untuk membuat lebih banyak glukosa dan oksigen. Dan 
demikianlah pro-ses ini berlangsung, sebuah siklus berkesinambungan yang disebut “sik-lus 
karbon”, dan siklus ini digerakkan oleh energi dari matahari. 
Untuk melihat betapa sempurnanya siklus ini diciptakan, mari kita pusatkan sesaat 
perhatian kita hanya pada salah satu unsur siklus ini : sinar matahari.  
Pada bagian pertama bab ini, kita membahas cahaya matahari, dan mendapati bahwa 
komponen radiasinya dirancang secara khusus untuk memungkinkan kehidupan di bumi. 
Mungkinkah matahari sengaja di-rancang juga untuk fotosintesis? Atau apakah tumbuh-
tumbuhan cukup fleksibel sehingga dapat melangsungkan reaksi ini tanpa peduli cahaya apa 
pun yang mengenainya? 
 Ahli astronomi Amerika, George Greenstein membahasnya dalam The Symbiotic 
Universe: 

Klorofil adalah molekul yang melangsungkan fotosintesis… Mekanisme fotosintesis 
dimulai dengan penyerapan cahaya matahari oleh molekul klorofil. Namun agar fotosintesis 
terjadi, cahaya yang diterima harus berupa warna yang sesuai. Cahaya dari warna yang 
salah tidak akan menghasilkan keajaiban ini. 
Analogi yang bagus adalah sebuah televisi. Agar TV menerima saluran (gelombang) 
yang dikehendaki, TV harus ditala pada saluran ini : Talakan TV pada saluran yang 
berbeda, maka tidak akan terjadi penerimaan. Ini sama dengan fotosintesis, dalam analogi 
ini matahari berfungsi sebagai transmiter dan molekul klorofil sebagai TV. Jika molekul 
dan cahaya mata-hari tidak saling sesuai—disesuaikan dalam hal warna—fotosintesis tidak 
akan terjadi. Kenyataannya, warna matahari sudah tepat.  
Pada bab terakhir, kami menunjukkan kesalahan pada gagasan ten-tang kemampuan 
kehidupan untuk beradaptasi. Sebagian evolusionis berpendapat bahwa “kalau kondisi 
berbeda, kehidupan juga akan ber-evolusi agar sesuai sempurna dengan keadaan ini ”. 
Berpikir secara dangkal tentang fotosintesis dan tumbuhan, seseorang bisa saja sampai pada 
kesimpulan serupa: “Andaikan cahaya matahari berbeda, tumbuh-an akan berevolusi sesuai 
dengannya”. Namun kenyataannya ini tidak mungkin. 
Meskipun dia sendiri seorang evolusionis, George Greenstein meng-akui bahwa: 
Orang mungkin berpikir bahwa suatu adaptasi telah terjadi: adaptasi kehi-dupan 
tumbuh-tumbuhan terhadap sifat cahaya matahari. Bagaimanapun, andaikan matahari 
memiliki suhu berbeda dengan suhunya saat ini, bisakah molekul lain yang beradaptasi 
untuk menyerap cahaya dengan warna ber-beda menggantikan klorofil? Cukup jelas 
jawabannya adalah tidak, sebab dalam batasan luas, seluruh molekul menyerap cahaya dari 
warna yang sama. Penyerapan cahaya dilakukan melalui eksitasi elektron dalam molekul ke 
keadaan energi yang lebih tinggi, dan hal yang sama terjadi pada molekul mana pun. Lebih 
lanjut, cahaya tersusun dari foton, paket-paket energi, dan foton dengan energi yang salah 
sama sekali tidak dapat diserap.... Sebagai-mana kenyataannya, ada  kesesuaian yang 
sempurna antara sifat fisika bintang dan molekul. Andaikan kesesuaian ini  tidak ter-
penuhi, tentu saja, tidak mungkin ada  kehidupan.  
Secara singkat, yang dikatakan Greenstein adalah: Tidak ada tum-buhan yang mampu 
melakukan fotosintesis kecuali dalam batas yang sa-ngat sempit dari panjang gelombang 
cahaya. Dan batasan ini  persis dengan cahaya yang diberikan oleh matahari. 
Keharmonisan antara sifat fisika bintang dan molekul klorofil yang dimaksud 
Greenstein adalah sebuah keharmonisan yang terlalu luar biasa untuk dijelaskan sebagai 
kebetulan. Hanya ada  satu peluang dari 1025 kemungkinan bahwa matahari akan 
menyediakan jenis cahaya yang penting bagi kita, dan harus ada  molekul dalam dunia 
kita yang mampu memanfaatkan cahaya itu. Keharmonisan sempurna ini merupakan bukti 
nyata rancangan yang disengaja dan direncanakan. 
Dengan kata lain, ada  Pencipta tunggal, Pengatur cahaya mata-hari dan molekul 
tumbuh-tumbuhan, yang telah menciptakan keduanya dalam keharmonisan, sesuai dengan 
yang diungkapkan di dalam Al Quran: 
 
