bahasa sunda 4
kaya tetapi dalam kehidupan sehari-hari ia melarat'.
b.
Ku lantaran ka baraya kuring mikeun eta barang, tapi ari ka
batur mah moal dibikin.
'Karena saudara saya berikan barang itu, tetapi
kepada orang lain tak akan saya berikan'.
c.
Maranehanana ngahargaan soteh ku lantaran jadi direktur
tapi lamun jadi pagawe biasa mah bororaah.
'Mereka menghargai karena -ia- menjadi direktur'
'tetapi sebagai pegawai biasa tidak demikian' .
d.
Bane bae resep soteh ku geulisna,kalakuanana mah pika
ijideun.
'Pantas saja -orang- senang karena kecantikannya,
sedangkan kelakuannya menjijikkan' .
Kita dapat mempunyai pendapat yang berbeda tentang orang yang sarna
untuk rincian peranannya. Unsur antarwacana atau konteks penting dalam
menentukan penafsiran makna. Oalam wacana pengertian sebuah leks
atau bagian-bagiannya sering ditentukan oJeh teks lain . Teks dapat ber
wujud ujaran , paragraf, atau wacana.
Tuturan yang berurutan dapat saling menopang dalam penafsiran
maknanya. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat linearitas bahasa.
Oleh karena itu pasangan berdekatan seperti - - menunjukkan
pentingnya ko-teks.
- - A: Pa! telepon!
B: Oi kamar mandi!
Pembicara B beranggapan bahwa ada telepon untuk dirinya, tetapl la
berada di kamar mandi, dan mungkin menyuruh A memberitahukan
-menjawab- telepon dengan memberi tahu penelpon bahwa ia -Bapaknya
berada di karnar mandi- meskipun hanya ekspresi 'di kamar mandi' dan
tidak muncul ekspresi 'Mohon jawab saya sedang berada di karnar mandi ,
nanti telepon lagi'. Bandingkan dengan ekspresi - - terdahulu, per
hatikanlah - -, berikut.
- - a. i. Katingali aya budak awewe jeung budak lalaki di hareup.
'Terlihat ada anak perempuan dan anak laki-Iaki di
depan'.
ii. Budak awewe teh seuseurian bangun gumbira, tapi ari
budak lalakina mah kacirina siga nu bingung jarnedud
bae.
'Anak perempuan itu tertawa tampak gembira,
sedangkan anak laki-Iaki ilu lampaknya seperti ke
bingungan dan diam marah'.
b. i. Budak lalakina indil ka jero imah, luluy diuk dina korsi .
•Anak laki-laki ilU masuk ke dalam rumah, lalu duduk di
atas kursi'.
ii. Manehna leu daek cicing, leu lemek leu nyarek tu]uy
kaluar.
'Ia tidak mau diam -gelisah-, lanpa bicara lalu keluar'.
c. i. Barang nepi ka hiji warung budak lalaki leh asup.
'Wasup sampai di sebuah warung nak laki-laki itupun
masuk'.
ii . Manehna diuk nyanghareupan meja luluy mesan kopi .
'Ia duduk menghadapi sebuah meja lalu memesan kopi'.
Pada - a, ii- budak awewe mengacu pada budak awewe - a,i- lebih
lebih dengan munculnya leh 'itu' acuan sudah pasli merujuk kepada
pronomina, peristiwa, hal sebelumnya. Pada -aii- budak lalakina me
ngacu pada budak lalaki pada -ai- upaya -device- untuk menunjukkan
bahwa persona, perisliwa, hal itu mengacu ke yang scbelumnya, selain
leh digunakan pemarkah lakrif -na '-nya'. Pada -bi- budak lalakina
mengacu pad a nu bingung jamedud bae 'yang kebingungan diam marah',
dan pada -bii- manehna 'ia' -pronomina persona III- yang mengacu
kepada budak lalakina 'anak laki-laki ilu' pada -bi-. Pada -ci- budak.
LaLaki -teh- mengacu pada baik -bi- maupun -bii- dan seluruh kegialan
pada -ci- dan -cii- dilakukan budak LaLaki yang sarna dengan -ai-, -aii-,
-bi- yang koreferen dengan manehna pada -bii- dan -cii-.
Kila dapal menerapkan prinsip penafsiran -lennasuk ruang dan
waktu- dan prinsip analogi dalam menafsirkan pengertian -makna- yang
terkandung di dalam wacana. Prinsip panafsiran lokal menyalakan bahwa
pesapa -pendengar/pembaca- tidak membentuk konteks leibh besar dari
pada yang diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui
penggunaan akal yang didasarkan alas pengalam annya. Bandingkanlah
kedua contoh berikut:
- - Mangga ka lebel! 'silakan masuk'
Pada - - ekspresi imperalif ini menginklusifkan pesapa -pronomina
persona II- dengan status sosial lebih rendah dari penyapa; sedangkan
pada ekspresi imperatif - - status sosial pesapa lebih tinggi daripada
penyapa. Ekspresi - - dan - - sarna-sarna menginklusifkan pronomina
persona II, hanya berbeda dari status sosial persona sebagai pesapa kar
ena bahasa Sunda mengenal tingkat sosial, baik pesapa maupun yang di
bicarakan. Pilihan kata -diksi- di dalarn bahasa Sunda dapat menentukan
status sosial orang yang diajak bicara -pesapa- dan yang dibicarakan
-lihat Djajasudarma, : studi kasus Undak-Usuk Basa Sunda-.
Manusia menggunakan akal yang didasarkan atas pengaJarnannya
sebagai pedoman dalarn menyesuaikan perilaku dengan kebiasaan dalam
masyarakat bahasanya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dapat
menerapkan prinsip analogi sebagai dasar berpijak yang dipakai baik oleh
penyapa maupun pesapa untuk menentukan penafsiran konteks. Pengala
man -pengalaman manusia yang mirip/sama merupakan dasar yang
tersedia bagi kelancaran komunikasi -lihat pula Moeliono dan
Oardjowidjojo, -. Karena pengalaman kita tahu bahwa makna puasa
'puasa' pada - a- dan - b- berbeda, bandingkanlah:
- - a. Bulan puasa rarne ku nu taraweh di masigit.
'Bulan puasa rarnai oleh orang yang bertarawih di Mesjid' .
- - b. Sakali ieu mah puasa we teu kudu laJajo nu kitu!
'Sekali ini, ya berhenti saja tak usah menonton -film- begitu!'
Pada - b- terdapat analogi makna puasa yang berani berhenti dari
kegiatan, karena puasa pada - a- menunjukkan 'berhenti dari makan dan
minum serta kegiatan yang dilarang menu rut agama'; di sini analogi
berhubungan dengan makna asosiatif.
. Kohesi dan Koherensi
Kohesi adaJah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan
unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengenian yang apik
atau koheren -Moeliono dan Dardjowidjojo, -. Kohesi merujuk ke
perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada
umumnya wacana yang baik memiliki kedua-duanya. Kalimat atau kata
yang dipakai bertautan; pengertian yang satu menyambung pengertian
yang lain secara berturut-turut. Jadi wacana yang kohesif dan koheren
merupakan wacana yang utuh. Keutuhan wacana merupakan faktor yang
menentukan kemampuan bah as a dapat dilihat dari kedua wacana berikut,
mana yang kohesif dan koheren -utuh-, mana yang tidak.
- - Indungna kungsi ngasuh indung kuring. Bapana purah nganteur
keun bapa kuring, keur masantren di tegalgubug. Cenah, ari
nganteuran bekel teh badarat aya dua poena. Dan can ilahar
tutumpakan, harita mah -Sjarif Amin 'Nyi Haji Saonah', -.
'Ibunya pemah mengasuh ibu saya. Ayahnya yang selalu meng
antar ayah saya, pada waktu menuntut ilmu di pesantren
Tegalgubug. Katanya, bila -ia- mengantarkan bekal dengan ber
jalan kaki sampai memakan waktu selama dua hari. Karena
belum bisa naik kendaraan, pada waktu itu'.
- - Nganggapna ka indung kuring kumaha ilahama ka dunungan
bae. Kuring masih jongjon nyerankeun nu leumpang dina
galeng, basa indung kuring ngageroan reh. Ku kolot kuring
diamprokeunana oge. Disebut misah imah teh teu jauh, meh
paantel curem.
'Anggapannya kepada ibu saya sarna halnya dengan kebiasaan
seperti kepada majikan saja. Saya masih tetap mempertahatikan
-orang- yang sedang beljalan di atas pematang, waktu ibu say a
memangg il itu. Oleh ibu saya dipertemukan dengannya.
Dikatakan berbeda itu, tidaklah jauh, hampir bertemu atap'.
Wacana - - dianggap wane ana utuh karena unsur kohesi yang di
dapatkan pada wacana ini mendukung keutuhan 'wacana, adanya
pengulangan kuring 'saya' -pronomina I- pada kalimat dan sebagai
posesif; dan pada kalimat berikutnya ada cenah 'katanya' sebagai kata
yang anatoris, merujuk ke hal sebelumnya, dan partikel da sebagai
pemarkah hubungan sebab. Proposisi pada kalimat pertama, kedua sena
ketiga memiliki hubungan sebab dari pemaparan hubungan dan identitas
seseorang. Kebalikannya, pada - - antara kalimat pertama dengan kali
mat berikutnya tidak ada pertalian, sebab tidak jelas hubungan kuring
'saya ' -sebagai pronomina persona I atau sebagai posesif. Tidak. terdapat
baik baik kohesi maupun pertautan peristiwa antara kalimat-kal imat yang
mendukung wacana terse but, sehingga e bih merupakan kalimat-kalimat
lepas.
