bahasa bali 1

Tampilkan postingan dengan label bahasa bali 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahasa bali 1. Tampilkan semua postingan

bahasa bali 1


 





Bahasa Bali sebagai objek ilmu bahasa telah cukup banyak ditelaah dan 

diperiksa. Di antaranya karya tulis yang telah dibahas oleh Kersten (1970) 

dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Sas-

tra Universitas Udayana Denpasar (1970, 1977, 1978, 1979, 1980), serta oleh 

Tim Peneliti Fakultas Keguruan Universitas Udayana, Singaraja (1977, 1978). 

Berdasarkan keterangan di atas, dapatlah dikatakan bahwa segi-segi ba-

hasa Bali, termasuk latar belakang dan sistem pemakaiannya secara sosial 

budaya serta kemampuan berbahasa Bali oleh sebagian penutur bahasa Bali, 

sudah diperiksa. Namun, kata tugas sebagai salah satu unsur dalam struktur 

bahasa Bali belum dibicarakan secara tuntas dan lengkap. Kersten (1970) 

hanya menggambarkan secara terbatas melalui penjenisan kata dengan me-

ngemukakan kata sandang —e, 

—4  sang dan para, kata penghubung, kata pena-

nya dan penunjuk, dan kata bantu bilangan. Dalam morfologi bahasa Bali pun 

tidak ditemukan secara terperinci dan lengkap pembicaraan tentang kata tu-

gas karena terbatas pada bentuk dan sistem pembentukan kata bahasa Bali. 

Selanjutnya, dalam sintaksis bahasa Bali hanya ditemukan pembicaraan ten-

tang frase, klausa, dan kalimat bahasa Bali yang melengkapi jenis, pembentuk-

an, dan analisis unsur pembentuknya, yang seluruhnya terikat path sistem sin-

taksisnya. Demikian pula halnya karya sosiolinguistik terapan, yang menggam-

barkan kemampuan berbaliasa Bali para penutur muda bahasa Bali, tampak 

dalam kedua buku terakhir di atas. 

Dan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa telaah kata tugas bahasa 

Bali yang memerikan wujud dan fungsinya secara teratur dan tuntas belum di-

lakukan, sekalipun dari segi sintaksis lainnya sudah cukup banyak dibicarakan. 

Pemerian mi sangat penting karena sebagai sekelompok unsur baliasa Bali 

yang menunjang kehidupan bahasa Bali, sudah tentu berperan dan perlu dibi-

na oleh masyarakat penuturnya. 


Populasi penelitian mi adalah bahasa Bali yang dipergunakan oleh ma-

syarakat pemakai bahasa itu di seluruh kabupaten yang ada di Bali. 

Mengingat luasnya wilayah pemakaian bahasa Bali, maka penelitian mi 

menggunakan sistem sampel, Terlebth dahulu ditentukan empat kabupaten di 

Bali yang dianggap dapat mewakill, yaitu Klungkung, Badung, Tabanan, dan 

Jembrana. Dari keempat kabupaten itu ditentukan empat kecamatan dan 

pada setiap kecamatan dipilth sebuah desa. Akhirnya, setiap desa diwakili 

oleh lima orang mforman yang dipilih secara acak setelah mempertimbangkan 

usia, pendidikan, dan pekeijaannya. 

Sebagai objek peneitian dimanfaatkan juga karya-karya tulis dan se-

jumlah majalah dan buku-buku cerita yang ditemukan dan diterbitkan sejak 

tahun 1968 hingga kmi. Bahan-bahan itu dipilth secara acak (random) dan se-

lektif. Dasar selektifitasnya adalah tahun penerbitnya, pengarang, dan masa-

lah yang ditulis yang meliputi karya fiksi dan nonfiksi, agama, dan kebudaya-

an, yang semuanya menggunakan bahasa Bali sebagai wahananya. 


Kata tugas biasanya clibicarakan di bawah judul jenis kata atau kelas 

kata. Jenis kata merupakan masalah ilmu bahasa yang telah lama ditelusuri, 

baik dalam aliran tradisional maupun struktural. Dalam pembicaraan ml di 

batasi pendekatannya secara struktural saja. 

Istilah kata tugas dapat disejajarkan dengan istilah function words. 

Istilah mi digunalcan antara lam oleh Fries (1972:83--90) dalam kajiannya 

yang menemukan seperangkat kata tugas bahasa Inggris. Dalam penjemsan 

kata bahasa Indonesia, kata tugas dibicarakan pula oleh Slametmulyana. 

Menurut sarjana mi, yang dimaksudkan dengan kata tugas adalah seperangkat 

kata yang bertugas antara lain menghubungkan dua kalimat, menetapkan atau 

menjelaskan kedudukan kata nama (disebut kata depan atau preposisi), kata 

bantu predikat, kata bantu bilangan, dan kata seru atau interjeksi (Slamet 

mulyana, 1969:83--87). Telaah lainnya dilakukan pula oleh Moeliono 

(1966:50--53; 1976:105---107) dengan sebutan rumpun partikel. Dikata. 

kan olehnya bahwa kelompok partikel memiliki tugas-tugas tertentu dalam 

membangun kalimat, Kelompok ml antara lain berperan sebagai pengantar 

atau pendahuluan nominal, sebagai penghubung, penunjuk kecaraan, penun-

juk aspek, dan penunjuk derajat. Sarjana lainnya yang membicarakan rumpun 

partikel adalah Ramlan. Menurut Ramlan (1976:28) yang disebut partikel 

adalah golongan kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagal subjek dan 

predikat, Kata-kata itu, misainya: yang, akan, bagi, dan, kalau, di, dengan, 

amat, bahwa, dan sebagainya. Dalam bahasa Bali dapat dicontohkan, antara 

lain: jen [jEni 'kalau', lamun [lamUn] 'jika', a/ak [ajak] 'bersama', miwah 

[miwah] 'dan', teken[t kEn] 'oleh', utawi [utawi] 'atau', a/i [aji] 'daripada' 

tuah [tuwahj 'hanya', sayan rsayan]  'semakin', tidong [tidOij] 'bukan', 

tusing [tusl9] 'tidak', kone [kone] 'konon', dan sebagainya. 

Baik pendapat Fries, Slametmulyana, Moeliono maupun Ramlan ter- 

dapat kesamaan konsep bahwa kata tuas merupakan golongaii tersendiri, ter- 9 

 dilihat dan sudut sintaksis. Kata-kata golongan liii secara fungsional, 

balk dalam struktur gramatikal maupun sintaksis, tidak dapat muncul secara 

tersendiri sebagai kalimat ataupun bila dipakai dalam kalimat tidak dapat me-

nempati kedudukan subyek, predikat, dan objek. Dengan demikian, golongan 

mi dapat dibedakan atas golongan nominal (seperti kata benda, kata ganti, ka-

ta bilangan) dan golongan verbal (kata keija dan kata sifat). Rumpun partikel 

atau kelompok kata tugas mi terbatas jumlahnya dan termasuk golongan ter-

tutup. Berdasarkan kedudukannya dalam kaliinat, jelompok kata tugas mi se-

cara umum meliputi partikel, kata depan, kata penghubung, kata bantu pre-

dikat, kata seru, dan kata sandang. Kata tugas thi mempunyai fungsi tertentu, 

yaitu mengabdi pada kelompok kata nominal, verbal, dan sifat dalam mencip-

takan hubungan antara unsur fungsi gramatikal. 

 Ciri—ciri Kata Tugas 

Seperti telah diuraikan di atas, kata tugas merupakan suatu golongan 

kata tersendiri yang berbeda dengan golongan nominal dan adjektival. Peng-

golongan mi berlaku pula dalam bahasa Bali. Disebut demikian karena go-

longan kata tugas mi memiiki ciri dengan arti struktural. Namun, perlu di-

utarakan terlebth dahuhi dasar-dasar penggolongan agar dapat diketahui 

secara jelas kriteria dan ciri-ciri yang membedakannya dengan kelompok-

kelompok Iainnya. 

Pendekatan secara struktural dapat menelusuri bahasa dalam bebera-

pa tataran, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping itu, dikaji 

pula bidang arti atau makna. Dalam pendekatan mi hanya dibatasi pada 

bidang morfologi, sintaksis, dan semantik terutama untuk mengetahui ciri-

ciri kata tugas. Dengan demikian, kata tugas itu dapat diketahui secara mor -

fologis, sintaksis, dan semantik. 


 CiriMorfologi 

Morfologi dengan sistem gramatikalnya berperan membentuk dan 

mengubah bentuk kata. Pola pembentukan kata secara morfolgi antara lain 

pengimbuhan (afiksasi), perulangan (reduplikasi), dan pemajemukan. Pada 

umumnya proses morfologi teijadi melalui perubahan bentuk dasar. 

ma + falan ma/alan [majalan] 'beijalan' 

ma + kzib malaib [molaib] 'berlari' 

pa + paos pamaos [mmaos] 'pembaca' 

alih + ang alihang [aliha5] 'carikan' 

jemak + ang jemakang [jamaka] 'ambilkan' 

ka+saput+in kasaputin [k9saputm] 'diselimuti' 

pa+saip+an panyalpan [panaipan ] 'penyaringan' dan sebagainya. 

Imbuhan-imbuhan di atas ternyata tidak bebas melekat path bentuk-

bentuk dasar yang digolongkan sebagai rumpun nominal dan adjektival. Akan 

tetapi, bentuk kata yang termasuk kata tugas, seperti: a/ak 'bersama', miwah 

'dan', teken 'Oleh', a/i 'daripada', wantah 'hanya', dan utawi 'atau' dapat me-

ngalami perubahan yang diakibatkan oleh proses morfologi. Bentuk a/ak, 

misalnya,, dapat menjadi ajakang, atau kaa/ak. Demikian pula halnya dengan 

bentuk-bentuk partikel laiimya. Jadi, kata-kata tugas itu dapat menjadi ben. 

tuk dasar untuk pembentukan kata yang lebih besar. Dari contoh-contoh di 

atas nyatalah bahwa secara morfologis kata-kata tugas dalam bahasa Bali me-

ngalami perubahan bentuk. 


 CYri Sintaksis 

Kalimat adalah satuan bahasa , Ia dibangun oleh 

satuan-satuan yang lebih kedil seperti kata, kelompok kata atau frase, dan 

klausa. Semua kalimat yang dipakai untuk berkomunikasi telah diatur dalam 

sistem sintaksis yang terpadu dengan unsur-unsur suprasegmental. 

Pemakaian kata atau kelompok kata dalam membangun kalimat memi-

liki aturan tersendiri. Sekalipun sistem morfologi merupakan lapisan bawah 

dari sistem sintaksis, tetapi bila dilihat secara hirarki kebahasaan, keduanya 

menunjukkan ciri atau perilaku yang berbeda. Ciri-cini yang sama dari setiap 

tataran itu menandai kehadiran sistemnya dan karena itu dapat dikelompok-

kan secara tersenclini. 

Sebagai unsur kalimat, kata dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, 

yaitu: kelompok nominal, kelompok adjektival, dan kelompok partikel (Ram- 

 

Ian, 1976:27). Kelompok nominal dapat dibedakan Igi atas kata benda, kata 

ganti, kata Mangan. Kelompok adjektival dapat dipisahkan pula atas kata ker-

ja dan sifat, sedangkan kelompok partikel terdiri dan "kata penjelas", "kata 

keterangan", "kata penanda". "kata perangkai", "kata tanya", dan "kata 

seru" (Ramlan, 1977:27--28). Pembagian liii didasarkan atas perilaku yang 

sama dalam kalimat. 

Dalam penelitian mi kami berpendapat bahwa partikel itu termasuk bagian dari kata tugas 

Seperti telah diuraikan di atas, setiap kalimat pada dasarnya mengan-

dung unsur-unsur fungsional gramatikal. Tempat dari unsur-unsur tersebut di-

isi oleh kata atau kelompok kata. Unsur-unsur fungsional gramatikal kalimat 

itu lazimnya dinamakan Subjek (S), Predikat (P), dan Objek (0). Semua un-

sur pengisi itu saimg berelasi dalam kalimat (Verhaar, 1977:72). Misalnya, 

tempat S, P, atau 0, dapat diisi oleh kata nominal. Sebagai contoh dapat di-

lihat pada kalimat di bawah mi: 

(1) Tiang meli baas. 

[tia9 moli baa] 

'Saya membeli beras.' 

(2) I bapa nyilih sepeda. 

[i bapo nilih speda] 

'Ayah meminjam sepeda.' 

(3) I meme nglablab jukut. 

[i meme nlablab jukut] 

'Ibu merebus sayur.' 

Kata-kata tiang 'saya', baas 'beras' dalam kalimat (1), bapa 'ayah', sepeda 

'sepeda' (2), meme 'ibu' dan jukut 'sayur' (3) tergolong ke dalam kata benda. 

Dalam ketiga kalimat itu, kata-kata Hang, bapa, dan meme berfungsi sebagai 

subjek, (S) sedangkan baas, sepeda dan jukut, menempatai posisi objek. 

Sebaliknya, kata-kata itu path konteks lain dapat pula menempati posisi 

subjek. Di samping itu, kelompok nominal dapat pula mendudukf tempat 

predikat seperti terlihat pada contoh di bawah mi. 

(4) Memenne bidan. 

[mEmEnne bithn] 

'Ibunya bidan.' 

(5) Adnyana ttkang gambar. 

[adnana tukaij gambar] 

'Adnyana tukang gambar.' 

(6) Kurenanne dadua 

[kurnanne daduQ]

Istrinya dua.' P.

DEpA.;;: 

DA 

-. - 

11 

Kata-kata bidan 'bidan', tukang gambar, dan dadua 'dua', adalah rumpun no-

minal yang berfungsi sebagai predikat. Kemudian, fungsi predikat itu ditem-

pati pula oleh kata-kata meli 'membei' (1), nyilih 'meminjam' (2), dan ngla-

bab 'merebus' (3). Kedudukan yang demikian mi tidak dimiliki oleh satuan 

kata tugas. Dalam pemakaiannya kita tak menjumpai bentuk ujaran, misal-

nya: 

Luh Suinarni ring [lUh sumarni rIj I 'Luh Sumarni di' 

Bapa saking [bapa sakI] 'Ayah dan' 

Nyoman Suasti lakar [nOman suasti lakar} "Nyoman Suasti akan' 

Meme nyemak utawi [meme nomak utami] 'Ibu mengambil atau' 

Tiang a/ak [tiaq ajak] 'Saya dengan.' 

Berdasarkan contoh-contoh sederhana di atas, dapatlah dikatakan bahwa cmi 

lain dari sebagian besar kata tugas tidak dapat menempati posisi subjek, pre-

dikat, ataupun objek. 

2.2.3 CiriSemantik 

Setiap tuturan yang digunakan manusia dalam berhubungan itu me-

ngandung arti atau makna. Sebuah kalimat yang diujarkan tentunya mengan-

dung makna pula. Makna kalimat pada dasarnya dibangun oleh makna-makna 

yang ada pada unsur kata sehingga menjadi satu kesatuan makna. Dengan 

demikian, kita dapat pula membedakan dua macam makna, yaitu makna lek-

sikal dan makna gramatikal. Makna leksikal dapat ditemukan dalam kamus, 

sedangkan makna gramatikal adalah makna yang timbul karena adanya hu-

bungan antarkata dalam satuan ujaran yang disebut kalimat. 

Kata-kata yang tergolong rumpun nominal, seperti meja [meja] 'meja', 

tegal [to gal] 'kebun', bapa [bapo] 'bapak', cegut (cogUt] 'gigit'. secara lek-

sikal mudah ditelusuni makna yang dikandungnya. Berbeda halnya dengan 

kata-kata yang tergolong kata tugas ring [nIjj 'di u/i [uli] 'dan'. teken 

[to kEn] 'oleh', i [i] 'si', ni [ni] 'si' untuk wanita. Demikian pula halnya 

dengan kata-kata seru, seperti: ring pasar [ni3 pasar] 'di paSar', u/i uma [uli 

umo] 'dari sawah', teken ubaya [to kEn ubayo] 'olehjanji', I tampu/ [i tam-

pUl] 'si Tampul', Ni Sari [ni sari] 'Ni Sari. sulit sekali diketahui makna yang 

ada pada bentuk-bentuk itu, apalagi bila dilthat secara leksikal. Kata-kata mi 

termasuk kata nonrefernsial 

Path umumnya semua anggota rumpun partikel atau kelompok kata tugas ter-

golong kata nonreferensial. Namun, tidak berarti bahwa kata-kata itu tidak 

mempunyai referen tertentu. Secara gramatikal akan tampak pula kata-kata 

itu menunjuk atau mengacu kepada kedua kelompok lain, yaitu nominal dan 

verbal. Untuk itu dapat dilihat pada contoh-contoh sebagai berikut. 