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Mem-bentuk Rupa, 
Yang Mempunyai Nama-Nama yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya yang ada di 
langit dan yang ada di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” 
(QS. Al Hasyr, 59: 24) 
 
Kita telah mengamati bagaimana cahaya matahari yang hanya terdiri dari tiga berkas 
sempit spektrum elektromagnetik sampai kepada kita: 
1. Cahaya inframerah, dengan panjang gelombang lebih panjang dari-pada 
cahaya-tampak dan yang menjaga bumi tetap hangat. 
2. Sejumlah kecil cahaya ultraviolet, dengan panjang gelombang lebih pendek 
dibandingkan  cahaya tampak dan salah satu manfaatnya untuk pembentukan vitamin D. 
3. Cahaya tampak, yang memungkinkan penglihatan dan mendukung 
tumbuhan berfotosintesis. 
Keberadaan “cahaya tampak” penting untuk penglihatan biologis di samping untuk 
proses fotosintesis. Alasannya adalah, tidak mungkin bagi mata biologis untuk melihat pita 
spektrum mana pun di luar spektrum cahaya-tampak dan sedikit inframerah-dekat. 
Untuk menerangkan mengapa harus seperti itu, pertama-tama kita perlu memahami 
bagaimana proses melihat terjadi. Proses ini dimulai dari partikel cahaya yang disebut 
“foton” yang melalui pupil mata, dan menimpa permukaan retina yang terletak di bagian 
belakang mata. Retina mengandung sel yang sensitif terhadap cahaya. Sel ini  begitu 
sensitif sehingga setiap sel dapat mengenali sekalipun hanya sebuah fo-ton yang menimpa 
retina. Energi foton mengaktifkan “rhodopsin”, suatu molekul kompleks yang banyak 
terkandung dalam sel retina. Se-lanjutnya rhodopsin mengaktifkan sel-sel lain, dan sel lain 
ini  pada gilirannya mengaktifkan sel yang lain lagi.72 Akhirnya arus listrik dibang-
kitkan dan diantarkan ke otak oleh syaraf optik. 
Persyaratan pertama agar sistem ini bekerja adalah sel retina ini  harus mampu 
mengenali foton ketika menimpanya. Agar terjadi, foton harus membawa jumlah energi 
yang sesuai: Jika energi ini  terlalu banyak atau kurang, foton tidak akan mengaktifkan 
susunan rhodopsin. Mengubah ukuran mata tidak ada pengaruhnya; yang penting adalah 
keserasian antara ukuran sel dan panjang gelombang foton yang masuk. 
Merancang mata organik yang dapat melihat bagian lain spektrum elektromagnetik 
ternyata tidak mungkin di dalam dunia yang di-dominasi oleh kehidupan yang berbasis 
karbon. Dalam Nature’s Destiny, Michael Denton membahas hal ini secara terperinci dan 
menyetujui bahwa mata organik hanya dapat melihat dalam kisaran spektrum cahaya 
tampak. Sementara model mata lain yang, secara teoritis, dapat dirancang, tidak ada satu 
pun yang dapat melihat kisaran spektrum lain. Denton mengungkapkan alasannya: 
Sinar UV, X, dan sinar Gamma terlalu berenergi dan sangat merusak, sedangkan 
inframerah dan gelombang radio terlalu lemah untuk dideteksi karena energi mereka untuk 
berinteraksi dengan materi terlalu kecil.... Jadi akan jelas bahwa untuk beberapa alasan 
berbeda, bagian tampak spektrum elektromagnetik merupakan bagian yang sangat sesuai 
untuk penglihatan biologis, dan terutama untuk mata-kamera vertebrata yang beresolusi 
tinggi dan yang memiliki rancangan dan bentuk sangat mendekati mata manusia.
Setelah jeda untuk memikirkan apa yang telah dijelaskan sejauh ini, kita sampai pada 
kesimpulan ini: Matahari memancarkan energi dalam pita sempit (begitu sempit, hanya 
selebar 1/1025 saja dari keseluruhan spektrum elektromagnetik) yang telah dipilih secara 
hati-hati. Begitu tepat pita ini disesuaikan sehingga menjaga dunia tetap hangat, men-
dukung fungsi biologis bentuk-bentuk kehidupan yang kompleks, me-mungkinkan 
fotosintesis, dan memungkinkan makhluk hidup di dunia ini untuk melihat.   
 