Kohesi dan koherensi umwmya berpautan, tetapi tidak berarti bahwa
kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Mungkin ada percakapan
yang di 'njau dari segi kata-katanya sarna sekali tidak kohesif, tetapi dan
segi maknanya koheren. Perhatikanlah percakapan - - terdahulu. Pada
percakapan terse but bila dari hubungan katanya tidak tampak peraturan
antara - - A: Pa, telepon! dengan - - B: Di kamar mandi! Akan tetapi
kedua kalimat ini koheren karena maknanya berkaitan. Hubungan
-pertautan- itu karena kata-kata yang tersembunyi tiak diucapkan. Ka
limat - - B: Di kamar mandi ! sebenamya berbunyi "Maaf, beritahukan
bapak sedang mandi, nanti telepon lagi!" atau 'Tolong beritahukan bapak
sedang di kamar mandi, nanti telepon lagi!". Dalarn bahasa Sunda pun
demikian pula, maka yang muncul sebenamya bila terdapat ekspresi
seperti - - B: ... ' sebenamya adalah "Ke, bapa keur di karnar mandi!
'Sebentar, bapak lagi di kamar mandi!" atau "Wartoskeun, bapa di karnar
mandi, engke bae nelepon deui kituh!" 'Beritahukan, bapak di karnar
mandi, nanti -dia- telepon lagi!' atau 'Nanti, bapak lagi di kamar mandi,
biar nanti bapak telepon dia!'
Dalam bahasa Sunda kata atau partikel tertentu dugunakan untuk
menjadikan wacana kohesif -memiliki pertautan bentuk- sehingga ter
capai koherensi. Upaya ini dapat berupa pronomina persona III ma
nehna --na- 'ia' atau 'dia'; konjungsi tapi 'tetapi' dan sanajan dan sakitu
'meskipun' -yang menunjukkan makna kontranstit-; nomina temporal
seperti harita teh 'waktu itu' atau . saat i tu', dst.
. Deiksis
Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau
konstruksi yang hanya dapat ditafslrkan acuannya dengan memper
hitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu -hanya
dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicara
an- bersifat deiktis -Tata Bahasa Baku, -. Kata deiktis berasal dari
deiktikos -Yunani- yang berarti 'hal penunjukan langsung' -Kaswanti
Purwo, -.
Dalarn linguistik kata itu dipakai untuk menggambarkan fungsi
pronomina persona, pronomina demonstratif, fungsi waktu dan ber
macam-macarn ciri gramatikal dan leksikallainnya yang menghubungkan
ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalarn tindak ujaran -Lyons,
: -. Di dalam wacana deiksis ini dapat membedakan eksofora
-deiksis luar tuturan- dan endofora -deiksis dalam tuturan-. Deiksis dalam
tuturan -endofora- dapat berupa katafora dan anafora. Baik pronomina
persona, pronomina demonstratif, maupun waktu dan unsur gramatikal
dan leksikallainnya -sepeni yang disebutkan Lyons, - dapat menjadi
upaya wacana, baik sebagai anafora maupun katafora -endofora- dan
eksofora. Dikatakan eksofora bila referen -acuan- berada di luar tuturan,
dan dikatakan endofora bila referen berada dalam tuturan -lihat pula
Purwo, -.
Paham deiktis yang dikemukakan oleh Brech - - mencakup
wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan batasan tradisional -yang
dikemukakan antara lain oleh Lyons, -. Deiksis menurut pandangan
tradisional adalah Iuar tuturan. -utterance-external-, menurut pendangan
ini, yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara -pe
nyapa-, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri -berbeda
dengan subjek kalimat, yang dalam statusnya sebagai kata, merupakan
salah satu unsur di dalam bahasa- -lihat pula Kaswanti Purwo, -.
Perluasan batasan deiksis yang tradisional itu menu rut Brecht me
mungkinkan analisisnya, antara lain, masalah yang berhubungan dengan
unsur sematan -embedded structure- dapat dicakup di dalam deiksis yang
lebih luas. Perhatikanlah contoh berikut:
- - Mulia nyaaheun ka anak adina.
'Mulia menyayangi anak adiknya'.
bandingkan dengan
- - Mulia boga pikiran yen manehna nyaah ka anak adina.
'Mulia berpikir bahwa dia menyayangi anak adiknya'.
Pada - -yang dibuktikan melalui sufiks -eun pada nyaaheun 'menya
yangi' -diduga sufiks -eun bahasa Sunda ini sebagai pemarkah aspek
subjek pengalami yang berperan objektif-. Pada - - tercermin sikap
pembicaraan yang memandang Mulia sebagai subjek kalimat. Dari kedua
contoh kalimat bahasa Sunda ini dapat di bandingkan dengan contoh
bahasa lain yang melibatkan sikap pembicara -modalitas-, demikian pula
dalam contoh terlihat bahwa orientasi deiksis yang terbatas pada pem
bicara -batasan tradisional- itu terlalu sempit. Interpretasi semantis
deiksis yang lebih luas dapat mencakup dua kemungkinan titik orientasi
suatu elemen deiktis di dalam konteksnya.
Dalam struktur bukan sernalan lilik orientasi berada di dalam konteks
di luar bahasa. Dalarn slruklur sernalan -pelesapan-, lilik orientasi berada
di dalam kalirnal -wacana- ilu sendiri. Deiksis luar turunan rnenurut
Brecht disebut eksofora -exophora-, deiksis dalarn-tuturan rnenurut
Brecht disebut endofora -endophora- yang terdiri atas anafora dan
katafora. Pengenian anafora yang menu rut pandangan tradisional anafora
rnencakup baik pengacuan pada konstituen di sebelah kiri rnaupun pada
konstituen di sebelah kanan,. Menurut Buhler - -, dikUlip oleh Lyons
- - pengacuan pada litik tolak di sebelah kiri, disebut anafora,
sedangkan pengacuan pada titik tolak di sebelah kanan disebut katafora
-cataphora-. Perhatikanlah contoh berikut.
- - Pa Lurah ningal waktos anjeunna ka Iebet.
'Pak Lurah rnelihat waktu ia rnasuk'.
badingkanlah dengan
- - Saparantos anjeunna liren, Juragan Camat teh rnulih
'Sesudah ia berhenti, Juragan Carnat itu pulang ke Cisarua'.
Persyaratan bagi suatu konstituen untuk dapat disebut anafora atau kata
fora ialah bahwa konstituen itu harus berkoreferensi -rnerniliki referen
yang sarna -secara luar tuturan- dengan konstituen yang diacu. Dalarn
kalirnat - - anjeunna 'ia' mernpunyai referen yang sarna dengan Jura
gan Camat; dernikian juga pada - - Pa Lurah 'Pak Lurah' rnerniHki
acuan yang sarna dengan anjeunna 'ia'. Perhatikanlah pronornina persona
manehna 'ia' atau 'dia' yang kadang-kadang rnenjadi -na sebabai anafora
di dalarn paragraf wacana berikut.
- -Geus pada nyaho yen Pa Erned urang Babakan teh pohara
beungharna. Hana bandana salieuk beh. Najan kitu, teu aya nu
kabita hayang nurutan hirup kawas manehna. Kurnaha atuh,
dan neunghar oge Pa Erned rnah henteu dipake. Papakean teu
sirikna asal nyangsang. Keur langka ganti teh jeung ledrek
deuih. Langka diseuseuh dalebar meuli sabun. Barangdahar
sakasarnpeurna. Munkapaksa kudu barangbeuli, rnilih anu
sakirana babari seubeuh. Lain ngarah ngeunah atawa rnatak
sehat kana awak -Mangle Alit no. -.
'Sudah diketahui umum bahwa Pak Emed yang tinggal di
Babakan itu sangat kaya. Harta bendanya banyak sekali. Akan
tetapi, tidak ada seorang pun yang ingin mencontoh hidup
seperti dia. Apalagi, meskipun Pak Emed banyak kekayaannya
tetapi tak dinikmatinya. Pakaian yang dipakainya asal saja ada.
Tambahan pula jarang mengganti pakaian dan pakaian yang
dipakai pun kumal . Jarang dicuci karena mengint sabun cuci.
Makannya pun seadanya tidak teratur. Kalau terpaksa harus ber
belanja -makanan- -ia- memilih apa yang dikiranya mudah
mengenyangkan. Bukannya untuk makan atau enak atau supaya
sehat'.
Pada - - kita perhatikan bahwa -na dapat berfungsi sebagai a:nafora
terhadap pronomina -nama din- Pa Emed -kalimat I dan -; sedangkan
manehna 'ia' -yang dapat menjadi enklitik -na- berfungsi sebagai ka
tafora yang referennya -antasedennya- Pa Emed pada kalimat - -. Di
sam ping itu dalam wacana ini digunakan kohesi lain, misalnya,
penguJangan leksem: langka 'langka' dan kalimat enam pada kaiimar
tujuh. Pada kalimat kedelapan muncul lagi -na -sakirana .seandainya '-
yang memiliki koreferensi yang sarna -Pa Emed- . Dengan demikian,
wacana ini dapat dikatakan kohesif dan koheren; dengan kata lain
memiliki pertautan bentuk dan pertautan malma.