(1) Ni Nyoman Sumarni uli Gianyar. 

[ni ffoman sumarni uli giaiiar] 

'Ni Nyoman Sumarni dari Gianyar.' 

(2) Adine lakarkija to. 

[adine lakar kijto] 

'Adikmu akan ke mana?' 

Dari contoh di atas jelas bahwa kata Ni mengacu kepada Nyoman Su-

marni dan uli menunjuk kepada Gianyar, seperti juga akan kepada kalimat 

(2) yang mengacu kepada kata rnana. Secara terpisah kata-kata itu memang 

sulit diartikan, apalagi kata-kata itu kenyataannya tidak dapat digunakan se-

cara mandiri dalam tuturan. Namun, seperti telah diuraikan di atas, keterikat-

an struktur dalam satuan kalimat menampakkan pula arti dan fungsinya. 

Jadi, ciri makna leksikal tidak dimiliki, tetapi secara gramatikal, kata-kata tu-

gas mengacu ke makna gramatikal. 

2.3 Penemuan Kata Tugas 

Secara umum kata tugas dapat ditemukan melalui cini-ciri yang dimiliki 

oleh kelompok kata tugas, baik secara bentuk, arti maupun fungsi. Bendasar-

kan ciri bentuknya secara morfologi, arti, dan fungsi gramatikal dapatlah di-

temukan anggota kelompok kata tugas atau partikel itu. 

Karena pendekatan struktural antara lain meithat kesamaan peri laku 

sintaktik, termasuk fungsi, pola kalimat sederhana digunakan pada tahapan 

awal. Kalimat itu memiiki dua gatra misalnya. 

A

I bapa nulis. 

[i bapo nulls] 

'ayah menulis.' 

I meme nyakan. 

[i meme nakan] 

'Ibu memasak.' 

11 

Kata-kata bidan 'bidan', tukang gambar, dan dadua 'dua', adalah rumpun no-

minal yang berfungsi sebagai predikat. Kemudian, fungsi predikat itu ditem-

pati pula oleh kata-kata meli 'membeli' (1), nyilih 'meminjam' (2), dan ngla-

bab 'merebus' (3). Kedudukan yang demikian mi tidak dimiliki oleh satuan 

kata tugas. Dalam pemakaiannya kita tak menjumpai bentuk ujaran, misal-

nya: 

Luh Sumarni ring [lUh sumarni rIj] 'Luh Sumarni di' 

Bapa saking [bapa sakI } 'Ayah dan' 

Nyoman Suasti lakar [nOman suasti lakar] "Nyo man Suasti akan' 

Meme nyemak utawi [meme nomak utami] 'Ibu mengambil atau' 

Tiang afak [tiar) ajak] 'Saya dengan.' 

Berdasarkan contoh-contoh sederhana di atas, dapatlah dikatakan bahwa cmi 

lain dari sebagian besar kata tugas tidak dapat menempati posisi subjek, pre-

dikat, ataupun objek. 

2.2.3 CiriSemanhik 

Setiap tuturan yang digunakan manusia dalam berhubungan itu me-

ngandung arti atau makna. Sebuah kalimat yang diujarkan tentunya mengan-

dung makna pula. Makna kalimat pada dasarnya dibangun oleh makna-makna 

yang ada pada unsur kata sehingga menjadi satu kesatuan makna. Dengan 

demikian, kita dapat pula membedakan dua macam makna, yaitu makna lek-

sikal dan makna gramatikal. Makna leksikal dapat ditemukan dalani kamus, 

sedangkan makna gramatikal adalah makna yang timbul karena adanya hu-

bungan antarkata dalam satuan ujaran yang disebut kalimat. 

Kata-kata yang tergolong rumpun nominal, seperti me/a [meja] 'meja', 

tegal [togall 'kebun', bapa [bapo] 'bapak', cegut(cogUt] 'gigit'. secara lek-

sikal mudah ditelusuni makna yang dikandungnya. Berbeda halnya dengan 

kata-kata yang tergolong kata tugas ring [rI!J1 'di uli [uli] 'dan'. teken 

[to kEn] 'oleh', i [iJ 'si', ni [nil 'si' untuk wanita. Demikian pula halnya 

dengan kata-kata seru, seperti: ring pasar [rlij pasar] 'di pasar', uli uma [uli 

umo I 'dari sawah', teken ubaya [tokEn ubayo] olehjanji', i tampul [i tam-

pUl] 'si Tampul', Ni Sari [ni sari] 'Ni Sari. sulit sekali diketahui makna yang 

ada pada bentuk-bentuk itu, apalagi bila dilthat secara leksikal. Kata-kata mi 

termasuk kata nonrefernsial 

Path umumnya semua anggota rumpun partikel atau kelompok kata tugas ter-

golong kata nonreferensial. Namun, tidak berarti bahwa kata-kata itu tidak 

mempunyai referen tertentu. Secara gramatikal akan tampak pula kata-kata 

itu menunjuk atau mengacu kepada kedua kelompok lain, yaitu nominal dan 

verbal. Untuk itu dapat dilihat pada contoh-contoh sebagai berikut. 

(1) Ni Nyoman Sumarni uli Gianyar. 

[ni ffoman sumarni uli giaiar] 

'Ni Nyoman Sumarni dari Gianyar.' 

(2) Adine lakarkifa to. 

[adine lakar kijto] 

'Adikmu akan ke mana?' 

Dari contoh di atas jelas bahwa kata Ni mengacu kepada Nyoman Su-

marni dan uli menunjuk kepada Gianyar, seperti juga akan kepada kalimat 

(2) yang mengacu kepada kata mana. Secara terpisah kata-kata itu memang 

sulit diartikan, apalagi kata-kata itu kenyataannya tidak dapat digunakan se-

cara mandiri dalam tuturan. Namun, seperti telah diuraikan di atas, keterikat-

an struktur dalam satuan kalimat menampakkan pula arti dan fungsinya. 

Jadi, ciri makna leksikal tidak dimiliki, tetapi secara gramatikal, kata-kata tu-

gas mengacu ke makna gramatikal. 

2.3 Penemuan Kata Tugas 

Secara umum kata tugas dapat ditemukan melalui ciri-ciri yang dimiliki 

oleh kelompok kata tugas, baik secara bentuk, arti maupun fungsi. Berdasar-

kan ciri bentuknya secara morfologi, arti, dan fungsi gramatikal dapatlah di-

temukan anggota kelompok kata tugas atau partikel itu. 

Karena pendekatan struktural antara lain melihat kesamaan peri laku 

sintaktik, termasuk fungsi, pola kalimat sederhana digunakan pada tahapan 

awal. Kalimat itu memiiki dua gatra misalnya. 

A

I bapa nulls. 

[i bapa nulls] 

'ayah menulis.' 

I meme nyakan. 

[i meme nakan] 

'Ibu memasak.' 

13 

Bebeke nglangL 

[bEbeke 5141 

'Itik berenang.' 

Siap mapalu 

[siyap mpalu] 

'Ayam berlaga.' 

Berdasarkan pola mi kata-kata yang digunakan sebagai data itu dicoba 

untuk ditempatkan path fungsi A atau B. Di antaranya ada yang dapat me-

nempati A atau pun B, di samping ada pula yang tidak dapat menempati tern-

pat A atau pun B. 

Kata-kata yang dapat menduduki tempat A dan B itu, antara lain: 

memen icange bidan 

[mEmEn icaije bidan] 

'ibu saya bidan.' 

bapan icange supir 

[bapan icaije suplr] 

'bapak saya supir' 

belin caine guru 

[belln caine guru] 

'kakakmu guru' 

sedangkan kata-kata yang tidak dapat menduduki tempat A atau B, misalnya: 

a/i 'dengan' 

uli 'dan' 

yadin 'atau' 

muah 'dan' 

Contoh kalimat yang tidak dapat menempati pola A dan B ialah sebagai 

benikut. 

I bapa uli 

[i bapo uli] 

'ayah dan' 

14 

meli a/i 

[m1i aji] 

'membeli dengan' 

suka yadin 

[suka yadin] 

'suka atau' 

ia/a muah 

[jaja mua] 

'jajan dan.' 

Selanjutnya, path tahapan kedua, semua kata yang dapat menempati 

posisi A atau B itu ditelaah kembali, kemudian dicoba untuk diterapkan path 

pola kalimat A—B—B, yang merupakan pengembangan atas pola kalimat path 

A—B atas. Contoh: 

I bapa nulis surat. 

[i bap9 nulls surat] 

'Ayah menulis surat.' 

I meme luas ka peken 

[i meme luwas kpkon] 

'Ibu pergi ke pasar.' 

Perlu diterangkan bahwa cara ml banyak didasarkan pada cara yang di-

tempuh oleh Fries (1951:87--109) dalam menemukan kata tugas bahasa 

Inggris, Ramlan(1968:120--121), dan Supomo (1979:15---17). 

BAB III KATA TUGAS BAHASA BALI 

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa path dasarnya bahasa itu meru-

pakan alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa lambang bunyi 

suara yang dthasilkan oleh alat ucap manusia. Oleh karena itu, masaiah kata 

selalu mendapat perhatian yang cukup dad para ahli bahasa, baik tentang 

hubungan antara kata satu dan lainnya, struktur bentuknya, arti atau makna-

nya maupun tentang penjenisannya. 

Bahasa Bali memiliki kata-kata penegas, partikel, dan lam sebagainya, 

yarg di dalam istilah ilmu bahasa disebut kata tugas. Kata tugas atau function 

woid ialah kata-kata yang hampir tidak pernah dipakai sebagai kalimat, yang 

tidak dapat menduduki subjek, predikat, atau objek. Anggotanya relatif ter

-

batas dan dalam penjenisan kata tidak dapat digolongkan nominal dan adjek-

tival. Seseuai dengan ketentuan ilmu bahasa, kata tugas itu dibicarakan ter-

sendiri di bawah judul jenis kata. 

Masalah jenis kata ml sebenarnya merupakan masalah yang sudah tua 

karena penggolongan jenis-jenis kata itu merupakan hasil rintisan Aristoteles. 

Meskipun demikian, masalah itu hingga pada saat mi masth tetap menarik per-

hatian para ahli bahasa sebagai bahan kajian untuk masa yang akan datang. 

Masalah pertama, yakni tentang hubungan antarkata dibicarakan dalam 

bidang sintaksis atau dalam bahasa Bali disebut tata-lengkara 

Struktur bentuk kata dibicarakan dalam bidang morfologi atau tata-

wewangunan lengkara dalam bahasa Bali. Makna kata atau arti kata dibicara - 

kan dalam bidang semantik atau ilmu arti kata, yang di dalam bahasa Bali di-

sebut dasa nama atau teges-basa. 

Masalah terakhir lazim dibicarakan menyendiri di bawah judul jenis 

kata atau soroh kruna dalam bahasa Bali atau dalam bahasa Inggris disebut 

part of speech, atau oleh ahli bahasa menyebut kelas kata yang merupakan 

terjemahan dari kata istilah word classes. 


Jenis Kata Tugas 

Kata tugas atau function word, seperti juga halnya kata bebas atau free 

word, memiliki subbagian atau subanggota yang bermacain-macain. Di Bali 

sebelum dikenal istilah kata tugas, sebutannya bermacani-macam. Ada yang 

menyebut kata pelengkap, penghalus, atau kata hiasan belaka, seperti yang 

telah diterangkan oleh I Wayan Simpen AB dalam karangannya yang berjudul 

"Sedikit Catatan tentang Kosa Kata dalam bahasa Bali", yang dimuat dalam 

buku Masalah Pembakuan Bahasa Bali. 

Seperti kata tiang [tiyaxj] dan icang [ica9]. Kedua-duanya kata itu 

sama artinya, yaitu saya. Kata tiang lebth hams daripada kata icang. Kata-kata 

itu masuk jenis kata ganti orang pertama. Jadi, kata ml disebut kata bentuk 

bebas. Akan tetapi, apabila kata-kata Hang dan icang dipergunakan di depan 

kalimat atau di belakang kaliinat, di saxnping ia berarti saya, kadangkala kata 

itu berfungsi sebagai kata pelengkap penghalus, yang juga disebut kata tugas. 

Contoh: 

Napi nika tiang. [napi nik9tiya1j] 'Apa itu ya?' (Apa itu?) 

Icang nyen ento ka/ak. [ica nEn onto kajak] 'Ya, siapa yang kauajak?' 

('Siapa yang kauajak?'). 

Kata-kata tiang dan icang termasuk ke dalam bentuk bebas yang berfungsi 

sebagai penghahis, yang dalam hal mi termasuk ke dalam golongan kata tugas. 

Selain keterangan yang tertera di atas, terdapat pula pembagian yang 

lam yang relatif berbeda-beda. Sehubungan dengan itu, Ramlan (1976:28) 

membedakan kata tugas menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut. 

1. Kata penjelas 

Kata penjelas ialah kata yang di dalam frase selalu berfungsi sebagai 

atribut dalam konstruksi endosentrik yang atributif. 

Misalnya: 

onya [ono] 'semua', sami [sami] 

[dadij 'boleh', dan sedeng [sad 95] 

2. Kata keterangan. 

'semua', paling [palfij] 'paling', dadi 

'sedang'. 

Kata keterangan ialah kata yang selalu berfungsi sebagai keterangan bagi 

satu klausa. 

17 

Misalnya: 

dumun [dumUn] 'dahulu', jani [jam] 'kini., ibi [ibi] 'kemarin', mara 

[maroj 'baru'. 

3. Kata penanda 

Kata penanda ialah kata yang menjadi pengarah dalam konstruksi ekso-

sentrik yang direktif. 

Misalnya: 

di 'di', uli [uli] 'dan'. ka [kg], 'ke', krana [krana] 'karena'. 

4. Kata perangkai. 

Kata perangkai ialah kata yang berfungsi sebagai koordinator dalam 

konstruksi endosentrik yang koordinatif. 

Misalnya: 

muah [muahj 'dan', yadin [yadln] 'atau', sakewala [sakewala II 'tetapi.' 

5. Kata tanya. 

Kata tanya ialah kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya. 

Misalnya: 

kenken [kEnkEn] 'bagaimana', akuda [akudJ 'berapa'. 

6. Kata seru. 

Kata seru ialah kata tugas yang tidak mempunyai sifat sebagai kata 

tugas nomor 1 ---5 tadi. 

Misalnya: 

o 'o' dan e 'hai'. 

(Rusyana dan Samsuri. Editor 1976:28) 

Selanjutnya, kata tugas bahasa Bali jika ditinjau dari posisinya dapat di-

bedakan menjadi dua kelompok besar sebagai berikut. 

I. Preposisi ialah satuan kata tugas yang letaknya di depan. Kata tugas go-

longan liii dapat dibagi lagi menjadi seperti berikut. 

18 

(1) Partikel direktif (pranominal) 

Misalnya: 

dI'di', ka le, si 'paling di', sig 'di' atau 'path', Ii 'paling di', uli 'dan', 

saking [sakl9] 'dan', katuju [katuju] 'kebetulan', katiba [katibo] 

'disampaikan kepada', ring 'di'. 

(2) Partikel agentif (pranominal, termasuk kata ganti orang) 

Misalnya: 

teken [takEn] 'oleh', baan [ban] 'oleh', olih [olIh] 'oleh'. 

(3) Partikel penunjuk orang (pranominal orangan) 

Misalnya: 

para [paro] 'para', I atau ni 'si', sang 'sang'. 

(4) Partikel konektif atau partikel penyambung 

Kata tugas golongan liii meliputi: 

a. konektif subornjnatjf 

Misalnya: 

yen atau yan 'jika', asal 'asal', apang 'agar', mangda [ma5do 

'agar', sambilanga [sambi1ajo] 'seraya', ane 'yang', sane 'yang, 

ngawit 'sejak', sagute •'mentang-mentang', 'gara.gara', ulihan 

[ulian] 'karena', jet 'meski'. 

b. Konektif koordinatif 

Misalnya: 

tur 'dan', Ian 'dan', sakewala [sakEwalo] "tetapi',sakewanten [sa-

kEwant on] 'tetapi', nanging [naiys)] 'tetapi', utawi [utawi] 'atau 

a/i 'dengan', antuk [antUk] 'dengan', jatinne [jatlnne] 'padahal', 

buka [buk I 'seperti', padaang teken [padan to ken] 'daripada', 

mirib [mirlb] 'seakan-akan', tanpa 'tanpa', buat 'adapun', sing/a 

len [sin j  lEn] 'ialah, luire [luwire] 'yakni', atau 'yaitu'. 

c. Konektif korelatif 

Misalnya: 

sayan --- sayan 'makin --- makin', 

ngangsan 'klan --- klan', yadin yadin 'atau -- 

atau', jet ja 'walaupun', atau 'sekalipun'. 