Bintang yang Tepat, Planet yang Tepat,  
dan Jarak yang   
Tepat 
Dalam bab “planet Biru”, kita membandingkan dunia kita dengan planet-planet lain 
dalam tata surya, dan mendapati bahwa rentang suhu yang penting untuk keberadaan 
kehidupan hanya ada  di bumi. Alasan utama untuk ini adalah bahwa jarak bumi dari 
matahari sangat tepat: planet-planet luar seperti Mars, Jupiter, atau Pluto terlalu dingin 
sedangkan planet-planet dalam Venus dan Merkurius terlalu panas. 
Mereka yang menolak mengakui bahwa ada  rancangan yang di-sengaja pada 
jarak antara bumi dengan matahari berkilah sebagai berikut: 
Alam semesta dipenuhi dengan bintang, beberapa di antara bintang ini  lebih 
besar dibandingkan  matahari dan beberapa di antaranya lebih kecil. Bintang-bintang ini  bisa 
saja mempunyai sistem planet sendiri. Jika sebuah bintang lebih besar dari matahari, maka 
planet yang ideal untuk kehidupan akan terletak lebih jauh dari jarak bumi dengan matahari. 
Contohnya, sebuah planet dalam orbit sebuah raksasa-merah berjarak sama dengan Pluto 
mungkin saja memiliki iklim seperti bumi kita. Planet seperti itu akan sesuai untuk 
kehidupan seperti halnya bumi kita.  
Pernyataan ini  tidak berlaku karena justru mengabaikan fakta bahwa bintang-
bintang berbeda ukuran meradiasikan jenis energi yang berbeda. 
Faktor-faktor yang menentukan panjang gelombang energi yang diradiasikan oleh 
bintang adalah ukuran dan suhu permukaannya (faktor suhu permukaan secara langsung 
berhubungan dengan ukuran). Misal-nya, matahari meradiasikan cahaya ultraviolet-dekat, 
cahaya tampak, dan inframerah-dekat karena suhu permukaannya sekitar 6.000oC. An-
daikan matahari sedikit lebih besar, suhu permukaannya akan lebih be-sar; dan jika 
demikian, tingkat energi radiasi matahari juga akan lebih besar dan matahari akan jauh lebih 
banyak meradiasikan sinar ultraviolet yang merusak dibandingkan  sekarang ini. 
Ini menunjukkan bahwa untuk meradiasikan cahaya yang akan mendukung 
kehidupan, bintang mana pun harus memiliki ukuran yang dekat dengan matahari kita. 
Namun, kalaupun dalam orbit bintang-bintang seperti itu ada  planet-planet yang 
mendukung kehidupan, planet-planet ini  harus terletak pada jarak yang tidak berbeda 
dengan jarak bumi dan matahari. 
Dengan kata lain, raksasa merah, raksasa biru, atau bintang apa pun yang berbeda 
ukuran dengan matahari, tidak mempunyai planet yang dapat menampung kehidupan. 
Sumber energi yang mampu menunjang kehidupan hanya bintang seperti matahari kita. 
Satu-satunya jarak planet yang sesuai untuk kehidupan hanya jarak antara bumi dengan 
matahari.  


ada  cara lain untuk mengungkapkan kebenaran ini: Matahari dan bumi 
diciptakan sesuai dengan seharusnya. Dan sesungguhnya, dalam Al Quran diungkapkan 
bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan perhitungan yang teliti: 
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristira-hat, dan 
(manjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang 
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.’ (QS. Al An’aam, 6: 96) ! 
 