. Endofora dan Eksofora
Seperti dinyatakan terdahulu bahwa ke dalam endofora tennasuk
anafora dan katafora. Endofora sendiri adalah deiksis dalam tuturan
-acuan atau referensinya ada dalam tuturan- sedangkan eksofora adalah
deiksis luar-tuturan -referensinya luar-bahasa-. Salah satu akibat dari
penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah ke
mungkinan adanya konstiruen tertentu yang sudah disebutkan sebclum
nya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu dengan
penyebutan pronomina -I- entah bukan. Kedua konstituen itu karena
kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang berkore
ferensi.
Dua konstituen atau lebih yang berkoreferensi disebut anafora.
Hankamer dan Sag - - menyebutkan bahwa ada dua macam anafora.
yakni sUrface anaphora -anafora permukaan- deep anaphora -pragmati
. cally controlled -deictic- anaphora-. Pada sUrface anaphora -anafora
pennukaan atau lahir- pronomina - - berkoreferensi dengan antesedennya
-hadir dalam kalirnat ini -, sedangkan pada deep anaphora -anafora
dala- tidak ada konstituen sebelurnnya yang rnendahului -lidak ada kons
tituen fonnatif yang rnendahului-. Konstituen yang hadir rnenunjuk paa
orang lertentu yang sarna-sarna diketahui baik olch penyapa rnaupun
pesapa. Kaswanti Purwo - - rnenyebutkan bahwa anafora dalam iru
lcrmasuk eksoforis -rnenunjuk pada hal yang di luar bahasa-. Perhalikan
lah contoh berikut:
- -Rusdi nitipkeun adina ka urang kOla.
'Rusdi rnenilipkan adiknya kepada orang kOla'.
bandingkan dengan
- -' Ip"Manehna ngornong yen kuda rnaneh teh kabur.
'¢ Ia berbicara bahwa kuda kamu itu lepas'.
Pada kalirnal - - -na berkoreferensi dengan Rusdi -sebagai anteseden-; ,
kasus inilah yang disebut permukaan -surface anaphora-; dan pada - -
disebut deep anaphora karena tidak ada konsliluen -kalirnat- yang rnen
dahuluinya -¢- dan ini disebut eksofora -konstituen luar-bahasa-.
Manehna 'ia' pada - - tidak rnengacu kepada konstiruen fonnatif yang
disebutkan sebelurnnya, rnelainkan rnenunjuk pada orang tenentu yang
sudah diketahui bersarna -penyapa-pesapa-.
KJitik -na pada - - rnengacu pada Rusdi -anteseden atau konstituen
di sebelah kirinya- merupakan bentuk anafora. Bentuk yang rnengacu
pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Konstituen ka
laforis antesedennya berada di belakang, antara lain upaya yang diguna
kan di dalam bahasa Sunda berupa: kieu -geura- 'begini -sebenamya-',
saterusna 'selanjutnya', saperti di handap ieu 'seperti di ba wah ini' .
Perhatikanlah data berikut.
- - Kieu -geura-: kudu diajar rikrik gemi, ulah ngarasa ateul ari
nyekel duit teh, ulah kabongroy ku barang mewah.
'Begini -sebenarnya-: harus belajar hernat, jangan merasa gatal
kalau pegang uang, jangan tergoda oleh barang rnewah'.
Bandingkan dengan contoh berikut.
- - Na aya panas mani nongtoreng kieu!
'Aduh, panas sampai menyengat begini!.
Pada - -. kieu -geura- 'begini' berkoreferensi dengan konstituen
berikutnya -kataforis-, sedangkan pada - - kieu berkoreferensi dengan
konSlituen sebelumnya, yakni panas sebagai anteseden -anaforis-.
Pemarkah anafora dapat dibedakan antara bentuk tunggal dan jamak,
antara manehna atau manehanana 'ia' atau 'dia' -tunggal- dan
maranehna ataumaranehanana'mereka'. Di dalam bahasa Sunda di
dapalkan pula perbedaan antara pronomina halus dan kasar, sepeni
pronomina III manehna atau manehanana -tunggal- dan jamak aranjeun
atau aranjeunanana 'mereka'. Bentuk pronominal --na- di dalam bahasa
Sunda dapat menjadi pemarkah katafora bila didapatkan dalam kons
truksi posesif dan sebagai nominalisator dari verba, seper:ti pada data
berikut:
- - Dina omonganana mah, Tata teh siga nu enya bageur.
'Dalam kata-katanya itu, Tata seperti yang benar-benar baik'.
bandingkan dengan
- - Meunangna sabaraha atuh, silaing teh?
'Dapatnya itu berapa, kamu?
Pada - - -ana sebagai alomorf dari -na '-nya' sebagai katafora yang
berkoreferensi dengan anteseden Tara -nama diri-, dcmikian dalam kon
struksi - - Verba + -na dengan -na sebagai nominalisator dan sebagai
na kataforis yang berkoreferensi dengan konstituen kuring 'saya'
-pronomina J-; demikian pula pada - - -na '-nya' berkoreferensi dengan
silaing 'kamu' -pronomina II-. Konstruksi - - dan - - adalah kon
struksi yang lazim di dalam sistem gramatika bahasa Sunda. Dengan
demikian - na sebagai katafora di dalam bahasa Sunda dapat berkore
ferensi dengan pronomina persona II -manehna atau maranehanana 'ia'
atau 'dia'-, persona II -silaing'kamu'-, persona I -kuring saya'-. Peneliti
an khusus pronomina sebagai anafora dan katafora memerlukan ruang
dan waktu yang Iebih lama.
I
Di dalam bahasa Sunda dapat pula ditemukan afiks teI entu yang
menunjukkan baik anafora dan katafor.t, seperti pada:
- - Siga nu eraeun, buak teh ngan imut jeung tungkul bae.
'Seperti yang malu, anak itu h anya senyum dan tunduk saja'.
- - Na bet eraan kitu maneh teh atuh?
'Mengapa malu-malu, kamu itu?
- - Tong dikitukeun, bisi eraeun manehna!
'jangan -dibuat- demikian, takut ia malu!'
KonSlruksi - -, - -, dan - - memiliki afiks yang berfungsi sebagai
pemarkah kataforis, pada - - sufiks -eun berkoreferensi dengan budak
teh 'anak itu'; pada - - scfiks -an -kataforis- berkoreferensi Jengan
maneh 'kamu'; dan pada - - sufiks -keun berkoreferensi dengan
manehna 'ia' atau 'dia'. Kontruksi - - dan - - sering mempengaruhi
ragam lisan bahasa negara kita di Jawa Barat, antara lain dengan muncul
nya konstruksi bahasa negara kita sepeI i terjemahan - - dan - - -sering
pula muncul dalam interferensi morfemis, misalnya, "Takut malueun",
apakah sufiks --eun 'interferen' morfemis di dalam bahasa negara kita ini
dianggap sebagai katafora, jelas menuntut pemahaman lebih lanjut-.
SepeI i dinyatakan terdahulu bahwa afiks bahasa Sunda ini
dapat bersifat anaforis, bandingkanlah data berikut.
- - Si Asjum mah tara daekeun indit ti peuting sieuneun.
'Si Asjum itu tak pemah mau pergi malam hari sebab -ia- takut'.
- - Tata mah tara eraan, budak sonagar pisano
'Tata itu tak pemah malu-malu, anak pemberani sekali'.
- - Jigana Rusdi mah eraeun, matak teu unggah ka imah oge.
'Rupanya Rusdi itu maIu, oleh karena itu -ia-tidak naik ke
rumah'.
- - Maneh mah geus dikitukeun teh masih keneh daek bae.
'Kamu itu sudah dibegitukan itu masih mau juga' .
Pada - - sufiks -eun berkoreferensi dengan Si Asjum -pronomina
persona - nama din-, pada - - sufiks -an berkoreferensi dengan Tara
-nama din-, pada - - sufiks -eun yang berkoreferensi dengan Rusdi
-nama din-, dan pada - - sufiks -keun yang berkoreferensi dengan
pronomina persona n maneh 'kamu'.
Dalam bahasa Sunda pronominal sebagai pemarkah katafora tidak
ada bila menduduki subjek, seperti pada contoh - - pronomina III ma
nehna 'ia' atau 'dia' tidak berkoreferensi denagn Rusdi -nama diri-
melainkan dengan konstruksi
- - Lamun manehna daekeun mah, Rusdi teh geus deui jadi menak.
'Bila ia mau, Rusdi itu sudah menjadi menak'.
bandingkan dengan
- - Manehna teh geus deui jadi menak, Iamun Rusdi daekeun mah.
'Ia itu sudah menjadi menak, bila Rusdi mau -mengawininya-'.
Baik manehna pada - - maupun pada - - menunjuk pada persona ber
jenis kelamin perempuan, hanya bedanya pada - - bila perempuannya
yang mau, sedangkan pada - - bila Rusdi -nama din laki-laki- yang
mau mengawininya.
Pronomina demonstratif bahasa Sunda dieu 'sini', ditu 'situ' dan
dinya 'sana' sebagai leksem yang menunjuk ruang -lokatif- dapat ber
gabung dengan preposisi di 'di', Ii 'dari', dan ka 'ke', perhatikanlah:
dieu 'sini' - ditu 'situ' - dinya 'sana'
selain itu didapatkan pula:
~i }tl ieu 'ini' ,- itu 'itu' - eta 'itu' -agak dekat-
ka
Preposisi lain di samping di, ka, dan ti, di dalam bahasa Sunda
ditemukan pula:
dina'di'
tina
'dari' - lokasi spesifik atau dengan alat spesifik
kana "ke' atau 'pada'
Bandingkan dengan:
di nu
ti nu - lokasi spesifik atau orang yang melaksanakan
ka nu peristiwa spesifik
Pronomina lokatif digunakan pula sebagai pronomina orang, dieu -df
dfeu- sebagai pronomina persona I, dinya -di dinya- sebagai pronomina
II, dan ditu -di ditu- sebagai pronomina III, ieu, dapat menjadi pennarkah
eksoforis untuk benda dan dapat pula sebagai pemarkah eksoforis dari
pronomina persona I, dan baik ieu maupun itu dan eta dapat mengacu
kepada pronomina persona bila bergabung dengan si 'si'. Bandingkan
contoh berikut
- - Di dfeu mah rek nurutan di dinya bae, lamun nu di ditu teu milu.