19 

(5) Kata tugas (partikel) kecaraan (modalitas) 

Misalnya: 

dong 'bukan', tusing 'tidak', sing 'tak sujatinne [sujatlnne] 'bahwa-

sannya', masi 'toh', apake 'apakah', eda 'jangan', dumadak 'moga-

moga', madak-mavlak 'mudah-mudahan', eda-eda [d3 do 1 'jangan-

jangan', minab 'kalau-kalau', tawih 'entah', jenenga 'gerangan'. 

meh nyen 'masakan', minab 'agaknya', asana 'rasanya', ulesne 'rupa-

nya' 

(6) Kata tugas (partikel) keaspekan 

Misalnya: 

la/car suba 'sudah', sedeng 'sedang', tonden/kon den [tOndEn/kOn-

dEn] 'belum'. 

(7) Kata tugas (partikel) tata tingkat 

Misalnya: 

sada 'agak', masadah 'rada-rada', sanget 'sangat', liwat 'sangat', pesan 

'amat', bes 'terlalu'. kliwat 'terlalu'. 

(8) Kata tugas tanya 

Satuan bahasa yang tergabung dalam kata tanya mi, antara lain: 

nyen (nEn) 'siapa', apa [ap9J 'apa', dija [dij9] 'di mana', kifa [kijo] 

'ke mana', engken/encen I 3nkEn/ oncEn] 'yang thana', kenken 

[kEnkEn] 'bagaimana'. 

(9) Kata tugas penentu 

Yang masuk kelompok kata tugas penentu mi, antara lain: ene [one] 

'ii', ento [onto] 'itu', besik [bo sik] 'satuLatau 'sebuah', u/cud 

[ukUd] 'diii', (se)ekor', Hu [liyu] 'banyak', bedik [bodlk] 'sedikit', 

tengaha [t000] 'setengah', —ne [ne} 'nya'. —n 'nya'. 

(10) Kata tugas penunjuk 

Yang masuk kelompok kata tugas penunjuk mi, antara lain: i, 'si', ni 

'si',(untuk wanita), ki 'ki', sang [sag] 'sang', hyang [hyaij] 'hyang', 

danghyang [dahya9] 'danghiang'. 

II. Postposisi adalah kata tugas yang letaknya di belakang kata atau satuan ke-

bahasaan yang diabdi. 

20 

Kata tugas mi dapat dibedakan: 

(1) kata tugas (partikel) penegas 

Misalnya: 

ja 'lah', anake 'lah', ke 'kah', tek 'tah', atau 'si', kaa 'pun', masi 'pun' 

dogen 'pun', sih 'si'. 

(2) Icata tugas tata tmgkat 

Misalnya: 

ga/i 'sekali', (melah ga/i 'baik sekali'), pesan 'gati', masih 'pula', 

(keto masih 'demikian pula'.) 

(Moeliono dalain Rusyana dan Samsuri. Editor. 1976:104----107) 

Kedua pendapat di atas dapat dipakai titik tolak dalam menentukan bu-

tir-butir kata tugas bahasa Bali. 

 Fungsi Kata Tugas 

Kata tugas bahasa Bali memiliki fungsi bermacam-macam, antara lain 

sebagai berikut. 

 SebagaiPenanda Ragam Tutur 

Seperti halnya bahasa-bahasa Nusantara lainnya, bahasa Bali pun memi-

liki berbagai ragam tutur dan dalam pemakaiannya dapat dibedakan menjadi 

dna macam, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan (literer). 

Jika ditinjau dari segi bentuk atau strukturnya, bahasa Bali dapat dibe-

dakan atas ragam formal dan nonformal. Di samping itu, pada garis besarnya 

bahasa Bali mengenal dna tingkat bicara, yaltu: 

(1) tingkat bicara kasar (k.) sebagai tingkat bicara rendah. 

(2) tingkat bicara halus (a.) sebagai tingkat bicara hormat. 

Akan tetapi, dalam pemakaian secara mendetail dikenal empat tingkat bicara, 

yaitu: 1. kasar.  (k.) 2. halus singgih (asi.), 3. alus sor (aso.), dan 4. alus mider 

(amL). 

Baik dalam ragam tutur maupun pada tingkat bicara bahasa Bali. di 

samping ditentukan oleh struktur kalimat dan struktur bentuk katanya, 

juga ditentukan oleh pemakaian materi kata-katanya termasuk kata tugasnya, 

seperti contoh di bawah ini: 

21 

(1) Ia lakarngamah. (k) 

[i3 lakar ijamahi 

'Ia akan makan.' 

(2) Ipun paaing nunas. (aso.) 

[ipUn pacarj nunas] 

'Ia akan makan.' 

(3) Dane jaga ngajeng. (ami.) 

[dane jag9 i)ajJ] 

'la akin makan.' 

(4) Ida jagi ngrayunang. (asi.) 

[ida jagi rjrayunaij] 

'Beliau akan bersantap.' 

Kalimat nomor (1) sebagai tingkat bahasa soT (so.). Kalimat nomor (2) dan 

nomor (4) kami samakan dengan tingkat tutur bentuk hormat atau singgih 

(si.) yang pemakaiannya ditujukan kepada orang rohaniawan dalam agama 

Hindu dan doa-doa dalam upacara adat, sedangkan kalimat nomor (3) masuk 

tingkat tutur madia (m.) yang pemakaiannya ditujukan kepada orang-orang 

yang belum saling mengenal dan juga kepada orang-orang tingkat atasan. 

Struktur kalimat dan struktur bentuk katanya, seperti keempat kaliinat di 

atas ml, digunakan dalani ragam formal. Di samping itu, dalam bahasa Bali 

terdapat juga ragam tutur, seperti contoh di bawah mi: 

(1) Ia 'kalkauma. (k.) 

[i 2 'kal k3 um9J 

'la akan ke sawah.' 

(2) Ia ka uma bakala. (k.) 

[io ko uma bakal9] 

'la akan ke sawah.' 

(3) Ia ka uma lakaranga. (k.) 

[io ka uma 1akaraIj I 

'Ia akan ke sawah.' 

Ketiga kaliniat di atas masing-masing digunakan dalam tingkat SOT (ngoko) 

dan ketiga-tiganya digunakan dalam ragam nonformal. Kaliinat nomor (1) 

walaupun struktur kalimatnya benar, pemakaian kata tugasnya kurang sem- 

22 

puma. Kata tugas 'kal seharusnya ba/cal 'akan'. Kalimat nomor (2) memakai 

kata tugas bakala, yang menentukan ragam nonformal atau memindahkan 

ragam formal menjadi nonformal; akhiran (pangiringj —a pada kata bakala 

di situ juga menentukan struktur kaliniatnya, yaitu kata tugas ba/cal yang 

belum mendapat akhiran —a berada di depan objek, sedangkan ba/cal setelah 

mendapat akhiran —a (bakala) tempatnya pindah ke belakang objek. Struktur 

kalimat nomor (3) sama halnya dengan kalimat nomor (2). Bentuk kata tugas 

lakaranga dari bentuk kata asal la/car 'akan', mendapat akhiran —ang dan —a 

menjadi lakaranga 'akan'. Imbuhan akhiran —a di sini hanya menyebabkan 

perubahan struktur kaliriiat. 

Berdasarkan uraian di atas, sudah diketahui bahwa kata tugas itu tidak 

menentukan ragam tutur dan juga sebagal salah satu penanda ragam tutur. 

Untuk mengetahui secara mendalam dapat diikuti uralan masing-masing 

subbagian kata tugas. 

3.2.2.1 Kam Tugas Bersama—sama dengan Unsur Lain Membentuk Konstruk-

si Endosentrik 

Kata tugas ml lazim dinamakan atribut. Unsur pokoknya dapat berupa 

kata/frase benda, kata ganti, kata bilangan, berupa kata/frase kerja, sifat, atau 

keadaan. Kata tugas berdasarkan unsur pokoknya dapat diperinci lagi menja-

di berikut. 

(1) Kata tugas yang unsur pokoknya berupa kata/frase benda, kata ganti, 

atau bilangan. 

Contoh: 

onya /lema 

[one jiGmo ] 

'semua orang' 

sami manusane urip 

[sami manusane urlp] 

'semua orang hidup' 

I Tampul 

[i tampUl] 

'si Tampul' 

sang Putu 

[sag putu] 

23 

'sang Putu' 

tusing abesik 

[tush) aboslk] 

'bukan satu' 

(2) Kata tugas yang unsur pokoknya berupa kata/frase kerja atau sifat/ke-

adaan. 

Contoh: 

suba madaar 

[suba madaar] 

'sudah makan' 

tonden mla/ah seken 

[tOndEn mlajah sakan] 

'belum belajar giat' 

sada mokoh 

[sad'mokOh] 

'agak gemuk' 

(3) Kata tugas yang unsur pokoknya mungkin berupa kata benda, kata gan-

ti, kata Mangan, kata sifat/keadaan, atau kata kerja. 

Contoh: 

nyen ke 

[nEn ke] 

'siapakah' 

I meme ane lakar ngaba 

[1 meme ane lakar ijabe] 

'ibu yang akan membawa' 

patpat dogen 

[patpat dOgEn] 

'empat saja' 

ane cenik dogen 

[ane can 1k dOgEn] 

'yang keel saja' 

(4) Kata tugas yang unsur pokoknya berupa klausa 

24 

Contoh: 

patutne cal sing dadi luas 

[patUtne cai shj dadi luas] 

'seharusnya engkau tidak boleh pergi' 

dumadak tiang maan gegaen 

[dumadak tiarj maan g3gaEn] 

'semoga aku dapat pekerjaan' 

3.2.2.2 Kata Tugas Bahasa Bali yang Bersama Unsur Pokok Lain Membentuk 

Konstruksi Ekosentrik 

Kata tugas yang bersama unsur pokok lain membentuk konstruksi Ek-

sosentrik lazim disebut partikel penunjuk atau kata ganti penunjuk. Fungsi-

nya dalam konstruksi eksosentrik sebagai pengarah. Berdasarkan aksisnya, 

kata tugas bahasa Bali mi dapat dipermci menjadi sebagai berikut. 

(1) Kata tugas yang aksisnya selalu berupa kata benda, kata ganti nama, 

atau kata ganti penunjuk tempat. 

Contoh: 

dikota 

[di kot I 

'di kota' 

teken i bapa 

[takEn i bap3j 

'kepada ayah' 

di ulu 

[diuluj 

'di udik' 

(2) Kata tugas yang aksisnya berupa kata kerja, kata sifat/keadaan, frase, 

atau klausa. 

Contoh: 

yen madaar 

[yEn modaar] 

'jika makan' 

25 

apang mokoh 

[apaij mOkOh] 

'agak gemuk' 

yen Ia mal 

[yEn i9 mail 

'jika ia kemari' 

depang ía negen 

[d9paIJ i9 nog9n] 

'biar ia memikul' 

(3) Kata tugas yang aksisnya mungkin golongan kata benda, kata ganti, 

kata bilangan, kata kerja, kata sifat/keadaan, atau frase, dan klausa. 

Contoh: 

satmaka yeh 

[satmak9 yEh] 

'seperti air' 

buat nyama-nyamane 

[buat namo-naman] 

'untuk saudara-saudara' 

sa/eroning tetelu atawa patpat 

[sajroniij. t9t1u atawG patpat] 

'antara tiga atau empat' 

ulihan seneng 

[ulihan son oij] 

'dengan senang' 

buka slap kurungane 

Jbuko siap kurunanel 

'bagai ayam kurungan' 

(4) Kata tugas yang aksisnya berupa kata benda, kata ganti, kata bilangan, 

atau mungkin berupa kata kerja, kata sifat, frase, atau klausa. 

Contoh: 

saja wining ento 

[sajawinhxj onto] 

'kecuali itu' 

26 

sajeroning mla/ah 

[sajronI9 miajahl 

'dalam (selama) belajar' 

sasubane kayeh 

[sasubane kayoh] 

'setelah mandi' 

satondenne I bapa mulih 

[satOndEnne I bapo mullh] 

'sebelum ayah pulang' 

3.2.2.3 Kato Tugas Bahasa yang dalam Konslruksi Endosentrik Berfung-

si sebagaiKoordinator 

Kata tugas mi lazim disebut kata sambung atau konjungsi. Fungsinya 

sebagai koordmator dalam konstruksi endosentrik koordinatif, sebagai koor-

dmator antara klausa dengan klausa, frase dengan frase,dan sebagainya. 

Contoh: 

magending tur ngigel 

[magandlg tur 9igal] 

'menyanyi dan menari' 

meong teken bikul 

[meOj tekEn bikUl] 

'kucing dan tikus' 

mresihin kebon muah nabdabang umah 

[mresihln kebOn muah nabdabaij umah] 

'membersihkan kebun dan mengatur rumah' 

I Tampul mlajah memaca muah i Dagdag mla/ah ngitung 

[i tampUl mlajah memace muah i dagdag mlajah jitUrj] 

'Si Tampul belajar membaca dan si Dagdag belajar menghitung' 

ajinne maal nanging asanne jaan 

[ajinne maal narjiij asanne jaon] 

'harganya mahal tetapi rasanya enak' 

negakin jaran atawa negakin sampan 

[negakln jaran atawe negakin sampan] 

'menunggangi kuda atau menaiki sampan' 


 Kata Tugas yang Tidak Ternwsuk Golongan 1, 2, dan. 3 

Di samping kata tugas golongan 1, 2, dan 3 seperti yang dikemukakan 

tadi, terdapat juga kata tugas yang lain yang tidak dapat dimasukkan ke 

dalam salah satu di antara kelompok-kelompok itu. 

Kata tugas mi lazim disebut interjeksi atau kata seru. 

Contoh: 

Ak Hang tusing cumpu 

[ah, tiai) tushj cUmpul 

'Ah, saya tidak setuju' 

yeh, i pidan cai teka? 

[yEh, i pidan cai t9k ] 

'Oh, kapan engkau datang? 

aruh, sakit keneh tiange 

[arUh saklt knoh tia9e] 

'Aduh, sakit hatiku' 

3.2.3 Berfungsi Mengabdi dan Mengubah Makna 

Kata tugas bahasa Bali di samping dapat sebagai penanda ragam tutur, 

tingkat tutur, dan membentuk konstruksi sintaktik dapat juga berfungsi seba-

gai pengubah atau penentu makna satuan-satuan kebahasaan yang diabdi, baik 

satuan-satuan itu berupa kata, frase maupun klausa. 

 Mengubah Makna Kata 

Kata tugas bahasa Bali yang mengabdi pada kata dapat mengubah mak-

na kata yang menjadi unsur pokoknya. 

Con toh: 

Tiang lakar mulih. 

[tiar) lakar mullh] 

'Saya akan pulang' 

Ia tusing magae 

[ia tuslrj mgae] 

'La tidak bekerja' 

Kata tugas lakar pada kalimat 'Tiang lakar mulih." adalah mengabdi pada 

kata mulih dan kata tugas tusing path kalimat Id tusing magae. adalah mengab- 

28 

di pada kata magae. Kata mulih dan magae pada kalimat-kalimat di atas itrn 

menjadi inti pembicaraan atau tuturan. Jika kata tugas yang terdapat dalam 

kalimat.kalimat itu dthilangkan, kaliniat-kalimat itu akan menjadi kalimat 

berita positif, yaitu: "Tiang mulih." 'Saya pulang.' dan "ía magae." 'Ia be-

kerja.' Jelaslah bahwa kehadiran kata tugas la/car dan tusing itu akan mengu-

bah makna kata yang diabdinya. 


 Mengubah Makna Fnase 

Kehadiran kata tugas bahasa Bali di samping dapat mengubah makna 

kata juga dapat mengubah makna frase yang diabdi. 