 
Keserasian Cahaya dan Atmosfer 
 
Sejak awal bab ini, telah kita bahas radiasi yang dipancarkan mata-hari dan 
bagaimana matahari dirancang secara khusus untuk mendu-kung kehidupan. Masih ada  
faktor penting lain yang belum kita singgung: Agar radiasi ini mampu mencapai permukaan 
bumi, radiasi harus melewati atmosfer. 
Sinar matahari tentu saja tidak memberikan manfaat jika atmosfer tidak 
membiarkannya menembus. Namun ini terjadi; bahkan, atmosfer kita dirancang khusus agar 
mudah tembus bagi radiasi yang mengun-tungkan ini. 
Yang menarik bukan bagaimana atmosfer memungkinkan cahaya matahari yang 
menguntungkan melewatinya, melainkan kenyataan bah-wa hanya cahaya matahari yang 
dibiarkan tembus. Atmosfer membiar-kan masuk cahaya tampak dan inframerah-dekat yang 
penting bagi kehidupan namun menahan radiasi lain yang mematikan. Akibatnya, atmosfer 
menjadi penyaring penting terhadap radiasi kosmik yang men-capai bumi dari matahari dan 
sumber lain. Denton menyatakan: 
Gas-gas dalam atmosfer itu sendiri menyerap radiasi elektromagnetik selain cahaya 
tampak dan inframerah-dekat.... Dari seluruh radiasi elektro-magnetik, dari gelombang 
radio hingga sinar gamma, satu-satunya bagian spektrum yang diperbolehkan melewati 
atmosfer merupakan berkas yang sangat sempit yang mencakup cahaya tampak dan 
inframerah-dekat. Nyaris tidak ada  radiasi gamma, X, ultraviolet, inframerah-jauh, dan 
gelom-bang mikro yang mencapai permukaan bumi.  
 Tidak mungkin mengabaikan keahlian rancangan ini. Matahari me-mancarkan 
hanya 1/1025 dari keseluruhan selang radiasi elektromagnetik yang mungkin dipancarkan, 
yang kebetulan merupakan kisaran yang sesuai hanya untuk kita, dan radiasi itulah yang 
dibiarkan lewat oleh atmosfer! Sampai di sini juga perlu dijelaskan bahwa hampir semua 
ultraviolet-dekat yang dipancarkan matahari terperangkap lapis-an ozon atmosfer. 
Satu hal lagi yang membuat radiasi elektromagnetik ini bahkan lebih menarik adalah, 
seperti halnya udara, air juga memiliki keter-tembusan yang sangat khusus: Satu-satunya 
radiasi yang mampu me-nyebar melalui air adalah bagian cahaya tampak. Bahkan radiasi 
infra-merah-dekat, yang menembus atmosfer (dan yang menyediakan pa-nas), menembus 
hanya beberapa milimeter ke dalam air. Karena itulah, hanya beberapa milimeter 
permukaan lautan yang dipanaskan oleh radiasi dari matahari. Panas ini secara bertahap 
dibawa ke kedalaman dan sebagai hasilnya, pada kedalaman tertentu, temperatur air laut 
hampir sama di seluruh dunia. Tentu saja ini menciptakan lingkungan yang sangat sesuai 
bagi kehidupan. 
Hal lain yang menarik tentang air adalah bahwa warna yang berbe-da dari cahaya 
tampak mampu menembus jarak yang berbeda dalam air. Lebih dari delapan belas meter, 
misalnya, cahaya merah tidak mam-pu menembus, sedangkan cahaya kuning mampu 
mencapai kedalaman seratus meter. Di lain pihak, cahaya biru dan hijau menembus sampai 
240 meter. Ini merupakan rancangan yang sangat penting karena cahaya yang justru sangat 
penting bagi proses fotosintesis adalah cahaya biru dan hijau. Karena air memungkinkan 
warna-warna ini menembus lebih dalam dibandingkan  cahaya lain, tumbuh-tumbuhan yang 
berfotosintesis dapat hidup sampai 240 meter di bawah permukaan.  
 Ini semua merupakan fakta yang paling penting. Hukum fisika apa pun yang 
berhubungan dengan cahaya yang kita amati, kita mendapati bahwa segala sesuatunya telah 
diatur dengan tepat agar kehidupan dapat terwujud. Mengomentari situasi ini, Encyclopedia 
Britannica menga-kui betapa luar biasanya semua itu: 
Ketika memikirkan pentingnya cahaya-tampak dari matahari bagi semua aspek 
kehidupan di bumi, tak pelak seseorang akan dicengangkan oleh celah yang begitu sempit 
pada penyerapan atmosfer dan pada spektrum penyerapan air,
Filosofi materialis dan Darwinisme, yang bersumber pada material-isme, keduanya 
menganggap bahwa kehidupan manusia muncul di alam semesta hanya kebetulan dan 
bahwa “kebetulan” ini  tanpa disertai tujuan apa pun. Namun pengetahuan yang dicapai 
melalui kemajuan ilmu alam menunjukkan bahwa dalam setiap detail alam semesta, 
ada  rancangan dan perencanaan dengan tujuan akhir kehidupan manusia. Rancangan 
yang demikian “tepat”, sehingga bahkan satu unsur seperti cahaya, yang mungkin tidak 
pernah kita pikirkan sebelumnya, pasti akan menimbulkan ketakjuban. 
Menyatakan dan menjelaskan rancangan seteliti itu sebagai suatu kebetulan tidaklah 
masuk akal. Kenyataan bahwa semua radiasi mata-hari termampatkan pada pita spektrum 
sempit, hanya 1/1025 dari total spektrum elektromagnetik, kenyataan bahwa cahaya yang 
penting bagi kehidupan tepat berada dalam pita spektrum sempit ini , kenya-taan bahwa 
atmosfer menghalangi panjang gelombang radiasi yang lain dan melewatkan hanya panjang 
gelombang pada bagian ini , ke-nyataan bahwa air juga menghalangi semua bentuk 
radiasi yang mema-tikan lainnya dan hanya melewatkan cahaya-tampak: Mungkinkah 
semua itu benar-benar kebetulan? Kesesuaian luar biasa seperti ini da-pat dijelaskan bukan 
dengan kebetulan, namun dengan rancangan yang disengaja. Ini pada gilirannya 
menunjukkan kepada kita bahwa seluruh alam semesta beserta seluruh detailnya—termasuk 
sinar matahari yang memungkinkan kita melihat dan menjaga kita tetap hangat secara 
khusus telah diciptakan dan diperuntukkan bagi kita untuk hidup. 
 yang dicapai oleh sains merupakan sebuah kebenaran yang telah 
diajarkan dalam Al Quran selama empat belas abad kepada umat manusia. Ilmu alam 
menunjukkan bahwa cahaya matahari telah diciptakan untuk kita, dengan kata lain, cahaya 
matahari telah diciptakan untuk “melayani kita”. Dalam Al Quran difirmankan bahwa: 
“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (QS. Ar-Rahmaan, 55: 5). Da-lam 
ayat lain disebutkan: 
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurun-kan air hujan 
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan 
menjadi rezeki untukmu.... Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan 
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu 
malam dan siang. Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala yang kamu 
mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghi-tung nikmat Allah, tidaklah dapat 
kamu menghinggakannya. Se-sungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat 
mengingkari (nikmat Allah).” (QS Ibrahim, 14: 32-34) ! 
  