'Di sini sih mau ikut di sana saja , bila yang di situ tidak ikut'.
- - Keun, ku
ieu bae nu nungguan imah mah!
'Biar, oleh sini saja yang menunggui rumah itu!'
- - Tong milu ka si eta bisi teu meunang ku sf ftu!
'jangan ikut -ke- si itu takut tidak boleh sama si itu'!.
Deret preposisi dina, kana, tina -preposisi spesifik-lihat Djajasudarma,
- tidak berfungsi sebagai deiktik yang bersifat endoforis maupun
eksoforis. Deret preposisi df nu 'di yang', ti nu 'dari yang' dan ka nu
'ke-pada- yang , dapat berfungsi eksoforis, berkoreferensi dcngan kon
stituen luar-bahasa mengacu pada orang yang melakukan atau menga
lami peristiwa.
Bandingkanlah:
- -
Di nu hajat teh rame ku tatabeuhan.
'Di yang pesta itu ramai dengan tabuhan -bunyi-bunyian-'.
'Di tempat pesta itu ramai dengan tabuhan'.
Bandingkan dengan yang endofora: katafora - - dan anafora - -,
sebab - - di nu hajat -eksofons- mengacu atau berkoreferensi dengan
luar tuturan 'orang yang melakukan pesta'.
- - Siti mah aya di nu hajat. Mang Ola putra Pa Lurah Horrnal.
'Siti itu ada di yang pesta. Mang Ola anak Pak Lurah Mantan'.
'Sedangkan Siti berada di -tempat- yang pesta, Mang Ola anak
Pak Lurah Mantan· .
- - Basa di Mang Ola. di nu hajat tea loba kaolahan nu araneh.
'Waktu di -tempat- Mang Ola, di -tempat- yang pesta itu. ba
nyak masakan yang aneh-aneh'.
Pada - - di nu hajat berkoreferensi ke kanan dengan Mang Ola,
sedangkan pada - - di nu hajat berkoreferensi ke kiri -sebelumnya- yang
bersifat anaforis.
Konstruksi frase yang bersifat eksoforis dapat teIjadi pula pada:
- - Kuduna mah di nu hajat teh loba nu ngabantuan.
'Seharusnya di -tempat- pesta itu banyak yang membantu' .
- - Kuring mah tas ti nu hajat kalah ka lapar keneh.
'Sedangkan saya sudah dari yang -mengadakan- pesta, malah
lapar' .
- - Abdi sarimbit bade ka nu hajat di Garut.
'Saya dengan istn -suami- akan -pergi- ke yang -mengadakan-
pesta di Garut.
Preposisi dina. tina. dan kana yang tidak deiktis mcngacu pad a arah yang
spesifik. scperti pada:
- - A: Kana naon tadi maneh ti ditu?
'Naik apa tadi kamu, dan sana?'
B: Kana beca'
Naik beca'.
A: Sok teundeun babawaan teh dina meja!
'Simpanlah bawaan -mu- itu di atas meja!'
B:
Oupi ieuraksukan juragan simpen di mana?
'-Kalau- ini pakaian juragan -tuan- simpan di mana?'
A:
Teundeun bae kana lomari tong dina dipan bisi kakotoran!
'Simpan saja ke dalam lernari jangan di atas bangku, nanti ter
kotori! '
B:
Tos tina mobil teras kana beca mani asa cangkeul raraosan teh.
'Sesudah naik mobil lalu naik beca, alangkah pegalnya'.
Preposisi dina, tina, dan kana tidak bisa disulih dengan di, ti, dan ka,
meskipun sarna menunjukkan preposisi direktif. Pembicara dalarn pcr
cakapan ini berbagai topik yang sarna, yang senang dibicarakan,
pada wacana - - topilmya ada dua bagi A kedatangan B, sedangkan bagi
B tentunya tentang perjalanan dengan kendaraan.
. Topik, Tema, dan Judul
Sehubungan dengan wacana yang utuh -baik- lazimnya memiliki
topik, yakni proposisi yang berwujud frase atau kalimat yang menjadi inti
pembicaraan atau pembahasan.
OaJam percakapan, para pembicara dapat berbicara sebuah topik,
masing-masing berbicara tentang topilmya sendiri, atau mereka berbagai
topik yang sedang dibicarakan, wacana ini bertopik tunggal -Lihat
Moeliono dan Oardjowidjojo, -.
Oi dalarn wacana yang benopik tunggal ini seolah-olah kawan bicara
mengikuti arah pembicara -bisa bersifat melayani atau basa-basi atau
memang benar-benar tertarik dengan topik ini -. Wacana lain dapat
pula dengan hal yang berlainan,pembicara sibuk dengan pengalarnannya
masing-masing. Percakapan lain dapat berupa wacana yang mengandung
topik berbeda, artinya setiap pembicara memiliki ropik sendiri·, dan ropik
biasanya dihubungkan denagn bagian ujaran yang diungkapkan oleh
pembicara terdahulu, makna dalam 'wacana' ini tidak jelas. Bandingkan
lah wacana berikut
- -
Aman: Abdi sadaya mios ka Cipanas minggu pengker.
'Saya semua pergi ke Cipanas minggu yang lalu'.
Va: Atuh pinuh meureun, da poe pere, nya?
'Pasti penuh, mungkin, hari libur kan, Ya?'
Aman: Ngawitanana mah muhun kitu, nanging ka siangnakeun
mah
'Mula-mulanya ya, memang begitu, tetapi semakin
siang' seueur nu marulih, sareng eta hujan deuih.
banyak yang pulang, lagi pula hujan turun'.
Ua Ah, atuh teu resep nyaba teh, huhujanan mah.
'Aha, pasti tidak senang bepergian itu, berhujan-hujan'.
Bandingkanlah dengan - - yang memperlihatkan para pembicara yang
sibuk dengan pengalamannya masing-masing. Para pembicara di dalam
hal ini berbagi topik, tentang rekreasi. Bandingkan dengan - - wacana
bertopik tunggal kawan pembicara hanya mengikuti arah pembicaraan
Aman dengan topik pergi ke Cipanas' .
- - Risa: Minggu pengker abdi ka Jakarta.
'Minggu lalu say a ke Jakarta'.
Guru: Bapa oge ka Surabaya.
'Bapak juga ke Surabaya'.
Risa: Abdi ka tempat-tempat rekreasi, seueur oge nu sarum
pingna.
'Saya ke tempat-tempat rekreasi , banyak juga pengun:.
jungnya'.
Guru: Bapa ningali palabuan di Surabaya anu sakitu ramena.
'Bapa melihat pelabuhan di Surabaya yang sangat ramai
itu'.
Risa: Abdi mah resep nuju di Taman Mini negara kita Indah.
'Saya senang waktu di Taman Mini negara kita Indah'.
Pada - - pembicara mengungkapkan pengalamannya sendiri-sendiri,
tetapi masih ada sedikit koherensi, yang diucapkan Risa selalu dijadikan
bandingan oleh Guru. Wacana berikut - - berupa percakapan pembicara
mempunyai topik sendiri-sendiri. Topik itu dihubungkan dengan salU
bagian ujaran yang dinyatakan oleh pembicara sebelumnya, makna
dalam 'wacana' lidak jelas.
- - Risa: Pa, ieu teh potret Bapa waklos di Luar Negara?
'Pak, ini fOlO Bapak waktu di luar Negeri?'
Apana: Ka Luar Negeri teh kudu loba duit, kakara sugema.
'Ke Luar Negeri harus ban yak uang, baru memuaskan'.
Risa: Sagala barang ge aya di Luar Negeri mah.
'Segala macam barang ilU ada di Luar Negcri' .
Apana: Teknologi canggih teh ayana di Luar Negeri.
'Teknologi canggih itu berada di Luar Negeri' .
Risa: Itu apa difoto sareng manuk mani seueur kiru '
'Bapak difoto bersama burung-burung yang sangat
banyak iru'.
Dari segi benruk wacana - - ini memiliki kohesi yang baik karena
ujaran berikutnya seolah-olah menyatakan sesuatu yang disebutkan se
belumnya. ,
Tetapi karena ujaran itu tidak membicarakan topik yang dikemukakan
sebelumnya, terjadilah ketidakselarasan isi wacana.
Pikiran pembicara jalan sendiri-sendiri . Wacana ini kohesif tetapi
tidak koheren.
Sebuah topik dalam wacana terasa tcralihkan ke topik yang lain,
sepeni pada - -. Kalimatnya sering didahului oleh wacana "penanda alih
topik" -lihat Moeliono dan Dardjowidjojo, -.Penanda alih topik
dalam bahasa Sunda, antara lain, oh enya, eta taeun, eta tea, sauma '
ya', 'itu itu','itu itulah', 'katanya'. Perhatikanlah data berikul.
- - A Isukan aya rapat jurusan, nya?
'Besok ada rapat jurusan, kan?'