Contoh: 

tusing nandur padi 

[tusl9 nandUr pa di] 

'tidak menanam padi' 

cdii baanga pipis 

[ ada baa9a pipls] 

'jangan diberi uang' 

a/i nyelepin umah 

Iaii nokpin umah] 

'mengapa memasuki rumah' 

Kata tugas tusing, eda, dan a/i mengabdi pada frase-frase nandur padi 'mena- 

nam padi', baanga pipis 'diberi uang', dan nyelepin umah 'memasuki rumah'. 

Kehadiran kata-kata tugas pada masing-masing frase itu jelas akan mengubah 

makna/arti. Frase nandur padi biasanya dipakai dalam kalimat positif, misal-

nya Mang nandur padi." 'Saya menanam padi.' Apabila di depan frase nan-

dur padi itu diberi kata tugas tusing, kalimatnya akan berubah menjadi kali-

mat negatif, yaitu "Tuang tusing nandur padi" 'Saya tidak menanam path.' 

Hal jul berlaku pula pada contoh-contoh yang berikutnya. 


 Mengubah Makna Khausa 

Kata tugas bahasa Bali di samping dapat mengubah makna kata dan 

makna frase juga dapat mengubah makna klausa yang diabdinya. 

29 

Contoh 

Ah, mani tusing payu luas. 

[ah, mani tusl9 payu luas] 

'Ah, besok tidak jadi pergi.' 

Yeh, i pidan cai teka? 

[yEh, i pidan cai tok] 

'He, kapan engkau datang?' 

Kata tugas ah dan yeh pada kalimat di atas mi masing-masing mengabdi path 

idausa mani tusing payu luas dan i pidan cai teka Jika kata tugas yang ada di 

depan klausa-klausa itu ditiadakan, akan tampak makna yang dikandungnya 

akan berlainan dengan makna klausa-klausa di atas. "Kata tugas ah pada kali-

mat Ah, mani tusing payu luas. "adalah mengandung kekecewaan atau kegem-

biraan atas isi tuturan mani tusing payu luas. Pernyataan kekecewaan ml ada-

lah jika situasi orang yang berbicara itu sudah berkemas-kemas akan pergi, se-

dangkan kata tugas ah menyatakan kegembiraan, yaitu jika orang yang ber-

bicara itu belum siap akan berangkat. Hal mm berlaku juga path kata tugas 

ye/i path kalimat "Yeh, i pidan cai teka ?" yaitu dapat mengubah kalimat 

berita "I pidan cai teka" menjadi kalimat tanya seperti terithat pada contoh. 

Berdasarkan uraian di atas, kiranya sudah jelas bahwa kehadiran kata 

tugas bahasa Bali itu dapat mengubah makna idausa. Untuk jelasnya, ciri-ciri 

kata tugas serta fungsinya dapat dilkuti pada uraian masing-masing subkata 

tugas. 


 PARTIKEL 

Dalani bab mi dibahas mengenal partikel. Yang diinaksud dengan isti-

lah partikel ialah kata-kata tugas yang bentuknya sederhana sekali dan yang 

sukar dimasukkan ke dalarn golongan jenis-jenis kata, seperti kata penjelas, 

kata keterangan, atau kata penanda. Partikel itu ialah suatu istilah untuk 

memberi nama hal-hal yang sukar dijelaskan dengan cara-cara yang biasa bet-

laku. Partikel postposisi atau enklitika yang tergolong kedalam kata pene-

gas, termasuk ke dalam pat -tikel mi. 


 Bentuk 

Di dalam bahasa Bali ada beberapa bentuk linguistik yang sederhana 

yang sulit ditentukan jenisnya. Jika ditinjau dari satu segi, bentuk-bentuk itu 

menyerupai kata tambahan atau imbuhan (awalan dan akhiran) sebab mereka 

itu hanya terdiri dari sebuah suku kata atau dna buah suku kata. Akan tetapi, 

jika dilihat darl sudut lain kata-kata itu seharusnya tidak digolongkan ke 

dalam kata tambahan/imbuhan sebab "kata" itu dapat berdiri sendiri dengan 

bebas. Oleh karena itu, "kata-kata" itu merupakan morfem bebas. Kata-kata 

tugas itu sebenarnya tidak mengandung arti apa-apa. 

Kata-kata yang dimaksud itu ialah anak, anake, icang, tiang, id, ke, ko, 

si/i, teh, dong, men, nget, jeg, nyen, sang, si, ki, z, dan ni. 


 Penggolongan Partikel 

Uraian yang tertulis tentang partikel belum ada, khusus di bidang penge-

lompokannya, karena partikel itu berbentuk sederhana dan sulit digolongkan 

ke dalam kelompok jenis kata seperti kata penghubung, kata seru, kata san-

dang, atau kata bantu predikat. 

Partikel bahasa Bali dapat digolongkan menjadi empat bagian berikut 

ml. 


1. partikel pelembut; men dan nah 

2. partikel pelengkap: nget danjeg 

3. partikel penegas: teh dan sih 

4. partikel penunjuk nama: i, ni, si, sang, dan ki 

Pembagian mi didasarkan path perbedaan dan persamaan fungsi grama-

tikalnya. Dari perbedaan dan persamaan fungsi gramatikalnya itu akan di-

dapatkan peranan partikel yang membentuk gatra pementing, pelembut, dan 

pembentuk frase nama. 


 Fungsi dan Arti 

Fungsi dan arti partikel bahasa Bali itu tidak hanya mengabdi kepada 

kata kerja, tetapi juga mengabdi kepada gatra atau klausa. Misalnya, arti kata 

anak ialah 'orang' dan anake berarti 'orang itu'. 

Dalam huburigan mi, ada yang berpendapat bahwa morfem anak atau 

anake itu, antara lain menyatakan kata penghalus atau kata hiasan karena 

morfem itu sering terdapat pada ujaran sebagai berikut. 

anak id nyemak 

[anak yo n9mak] 

'memang dia mengambil' 

anak suba mulih 

[anak sub a mullh] 

'memang sudah pulang' 

sareang anake. 

[sarEaij anake] 

'Tidurkanlah.' 

ketoang anake. 

[kEtOaij anakel 

'begitukanlah' 

Di dalam kenyataannya, morfem anak yang terdapat di depan kaliniat-kalimat: 

ía nyemak 'dia mengambil' 

suba mulih 'sudah pulang' 

dan juga morfem anake yang ada di belakang kalimat-kalimat: 

sareang 'tidurkan' 

ketoang 'begitukan', dapat berdiri sendiri. Jadi jelaslah bahwa  

morfem anak atau anake itu tidak termasuk ke dalam golongan nominal atau 

adjektival. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah bahwa morfem itu terma-

suk ke dalam golongan kata partikel. 

Demikian pula halnya dengan morfem icang dan tiang. Arti kata icang 

ialah 'aku' dan tiang ialah 'saya'. Icang masuk ke dalam tingkatan bahasa ka-

sar (k.), sedangkan kata tiang masuk ke dalam tingkatan bahasa aliis (a.). 

Perhatikan contoh-contoh berikut. 

icang id/a fani 

[ica9 ku? jam] 

'Ke mana sekarang' 

icang nyen ka/ak. 

[icaj nEn kajak] 

'Siapa (yang) diajak.' 

nra nika tiang. 

[sir3 nik9 tial)] 

'Siapa itu.' 

napi wenten tiang. 

[napi wEntan tial)] 

'Apa ada.' atau 'Ada apa.' 

Morfem icang dan Hang seperti yang terdapat di depan kalimat-kalimat 

kifa /ani 'ke mana sekarang.' dan nyen ka/ak 'siapa (yang) diajak.', dan juga 

morfem tiang yang terdapat di belakang kalimat-kalimat sira nika 'siapa itu.', 

dan napi wen ten 'ada apa.' atau 'apa ada.' seakan-akan tidak mengandung arti 

serta sukar mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. 

Di Bali morfem itu dianggap partikel pelengkap  untuk menghaluskan 

atau hiasan dalam ujaran bahasa Bali 

Setelah diketahui bahwa ujaran-ujaran yang berpola sintaksis seperti 

contoh di atas, kami berpendapat bahwa morfem icang dan Hang itu menipa 

kan partikel. Kata-kata itu mengabdi kepada seluruh klausa. Walaupun demi-

klan, masih terasa adanya keragu-raguan. Dalam laporan mi belum dapat di-

tampilkan hasil analisis yang sifatnya mantap. Kiranya perlu diadakan peneli-

tian tersendiri yang lebth mendalam. 

Contoh lain sebagai berikut. 

1) Anak ia tusing maan morahan. 

 

[anak yo tusIi maan moraan] 

'Memang Ia tidak dapat memberitahukan.' 

(Memang Ia tidak memberi tahu.) 

2) Men nyen nawang ditu? 

[man nEn nawal) ditu] 

'Habis siapa yang tahu di sana?' 

3) Mai teh malu! 

[mai tEh main] 

'Marilah dulu!' 

('Man .dulu.') 

4) Nget suba ma/alan. 

[not subm9ja1an] 

'Kok sudAh berjaian.' 

('Kok, sudahjaian.') 

5) Jeg suba masaut. 

[jog subo mosaUt] 

'Kok, sudah menjawab.' 

6) INyoman kenyem. 

[i noman konom] 

'I Nyoman tersenyum.' 

7) Ki Gagakturas nekep mua. 

[id gagakturas nGkop muw J 

'Xi Gagakturas menutup muka.' 

8) All/i/a malu. 

[allhjo malu] 

'Canilah dahulu.' 

('Carl duiu.') 

Apa ja orahanga 

[apojo Oraai)o J 

'Apatah dikatakannya.' 

('Apa dikatakannya.') 

9) Nyen ke ento? 

[nEn ke onto] 

'Siapakah itu?' 

('Siapa itu ?') 

 

Kija ke lakuna? 

[kijo ke lakuno ] 

'Kemanakah perginya?' 

('Kemana perginya ?') 

10) Masa ko ditu. 

[maso ko ditu] 

'Masakan di sana.' 

('Masa di sana.') 

Ia ko keto. 

[ya ko keto] 

la pun begitu.' 

11) Apasihento 

[ape sJh onto] 

'Apa sth itu.' 

('Apa itu.') 

Nven sih ngorahang. 

[nEn slh xjOraaiji 

'Siapa sth mengatakan.' 

('Siapa mengatakan.') 

12) Kema teh encolin. 

[kamo tEh Encolln] 

'Kesanalah cepat-cepat.' 

('Kesana cepat.') 

Apa teh ada ditu. 

[ape tEh ado ditu] 

'Apatah ada di sana.' 

('Apa ada di sana.') 

13) Dong aft jagur anake. 

[dog aji jagUr anake] 

'Kok mengapa pukul orang itu.' 

('Kok mengapa dia dipukul.') 

Mai dong kema. 

[mai dOq komo] 

'Mari dong ke sana.' 

('Mari ke sana.') 

 

14) Kenkenang men. 

[kEnkEna9 man] 

'Bagaimanakah ya.' 

('Bagaimanakah sekarang 

Men kenkenangjani makeneh. 

[man kEnkEnaq jani mk9noh] 

'Habis bagaimanakah sekarang berpikir.' 

('Habis bagaimana berpikir sekarang.') 

4.4 Distribusi dan Frekuensi 

Partikel kebanyakan terdapat dalam tutur bahasa lisan, terutama yang 

beragam formal. Bahasa tulis yang beragam formal hanya sedikit mengandung 

partikel. Dalam ragam bahasa, partikel memang berfungsi menandai ragam 

formal. Apabila suatu tutur banyak memakai partikel, tutur itu beragam for -

mal, sedangkan kebalikannya, suatu tutur yang meniadakan partikel itu me-

nandakan tutur informal. 

Biasanya orang dewasa atau orang yang berpendidikan lebih banyak 

menggunakan partikel karena orang dewasa sudah harus mampu mengiayati 

dan mengamaikan aturan sopan santun bahasa. Di dalam kehidupan sehari-

han umumnya anak-anak kedil yang biasa berbahasa yang bernada nonformal 

tidak mempergunakan partikel. 

Contoh: 

eda keto yang seharusnya eda teh keto 'janganlah begitu' 

mai malu yang seharusnya mai fa malu 'marilah dulu' 

Maka dapat dimengerti jikalau jumlah partikel yang dipergunakan oleh orang 

dewasa cukup memadai dan sesual dengan penggolongannya masing-masing. 

Partikel bahasa Bali dipergunakan dalam tingkat bahasa halus atau bahasa 

kasar. 

Tentang distribusi partikel di dalam cara pemakaiannya dapat diketahui 

pada contoh-contoh kalimat di depan. 


KATA DEPAN (PREPOSISI) 

Kata depan ialah kata yang menjadi pengantai path kata yang lain 

(Poerwadarminta, 1976:450). Walaupun definisi liii tampaknya sangat umum, 

tetapi dari kenyataan data yang diperoleh lewat instrumen-instrumen yang di-

edarkan kepada para informan serta sejauh pengamatan kami sebagai penutur 

asli bahasa Bali temyata preposisi dalain bahasa Bali pada hakikatnya selalu 

berfungsi sebagai pengantar kata-kata atau frase nominal, kata bilangan, kata 

keadaan, kata kerja, dan kata keterangan. 

Untuk menunjang pernyataan di atas, kita dapat membuktikannya me-

lelui beberapa contoh dalam kalimnat-kalimat berikut. 

1. Preposisi sebagai pengantar kata benth: 

Pan/ake sane iwang patut kasisipang antuk ida anake agung. (a.) 

[panjake sane iwax patUt kasisipan antUk ido anake agU!)] 

'Rakyat yang salah pantas dthukum oleh raja.' 

2. Preposisi sebagai pengantar kata ganti: 

Carikne bapa Dibla suba garapa teken Futu Windia. (k.) 

[carlkne bapo dibi subo garapo tokEn putu windio] 

'Sawahnya Pak Dibia sudah dikerjakan oleh Putu Windia.' 

3. Preposisi sebagai pengantar kata bilangan: 

Dibi sande ipun maboros, kocap sa?npun polih kidang nyantos telung u/aid 

(a.) 

[dibi sande ipUn ma bOrOs kOcap sampUn pollh kidaij nantOs to lUi3 

ukUdj 

'Kemanin malam mereka berburu, konon sudah memperoleh kijang sampai 

tiga ekor.' 


4. Preposisi sebagai pengantar kata keadaan: 

Ituni adinne bes itep maplalian nganti engsap masuk (k.) 

[ituni adinne bas itop m9plaliannganliijsap masUk] 

'Adiknya terlalu asyik bermain sehingga lupa pergi ke sekolah.' 

5. Preposisi sebagai pengantar kata kerja: 

Ni Sari tigtiga ngrrnti ngeling. (k.) 

[ni sari tigtigo I)anti galy 

'Ni Sari dipukul sampai menangis.' 

6. Preposisi sebagai pengantar kata keterangan: 

Pamelin bajunne ento kayang jadi tonden bayaha (k.) 

[pmo1In bajunno onto kayaij jani tOndEn bayaha ] 

'Pembeli bajunya itu sampai sekarang belum membayar.' 

Karena bentuknya yang sangat terikat itu, preposisi dalam bahasa Bali 

path umumnya tidak pernah mengalami proses morfologis. Demikian pula 

kalau kita bandingkan dari segi kuantitas, antara preposisi yang berbentuk 

tunggal (mono morfemik) seperti kata-kata: sig [slg] 'di', saha [saiw ] 

'dengan', sekat [sakat] 'sejak', kayang [kayaij] 'sampai', uli [uli] 'dan', dan 

sebagainya dengan preposisi yang berbentuk kompleks seperti kata-kata di 

aap [di aap] 'di depan', ring sor [nhj sOr] 'di bawah', ring pungkur [rlijpUn-

kUr] 'di belakang', ring/aba [nit) jaba.] 'di man', sig batan [slg batan] 'di ba. 

wah', dan sebagamya ternyata dan analisis yang kami lakukan bahwa prepo-

sisi yang berbentuk tunggal lebth banyak ditemukan. Hal mi jelas dapat dibuk-

tikan karena preposisi dengan bentuk tunggal itu lebth sering muncul dalam 

komunikasi sehan-hari (bersifat nonformal). Dengan demikian, preposisi 

dalam tipe mi sudah tentu lebih banyak dipergunakan dalarn bahasa Bali 

ice para (bahasa Bali Umum), sedangkan preposisi yang berbentuk kompleks 

biásanya baru akan muncul dalam ragam tutur yang bersifat formal (resmi) 

di samping penggunaannya dalam ragam literer. Dengan sifatnya seperti ten -

tera di atas, tidaldah menghenankan kalau kelompok preposisi bentuk kom-

pleks mi lebih banyak muncul dalam kata-kata bahasa Bali alus (a.). 