 
 
PERBEDAAN PANJANG GELOMBANG  
RADIASI ELEKTROMAGNET 
 
Bintang-bintang dan sumber-sumber cahaya lain di alam semesta tidak semuanya 
memberikan jenis radiasi yang sama. Sebaliknya, mereka memancarkan energi dalam 
rentang panjang gelombang yang luas. Sinar gamma, yang memiliki panjang gelombang 
terpendek, hanya 1/1025 dari panjang gelombang radio terpanjang. Cukup aneh, hampir 
semua radiasi yang dipancarkan matahari jatuh ke dalam pita tunggal yang juga 1/1025 dari 
keseluruhan spektrum. Alasannya adalah bahwa hanya jenis-jenis radiasi yang penting dan 
sesuai bagi kehidupan yang jatuh pada pita sempit ini. 
 
Hampir seluruh radiasi matahari termampatkan pada pita sempit panjang gelombang 
yang berkisar antara 0,3 sampai 1,5 mikron. Pita ini mencakup sinar ultraviolet-dekat, 
cahaya-tampak dan sinar inframerah. 
 
Selama ratusan juta tahun, tumbuh-tumbuhan sibuk melakukan sesuatu yang tidak 
dapat ditiru laboratorium mana pun: menggunakan cahaya matahari, mereka menghasilkan 
makanan. Tetapi persyaratan penting untuk transformasi luar biasa ini adalah bahwa cahaya 
yang diterima tumbuh-tumbuhan harus tepat untuk berlangsungnya fotosintesis. 
 
 
KESESUAIAN CAHAYA MATAHARI  
DAN KLOROFIL 
 
Tumbuhan mampu melakukan fotosintesis karena molekul klorofil dalam selnya 
sensitif terhadap cahaya matahari. Namun klorofil hanya mampu menggunakan kisaran 
panjang gelombang yang sangat terbatas, dan kisaran panjang gelombang ini  adalah 
yang diradiasikan matahari paling kuat. Yang lebih menarik adalah kisaran ini hanya setara 
dengan 1/1025 dari keseluruhan spektrum elektromagnetik. 
Pada dua grafik di atas, kesesuaian yang luar biasa antara cahaya matahari dengan 
klorofil dapat terlihat. Diagram paling atas adalah diagram yang menunjukkan distribusi 
cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Diagram bawah adalah diagram yang menunjukkan 
cahaya yang memungkinkan fotosintesis berlangsung. Kenyataan bahwa kedua kurva ini 
hampir serupa menunjukkan bagaimana sempurnanya rancangan pada cahaya tampak. 
 
Hanya sinar cahaya yang sesuai untuk penglihatan biologis yang memiliki panjang 
gelombang yang jatuh dalam batas yang disebut “visible light.” Bagian yang luas dari 
energi yang dipancarakan oleh matahari jatuh pada batas ini . 
 
Matahari kita mempunyai temperatur permukaan sekitar 6.000OC. Andai-kan 
temperatur permukaan sedikit lebih besar atau kecil, cahaya yang dihasilkan tidak akan 
mampu men-dukung kehidupan. 
 
Udara, seperti juga air, memungkinkan perambatan hanya radiasi yang penting bagi 
kehidupan kita. Semua radiasi kosmik berbahaya dan mematikan yang berasal dari angkasa 
luar nun jauh terperangkap dalam filter yang dirancang dengan sangat sempurna ini. 
 
Meskipun menghalangi semua bentuk radiasi lainnya, air membiarkan cahaya-tampak 
menembus bermeter-meter kedalamannya. Akibatnya, tumbuh-tumbuhan di dalam laut 
mampu melakukan fotosintesis. Andaikan air tidak memiliki sifat ini, keseimbangan ekologi 
yang penting bagi kehidupan di planet kita tidak dapat terjadi. 
 