B Sumuhun pa, tabuh . .
'Ya pak, pukul . '.
A Eta bahanna pengmereskeun, kaasup absen dosenna anu
kudu ditanda bisa dipariksa, oh enya surat cuti mahasiswa
kade kudu dianggeskeun!
'Bahannya tolong siapkan, termasuk absen dosennya
yang harns ditandatangani takut diperiksa, ya surat cuti
mahasiswa harus diselesaikan!'
B Mangga Pa, saurna Pa Odi teu tiasa sumping ku margi
aya kaperyogian, angkat ka Tasik.
'Ya Pak, katanya Pak Odi tidak dapat hadir karena ada
keperluan, berangkat ke Tasik' .
Pada wacana ini dapat diperhatikan, pada waktu A berbicara tentang
absen dosen teringat akan masalah surat cuti mahasiswa. Untuk me
mindahkan 'topik surat cuti mahasiswa, A memakai upaya -device- alih
topik oh enya 'oh ya'.
Demikian juga B mengalihkan topik pembicara dengan upaya saurna
'katanya'.
Berbeda dengan topik , tema lebih luas lingkupnya, dan biasanya
lebih abstrak. Tiap topik dapat dijabarkan menjadi berbagai judul yang
sifatnya lebih sempit dan menjurus. Dalam membicarakan tentang naik
haji, tema dapat dibagi-bagi menjadi bebcrapa topik' seperti - - Nganteur
Nu Ka Mekah 'Mengantar Orang Yang Pergi Ke Mekah', - -
Mapagkeun . Nu Ti Mekah 'Menjcmput Orang Yang Pulang Dari
Mekah', - - Haji Kapal Laut ' Haji Kapal Laut' -Naik Haji Dengan Kapal
Laut-, dan sebagainya.
Tiap topik dapat dijabarkan lagi menjadi berbagai judul yang sifamya
lebih mcnjurus . Dan topik - - antara lain dapat muncul judul-judul -a-
Tatahar Rek Nganteur Naek Haji ' Pcrsiapan Akan Mengantar -Orang-
Naik Haji', -b- Pahala Nganleur Nu Ka Mckah 'Pahala Mengantar Orang
Yang Akan Ke Mckah -Naik Haji-', -c- Umroh Jeung Naek Haji 'Umroh
Dan Naik Haji', dan sebagainya. Topik merupakan sesuatu yang dibicara
kan, biasanya terdapat dalam beberapa klausa atau dalam beberapa
kalimal yang berturut-turut.
Dalam klausa yang tidak benanda, atau klausa netral, ropik sarna
dengan subjek, letapi subjek selalu merupakan gejala pada tingkat klausa.
Subjek merupakan Nomina -Frase Nomina- - dalam klausa yang
memiliki hubungan sintaktik-semantik yang khusus dengan kata -frase-
predikat. Topik yang ditandai dengan bentuk linguistik dalam klausa
yang lidak nelral, dapat berupa bukan subjck. Klausa yang berpemarkah
dalam bahasa Sunda, ialah klausa dengan topik yang memiliki hubungan
genetif dengan subjek, Perhatikanlah data berikut.
- - Kueh teh rasana teu ngeunah.
'Kue itu rasanya tidak. enak'.
Pada kalimat - - kueh teh 'kue itu' adalah topik, dan rasana 'rasanya'
adalah subjek daJi predikat teu ngeunah 'tidak. enak.' . KaJimat ini
dapat diubah tanpa perubahan makna konilif, rasana berani rasa dan kue
itu.
- - Rasana kueh teh teu ngeunah.
'Rasanya kue itu tidak enak.'.
Data berikut menunjukkan bahwa LOpik bukan subjek kalimat.
- - Universitas Padjadjaran, umuma geus taun.
'Universitas Padjadjaran, umumya sudah tahun'.
Topik dalam kalimat ini - - adalah Universitas Padjadjaran,
sedangkan umurna 'umumya' adalah subjek perdikat sudah tahun.
Umuma berarti umur Universitas Padjadjaran. Kalimat ini dapat
diubah tanpa perubahan makna kognitif.
- - Umuma Universitas Padjadjaran tahun.
'Umur Universitas Padjadjaran tahun'.
Klausa yang berpemarkan hubungan genetif dengan subjek ini
sering muncul di dalam bahasa Sunda -frekuan munculnya- bila di
bandingkan dengan topik yang bukan klausa yang memiliki hubungan
genetif. Perhatikanlah data berikut.
- - Hayam broiler, carana ngurus kieu.
'Ayam broiler, caranya memelihara begini'.
KJausa terse but dapat diubah menjadi klausa dalam urutan netral. Perhati
kan data berikut.
- - Carana ngurus hayam broiler Kieu.
'Caranya memlihara ayam broiler begini'.
Topik klausa pada - - hayam broiler 'ayam broiler', dan topik pada
klausa ini menjadi komplemen dari verba ngurus 'memelihara', dan
subjek verba ini menjadi tindakan bersifat eksoforis -di luar klausa
ini -.
Oleh karena itu, klausa ini dapat diubah dalam urutan netral
-tindak mempenimbangkan hubungan tenenru-.
Topik tidak sarna dengan judul; topik merupakan pokok yang akan
diberikan atau masalah yang hendak dikemukakan di dalam wacana atau
gagasan tenentu; judul adalah nama wacana atau gagasan yang akan
dikemukakan -dalam karya ilmiah: nama karya ini , itulah judul-.
Pemilihan topik merupakan salah satu faktor dalam penyusW an sebuah
wacana -karya-.
. Refensi dan Inferensi Kewacaan
Tiga macam referensi yang ada dalam bahasa ialah dengan nama diri,
pronomina persona, dan dengan penghilangan. Kita dapat menemukan
unsur seperti pelaku perbuatan, penderita perbuatan, pelengkap perbuat
an, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, dan tempat perbuatan, di
dalam wacana lisan dan tulisan. Unsur ini sering diulang unluk
memperjelas makna, dan sebagai acuan -referensi-. Referensi di dalam
bahasa Sunda dengan nama diri digunakan untuk memperkenalkan topik
baru atau untuk menegaskan bahwa topik masih sama. Biasanya topik
yang sudah jelas dihapus . Dalam kalimat yamg panjang biasanya yang
muncul hanya beberapa predikat dengan subjek yang sama dan menjadi
topik juga. Subjek biasanya hanya disebut satu kali pada permulaan kali
mat lalu tidak disebut lagi . Data berikul menunjukkan bila dalam wacana
tersebul terdapat topik dengan beberapa predikal, topik tidak selamanya
ada di depan -pcrrnulaan kalimat-. Topik dapat dilelakkan sesudah pre
dikat pertama. Bandingkanlah conloh berikut.
- - Isukna Dipati Anom ngaso dina mumunggang, jut lungsur
tina kuda nyawang ka lebahan karaton susuganan aya nu rek
rekanan jangji pasini . Lila pisan anjeunana ngadeg hadapeun
tangkal ....
'Keesokan harinya, Dipati Anom berislirahal di Puncak, turun
lah -ia- dari kuda memandang ke arah karaton bila ada bila ada
yang akan memenuhi janji. Lama sekali beliau berdiri di bawah
pohon .. .'.
Bandingkan itu dengan contoh berikut.
- - Dina sajeroning ngimpen Dipali Anom ningali srangenge lujuh
di langit nyorol ka jero lajug, cahayana hurung mancur nya
angan salirana.
' Dalam mimpi ilu Dipali Anom melihat matahari sebanyak
tujuh buah dilangit, sinamya menembus tajug, cahayanya
menyala memancar menerangi tubuhnya'. -tajug*: dangau
tempal sembahyang-
-dari 'Mataram Bedah' saduran
dari Babad Tanah Jawi-
Perhalikanlah, bila LOpik lama dileruskan, Iopik ilu tidak disebut lagi pada
pennulaan kalimat baru, seperti pada data berikut.
- -
Keur kitu torojol aya budak lalaki sakembaran kasep
ngalenggereng koneng, papakcanana murub mubyar nyampeur
keun ....
'Saat demikian, datanglah anak laki-laki kembar bcrparas elok
berperawakan kuning, berpakaian gemerlapan mendekati ... '.
Topik dan subjek kJausa pertama dalam kalimat - - iru adalah Didapari
Anom, yang menurur kalimar sebelumnya Dipati Anom berrnimpi lihal
- -.
Pronominalisasi di dalam bahasa Sunda dipakai pula untuk menegas
kan bahwa lopik rcrap sama atau untuk meletakkan tingkat fokus yang
lebih tinggi pada topik iru. Perhatikanlah data berikuL.
- - Sanggeus kumpul tuluy
Dipari Anom diistrenan jumeneng
Sultan, jenenganana Susuhunan Mangku Rat Senapati ing
Alaga Ngabdurrachman Sajidin Panatagama.
'Sesudah berkumpul lalu Dipati Anom diresmikan menjadi
Sultan, namanya Susunan Mangku Rat Senapati ing Alaga
Ngabdurrachman Sajidin Panatagama' .
-Saduran dari Babad Tanah Jawi-
Bahwa Dipari Anom sebagai topik dalam kJausa ini , tanpa meng
gunakan anjeunna 'beliau'. Karena iru dari segi topik, maka pronomina
iru tidak diperlukan, tetapi kalau dihilangkan berarti bahwa topik me
rupakan infonnasi yang kurang penting sebagai unsur kesatuan yang
suplementer. Kalau pronomina dipakai dapat dijadikan kesaruan antisi
paton -terdahuli-. Bila topik itu tanmahluk, pronomina demonstratif
digunakan sebagai referensi -pengacuan-, dan kadang-kadang pronomina
demonstratif -ieu "ini', era 'itu' -agak dekat-, dan itu ' iru'- digunakan
untuk referen manusia, biasanya bergabung dengan si 'si atau dengan ku
'oleh' Bandingkanlah data berikut.