Jika dilihat dari segi sintaktik, preposisi dalam bahasa Bali kecuali 

mampu menduduki jabatan keterangan, belüm pernah ditemukan mendu-

duki suatu jabatan yang lain dalam stnuktur kaliinat bahasa Bali. Jabatan 

kalimat yang dimaksud adalah menduduki posisi sebagai objek, predikat,  

atau sebagal objek dalam kalimat. Untuk menunjang pernyataan itu, kita 

dapat membuktikannya melalui beberapa contoh kalimat berikut. 

1. IFuiu meli ia/a sig warungne Made NadrL (k.) 

[i putu mali jajo slg marune made nadri] 

'I Putu membeli jajan di warungnya Made Nadri.' 

2. A/in dane nen ten nyidayang numbas napi kayang mangkin. (a.) 

[ajln dane nentan nidayarj nUmbas napi kayaij maijkln] 

'Ayahnya tiada mampu membeli apa-apa hlngga sekarang.' 

3. Bapanne lakar luas ka Surabaya. (k.) 

[bapanne lakar luas Iça. surabay9] 

'Ayahnya akan pergi ke Surabaya.' 

4. IPageh itep gati magae di uma. (k.) 

[i pagah itap gati mgae di um9] 

'I Pageh asyilc sekali bekeija di sawah.' 

5. IMirah mlaib ka pasareane lantas ngakebin galeng. (k.) 

[i mirah mlaib ka'posareane lantas 5akabIn gao] 

'I Mirah lad ke tampat tidur lalu menelungkupi bantal.' 

('I Mirah berlari ke tempat tidur seraya menelungkup di atas bantal') 

6. Tiang mrasa tuara luung teken omongne matadah jaiL (k.) 

[tial) mrasa tuar9. luuj3 tekEn omOne m9tadah jail] 

'Saya merasa tidak enak terhadap omongnya yang agak mengejek.' 

('Saya merasa terhina akan nada suaranya yang mengejek.') 

7. Bell Gede sing taen jumah, yen sing sig dagang tuake di plaliane (k.) 

[ball g9de sh taEn jumah, yEn shj slg dagaj tuake di plaliane] 

'Kakak Cede tak pernah di rumah, kalau tidak di penjual tuak di 

tempat judian.' 

('Kakak Cede tak pernah tinggal di rumah, kalau tidak di pedagang 

tuak tentu di tempat peijudian.') 

8. Buku Malanearan ka Sasak punika kakawi olih I Gede Srawana. (a.) 

[buku rn9lancaran k? sasak punik k9kawi ollh i gde srawanoj 

'Buku Malancaran ke Sasak itu dikarang oleh I Gde Srewana.' 

9. Dumadak raha/eng sareng sami. (a.) 

[dumadak rahajoj sarj sami] 

'Semoga sejahtera bersama semua.' 

('Semoga sejahtara semuanya.') 

40 

10. Ngandika sang Nakula saha sembah. (a.) 

[nandikG san nakuLp sahe smbah] 

'Menjawab sang Nakula dengan sembah.' 

('Menjawab sang Nakula sambil menyembah.') 

Berdasarkan beberapa contoh di atas, nyatalah bahwa frase yang diben-

tuk oleh preposisi dalam bahasa Bali tidak dapat menduduki jabatan subjek, 

predikat, atau objek dalam kalimat. Dengan demikian, kita dapat menarik ke-

simpulan bahwa preposisi dalam bahasa Bali mempunyai ciri-ciri sebagai ben-

kut. 

1. Preposisi dalam bahasa Bali path umumnya hanya berfungsi sebagai 

pengantar kata atau frase nominal (kata benda. dan kata ganti), di 

samping sebagai pengantar kata-kata keadaan, kata bilangan, dan kata 

keterangan. 

2. Dilthat dari segi morfologis, preposisi dalam bahasa Bali tidak dapat 

mengalami perubahan bentuk. 

3. Dalam ragam tutur yang bersifat nonformal, preposisi bahasa Bali kuan-

titasnya lebth banyak muncul ber.upa kata-kata bahasa Bali kasar. 

4. Secara sintaktik, preposisi dalam bahasa Bali tidak ditemukan mendu-

duki jabatan subjek, predikat, atau sebagai objek. la hanya mampu 

menduduki jabatan keterangan dalam struktur kalimat bahasa Bali. 

5.2 Penggolongan Kata Depan 

Dari data yang telah terkumpul, baik melalui data literer maupun data 

wawancara kepadã para informan, ternyata preposisi dalam bahasa Bali di-

temukan sebanyak 42 buah, termasuk di dalamnya prposisi yang bertingkat 

bicara alus sebanyak 19 buah. 

Adapun penggolognan preposisi yang berjunilah 42 buah itu dibedakan 

atas dua macam yaitu: 

a) preposisi tunggal/sederhana meliputi: di [di], Ii [II], si [si], sig [slg], 

ba [b a. ], ring [n19[ 'di'; ka [k] 'ke'; uli [uli], saking [sakIij] 'dan'; 

bes [b as], bas [bas] 'terlalu'; rihin [rthln] 'dahulu'; kayang [kaya9] 

'sampai'; sekat [s kat] 'sejak'; duk [dUk] , daweg [daw9g] 'path wak-

tu'; mungpung [mu9pU9] 'berhubung'; olih [olIh] , baan [baan] , antuk 

[antUk] 'oleh'; teken [takEn] 'kepada'; a/i [aji] 'dan', dengan'; lakar 

41 

[lakar], pacang [pacaijj 'akan'; saha [sah] 'dengan'; dening [denIj], 

duaning [duanlij], mengguing [mUijgulrj] 'karena', berhubung'; sakadi 

[sakadij , cara [care], dan buka [bukJ 'seperti'. 

b) preposisi kompleks/majemuk meliputi kata-kata: ri ajeng [ii aj orj], di 

arep [di ar; p],  di malu [di malu] 'di depan'; ring sor [ru) sOr], ring 

batan [rIj batan] , di batan [di batan] 'di bawah'; ring/aba [rI9 jab ], 

diwangan [diwaijan] 'di luar'; ring pungkur [rlrj purkUr], di belakang'; 

ri antuk [ri antUk] 'oleh', dan ri tatkala [ri tatkal] 'pada waktu'. 

5.3 Fungsi Kata Depan 

Setelah preposisi-preposisi yang ada, balk yang teijadi dari kata depan 

sejati maupun preposisi dari kata depan majemuk dildasifIkasikan melalui 

uraian di atas, maka diperoleh dna belas fungsi preposisi bahasa Bali dalam pe-

ranannya sebagai alat komunikasi. Kedua belas peranan preposisi itu adalah 

sebagai benikut. 

1. Preposisi yang berfungsi sebagai pengantar tempat: di [di], ring [ni1] ,ba 

[ba j , ka [k] , sig [slg] , Ii [ii], dan si [si] 

Kecuali preposisi ii dan si kelima preposisi yang lain, yaitu ring, di, ba, 

ka, dan sig hanya dipakai dalam ragam tutur yang bersifat formal. Preposisi 

ring dengan ekuivalen-ekuivalennya yang lain yang bersifat majemuk seper-

ti ring a/eng [rut3 aj tj] 'di depan', ring batan [rIij batan] 'di bawah'. ring 

jaba [nIi1  jab] 'di luan', dan ring pungkur [rlij pUjkUr] 'di belakang' ter -

masuk dalam tingkat bicara yang alus dan frekuensi pemakaiannya pun ba-

nyak ditemukan dalani ragam tutur yang bersifat formal dan literer. 

Sebagai contoh penggunaan preposisi yang berfungsi sebagai pengantar 

tempat ml dapat kita ikuti melalui contoh-contoh berikut. 

a. Memenne madagang di peken. (k.) 

[mEmEnne mtlaga9 di pk91i] 

'Ibunya berjualan di pasar.' 

b. Titiang sampan sue pisan nyantos ring sekolahan. (a.) 

[titiat3 sampUn sue pisan nantOs nIt3 sakolahan] 

'Saya sudah lama sekali menunggu di sekolah.' 

c. Da nyen Putu nge/ang blakas ha duur! [k.) 

[do non putu pja blakas bp duur] 

Janganlah Putu menaruh parang di atas! 

42 

d. Buin mani memenne lakar ka Jakarta (k.) 

[buin mani mEmEnne lakai luas k9 Jakarta] 

'Besok ibunya akan pergi ke Jakarta.' 

e. Kemu /emak titipane sig umah Ni Mirahe! (k.) 

[kmuj9rnak titipane slg umah ni mirahe] 

'Ke sana ainbil titipan itu di rumah Ni Mirah!' 

('Ambillah titipan itu di rumahnya Ni Mirah!') 

L Funika napi ipun sampun mlinggih ring a/eng (a.) 

[puniko napi ipUn sampUn mliI)gih ni3 aj 91)] 

Itu apa, dia sudah duduk di depan.' 

g. Titiang sampun sue pisan nyantos ring baton punyan gadunge. (a.) 

[titial) sainpUn sue pisan nantOs nIij batan punan gad e] 

'Saya sudah lama sekali menunggu di bawah pohon gacfung.' 

h. Funika ipun sampun nyantos ring/aba sareng adin ipune. (a.) 

[punika ipUn nantOs r13 jab9 sarpq adin ipune] 

'Itu dia sudah menunggu di luar bersaina adiknya.' 

L Li kawana nape medem. (k.) 

[ii kawan3siape madam] 

'Di sebelah barat ayain itu tidur.' 

('Ayam itu tidur di sebelah barat.) 

j. Ia ngoyongsi kangin. (k.) 

[iø yoyOr si kaj in] 

Ia tinggal di sebelah timur.' 

k. Punika ipun ring pungkur sekolahane. (a.) 

[puniko ipUn rh) puijkUr s3kolahane] 

Itu dia di belakang gedung sekolah.' 

2. Preposisi yang berfungsi sebagai pengantar alat; a/i [au] ,baan [baan] 

Kedua tipe preposisi a/i dan baan mi path urnumnya dipakai path 

ragam tutur yang bersifat nonformal, sedangkan kualitas penggunaan prepo-

sisi mi dàlam ragam literer sangat terbatas ditemukan; kalau pun ada, kedua 

preposisi mi hanya ditemukan dalam hasli-hasil sastra Bali modern. 

Contoh: 

a. Ia sepega a/i pedang. (k.) 

[iGs.Gpoga aji pda9J 

43 

'la dipotong dengan parang.' 

b. Sajaan dugase totonan, idupe buk.a magantung baan boic akatih. (k.) 

[sajaan dugase tOtOnan idupe buka mantU9 baan bOk akatihi 

'Benar-benar pada waktu itu hidup bagaikan bergantung pada ram-

but setangkai.' 

3. Preposisi yang berfungsi sebagal pengantar pelaku: olih [olih] , antuk [an-

tUk] , ri antuk [n antUk] , bairn [baan] 

Dengan fungsinya sebagai pengantar pelaku, ketiga preposisi mi hanya 

mengabdi pada kata-kata benda kongkret yang bernyawa. Beda penggunaan 

preposisi olih dan antuk 'oleh' di saW pihak, dengan preposisi baan di pihak 

Win, hanya terletak pada kriteria tingkat bicaranya. Preposisi olih dan antuk 

dipergunakan untuk tingkat bicara yang alus dalam situasi ragam tutur formal, 

sedangkan preposisi baan dipakai dalain ragam tutur nonformal serta berada 

dalam posisi tingkat bicara yang kasar. 

Penggunaan ketiga preposisi itu dalam konteks kalimat-kalimat bahasa 

Bali dapat kita ikuti melalui contohcontoh kalifnat di bawah mi. 

a. Panjake sane iwangpatut kasisipangolih Ida SangPrabu. (a.) 

[panjake sane iwal) patUt kQsisipal) ollh ida sag prabu] 

'Rakyat yang salah wajar dihukum oleh raja.' 

b. Buku Malancaran kaSasak punika kakawi antuk I Gde Srawana. (a.) 

[buku malancaran b. sasak punika icakawi antUk i gde sr.gwan] 

'Buku Malancaran ka Sasak itu dikarang oleh I Gde Srawana.' 

c. Ipun kasisipangriantuk Ida Batara (a.) 

[ipUn kaslsiparj ri antUk ida bGtara] 

'Dia dikutuk ofeh Batara.' 

d. Ni Sari tigliga nganti balan baan memenne. (k.) 

[ni sari tlgtigo 9anti.balan baan mEmEnnE] 

'Ni Sari dipukul hingga memar oleh ibunya.' 

4. Preposisi yang berfungsi sebagal pengantar kata ganti orang: teken [t - 

kEn] , ring [rin] 

Balk preposisi teken 'kepada' maupun ring 'kepada' sama-sama berfung. 

si  sebagai pengantar kata ganti persona. Perbedaannya hanya menunjukkan 

bahwa preposisi teken merupakan tingkat bicara kasar dan hanya thperguna-

kan dalam ragam tutur yang sifatnya nonlormal. Sebaliknya, preposisi ring di- 

44 

pergunakan dalam tingkat bicara yang alus path ragam tutur yang formal dan 

ragam literer. Sebagai contoh penggunaan kedua preposisi ml dapat kita ikuti 

melalui contoh-contoh berikut. 

a. Rencananne IFutu punika sampun karauhang thig tisiang. (a.) 

[rncananne i putu punik5 sampUn brauhax rlij titia] 

'Rencana I Putu itu sudah disampaikan kepath saya.' 

b. Kenken Made, apa rencananne I Futu totonan suba tekedanga reken 

cai ? (k.) 

[kEnkEn made apo ra ncanannE i putu tOtOnan suba takadan te-

kEn cal] 

'Bagaimana Made, apakah rencana I Putu itu sudah disampaikan ke-

padamu?' 

5. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda tempat asal: uli [uli] , saking [sa-

k19] 

Sebagai penanda sumber lokasi, kedua preposisi liii berfungsi menyata-

kan kata benda kongkret. Seperti apa yang tercantum dalam uraian penggo-

longan preposisi dalam bahasa Bali, preposisi uli 'dan' frekuensi pemakalan-

nya terbatas pada ragam-ragam tutur yang bersifat nonformal dan literer path 

hasil-hasil sastra Bali modern. Lain halnya dengan preposisi saking. Di sam-

ping dipergunakan dalam ragam-ragam tutur yang bersifat formal dan non-

formal, preposisi saking juga ditemukan dalam ragam literer klasik dengan 

frekuensi pemakaiannya yang cukup tinggi. 

Sebagai contoh penggunaan kedua preposisi yang berfungsi sebagai pe-

nanda sumber lokasi mi dapat kita ikuti melalui contoh di bawah mi. 

a. Icang mara teka uliPura Besqkih. (k.) 

[ica9 mara tko uli pura basaklh] 

'Saya baru datang dari Pura Besakih.' 

b. Titiang wau rauh sakingPura Bsakih. (a.) 

[titial) wau raUh saklrj pura ba saklh] 

'Saya baru datang dari Pura Besakih.' 

6. Preposisi berfungsi sebagai penanda sumber kata benda abstrak: uli, saking 

Selain preposisi uli dan saking berfungsi sebagai penanda sumber loka-

si, kedua preposisi mi tidak jarang berfungsi khusus untuk mengutarakan kata- 

45 

kata benda yang bersifat abstrak. Untuk membuktikan pernyataan i, dapat 

kita ikuti melalui contohLcontoh berikut. 

a. Aget masih Bapa dugase ento nyidaang luput uli bencanane gede. (k.) 

[age masIb bapdugase ento nidaaJ lupUt uli b ncanane gde 

'Untung juga Bapak pada waktu itu berhasil lobs dari bencana besar.' 

('Untung Bapak pada waktu itu terhindar dari bencana besar.') 

b. Dumadak ipun prasida luput saking bencana (a.) 

[dumadak ipUn prsidG lupUt sakl!)  bncan] 

'Semoga mereka dapat terhindar dari bencana.' 

7. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda waktu: n tatkala [ri tatkabo], 

daweg [daweg], rihin [rthln], ?nungpung [muqpUij], kayang [kayaij], 

duk [dUk] 

Preposisi ri tatkala 'path waktu' dan mungpung 'berhubung' adalah kata-

kata depan yang path umumnya dipakal dalam ragam literer. Akan tetapi, 

dalam ragam tutur yang bersifat formal, dan sejumlah data yang dildasifIkasi-

kan, temyata preposisi rihin 'daluilu' dan daweg 'pada waktu' lebth banyak 

ditemukan walaupun preposisi-preposisi itu sama-sama dari golongan tingkat 

bicara yang alus. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda waktu yang lain, 

seperti kayang 'sainpai' dan sekat 'sejak', adalah preposisi dari tingkat bicara 

yang kasar dan hanya dipergunakan dalam komunikasi yang bersifat non-

formal. Sebagai contoh dapat kita ikuti melalui beberapa contoh dalam kon-

teks-konteks kalimat sebagai benikut. 

a. RI tatkala punika sabehe banget pisan. (a.) 

[n tatkala. punikG sabahe ba9at pisan] 

Path waktu itu hujan sangat lebat.' 

b. Daweg/duk punika dane kantun sungkan. (a.) 

[daw.g dUk punikadane kantUn sUykan] 

'Waktu itu beliau masth sakit.'. 

c. Sampun rlhin ipun icaL (a.) 

[sainpUn nihln ipUn ical] 

'Sudah dulu ia meninggal.' 

('Ia sudah lama meninggal dunia.') 

d. Mungpung mangkin sampun mapluangan, ngiring mangkin kawitin 

minehang rencanane punika. (a.) 

46. 

[munpU9 mankil) sampUn m2plual)an 9m9 mal)kln kawitin mina 

hal) rncanane punik.] 

'Berhubung sekarang sudah agak luang, marilah sekarang mulai me-

mikirkan rencana itu.' 

('Berhubung sekarang sudah agak luang, marilah kita mulai memikir-

kan rencana itu.') 

e. Kayang/ani Ia tonden nyidaang menekang utangne. (k.) 

[kayangjani iotOndEn nidaaij manekai1 ütaijne] 

'Sampai sekarang ia belum mainpu membayar hutangnya.' 

L Sekat ada undake totonan, k.ayang jani Ia tusing bani mai. (k.) 

[sakat ado,  unduke tOtOnàn, kayaxj jani ia tush) bani mai] 

'Sejak ada peristiwa itu, sampai sekarang Ia tiada berani kemari.' 

8. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda intensitas: bes [ba's] , bas [bas] 

Kedua preposisi penanda intensitas ml, yaitu bes, has 'terlalu, arnat', 

sebenarnya terjadi dari preposisi yang tunggal. Preposisi mi mengalanii vaniasi 

seperti itu, bergantung path dialek geografI masing-masing yang memiliki pre-

posisi di atas. Dari data yang telah dikuinpuilcan, kedua preposisi ml hanya di-

pakai dalam ragain tutur yang bersifat nonformal. 

Misalnya:. 

Yen keto bikas caine, ento adanne bes/bas langgia cai teken anak 

tua (k.) 

[yEn keto bikas caine anto adanne bas/bas laijgia' cal takEn anaic 

tual 

'Kalau demikian perbuatanmu, itu namanya tenlalu berani kamu ter -

hadap orang tua.' 

9. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda sumber: a/i [aji] , antuk [antUk], 

baan tbaan] 

Fungsi preposisi tip, antuk, dan baum, 'dan' sebagal penanda sumber 

dalam struktur grarnatika bahasa Bali, Ia hanya mengabdi path kata benda. 

Misalnya: 

a. Togog papindan nagane ditu, gaena all  pans. (k.) 

[togOg papindan nagane ditu gaena aji paras] 

Tatung berbentuk nap di sana dibuat dari batu paths.' 

47 

. Arca Jatyu puniki kawangun antuk taru cenan (a.) 

[arc9 jatayu puniki kawa9un antUk tam canan9] 

Tatung Jatayu mi dibuat dad kayu cendana.' 

c. Wayangegaenabaan kullt.(k.) 

[wayaije gaeno baan kulIt] 

'Wayang itu dibuat dari kulit.' 

Kecuali preposisi antuk, dua preposisi yang lain dalam fungsinya sebagai 

penanda sumber ml, yaitu a/i dan baan, selalu dipakai dalam ragam tutur yang 

bersifat nonformal. 

10. Preposisi yang berfungsi sebagai penanda peristiwa akan terjadi: la/car 

[lakar] , pacang [pacaj] 

Preposisi la/car 'akan' adalah preposisi dalam bahasa Bali yang biasa di-

pakai dalarn ragam tutur nonformal, sedangkan sebagai ekuivalennya dalam 

tlngkat bicara alus, yang biasa dipakal dalam komunikasi formal, akan dipakai 

preposisi pacang. 

Misalnya: 

a. Burn mani belinne lakar luas ka Jakarta. (k.) 

[buln mani bollnne lakar bias kg Jakarta] 

'Besok kakaknya akan pergi ke Jakarta.' 

b. Ben/ang rakan dane pacang lunga ka Jembrana (a.) 

[bEnjaij rakan dane pacar luga ka jembranG] 

'Besok kakaknya akan pergi ke Jembrana.' 

11. Preposisi yang berfungsi menyatakan sebab (kausal): dening [denhj]. 

duaning [duanhj] 

Preposisi dening [denl9], duaning [duanhj] 'karena' paling tinggi fre-

kuensi pemakaiannya dalam ragam literer. Kedua preposisi liii berada dalam 

kategori tingkat bicara yang a/us. 

Contoh: 

a. Dening sampun ten gai, ngiring sampun mamarg (a.) 

[denli) sampUn tsjai ijirh) sampUn m3margij 

'Karena sudah siang, mari sudah berangkat.' 

48 

b. Duaning sampun tengal, ngiring sampun mamargi (a.) 

[duanhj sampUn thnai 9irhJ sampUn momargi] 

'Karena sudah siang, mari sudah berangkat.' 

12. Preposisi yang berfungsi menyatakan perbandingan: sakadi [s kadi], 

cara [car], dan buka [buk] 

Dengan fungsinya untuk menyatakan perbandingan, preposisi sakadi, 

cara, dan buka 'seperti' selalu mengabdi path kata.kata benda dan kata ganti. 

Misalnya: 

a. Olege sane masolah ring purl dibi sande ayu pisan sakadi dedarL (a.) 

[olege sane rn3solah rI5 pun dibi sande ayu pisan sakadi dodari] 

'Penan Oleg yang menari di istana tadi malam cantik sekali seperti 

bidadani.' 

b. Belinne mokoh gad asra gajah. (k.) 

[balinne mokOh gati cara gajahe] 

'Kakaknya gemuk sekali seperti gajah.' 

c. Putu Mastika dueg gad di sekolahan, patuh buka belinne. (k.) 

[putu mastila duog gati di sokolahan patUh buko bolinne] 

'Putu Mastika pintar sekali di sekolah, sama seperti kakaknya.' 

BAB VI KATA PENGHUBUNG (KONJUNGSI) 

6.1 Pengertian 

Kata penghubung adalah kata yang gunanya untuk menghubungkan 

kata dengan kata atau kalimat dengan kalinat (Poerwadarminta, 1976:363). 

Kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghu-

bungkan kalimat-kalimat (Keraf, 1978:86--87) disebut juga partikel konek-

tif (Moeliono, dalam Rusyana dan Samsun. Editor 1976:105--106). Menu-

rut Badudu (1979:119--131) kata penghubung ialah kata yang dipakai 

untuk merangkaikan kalimat dengan kalirnat atau merangkaikan bagian-

bagian kalimat. Dalam bahasa Inggris kita kenàl istilah conjunction (Pino dan 

Wittermans, 1972:77). Alisyahbana (1978:88) dalam bukunya mengernuka-

kan bahwa kata sambung atau konjungsi itu ialah kata yang menghubungkan 

dua kalimat atau dna kata. 

Sesuai dengan pendapat para aith bahasa di atas, dalam tata bahasa Bali 

pun dikenal beberapa kata penghubung yang fungsinya sama seperti apa yang 

diketengahkan oleh para tokoh di atas. Untuk memahami defmnisi itu, kita 

dapat mengikuti beberapa contoh kalimat yang dibangun oleh kata penghu-

bung sebagai berilcut. 

a. Tianggapgapina ba/u muah jaler. k.) 

[tia9 gapgapina baju muah jaiEr] 

'Saya diberi oleh-oleh baju dan celana.' 

b. Tiang gapgapina ba/u pelung muah jaler gadang. (k.) 

[tial) gapgapin9 baju p31U9 muah jalEr gadaxjj 

'Saya diberi oleh-oleh baju biru dan celana hijau.' 

c. Di pekene tongos anak madepan tur anak inablanja. (k.) 

[di pokane toqOs anak madapan tUr anak mGblanj a] 

'Di pasar tempat orang beijualan dan orang berbelanja.' 

('Pasar adalah tempat para penjual dan pembeli.') 

49 

50 

d. I meme ane mablanfa ka peken, nanging id ane nelahangja/ane. (k.) 

[i meme ane mb1arnja ko p9kn janhj io ane no1aha3jajaneI 

'Ibu yang berbelanja ke pasar, tetapi ia yang menghabiskan jajan itu.' 

Berdasarkan keempat contoh di atas, dapatlah ditarik kesimpulan 

bahwa kata penghubung itu, selain mampu menghubungkan kata, Ia pun ber-

fungsi menggabungkan frase, klausa, dan kaJiniat, seperti apa yang terlihat 

path contoh d; kata penghubung nanging mampu menggabungkan kalimat 

yang satu dengan kalimat yang lainnya. 

Jika ditinjau dari segi posisi, kata penghubung bahasa Bali dapat dike-

lompokkan atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut. 

1. Kata penghubung yang koordmatif 

Yang tergolong ke dalam kata penghubung koordinatil adalah kata 

penghubung, seperti: /an [Ian], muah [muah], kalih [kallh] 'dan'; utawa 

[utawa], utawi [utawi] 'atau'; saha [sah], teken [tekEn], sareng [sariJ 

'dengan'; nanging [naijI9] , kuala [kualej 'tetapi'; dan tinimbang [tinImba1 

'daripada'. 

2. Kata penghubung yang subordinatif. 

Path golongan mi dapat dildasifikasikan jenis kata penghubung, seperti: 

yen [yEn], lamun [lamUn] , yening [yen!9] 'kalau', jika'; mangda [maxda], 

pang [pa9] 'agar'; wireh [wirEh], reh [rEh] , krana [kranG.] 'karena'; dan jet 

Dot] 'walau'. 

3. Kata penghubung yang komparatif/korelatif 

Yang tennasuk ke dalam kelompok liii adalah kata-kata penghubung 

bahasa Bali, seperti: yadin [yadln], wiadin [wiadln] 'atau'; sakadi [sakadi], 

cara [care.] , buka [buka], dan sumasar [sumasat] 'seperti'. 

Pada pthak lain, kalau kita melihat dari sudut kelas kata yang digabung-

kan itu, kata penghubung dalam bahasa Bali path umumnya hanya mengga-

bungkan unsur-unsur atau bagian-bagian kalimat yang sederajat. Dalam hu-

bungan ml dapat kita buktikan melalui beberapa contoh kalimat yang dirang-

kaikan olehjenis kata penghubung itu. 

1. I kaki teken i dadong. (k.) 

[i kaki tekEn i dadO91 

'Si kakek dan si nenek.' 

51 

2. Sugth flanging belog. (k.) 

[sugfli nal)][r) b1og] 

'Kaya tetapi dungu.' 

3. Bagus bin dueg. (k.) 

[bagUs bin duag] 

Tampan serta pintar.' 

4. Jegeg nanging kiuL (ks) 

[jagEg naj1 kiUlJ 

'Cantik tetapi malas.' 

S. Gede kewaki bawak. (k.) 

[gade kEwak. bawak] 

'Besar tetapi pendek.' 

6. Makutu sambilanga nyatua (k.) 

[im.kutu sarnbilaI) natu9] 

'Mencari kutu sambil bercerita.' 

7. Mlajah magending teken mla/ah ngigeL (k.) 

[mlajah m9g3ndh tokEn mlajah 9igl] 

'Belajar bemyanyi dan belajar menari.' 

('Belajar bernyanyi dan menari.') 

8. I bapa maangpipis flanging i meme ane mablanfa ka peken. (k.) 

[1 bapa maai pipls nal)hJ I meme ane nb1anjakG p9b n] 

'Bapak memberikan uang, tetapi Ibu yang berbelanja ke pasar.' 

Dart kedelapan contoh di atas 2  Iciranya dapat diperoleh gambaran 

bahwa .antara unsur-unsur yang berada di depan dan unsur-unsur yang 

berada di belakang dari kata penghubung itu, unsur pusatnya selalu menun-

jukkan kesejajaran kelas kata yang sama, entah itu berupa kata, frase, klausa 

maupun kalimat. 

6.2 Bentuk Kati Penghubung 

Ditinjau dari segi bentuk, kata penghubung dalam bahasa Bali dapat di-

golongkan atas dua bagian, yaitu kata penghubung yang tidak/belum menga-

lami perubahan bentuk dan kata-kata penghubung yang dapat berubah ben-

tuknya. 

52 

6.2.1 Kata Peng* ubung yang Tidak/Belum MengalamiPerubahan Bentuk 

Sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh golongan kata penghubung 

ml, ia dapat dibagi atas dua macam. 

(1) Kata penghubung yang pada umumnya terdiri dan morfem tunggal 

Yang tidak dapat menga]ami perubahan bentuk. 

Kata peughubung yang termasuk ke dalam golongan ml adalah Ian [Ian] 

muah [muah] 'dan'; nanging [na)bJ] 'tetapi'; utawi [utawi] 'atau'; talEr 

[talon 'juga'; saha [sah] 'dengan'; kaith [kallh] 'dan'. 

Beberapa contoh dalam konteks pemakaiannya dapat kita ikuti sebagal 

berikut. 

a. Me/a Iwz/muah korsL k.) 

[meja Ian muah kOrsi] 

'Meja dan kursL' 

b. Tiang utawi ipun, samd pacang padem. (a.) 

[tiaxj utawi ipUn sami pacaij padam] 

'Saya atau dia, semua akan mati.' 

c. JagegnanglngkiuL (k.) 

baEgnaijIjkiUl] 

'Cantik tetapi malas.' 

d. Embok kalih adin ipune kocap pacang sareng ngiring. (a.) 

[mbOk kallh ad In ipune kOcap pacaij sarg irI9J 

'Kakak dan adkinya katanya akan ikut mengantar.' 

e. Belin titiang, adin titiang, taler titiang newek sarengngiring kaPulaki. 

(a.) 

[bGlIn titian adln titiaj tâlar titial) newEk sareJ PIq ka pulaki] 

'Kakak saya, adik saya, dan juga saya sendiri ikut serta ke Pulaki.' 

f. Sami rauh tangkil, kadilPutu, INyoman, saha pianak-pianak ipune.. 

(a.) 

[sami raUh tajkll kadi i putu i noman saha pianak pianak ipune] 

'Semua datang menghadap, seperti I Putu, I Nyoman dengan anak-

anaknya.' 

Selain kata.kata penghubung tertera di atas, masth ada püla kata-kata 

penghubung yang tidak pernah mengalami perubahan bentuk dalani pemaka 

53 

annya. Kata-kata penghubung itu path umumnya adalah kata-kata hubung 

yang berekuivalen dengan kata-kata penghubung tertera di atas, seperti: burn 

[bum] 'juga', bin [bIn] 'dan', miwah [miwah], malcamiwah [makamiwah] 

'dan',jet [jGtl 'atau'. 

(2) Kata penghubung bermorfem tunggal yang mengalami perubaban ben-

tuk melalui afiksasi 

Yang termasuk ke dalam golongan mi adalah kata penghubung seperti 

berikut, 

a. malih [mallh] 'lagi' 

Contoh: 

Dane patut masolah kenten maliha ipun dados guru. (a.) 

[dane patUt mosolah kentGn maliha ipUn dadOs guru] 

'Wajar dia berbuat demikian apalagi ia seorang guru.' 

b. yen [yEn] 'kalau' 

Contoh: 

Kocap ipun pacang tangkil benjangyening nenten k.atiban sengkala (a.) 

[kocap ipUn pacaij tarjkll bEnjaij yenhj nenton katiban saka1a} 

'Katanya mereka akan hadir besok kalau tidak tertimpa bahaya.' 

c. jet Dot] 'walaupun' 

Contoh: 

Tekaln dogen anake, jeta 

Tekain dogen make, !eta cai fani suba turing madunungan ditu. (k.) 