 
 
Hal ini, seperti kebanyakan argumen ateis lainnya, berasal dari Kebutaan mendalam 
akan Filsafat Alamiah; karena andaikan laut hanya ada separo dari kuantitasnya sekarang, 
maka hanya ada separo juga Kuantitas Uap, dan akibatnya, kita hanya mempunyai Sungai 
separo dari jumlahnya yang sekarang untuk menyuplai semua daratan kering yang kita 
miliki sekarang, dan separo pula untuk kuantitas air yang akan diuapkan, serta panas yang 
menguapkannya. 
John Ray, Naturalis Inggris abad ke-18 76 
 
Sebagian besar planet kita diselimuti air. Samudra dan laut menem-pati tiga perempat 
bagian permukaan bumi, sementara pada daratannya sendiri ada  sungai dan danau yang 
tidak terhi-tung jumlahnya. Salju dan es di puncak gunung-gunung tinggi adalah air dalam 
bentuk bekunya. Sejumlah besar air bumi berada di langit: Setiap awan mengandung 
ribuan—terkadang jutaan—ton air dalam betuk uap. Dari waktu ke waktu, sebagian uap air 
ini berubah menjadi tetesan dan jatuh ke tanah: dengan kata lain, turun hujan. Bahkan udara 
yang Anda hirup sekarang mengandung sejumlah uap air. 
 Singkatnya, belahan mana pun dari permukaan bumi yang Anda li-hat, Anda pasti 
akan melihat air di suatu tempat. Bahkan, ruangan tempat Anda duduk pada saat ini 
barangkali mengandung sekitar empat puluh sampai lima puluh liter air. Lihatlah ke 
sekeliling. Anda tidak bisa meli-hatnya? Lihat lagi, lebih cermat, kali ini dengan 
mengalihkan mata Anda dari tulisan ini dan amatilah tangan, lengan, kaki, serta tubuh Anda. 
Andalah 40-50 liter air itu! 
 Andalah, karena sekitar 70% tubuh manusia adalah air. Sel tubuh Anda 
mengandung pelbagai macam zat tetapi tak ada yang sebanyak atau sepenting air. Bagian 
terbesar dari darah yang beredar di setiap tem-pat dalam tubuh Anda tentu saja air. Tetapi 
ini tidak hanya berlaku bagi Anda sendiri atau orang lain: sebagian besar tubuh semua 
makhluk hidup adalah air. Tanpa air, tampaknya kehidupan tidak mungkin ada. 
 Air adalah zat yang dirancang secara khusus untuk menjadi dasar kehidupan. Setiap 
sifat fisik dan kimianya khusus diciptakan untuk kehidupan. 
 
Ahli biokimia, A. E. Needham, dalam bukunya The Uniqueness of Bio-logical 
Materials, menunjukkan betapa pentingnya cairan bagi pemben-tukan kehidupan. Jika 
hukum alam semesta memungkinkan keberadaan zat padat atau gas saja, maka tidak akan 
pernah ada kehidupan. Alasan-nya adalah bahwa atom-atom zat padat berikatan terlalu rapat 
dan terlalu statis dan sama sekali tidak memungkinkan proses molekuler dinamis yang 
penting bagi terjadinya kehidupan. Sebaliknya, dalam gas, atom-atom bergerak bebas dan 
acak: Mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin berfungsi dalam struktur 
seperti itu. 
 Singkatnya, lingkungan cair mutlak dibutuhkan dalam proses-proses pembentukan 
kehidupan. Yang paling ideal dari semua cairan—atau te-patnya, satu-satunya cairan 
ideal— untuk tujuan ini adalah air. 
 Kenyataan bahwa air memiliki sifat-sifat yang sangat sesuai untuk kehidupan 
menarik perhatian ilmuwan sejak dulu. Namun, usaha per-tama untuk menyelidikinya 
secara terperinci adalah Astronomy and Gener-al Physics Considered with Reference to 
Natural Theology, sebuah buku yang ditulis oleh naturalis Inggris, William Whewell, yang 
diterbitkan pada tahun 1832. Whewell telah menguji sifat termal air dan mencermati bahwa 
beberapa di antaranya tampak melanggar hukum alam yang diyakini. Ke-simpulan yang 
ditariknya dari pengujian ini adalah bahwa ketidakkon-sistenan ini harus dianggap sebagai 
bukti bahwa zat ini telah diciptakan khusus demi keberadaan kehidupan. 
 Analisis paling komprehensif tentang kesesuaian air bagi kehidupan muncul dari 
Lawrence Henderson, seorang profesor dari Departemen Kimia Biologi Universitas Harvard, 
sekitar satu abad setelah buku Whe-well. Dalam bukunya, The Fitness of the Environment, 
yang sebagian orang kemudian menyebutnya “Karya ilmiah paling penting pada perempat 
pertama abad ke-20”, Henderson sampai pada kesimpulan mengenai lingkungan alam dunia 
kita, sebagai berikut: 
Kesesuaian... (dari senyawa-senyawa ini menghasilkan) serangkaian sifat yang sangat 
atau hampir unik pada air, karbon dioksida, senyawa-senyawa karbon, hidrogen, dan 
oksigen, serta lautan—sangat banyak, sangat ber-variasi, sangat lengkap di antara semua 
yang diamati dalam permasalahan ini, sehingga bersama-sama mereka membentuk 
kesesuaian yang tentu saja paling mungkin.  
 