- -
Boh si iru, boh si era, sarua bae papada bengal .
'Baik si itu maupun si itu sarna saja keduanya jahat'.
dengan
- - Eta kabeh bagian si ieu.
'Itu semua bagian si ini' .
Perhatikanlah bahwa pada - - mcngaeu pada manusia, sedangkan pada
- - eta kabeh 'itu semua' unsur eksoforis yang mengaeu pada benda atau
pekerjaan -tidak pada mahluk- dan pada - - si ieu 'si ini ' menunjukkan
referensi mahluk, dapat sebagai pronomina I bila diujarkan langsung oleh
pembieara; sebagai pronomina II bila diujarkan oleh partisipan ujaran
dengan fungsi sebagai pronomina· demonstratif -orang yang ditunjuk
pembieara-.
Inferensi terjadi bila proses yang harus diJakukan oleh pendengar
atau pembaea untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat
di dalam waeana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis.
Perhatikanlah waeana berikut.
- - Ema. kuring teh teu boga baju. nu hiji geus butut. nu ieu
potonganana teu pantes, kumaha nya?
'Emak, saya ini tak punya baju, yang satu sudah jelek. yang ini
modelnya tak pantas, bagaimana ya?
Pada - - jelas tidak ada pemyataan bahwa anak ini meminta dibeli
kan baju baru pada cmaknya. Tetapi sebagai pesapa -kawan bieara- kila
harus dapat mengambil inferensi apa yang dimaksudnya . Pengambilan
inferensi dapat memakan waktu lebih lama, dibandingkan dengan
penafsiran seeara langsung -tanpa memerlukan inferensi-. Hal tersebu-
membuktikan bahwa ada sesuatu yang tidak disampaikan pada pembaea
atau pendengar -lihat Tala Bahasa Buku Bahasa Idonesia. -.
Bandingkanlah data - - dan - - berikut. yang memerlukan watak agak
lama untuk menafsirkannya adalah - -. karena perlu waktu untuk in
ferensi -penyimpulan-.
- - a. Maranehna geus maruka bungkusan.
'Mereka sudah membuka bungkusan' .
b. Sanguna geus tiis.
'Nasinya sudah dingin' .
dengan
- - a. Maranehna geus maruka berekat.
'mereka sudah membuka "berekat" -makanan dari pasta-'
b. Sang una geus tiis.
'Nasinya sudah dingin' .
Pada - - hubungan makna bungkusan dan sangu 'nasi' agaknya melalui
tahapan, karena bungkusan mencakup segala macam baik makanan
maupun benda lain, sedangkan pada - - hubungan semantis antara bere
kat 'makanan dari pesta' dengan sangu 'nasi' dapat ebih dirasakan.
Lihatlah gambaran berikut.
- - c.
bungkusan
barang-barang se jenna
'benda-benda lain'
sangu deungeunna kueh
'nasi' 'lauk-pauk' 'kue'
- - c.
berekat
deungeunna
tahu daging hayam endog acar
'tahu' 'ayam' 'telur' 'acar'
tempe lauk daging
'tempe' 'ikan' 'daging'
Mata rantai yang hilang biasanya mengungkapkan hubungan yang nyata
dan berwujud: misalnya tiap rumah memiliki atap. Di dalam hal ini
bagian yang umum dimiliki rumah itu biasanya disembunyikan -tidak
disampaikan-, demikian pula - - dan - - c merupakan "mata rantai"
yang tidak disampaikan. Inferensi dapat bersifat otomalis -dianggap tidak
ada inferensi- bila hubungannya bersifaL homonimi -generik spesifik-
atau meronimi -seluruh-sebagian; sebagian-seluruh-. PerhaLikanlah data
berikut, dan - - serta - - c bersifat otomatis.
- - a. Eta beus teh arek ka kOla.
.Bus itu akan ke kota·.
b. Mobil teh muatanana padedet'.
'Mobil itu muatannya berjajal'.
c. Beus teh angkutan umum.
'Bus ieu kendaraan umum'
- - a. Manelma pindah ka imah kontrakan.
'Ia pindah ke rumah kontrakan'.
b. Model imalma siga imah Spanyol.
'Model rumalmya seperti rumah Spanyol'.
c. lmalma teh aya pantoan jeung jendelaan.
'Rumalmya itu ada pintunya dan ada jendelanya' .
. Keutuhan Wacana
Peneliti bahasa dapat memahami secara mendalam tentang keutuhan
wacana, baik terhadap data yang ada dalam wacana maupun data yang
menghubungkan bahasa dengan alam luar bahasa. Penelitian wacana
membedakan apa yang disebut ko teks dan konteks. Konteks adalah
semua faktor dalam peroses komunikasi yang tidak menjadi bagian dan
wacana; ko-teks merupakan semua kalimat yang mendukung wacana.
Keutuhan wacana ini berhubungan dengan hubungan ko-tekstual dan
unsur-unsur wacana -Iihat Pike dan Pike, -; dan Kridalaksana, -.
Keutuhan wacana antara lain dapat ditelusuri melalui aspek semantik
leksikon, dan gramatikal -Iihat Kridalaksana, -. Penelitian bahasa
atau pengamat bahasa dapat menentukan mana wacana dan mana yang
bukan merupakan faktor kemampuan bahasa. Perhatikan wacana bahasa
Sunda dan yang bukan wacana dapal dibandingkan contoh berikut.
- - Cipanonna ngembeng waktu akhjrna manelma sadar yen cicing
di kamar heureut komplek Perumnas, diceboran ku deudeuh
jeung asih indungna, digayuh ku dunga bapa, di lingkungan nu
lieuk euweuh ragap taya. $arwa leutik sagalana.
'Air matanya terbendung waktu akhimya ia sadar bahwa dia di
kamar sempit di kompleks Perumnas, disirami dengan kasih
dan sayang ibunya. dipacu dengan doa bapak, di lingkungan
yang serba tiada. Serba kecil segalanya'.
-Mangle No. - Tina Korsi
Roda Wawan Ngukir Harapan-
- - Tong heran lamun loba anu ngoyan hirup ayeuna mah
kagugusur kujaman, lain ngadalikeun jaman. Naon nu jadi
udagan modemitas teh, lamun beuki loba nilai kaagamaan nu
diubrak-abrik?
'Jangan heran bila banyak yang menempuh hidup sekarang ini
lerseret-seret zaman, bukan mengendalikan zaman. Apa yang
menjadi kejaran modemitas itu bila makin banyak nilai ke
agamaan yang diobrak-abrik?'
Wacana - - dianggap sebagai wacana yang utuh; karena berbagai faktor :
pertama, adanya unsur leksikal pada klausa kedua. sarwa yang mengacu
pada keadaan yang diuraikan sebelumnya; kedua, adanya klitik -na pada
kalimat pertama, cipanonna 'air matanya' bersifat kataforis dengan
referan manehna 'ia' sebagai topik wacana; ketiga. saga/a 'segalanya'
pada klausa kedua sebagai aspek leksikal. demikian pula alat leksikal
sebagai alat kohesif wacana, antara kalimat pertama dan kedua digunakan
leksem sarwa menjadikan wacana itu kohesif dan koheren. Kebalikannya
pada - - antara kalimat pertama dan kedua tidak ada pertalian apa-apa.
Unsur yang memperlihatkan keutuhan wacana antara lain unsur
semantis. Unsur semantis ini dapat berupa: hubungan semantis antara
bagian-bagian wacana dan kesatuan latar belakang wacana. Hubungan
senantis antara bagian-bagian wacana tampak dalam hubungan antar
proposisi-proposisi dari bagian-bagian wacana.
Hubungan proposisi terdapat juga di dalam satu kalimat bersusun
maupun majemuk yang secara sintaksis terdiri atas beberapa klausa, dan
yang secara semantis terdiri atas beberapa proposisi.
Hubungan semantis antara bagian-bagian wacana antara lain dapat
dirinci sebagai berikut.
-l- hubungan sebab-akibat
hubungan ini menyatakan sebab terjadinya sesuatu dan akibat se
bagai hasil peristiwa ini . Perhalikanlah contoh
- -
Lebah jalan ka Bumi Alil mah kudu dikosongkeun, daengkena
baris dipake ngaliwal ku rombongan. Anu Meunang lalar liwat
kadinya mah ukur panitia.
'Sepanjang jalan ke Bumi Alil harus dikosongkan, sebab nami
nya akan djgunakan -dilalui- rombongan. Yang boleh lalu
lalang di situ hanya panilia.
- -
hubungan alasan-akibat
adalah satu bagiannya menjawab pertanyaan apa alasannya.
- -
Pengaruh ti luar kacida ncrekabna, scdeng kakualan do jero teu
sabaraha. AlUh gancang pisan elehna teh.
'Pengaruh dari luar sangal luas sedangkan kekualan di dalam
tak seberapa. Dengan demikian akan cepal kalah!
- -
hubungan sarana-hasil
hasil itu sudah dicapai dan bagaimana hal ilu terjadi .
- -
Manehna diajar salaker kebek. Teu malak helok lu
'Ia belajar sekual lcnaga. Tak mengherankan lu
lusna ge kumlaude.
lusnya juga kumlaude'.