[takain dogEn anake jots cai jani subs tusl9 madunuan ditu] 

'Hadiri sajalah, walaupun engkau sekarang sudah tidak mondok di sana.' 

d. burn [bum] 'lagi' 

Contoh: 

Cal turing dadi bani teken anak tua buina cm jani kaden suba dadi mu-

rid kelas telu. (k.) 

[cal tusIy dadi bani takEn anak tua buina cal jani kadEn suba dadi mu-

rid kalasa talu] 

54 

'Kamu tidak boleh berani terhadap orang tua lagi pula kamu sekarang 

kan sudah menjadi murid kelas tiga.' 

6.2.2 Kam Penghu bung yang Berubah Bentuk 

Yang termasuk ke dalam kiasifIkasi kata penghubung yang berubah ben-

tuk adalah kata-kata penghubung yang sudah mengalami proses morfologis. 

Kemungkinan perubahan bentuk itu disebabkan oleh proses afiksasi atau oleh 

proses-proses yang lain, seperti pemajemukan dan pemendekan; yang jelas 

kata penghubufIg itu sudah mengalami perubahan dari bentuknya yang ash. 

Jenis-jenis kata penghubung golongan mi dapat kita ikuti melalui konteks-

konteks kalimat berikut. 

Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagai akibat pembubuhan 

awalan: 

kadi [kadi] 'seperti' sakadi [sakadi] 'seperti'. 

Contoh: 

Arin ipune seleh pisan sakadi dedarL (a.) 

[arIn ipune slEh pisan s3kadi d3dani] 

'Adiknya cantik sekali seperti bidadani.' 

2. Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagal akibat pembubuhan 

sisipan: 

a. sasat [sasat] 'seperti' sumasat [sumasat]. 

Contoh: 

Nyaman ipune tan wenten sane rungu sumasat ipun anak ubuh. (a.) 

[naman ipune tan wentan sane ruu sumasat ipUn anak ubUh] 

'Saudananya tak ada yang memperhatikan seperti dia seorang anak 

yatim-piatu.' 

timbang [tlmba9J 'danipada' -p tinimbang [tunhnbaij] 'danipada'. 

Contoh: 

Melahan cai milu kemu nutug beline tinimbang nongos dini. (k.) 

[m1ahan cal milu kamu nutUg baline tinlmbaij noOs dliii] 

'Lebth balk engkau ikut ke sana mengikuti kakakmu danipada ting-

gal di shul.' 

('Lebth balk engkau mengikuti kakakmu danipada tinggal di sini') 

55 

3. Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagai akibat penambahan 

1diran: 

krana [kran'o] 'karena - krananne [kranannE] 'karenanya'. 

Contoh: 

Bapanne suba mati, ento krananne ia suud nwsekolah. (k.) 

[bapannE subó mati onto kranannE i.a suUd mGsokolahJ 

'Ayahnya telah meninggal itu karenanya Ia berhenti bersekolah.' 

('Ayahnya telah meninggal karena itu ia berhenti bersekolah.') 

4. Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagai aldbat penambahan 

konfik: 

a. upama [upamo J 'umpama' - saupamanne [so upainannEj 'Se- 

umpanla'. 

Contoh: 

Eda gad Nyoman pedih saupamanne icang turing nyidaang teka mai. 

(k.) 

[ad* gati noman pordili soupamannE icaJ tush) mdaa9 toko mai] 

'Janganlah Nyoman berkedil hati seumpama saya tidak bisa datang 

ke man.' 

b. upami [upami] 'umpama' - saupaminipun [soupamanipUn] 'se- 

umpamanya'. 

Contoh: 

Sampunang pisan raW bendu saupaminipun kaulan druene tan prasi-

da tangkil meriki. (a.) 

[sampunal,J pisan ratu bondu supaminipUn kaulan druene ton prosi-

do taikll mrikil 

'Janganlah ratu berkecil hati seumpamanya hamba tidak bisa 

menghadap ke marl.' 

c. malih [mallh] 'dan' samaliha [s9maliho] 'dan lagi'. 

Contoh: 

IFutu jemet pisan samaliha ipun dueg ring sekolahan. (a.) 

[i putu jomt pisan smaliho ipUn duog rh) sokolahan] 

'I Putu rajin sekali dan lagi ia pandal di sekolah.' 

56 

5. Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagal akibat penyederhanaan: 

ba/cal [bakal] 'akan' -b kal [kal] 'akan'. 

Contoh: 

Bapan icange kal ka uma. (k.) 

[bapan icaije kal ka uma] 

'Ayah saya akan ke sawah.' 

6. Kata penghubung yang berubah bentuknya sebagai akibat proses pemaje-

mukan: 

a. ma/ca [mako] + miwah [miwah] makamiwah [maka miwah] 

'dengan'. 

Contoh: 

Jagate nwkojniwah dagingnyane kreta raharja (a.) 

[jagate malçamiwah daghjnane kratarahaij] 

'Negara dengan segala isinya makmur.' 

b. tur [tUr] + malih [mallh] tur malih [tUr mallh] 'dan lagi'. 

Contoh: 

Ipun jemet tur maiDs dueg ring sekolahan. (a.) 

[ipUn ja m'at tUr duag nj sakolahan] 

'Ia rajin dan lagi pandai di sekolah.' 

Dan contoh-contoh tertera di atas dapatlah kita tank suatu kesinipulan 

bahwa ternyata bebenapa kata penghubung dalam bahasa Bali dapat menga-

lami perubahan bentuk di dalani pemakaiannya. Demikian pula halnya 

dengan fungsi, makna kata, dan ragam tutur. 

6.3 Fungsi Kata Penghubung 

Kata penghubung bahasa Bali, balk ditinjau dari segi grainatikal inau-

pun melalui fungsinya, sebagai penanda ragam tutur dan tingkat-tingkat bi-

cara dalam masyarakat, dapat menunjukkan cini-cini tersendini. Jika ditinjau 

dari segi gramatikal ia manipu menghubungkan kata, frase, klausa, atau ka-

liniat, sedangkan dari segi penanda ragam tutur, kehadiran kata penghubung 

akan menunjukkan cini-chi formal, nonformal; ataupun literer. Di lain pthak, 

masalah alus kasar itu pun akan tampak jelas kita ketahui melahii penampil-

an jenis-jenis kata penghubung dalam suatu tutur atau wacana bahasa Bali. 

57 

Untuk membuktikan hal-hal di atas, dapat kita ikuti contoh-contoh 

berikut. 

a. Kata penghubung yang menghubungkan kata 

Contoh: 

ba/u muali idler (k.) 

[baju muah jalEr] 

'baju dan celana' 

b. Kata penghubung yang menghubungkan frase 

Contoh: 

umbi kacang teken umbi kesela (k.) 

[umbi kacat) tGkEn umbi kosela] 

'ubi kacang dan ubi ketela' 

c. Kata penghubung yang berhubungan kalimat 

Contoh: 

I bapa ane ngelah pipise nanging i meme ane mlanjaang ka peken. (k) 

[i bapu ane ijalah pipise naxJIj i meme ane mlanjaa9 k9 pok3n] 

'Ayah yang mempunyai uang itu, tetapi ibu yang membelanjakan ke 

pasar.' 

d. Kata penghubung sebagai penanda ragarn tutur formal 

Contoh: 

Embok k.alih adin ipune kocap pacang rauh ka geria. (a.) 

[ombOk kallh adin ipune kocap paca9 raUh tajkll kogriG] 

'Kakak dan adiknya konon akan datang menghadap ke geria.' 

e. Kata penghubung sebagai penanda ragam tutur yang nonformal 

Contoh: 

Adinne jemet bin dueg gad di sekolahan. (k.) 

[adlnne jam-at bIn du9g gati di sakolahan] 

'Adiknya rajin lagi pmtar sekali di sekolah.' 

f. Kata penghubung sebagai penanda ragain literer 

58 

Contoh: 

Pianak ipune seleh pisan waluya dedan Supraba. (a.) 

[pianak ipune selEh pisan waluya d9dari suprabJ 

'Anaknya cantik sekali bagaikan bidadari Supraba.' 

g. Kata penghubung sebagai penanda tmgkat bicara alus 

Contoh: 

Boya ja befin miwah adin titiange kemanten, taler titiang newek sa-

reng ngiringang mrika. (a.) 

[boyo j3 balIn miwah adln titiaijE kEmantan talar titiaij nEwEk sa-

raij iJirIrJ mrika] 

'Bukan kakak dan adik saya saja, juga saya sendiri ikut mengantar ke 

sana.' 

h. Kata penghubung sebagai penanda tingkat bicara kasar 

Contoh: 

Yadin cai teken awake padidi, anak makejangjlemane ento lakar ma-

ti. (k.) 

[yadln cai ta kEn awake didi anak ma kaja9 jia mane onto lakar 

mati] 

'Entah kamu dan aku sendiri, semua manusia itu akan mati.' 

Melalui pemaparan beberapa contoh di atas nyatalab bahwa peranan 

kata penghubung bahasa Bali dalam suatu kalimat atau wacana ikut menentü-

kan ragam tutur dan tingkat-tingkat bicara wacana bahasa Bali. 

6.4 Jenis dan Fungsi Khusus Kata Penghubung Bahasa Bali 

Melalui data yang diperoleh dan sejumlah bacaan yang dipakai sebagal 

daftar acuan dalam penelitian mi serta melalui informasi yang diperoleh dan 

para mforman temyata kata tugas dalam bahasa Bali yang khusus berfungsi 

sebagai kata penghubung dalam penelitian mi baru ditemukan sebanyak 36 

buah. Kami katakan demikian karena kami yakin bahwa tentu masth ada jenis 

kata-kata penghubung lain yang belum sempat terjangkau oleh instrumen pe-

nelitian mi. 

Adapun macam-macam kata penghubung yang baru ditemukan itu serta 

fungsi khususnya dalam struktur kalimat bahasa Bali dapat kita ikuti melalui 

uraian di bawah mi. 

59 

6.4.1 Kata Penghubung muab [muah], miwah [miwah], reken [tokEn] , bin 

[bIn] ,Ian [Ian] 

Kata penghubung muah 'dan, lagi pula' berekuivalen dengan kata peng-

hubung miwah, teken, bin, dan Ian. Kelima kata penghubung mi selalu me-

nunjukkan hubungan yang sejajar dalam kalimat atau bagian-bagian kalimat 

yang dihubungkannya. 

Kata penghubung muah dan miwah dalam struktur bahasa Bali selalu di-

pergunakan dalam hubungan tingkat tutur yang halus, sedangkan kata peng-

hubung teken, Ian, dan bin selalu menunjukkan tingkat tutur yang kasar Se-

hingga ketiga kata penghubung yang dinyatakan terakhir itu pada umumnya 

hanya dipakai dalam situasi rágam tutur nonformal. 

Contoh: 

1. Dibi titiang numbas ba/u muah/iniwah faler ring toko Bah tera. (a.) 

[dibi titiaj numbas baju muah rniwah jalEr rhj toko bahtora] 

'Kemarin saya membeli baju dan celana di toko Bahtera.' 

2. I bapa teken i meme lakar luas ka Surabaya. (k.) 

[i bapa takEn i meme lakar luas ko suaobayo] 

'Ayah dan ibu akan pergi ke Surabaya.' 

3. Adinne IMendrz /emet bin dueg di sekolahan. (k.) 

[adinne i mendrjainot bIn duog di sokolahan] 

'Adiknya I Mendra rajin lagi pula pmtar di sekolah.' 

4. IKasda Ian adinne suba luas ka Tabanan. (k.) 

[i kasdo Ian adlnne subo luas ko tabanan] 

'I Kasda dan adiknya sudah berangkat ke Tabanan.' 

6.4.2 Kata Penghubung utawa [utawo], utawi [utawi] , yadin [yadln], dan 

wiadm [wiadln] 

Keempat kata penghubung tertera di atas menunjukkan arti yang sama, 

yaitu 'atau'. 

Kalau kita tmjau dan segi tingkat bicara dan ragam tutur bahasa Bali itu 

sendiri, keempat kata penghubung mi akan selalu berada pada posisi tingkat 

bicara yang halus serta digunakan path situasi ragam tutur yang bersifat for-

mal atau literer. 

Fungsi keempat penanda hubungan di atas dapat dibuktikan dengan 

contoh.contoh dalam kalimat berikut. 

1. Sebagai penanda yang bersifat alternatif (pilihan) 

Titiang utawa/utawi ipun sane iwang. (a.) 

[titial) utawo utawi ipUn sane iwas)] 

'Saya atau dia yang salah.' 

2. Sebagai penanda hubungan yang bersifat kesinonisnan 

a) Sang Ar/una kacritayang seda utawa/utawi Una ring payudan pu-

nika. (a.) 

[sag aijuna kocritayaxj sedo utawa utawi lina dij payudan puniko 

'Sang Aijuna diceritakan mati atau gugur dalam peperangan itu.' 

b) Dumadak ipun rahajeng utawa/utawl tan kapialangan ring marga 

mangda prasida rauh mrikL (a.) 

[dumadak ipUn rahaj ajj  utawa /utawi tan ko pialaijan nt) marga 

mat)da pro sido raUh mrilci] 

'Semoga mereka sejahtera atau tak tertimpa bahaya dalam perja-

lanan agar berhasil datang ke tampat mi.' 

3. Sebagai penanda hubungan yang bersifat penlawanan 

Yening sampun munggah ring pakayunan, maal utawa/utawi mudah 

barange punika pedas pacang katumbas antuk Ida. (a.) 

[yenI5 sampUn mU9gah nIx) pa kayunan maal utawa utawi mudah 

bara!Je puniko podas paca5 katUmbas antUk idol 

'Kalau sudah berkenan di hati, mahal atau murah barang tersebut 

pasti akan dibeli oleh beliau.' 

4. Sebagai penanda hubungan yang bersifat penincian 

Ring jagate puniki sujatinne tan wenten jadma sane mwasta teguh, 

sang pandita, rabin idane, okan-okan idane, yadin/wiadin sisian-sisi-

an idane, taler sami pacang mwali kadi jatimula. (a.) 

[rh) jagate puniki sujatinne ton wento n jadmo sane mwasto togUh 

sag pa nditor rabIn idane okan okan idane yadln wiadin sisian sisian 

idane talon sami pacaq mwali kadi jatimulo] 

Ti dunia ml sebenarnya tidak ada manusia yang disebut kebal, sang 

61 

pendeta, istri beliau, putra-putra beliau atau murid-murid beliau pun 

semuanya akan kembali seperti semula.' 

6.4.3 Kata Penghubung iurtc [raris] , taut [laUt] 

Kata penghubung raris dan taut 'lalu' adalah jenis kata penghubung 

yang berfungsi sebagai perangkai dan seWn menyatakan bahwa suatu tindak-

an atau perbuatan telah dapat dilakukan sebelumnya serta hanis disusul 

dengan suatu perbuatan lainnya. Kedua kata penghubung yang berekuivalen 

mi perbedaannya hanya terletak path penggunaannya dalam ragam tutur serta 

ciri-ciri tingkat bicara. 

Kata penghubung raris dipakai dalam tingkat bicara yang halus, yang 

mencerminkan ragam tutur yang bersifat formal atau literer, sedangkan kata 

penghubung taut selalu dipakai dalam ragam tutur yang bersifat nonformal. 

Contoh: 

Sasampune kaicen /inah antuk biang (pun, rwis ipun gageson lunga ka 

sekolahan. (a.) 

[sosampune ko icen jinah antUk bias ipUn rails ipUn g9gosOn lua ko 

sGkolahan] 

'Setelah diberi uang oleh ibunya lain ia segera berangkat ke sekolah.' 

Sesubane nrima pipis uli memenne taut ngenggalang ía ma/alan ka seko-

lahan. (k.) 

[sGsubane nriln9 pipls uli mEmEnnE laut gEryalag io mja1an ka salco-

lahan] 

'Setelah menerima uang dari ibunya lalu bergegas ia pergi ke sekolah.' 

6.4.4 Kata Penghubung apa [ape] ,napi [napi] 

Kata-kata penghubung apa dan napi 'apa(kah)' merupakan dua kata 

penghubung yang berekuivalen. Adapun fungsi kata penghubung ml adalah 

sebagai penanth hubungan yang bersifat pilihan (altematif) atau penunjuk ke-

ragu-raguan. Perbedaan antara kedua kata penghubung mi hanya terletak path 

ragam tutur yang thtunjukkan oleh kehadiran kata penghubung itu. Kata peng-

hubung apa hanya dipakai dalam ragam tutur yang bersifat nonformal, sedang. 

kan napi dipergunakan dalam ragam tutur yang formal. Untuk jelasnya dapat 

kita ikutj kedua contoh kalimat di bawah im. 