 
Sifat Panas Air yang Luar Biasa 
 
Salah satu pokok bahasan dalam buku Henderson adalah sifat termal air. Henderson 
menjelaskan bahwa ada lima macam sifat termal air yang tidak biasa: 
1) Semua zat padat yang dikenal akan menyusut jika semakin dingin. Ini juga terjadi 
pada semua zat cair yang dikenal: Ketika suhunya menu-run, zat cair ini kehilangan volume. 
Ketika volume berkurang, kekerapan meningkat sehingga bagian yang lebih dingin dari zat 
cair itu menjadi lebih berat. Ini sebabnya volume bentuk padat suatu zat lebih besar dari-
pada bentuk cairnya. Ada satu kasus di mana “hukum” ini dilanggar: air. Seperti zat cair 
lain, volume air menyusut ketika suhunya turun, namun ini berlaku hanya sampai pada suhu 
tertentu (4OC) dan seterusnya— tidak seperti semua zat cair lainnya yang diketahui—air 
tiba-tiba mengembang dan ketika akhirnya air membeku, air semakin mengembang. 
Sebagai akibatnya, “air padat” lebih ringan dibandingkan  “air cair”. Menurut hukum fisika 
normal, air padat, yang disebut es, seharus-nya lebih berat dibandingkan  air cair, dan seharusnya 
tenggelam ketika menjadi es; namun ternyata, es mengapung. 
2) Ketika es mencair atau air menguap, es atau air menyerap panas dari 
lingkungannya. Ketika transisi ini  dibalik (yaitu ketika air mem-beku atau uap 
mengembun, panas dilepaskan. Dalam fisika istilah “panas laten (latent heat)” digunakan 
untuk menggambarkan panas yang dilepas-kan ini . 78 Semua zat cair mempunyai 
panas laten seperti itu namun air termasuk di antara zat cair yang mempunyai panas laten 
tertinggi. Pada suhu “normal”, satu-satunya zat cair dengan panas laten lebih tinggi dari air 
ketika membeku adalah amonia. Di sisi lain, dalam kaitannya dengan sifat panas laten pada 
pengembunan, tidak ada zat cair yang bisa mengimbangi air. 
3) “Kapasitas termal” air, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan 
suhu air per satu derajat, lebih tinggi dari kebanyakan zat cair lainnya. 
4) Daya hantar panas air, kemampuannya untuk menghantarkan pa-nas, paling tidak 
empat kali lebih besar dibandingkan  zat cair lainnya. 
5) Sebaliknya, daya hantar panas es dan salju rendah. 
Sampai di sini Anda mungkin bertanya-tanya, apa gunanya kelima sifat fisik yang 
tampak begitu teknis ini. Ternyata, setiap sifat itu sangat penting karena kehidupan secara 
umum dan kehidupan diri kita dimung-kinkan di dunia ini terutama karena kelima sifat 
ini  demikian adanya. 
Sekarang mari kita cermati satu per satu. 
 
 
Efek Pembekuan “Dari Atas ke Bawah” 
 