- -
hubungan sarana-tujuan
salah satu bagiannya mengcmukakan apa yang dilakukan untuk
mencapai tujuan itu. Tujuan belum tentu berhasil, seperti pada:
- -
Sing suhud diajar teh. Sagala kahayang moal teu 'Belajarlah
dengan sungguh-sungguh. Segala keikahonlal engkena.
nginan tak akan tidak lercapai nantinya'.
- -
hubungan latar-kesimpulan
salah satu bagiannya menyatakan bukti apa yang menjadi dasar
kesirnpulan.
- -
Papakeanana kacida sieup. Jigana rnanehna pinter.
'Pakaiannya sangat serasi. Rupanya ia pandai
nyetelkeunana.
mengatumya' .
- - hubungan kelonggaran-hasil
salah satu bagiannya menyatakan kegagalan suatu usaha.
- - Kuring datang isuk keneh. jeung lila ngadagoan q-
dieu. Manehna teu embol-embol.
di sini. Ia tidak muneuI-muneul'.
- - hubungan syarat-hasil
salah satu bagiannya menyatakan apa yang harus dilakukan supaya
berhasil. Seperti pada berikut.
- - Urang ngantep salira dina kaayaan baraseuh. henteu
'Kita membiarkan badan dalam keadaan basah, tidak
enggal digemos raksukanana. Tos puguh lebet angin
eepat diganti pakaiannya. Sudah temu masuk angin
mah, salesma, nyeri patuangan. sareng tiasa nyeri
pasti. flu, sakit perut. serta dapat sakit paru-paru.
paru-paru ".
- - hubungan perbandingan
hubungan iill seperti pada:
- - Parasea bae barudak teh ari bongoh ti kolot teh.
'Bertengkar saja anak-anak itu kalau orang tua lengah'.
Saperti ueing jeung anjing bae.
'Seperti kueing dan anjing saja'.
- - hubungan parafrasis
hubungan yang menyataka.l bagian lain dengan eara lain. seperti
- - Kuring mah teu satuju beuki loba duit proyek nu
'Saya tak setuju semakin banyak uang proyek yang
dipake. tina ngahutang ke bang dunya, beuki ripuh
dipakai dari berhutang ke bank dinia, semakin su
kudu mayaran hutang. Geus sakuduna urang ngirit
lit harus membayar utang. Sudah seharusnya JUta
duit rahayat.
menghemat uang rakyat'.
- - hubungan amplifikatif
bila salah satu bagian wacana memperkuat isi bagian lain, seperti
pada:
- - Kurang ajar budak teh. Geus teu mayar teh maling 'Kurang ajar
anak itu. Sudah tidak membayar
mendeuih.
curi Iagi'.
- -hubungan aditif yang bersangkutan dengan waktu , baik simultan
maupun yang berurutan, seperti pada:
- - Pagawean kuring mah geus anggeus. Kuring geus
'Pekerjaan saya sudah selesai. Saya sudah mengan
tunduh, kuring mah rek sare ti heula.
tuk, saya mau tidur duluan' .
- - hubungan identifikasi antara bagian-bagian wacana yang dapat di
kenaI bahasawan berdasarkan pengetahuannya, seperti pada:
- - Pamarentah daerah ngadegkeun pabrik di mana-mana.
'Pemerintah daerah mendirikan pabrik di mana-mana.
Ku jalan ngadegkeun induslri maranehanana nyang
Dengan jalan menggalakan industri mereka menduga
ka yen tempat pikeun digawe Ieuwih Ioba.
bahwa tempat untuk bekerja Ie bih banyak'.
- - hubungan generik-spesifik
seperti pada:
- - Pamanna kacida koretna. Manehanana moal daek
ngaluarkeun duit pikeun meuli koran.
'Pamannya sangat kikir. a tidak akan mau
mengeluarkan uang untuk membeli koran'.
- - hubungan ibarat, seperti pada:
- - Sanajan gajih
sim kuring alit, jeung hilJ.lp kula
'Meskipun gaji saya kecil, serta kehidupan kelu
warga malarat, sim kuring teu milu-milu narima
arga melarat, saya tidak ikut-ikutan menerima
panyogok. Kajeun kajual nyawa ti batan kajual
suap. Biarlah teIjual nyawa daripada terjual
ngaran.
nama'.
hubungan semantis antara bagian-bagian wacana ini dikemukakan di
dalam Kridalaksana - -. Nida - dan - berusaha mengadakan
klasifikasi hubungan-hubungan semantis, tetapi tujuannya adalah klasi
fikasi semantis atas hubungan antarklausa -Kridalaksana, -.
Kesatuan latar belakang semantik yang menjadi keutuhan wacana
berupa:
- -
Kesatuan topik, seperti pada:
- -
Adi Surya di Garut teu aya dua . Saderek peryogi radio
'Adi Surya di Garut tiada dua. Saudara perlu radio
mangga deudeug Adi Surya.
silakan kunjungi Adi Surya'.
- -
hubungan sosial antara pembicara, seperti pada:
- -
A: Geus pinuh.
'Sudah penuh'.
B: Titah dagoan
di luar.
'Suruh menunggu di luar'.
- -
jenis medium yang dipakai.
Misalnya, pandangan pertandingan sepakbola dapat didengarkan
melalui pesawat radio.
Aspek leksikon yang mendukung keutuhan wacana merupakan per
talian antarunsur leksikon di dalam wacana tersebur. Unsur leksikon
ini dapat berupa:
-l-
ekuivalensi leksikal, seperti pacta data:
- - MUD rnaneh teu bisa indit, kudu ngawakilkeun. Maneh
nyaho Andi? Pan guru agama nu baheula nu ngajar di dieu .
'Jika kamu tidak dapat pergi, kamu harus rnewakilkan. Karnu
tahu Andi? Kan, guru agama yang dahulu mengajar di sini' .
- - antonim, sepeni pada data:
- - Seueur organisasi sosial anu dikokolakeun ku pamegal. /slri
mah mung saukur ngabantuan.
'Banyak organisasi sosial yang dikelola oleh pria.
Perempuan hanya sekedar membantu '.
- - Sinonim, sepeI i pada:
- - Anjeurma hoyong disanggul Jawa. Raina mah hoyong ' la ingin
disanggul Jawa. Adiknya ingin dikode dikonde
Sunda.
Sunda'.
- - hiponirn, sepeI i pada:
-l - Menehna metik kern bang ros Ii kebon tatanggana.
Kebon nu pinuh ku kembang teh mani asri katempona.
'Ia memetik bunga ros dari kebun tetangganya.
Kebun yang penuh dengan bunga-bunga itu, begitu indah
kelihatarmya' .
- - timbal-balik, seperti pada:
-l - Maranehna nu nyicingan imah duluma. Duluma nu
'Mereka yang mendiami rurnah saudaranya. Saudara
ninggalkeun eta imah geus aya di Surabaya.
nya yang meninggalkan rumah itu sudah berada di Surabaya'.
- - pengulangan leksem, sepeni pada:
-l -Jadi jalma kudu berseka. falma berseka terang di 'Jadi
manusia harus apik dan sehat. Manusia apik sehat.
dan sehat tahu akan kesehatan.
Aspek leksikal yang sering muncul dalam pembuka dan penutup wacana
adalah leksem-Ieksem tertentu atau frase tertentu yang menjadi ciri
wacana narasi klasik, seperti di dalam narasi Sunda sering muncul: ka
caritakeun 'terceritakan', mimitina, mula-mula'.
Penutup narasi -wacana- dalam carita pantun Sunda disebut rajah
penutup 'rajah penutup', seperti, yang tercantum di dalam carita pantun
'Munding Laya Di Kusumah":
- - ... urang pada cageur beuteung waras batin adoh balaina parek
rejekina jembar akaina ditulak ku tulak bala tarnal.
' ... kita semua masing-masing sehat perut sehat batin
jauh celakanya dekat rejekinya luas akalnya ditolak dengan pe
nolak kecelakaan tamat'.
bandingkan dengan rajah pembuka 'rajah pembuka' berikul.
-l -pun sapun
'Ampun-ampun
ka luhur ka sang rumuhun
ke atas kepada sang "rumuhun" -sang arwah/ruh-nenek mo
yang di angkasa-
ka handap ka sang batara
ke bawah kepada sang batara
ka batara ka batari
kepada batara dan betari
ka batara naga raja
kepada batara naga raja
ka batari naga sugih
kepada batari naga sugih Ckaya '-
amit ampun ka nu kagungan
pamit ampun kepada yang punya
bumi langit jeung eusina
bumi langit dan isinya
angungna ka kangjeng gusti allah
agungnya kepada gusti allah
jembarna ka rasulullah
lebih luas kepada rasulullah
ka kangjeng nabi muhammad
kepada kangj ng nabi muhammad
ka
para sahabat anu opat
kepada para sahabat yang empat
-Ajip Rosidi, -
Aspek gramatikal yang berhubungan dengan keutuhan wacana Inl
merupakan upaya di dalam mendukung keutuhan wacana, Aspek grama
tikal yang didapatkan di dalam wacana bahasa Sunda antara lain:
- -
leksem atau frasa yang dapat menyambung anlarkalimal atau kJausa
-lihat konyugasi Kridalaksana, -. Upaya ini di dalam ba
hasa Sunda dapat berupa: jadi 'jadi', ku lantaran kitu 'oleh sebab
itu', eta oge 'itupun', sajeroning kitu 'sementara itu', sanajan kitu
'sesungguhnya demikian', saupamana 'seandainya', sok sanajan kitu
'sungguhpun demikian', bisa-bisa 'jangan-jangan', bisi 'kalau
kalau'.