62 

1. Kedis gelatik cpa kedis petit. (k.) 

[kdIs glatIk apo kodls p9rlt] 

'Burung gelatik apa burung pipit.' 

2. Anak lanangnaplanakistrL (a.) 

[anak lanaij napi anak istn] 

'Orang laki-laki apa orang perempuan.' 

6.4.5 Kata Penghubung burn (a) [buin9], masi(h) [maslh], tur [tUr], kalih 

[kallh] , ,nalih(a) [malih9l 

Keempat kata penghubung tertera di atas berfungsi merangkaikan dan 

menyatakan bahwa yang disebutkan path bagian kedua statusnya memper -

kuat bagian yang pertama. 

Kata penghubung buina, ,nasih 'balikan serta lagi pula, dan lagi, malah-

an' berada pada tingkat bicara yang kasar dan hanya dipakal dalam hubungan 

ragam tutur yang nonformal atau santai, sedangkan kata penghubung kalih 

dan malih merupakan kata penghubung yang dipergunakan dalam situasi ra-

gam tutur formal. 

Contoh: 

1. I Futu totonan anak flema degag gati buln(a) demen memaling. (k.) 

[i putu tOtOnan anak jlame d9gag gati buino dam n mo malhj] 

'I Putu itu seorang anak yang sombong sekali bahkan suka men-

curi.' 

2. Ni Sari jemet gall nulungin memenne madagang, keto masih adinne 

sing suud-suud nyemak gae. (k.) 

[ni sari j9.miot gati nuluJn mEmEnnE mdagaij keto maslh adlnne 

shj suUd suUd n9mak gae] 

'I Sari rajm sekali membantu ibunya berjualan, demikian pula adik-

nya tak henti-hentinya mengambil pekerjaan.' 

3. PanaknejegegturjemetgatL (k.) 

[panaknE j;9gEg tUr jomat gati] 

'Anaknya cantik lagi pWa rajin sekali.' 

4. Kocap ipun arang pisan nonton ilen-ilen, kalih ipun napi ja anggena 

pacang numbas kercis. (a.) 

[kOcap ipUn arar pisan nontOn ilEn On kallh ipun napi Jo aijgeno 

paca5 nUmbas krcIs] 

63 

'Katanya ia jarang sekali menonton pertunjukan, lagi pula apa yang 

akan dipakai membeli karcis.' 

5. Warsa puniki kota Singaraja katiban ban/jr mali/ia makeh sane kena 

pinakit. (a.) 

[warso puniki kot si5a raja katiban banjlr maliha makEh sane kna 

pinaklti 

'Tahun mi kota Singaraja dilanda banjir dan lagi banyak orang ter -

serang penyakit.' 

6.4.6 Kata Penghubung yen [yEn , lamun [lamUn] , yening [yenln] 

Kata peaghubung yen 'kalau, jika' bersinonim dengan kata penghubung 

lamun dan yening. Kata penghubung ml berlaku sebagai penanda hubungan 

yang mengandung syarat. Bedanya, kalau yen dan lamun hariya dipakai dalam 

hubungan ragam tutur yang santai atau nonformal, sebaliknya kata penghu-

bungyening biasanya menunjukkan ragam tutur yang formal dan literer. 

Contoh: 

1. Bin mani icang lakar mabalih pelem yen/lamun ngelah pipis. (k.) 

[bIn mani ica9 lákar mbalIh pelm yEn lamUn golah pipls] 

'Besok saya akan menonton film kalau mempunyai uang.' 

Kocap ipun pacang sareng ngiringang fantos ring plabuan yening pi-

anak ipune sampun rauh. (a.) 

[kOcap ipUn pacaij sara,q 9irijalJ jantOs r19 plabuan yen!9 pianak 

ipune sampUn raUh] 

'Katanya ia akan ikut mengantai sampai pelabuhan kalau anaknya 

sudah datang.' 

6.4.7 Kata Penghubung mangda [mad] , mangde [ma9de] ,pang [pay] 

Ketiga kata penghubung yang menunjukkan relasi tujuan (final) mi 

pun berekuivalen satu sama lainnya. Namun, di dalam penggunaannya, kata-

kata penghubung man gda, man gde, apang 'agar, supaya' masing-masing me-

miliki ciri-cin tertentu. 

Kata penghubung mangda, mangde berada pada tingkat bicara yang 

halus dan hanya dipakai dalam komunikasi formal, sebaliknya, kata peng-

hubung pang hanya dipakai dalam hubungan yang nonformal. 

64 

Contoh: 

1. Ipun santep pisan ml%h n*angda/mangde prasida munggah ka Was 

lima. (a.) 

[ipUn sant9 p pisan mlajah ma5d9 ma9de pr asido mUgth kG kalas 

Um] 

'la rajin benar belajar agar berhasil naik ke kelas lima.' 

2. Jemetang teh mla/ah pang nyidaang lulus di u/jane! (k.) 

[torn ota9 tEh mlajah par nidaa9 lulUs di ujiane] 

'Rajin-rajinlah belajar agar bisa lulus dalam ujian!' 

6.4.8 Kata Pen ghu bung nanging [naijIij] , kewala [kEwalo-] , kuala [kualo] 

Kata penghubung nanging 'tetapi' berekuivalen dengan kata penghu-

bung kewala/kuaia. Dalam struktur bahasa Bali kedua kata penghubung mi 

berfungsi sebagai penanda hubungan yang bersifat kontras atau berlawanan. 

Jadi, apa yang disebutkan path bagian pertama akan bertentangan dengan apa 

yang disebutkan path bagian berikutnya. 

Kata penghubung nanging/kewala dipakai dalam hubungan ragam tutur 

formal dan frekuensi pemakaiannya dalam wacana baliasa Bali cukup tinggi, 

sedangkan kata penghubung kuala hanya dipakai dalam hubungan komunikasi 

nonformal. 

Contoh: 

1. Yakti ipun anak tiwas nagging wicaksana pisan. (a.) 

[yakti ipUn anak tiwas naljI9 wicaksan9 pisan] 

'Benar ia seorang miskin tetapi bijaksana sekali.' 

2. Said id jemet kuala sigug gati (k.) 

[saja io jrnot kualo sigUg gati] 

'Benar ia rajin tetapi pemarah sekali.' 

6.4.9 Kata Penghubung wireh [witEh] , krana [krano] , reh [rEh] 

Kata penghubung wireh 'karena, sebab' dalam hubungan antara induk 

kalimat dan anak kalimatnya mempunyai peranan sebagai penanda reins! ka-

usal. Dari segi frekuensi pemakaian, umumnya kedua kata penghubung ml di-

pakai dalarn hubungan ragam tutur yang formal, sedangkan kata penghubung 

reh dipakai dalam situasi nonformal. 

65 

Contoh: 

1. Adinne ngeling sigsigan wireb/krana tusing menek k.a kelas telu. (k.) 

[adinne ajlIy slgsigan sirEh kran3 tus]9  monEk ko kolas t9lu] 

'Adiknya menangis tersedu-sedu karena tidak naik ke kelas tiga.' 

2. Icang tusing ngugu Beli reh kereng mobab. (k.) 

[icaj tushj yugu bGli rEh k9rrj mobab] 

'Aku tidak percaya Kaka karena sering membohong.' 

6.4.10 Kata Penghubung buka [bulwj, kadi [kadi], sakadi [sakadi], 

waluya [waluya] , pinaka [pinako] , sumasat [sumasat] 

Keenam kata penghubung: buka, kadi, sakadi, waluya, pinaka, dan su-

masat 'seperti, sebagai, bagai(kan)' berekuivalen satu sama lainnya. Kata-kata 

penghubung mi dalam struktur bahasa Bali berfungsi sebagai penanda kom-

paratif. 

Kecuali kata penghubung buka, kelinia kata penghubung yang lain ber -

ada dalam posisi tingkat bicara yang alus (a.). Dari segi pemakaian dalam ra-

gam tutur, kata penghubung buka hanya dipakai dalam situasi tingkat bicara 

kasar, sedangkan dalam tingkat bicara halus, dipakai kata penghubung kadi, 

saka4i, waluya, pinaka, dan sumasat. 

Contoh: 

1. Panakne ngeling buka pitike kelangan pangina. (k.) 

[panaknE jailij buka pitike kE1aan pa9ina] 

'Anaknya menangis seperti anak ayam kehilangan induknya.' 

Parnargin ipune dabdab kadi/sakadi deenge. (a.) 

[pamargln ipune dabdab kadi sakadi dee9e] 

Jalannya lamban bagaikan deeng.' 

3. Ucem pisan bawan idane iiviluya/pinaka/sumasat sang Ar/una kicalan 

Dew! Supraba. (a.) 

[uc am pisan bawan idane waluya pinaka sumasat sang arjun kicalan 

dewi Supraba] 

'Suram benar wajah beliau seperti Sang Arjuna kehilangan Desi Su-

praba.' 


BAB VII KATA BANTU PREDIKAT 

7.1 Pengertian 

Dalam bahasa Bali terdapat sejumlah kata bantu predikat. Yang dimak-

sud kata bantu predikat ialah satuan kata yang mendukung arti modalitas dan 

keterangan aspek. Biasanya katabantu itu mengabdi pada kata kerja dan kata 

keadaan serta berkedudukan path awal kedua kata itu. Kata bantu predikat 

sama sekali tidak dapat dipindalikan, kecuali diganti dengan kata bantu yang 

lain. 

Dalam struktur kalimat kedudukan kata bantu predikat itu jelas sekali 

kelihatan, seperti dalam bahasa Inggris: he can go, he will come dan they have 

eaten. Dalam bahasa Jawa, misalnya: lagi rnangan 'sedang makan', wis tangi 

'sudah bangun', sok lara 'selalu sakit', tansah wareg 'selalu kenyang' (Laporan 

Tim Peneliti Balai Penelitian, Bahasa Yogyakarta 1980:250). Dalam bahasa 

Bali, misalnya: sedekan madaar 'sedang makan', setata kuangan 'selalu keku-

rangan', setuuk kageringan 'selalu sakit-sakitan', lakar luas 'akan pergi', iw 

numbeg 'masth mencangkul'. 

Kata bantu predikat yang mengabdi pada kata kerja, misalnya: nu ka-

yeh 'masth mandi', konden madaar 'belum makan', suba mapayas 'sudah bet-

bias', wen mabalih 'pernah menonton'. 

Kata bantu predikat yang mengabdi pa4a kata keadaan, misalnya: nuju 

sepi 'kebetulan sepi', mula keto 'memang begitu', sada kenyung 'agak terse-

nyum', setata kageringan 'selalu sakit-sakitan.' 

7.2 Bentuk 

Dilihat dari sudut bentuknya, kata bantu predikat bahasa Bali umum-

nya benbentuk morfem bebas, misahiya, sanget, nget, jeg. Pemakaian satuan 

kata bantu predikat seperti mi frekuensmnya lebih tinggi dalam bahasa lisan 

jika dibandingkan dengan bahasa tulis. 

67 

68 

Path kata bantu predikat tertentu sering diwarnai oleh clii morfologis, 

yaitu adanya kemungkinan penambahan sufiks tertentu, misahiya, penambah-

an akhiran —a, —e, —an, dan —ne, —ang. Ciri morfologis seperti itu terlihat 

dalam kalimat: 

1) Ento ba/u baana meli 

[onto baju baan mali] 

'Baju itu diperoleh dari membeli.' 

2) Tuti labuh dugase kayeh. 

[tuti labuh dugase kayh] 

'Tuti jatuh waktu mandi.' 

3) Ia pepesan ngelong jan/i. 

[ya ppsan 93109 janji] 

'la sering kali mengingkari janji.' 

4)1 meme mustinne jani teka, 

[1 meme mustinne jani tok] 

'Seharusnya sekarang ibu datang.' 

5) Nujuang sepi ia mai. 

[nujuwanj sopi y9 mail 

'Kebetulan sepi ia kemari.' 

Cm morfologis lain ialah adanya penambahan awalan ma dan ng (nasal). 

Misalnya: 

Mabudi mad cai mai! 

[mobudi mati cal mail 

'Bermaksud mati kau kemani !' 

Icang ngagen mai lakar ngidih lulung. 

[ical) 9agan mai lakar 9idth tulU91 

'Saya bermaksud kemari hendak minta bantuan.' 

7.3 Jenis Kata Bantu Predikat 

Berbicara tantang macam-macam kata bantu predikat sama sekali tidak 

dapat dipisahkan dari sistem lapisan sosial penutur bahasa Bali itu. Bertalian 

dengan hal itu, kata bantu predikat dapat dibagi menjadi dua macam/ragam. 

Yang pertama ragam lepas hormat atau kasar (k.), dan kedua ragam hormat 

atau alus (a.). Untuk lebth jelasnya, berikut mi akan diketengahkan sejurnlah 

69 

daftar kata bantu predikat bahasa Bali. 

Ragam Lepas Hormat 

mula [mu1] 'memang' 

seken [sk9n] 'pasti' 

musti [mUsti] 'harus' 

tusing [tusl9] 'tidak' 

bisa [bis9] 'bisa' 

eda [ode] 'jangan' 

jenenga [jn39} 'barangkali' 

tandes [tandós] 'hampir' 

ba/cal [bakal] 'akan' 

la/car [lakar] 'akan' 

flu [nu] 'masth' 

perlu [p9rlu] 'perlu' 

laad [laad} 'bekas, pernah' 

agen [agn] (ngagen) 'sedia' 

meh [mEh] 'mungkin' 

laut [laUt] 'lalu' 

kadung [kadU] 'mungpung' 

suba [subo] 'sudah' 

suud [suUd] 'selesat' 

flu/u [nuju} (nujuang) kebetulan' 

dugas [dugas] 'waktu' 

konden [kondEn] 'belum' 

taefl [taEn] 'pernah' 

setata [stat.j (setuuk) 'selalu' 

pepes [papas] 'sering' 

baafl [baan] 'oleh, dengan, sebab' 

kapah [kapah] 'jarang' 

flget [r)t] - 

jeg D ag] - 

saget [sagEt] 'tiba-tiba' 

ditu [ditu] 'di sana' 

di/a [dij] 'dimana' 

mara [maro] 'baru' 

4. 

S. 

6. 

9. 

10. 

11. 

12. 

13. 

14. 

15. 

16. 

17. 

18. 

19. 

20. 

21. 

22. 

23. 

24. 

25. 

26. 

27. 

28. 

29. 

30. 

31. 

32. 

33. 

Ragam Hormat 

wit [uwlt] 

fanten [janton] 

patut [patUt] 

nenten [nEnton] 

prasida [prosido] 

sampunang [sampunarj] 

menawi, minab [monawi, minab] 

das [das] 

pacang, jagi [paca9,jagi] 

pacang, jagi [paca9, jagi] 

karl, kantun [kari, kantUn] 

sarat, buat [sarat, buwat] 

naenin [naonln] 

nyadia [nadiyo] 

raris [ratis] 

mungpung [mug pU9] 

sampun [sampUn] 

usan [usan] 

duk [dUk] 

durung [durU9} 

naenin [naonln] 

nyabran [ñabran] 

sering [srirj} 

antuk, oil/i [antUk, olih] 

arang [ara5] 

nadak sara [nadak saro] 

drika [driko] 

ring dija [r19 dijo.] 

wau [wau] 

70 

Bila daftar kata bantu predikat di atas dibandingkan dengan kata bantu 

yang terdapat dalam buku tata bahasa Bali, keadannya berbeda. Misalnya, 

dalam buku Kersten (1971) tercatat dua belas buah kata bantu predikat saja. 

Contoh: 

1. sedek (sedekan) 'sedang', 2. flu/u (nujuang) 'kebetulan', 3. tonderi 

'belum', 4. enu 'masth', 5. suba 'sudah (terjadi)', 6. suud 'sudah ber-

henti', 7. laad 'dahulu, bekas', 8. la/car 'akan', 9. bakal 'akan', 10. 

agen 'sedia', 11. ukuh 'akan', 12. budi(mabudi) 'bermaksud'. 

Menurut Barber (1979) kata bantu predikat bahasa Bali dinyatakan Se-

bagai berikut: 1. enu 'masth',