Zat cair lain membeku dari bawah ke atas; air membeku dari atas ke bawah. Ini 
merupakan sifat pertama yang tidak biasa dari air, dan ini sangat penting untuk keberadaan 
air di permukaan bumi. Kalau air tidak bersifat demikian, artinya es tidak mengapung, 
sebagian besar air planet kita akan terperangkap dalam es dan kehidupan tidak mungkin ada 
di laut, danau, kolam, dan sungai. 
Mari kita cermati secara terperinci mengapa demikian. Banyak tem-pat di dunia ini di 
mana suhu turun di bawah 0OC pada musim dingin, se-ring bahkan lebih rendah lagi. Suhu 
sedingin itu tentu saja akan mem-pengaruhi air di laut, danau, dsb. Air semakin dingin dan 
bagian-bagian-nya mulai membeku. Jika es tidak berperilaku seperti sekarang ini (atau tidak 
mengambang), es akan tenggelam ke dasar sementara bagian air yang lebih hangat akan 
naik ke permukaan dan terkena udara.  
Tetapi suhu udara itu masih membekukan sehingga bagian air ini akan membeku juga 
dan tenggelam. Proses ini akan berlanjut sampai tidak tersisa air cair sama sekali. Namun 
bukan itu yang terjadi. Melain-kan sebaliknya: Ketika air semakin dingin, air menjadi lebih 
berat sampai suhunya mencapai 4OC, pada titik ini segala sesuatunya tiba-tiba berubah. 
Setelah itu, air mulai mengembang dan menjadi lebih ringan seiring me-nurunnya suhu. 
Akibatnya, air bersuhu 4OC tetap di bawah, air bersuhu 3OC berada di atasnya, air bersuhu 
2OC berada di atasnya lagi dan seterusnya. Pada permukaan sajalah suhu air benar-benar 
mencapai 0OC dan di situ air membeku. Namun hanya permukaan yang membeku: Lapisan 
air bersuhu 4OC di bawah es tetap cair dan itu cukup bagi makh-luk hidup dan tanaman 
bawah air untuk terus hidup.  
(Perlu dijelaskan di sini bahwa sifat kelima air—daya hantar panas es dan salju yang 
rendah—juga penting dalam proses ini. Karena es dan salju merupakan penghantar panas 
yang buruk, lapisan es dan salju mencegah panas pada air bagian bawah terlepas ke 
atmosfer. Akibatnya, kalaupun suhu udara mencapai -50OC, tebal lapisan es laut tidak akan 
pernah lebih dari satu atau dua meter dan akan ada  banyak retakan di dalamnya. 
Makhluk seperti anjing laut dan pinguin yang hidup di daerah kutub dapat mengambil 
keuntungan dari keadaan ini untuk men-capai air di bawah es.) 
Sekali lagi, mari kita memikirkan apa yang akan terjadi jika air tidak berperilaku 
seperti itu dan sebaliknya berperilaku “normal”. Misalkan air menjadi semakin berat ketika 
suhu semakin rendah, seperti zat cair lainnya, dan es tenggelam. Lantas bagaimana? 
Dalam kasus seperti itu, proses pembekuan di samudra dan laut akan dimulai dari 
bawah dan berlanjut ke semua bagian di atas, karena tidak ada lapisan es di permukaan yang 
mencegah sisa panas terlepas. Dengan kata lain, sebagian besar danau, laut dan samudra 
bumi akan menjadi es padat dengan lapisan air, barangkali sedalam beberapa meter di 
atasnya. Bahkan ketika suhu udara meningkat, es di dasar tidak akan pernah men-cair 
sepenuhnya. Dalam laut seperti itu, tidak akan ada  kehidupan, dan dalam sistem 
ekologi dengan laut mati, kehidupan di daratan juga menjadi tidak mungkin. Dengan kata 
lain, jika air tidak “menyimpang” dan berperilaku normal, planet kita akan menjadi dunia 
yang mati. 
Mengapa air tidak berperilaku normal? Mengapa air tiba-tiba mulai mengembang 
pada suhu 4OC, setelah menyusut sebagaimana mestinya? 
Itu adalah pertanyaan yang tak seorang pun mampu menjawabnya. 
 
 
Keringat dan Penyejukan 
 
Sifat air kedua dan ketiga yang disebutkan di atas—panas laten yang tinggi dan 
kapasitas termal yang lebih besar dari zat cair lain—juga sa-ngat penting bagi kita. Kedua 
sifat ini  merupakan kunci untuk fungsi tubuh yang penting namun jarang kita pikirkan 
manfaatnya. Fung-si itu adalah berkeringat. 
 
 
Benar, apa gunanya berkeringat? 
 
Untuk memahaminya, Anda harus mendapatkan sedikit latar belakang. Semua 
mamalia memiliki suhu tubuh relatif sama. Meskipun bervariasi, itu tidak terlalu mencolok 
dan suhu tubuh mamalia berkisar antara 35O- 40OC. Suhu tubuh manusia sekitar 37OC 
dalam kondisi normal. Ini merupakan suhu kritis dan mutlak harus dijaga agar tetap konstan. 
Jika suhu tubuh Anda menurun hanya beberapa derajat, banyak fungsi vi-tal tubuh akan 
gagal. Jika suhu tubuh meningkat meskipun hanya bebe-rapa derajat, seperti yang terjadi 
ketika kita sakit, pengaruhnya bisa membahayakan. Suhu tubuh yang bertahan di atas 40OC 
dapat membawa kematian. 
Singkatnya, suhu tubuh kita memiliki keseimbangan yang sangat kri-tis dan tidak 
memungkinkan variasi. 
Akan tetapi, tubuh kita memiliki masalah serius: tubuh aktif setiap saat. Semua gerak 
fisik, seperti halnya gerak mesin, memerlukan produk-si energi untuk tetap aktif. Namun 
kapan saja energi dihasilkan, panas selalu dikeluarkan sebagai produk sampingan. Anda 
bisa melihatnya dengan mudah untuk diri sendiri. Letakkan buku ini, dan lari sepuluh 
kilometer di bawah terik matahari dan lihat betapa panasnya tubuh Anda. 
Tetapi kenyataannya, jika Anda memikirkannya, Anda akan menya-dari bahwa Anda 
sama sekali tidak menjadi sepanas yang seharusnya. . . 
Satuan panas adalah kalori. Orang normal yang berlari 10 kilometer dalam satu jam 
akan menghasilk