- -
elipsis, apa yang dilesapkan dalam salah satu bagian biasanya me
ngulang apa yang telah diungkapkan dalam bagian wacana lain. Per
hatikanlah wacana berikut.
- -
A: Tiasa Nana sumping ka dieu enjing-enjing?
'Bisakah Nana datang ke sini pagi-pagi?'
B:
Tiasa -Nana dongkap ka dieu enjing-enjing unsur elipsis-.
'Biasa'.
- -
Paralelisme, seperti pada:
- - Budak balur dipiara. Budak sorangan diantep.
'Anak orang dipelihara. Anak sendiri dibiarkan'.
- -
Pronomina -sebagai uapaya penyulih yang berfungsi anaforis dan
kataforis- Pronomina dapat berupa pronomina orangan -pronomina
persona dan pronomina demonstralif-. Perhatikan data berikut.
- - Susi nu kamari datang ka dieu. Manehna arek ngin
'Susi yang kemarin datang ke sini. Ia akan memin
jeun catetan kuliah.
jam catatan kuliah'.
Bandingkan dengan
- -
Ah, ieu mah kumaha di dinya bae. Lamun tea mah
Ah,ini sih terserah di situ saja. Jika sean
ceuk di dinya kudu milu ka itu, teu jadi ha
dainya kata di situ harus ikut ke sana, tidaklah
langan.
berhalangan' .
Pronomina nama diri Susi pada - - disulih dengan pronomina persona
manehna 'ia' -pronomina persona III-: sedangkan pada - -,pronomina
demonstratif ieu 'ini' mengganti -menyulih pronomina I-, s~ angkan di
dinya menyulih pronomina I dan itu 'itu' menyulih pronomina III ; pada
wacana -l - pronomina demonstratif bersifat eksoforis, ,dengan di dinya
'di situ' yang diulang berfungsi anaforis. Pada - - manehna berf}mgsi
anaforis terhadap nama diri.
Bahasa Sunda memiliki -na dapat dikatakan: - - sebagai varian dari
manehna 'ia' -pronomina persona III-, - - sebagai posesif, - - sebagai
klitika, - - sebagai nominalisator, - - sebagai pengganti nomina yang
bersifat anaforis di dalam wac ana. Perhatikaruah data berikut.
- -
a. Buku eta mah buku anyar atuh. Maneh mah macana engke bae.
'Buku itu buku baru. Kamu membacanya nanti saja'.
--na pada macana bersifat anaforis mengacu pada benda - buku
eta 'buku itu '-
b.
Bukuna oge geus aya di dieu. Bisi engke arek dibawa
'Bukunya ternyata sudah ada di sini. Kalau -buku itu-
mah cokot bae ti dieu.
nanti akan dibawa ambil saja dari sini' .
- -
Duitna beak dipake ngadu. Ku lantaran kitu, indungna ngamuk.
'Uangnya habis dipakai berjudi. Oleh karena itu ibunya ngamuk' .
--na sebagai posesif, yang sekaligus sebagai pronomina eksoforis
mengacu kepada pronomina III, di luar konteks-
- -
Macana geus sababaraha kali. Ngitungna can keneh bisa.
"Membacanya sudah beberapa kali. Menghitungnya belum bisa
juga'.
--nya nominalisator, dapat bennakna cara membaca - 'ia membaca
alau cara menghitung pad a klausa kedua, atau 'ia menghitung-.
- - Eta budak teh bapana babaturan kuring. Imahna jauh tidieu.
'Anak itu ayahnya ternan saya. Rumahnya jauh dari sini'. --na yang
mengacu pada posesif. -na pada bapana bersifat anaforis dihubung
kan dengan eta budak teh 'anak itu'; demikian pula -na 'nya' pada
imahna 'rumahnya'-
Oi dalam bahasa Indo-Eropa pada - - itu disebut kontruksi yang menyim
pang dari pola umum, tetapi lazim dalam bahasa lisan, ini disebut
anakoLuthon -lihat Kridalaksana, -.
Konstruksi - - tennasuk konstruksi yang tidak benerima di dalam bahasa
negara kita -dianggap sebagai pengaruh Oaerah Jawa atau Sunda-. Oi
dalam teks Melayu Klasik hal ini lazim ditemukan.
. Jenis Wacana Bahasa Sunda
Wacana bahasa Sunda dapat dipilah menjadi wacana tradisional dan
wacana modem. Wacana tradisional ini muncul sekitar abad ke- Masehi
-Ekadjati, dick., -. Berbagai jenis huruf -aksara- telah digunakan
untuk menulis wacana tradisional. antara lain, Palawa, Sunda Kuno,
Arab, dan Latin. Huruf Pallawa hanya digunakan untuk menulis prasasti.
Wacana modem dapat dilihat jenisnya, berupa; -I- wacana naratif,
prosedural, ekspositoris, honatori, dramatik, epistolari, dan wacana se
remonial -lihat Longacre, dan Wedhawati, dick., -. Wacana
tradisional dan modem Sunda ini masih memerlukan penelitian khusus
yang mendalam. Sebagai uraian dan contoh data dari jenis wacana
modem dapat diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
- - Wacana naratif
Jenis wacana ini digunakan untuk menceritakan sebuah cerita. Narasi
terdiri atas pelatardepanan -joregrounding- dan pelatarbelakangan
-backgrounding-. Pelatardepanan merupakan wacana yang disaji
kan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal
para pembaca atau pendengar, dan mereka merasa mengalami dan
atau melakukan apa yang diungkapkan wacana ini . Sebaliknya
pelatarbelakangan merupakan pengungkapan informasi supaya pem
baca atau pendengar benambah pengetahuannya -Ojajasudarma,
-.
Jenis wacana ini uraiannya ringkas. Pada bagian-bagian yang di
anggap penting sering diulang atau diberi tekanan. Biasanya dimulai
dengan aline a pembukuan kemudian isi, dan akhimya alinea pe
nutup. Data berikut menunjukkan pelatarbelakangan yang dilanjut
kan dengan pelatar belakangan yang dilanjutkan dengan pelatar
depanan dalam sebuah narasi bahasa Sunda.
- - Si Asmal budak borangan pisan nenjo nu poek-poek
'Si Asmal anak penakut sekali melihat yang gelap
sieun ririwa omongna mah. Dina hiji mangsa kira
gelap takut hantu katanya. Pada satu waktu kira
sareupna si Asmal dititah meuli daun kawung ku
kira menjelang malam si Asmal disuruh membeli da
bapana ka warung nu deukeut. Manehna kacida sieunun
enau oleh ayahnya ke warung yang dekat. Ia na.
sangat takutnya'.
- - Barang rek balik deui Si Asmal asa kop bae dihakan
'Begitu akan kembali, si Asmal serasa -tiba-tiba-
ku ririwa. Ti dinya berebet manehna lumpat datang
dimakannya oleh hantu. Dan situ larilah ia, dana
ka imah neumbag panto blug labuh di dinya.
tangnya ke rumah menebrak pintu jatulah ia di situ'.
Pada - - penulis menyusun wacana secara dinamis -joregrounding-
sedangkan pada - - penulis menyusun wacana dengan maksud mem
berikan informasi apa yang akan digambarkan di dalam pelatardepanan.
Perhatikanlah unsur yang membuat foreground itu dinamis di dalam
narasi bahasa Sunda, perpindahan ditandai dengan leksem barang 'be-·
gitu '; upaya pelatardepanan digunakan kata antar -kecap anteuran - lihat
Djajasudarma, \ -.
- - Wacana prosedural
Wacana prosedural ini adalah wacana yang biasanya digunakan
untuk menceritakan atau memberikan keterangan bagaimana sesuatu
harus dilaksanakan atau menerangkan bagaimana hal itu dilak
sanakan pada umumnya. Wacana ini mengemukakan persyaratan
persyaratan tertentu supaya proses pembuatan sesuatu itu berhasil
dengan baik. Yang termasuk wacana prosedural ini misalnya, masak
memasak, pembuatan obat dan jamu, penyelenggaraan pertanian,
dan perkcbunan. Perhatikanlah contoh berikut:
- -
Kueh donat:
'Kue Donat':
Bahan tipung tarigu, endog hayam, min- 'ak kalapa
'tepung terigu, telur ayam , minyak kelapa
gula pasir.
gula pasir'.
Masakna endog hayam dikocok dugi ka ngabudah,
'telur ayam dikocok sampai membuih,
tetipung tarigu dilebetkeun, diaduk dugi
pung terigu dimasukka, diaduk sampai
ka rata, teras dibulcud-beleud di tengah
rata, lalu dibundar-bundar di tengah
na diliangan teras digoreng, saparan
nya dilubangi lalu digoreng, sesudah
tos asak dijait, dipurulukan tipung
matang diangkat, ditaburi tepung gula
gula bodas.
pasir -gula halus-' .
- - Wacana ekspositoris
Wacana ini bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat
atau kesimpulan dari sebuah pandangan.
Pada umumnya ceramah, pidato atau anikel pada majalah dan surat
kabar termasuk wacana ekspositoris. Perhatikanlah wacana eksposi
toris berikut yang tertuang di dalam pidato.
- - Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur ka Allah SWT ku tinekanan cita-cita
sim k\lring ngayakelUl ieu kagiatan. Kalawan rasa
reueus sareng bingah yen para sepuh sadayana
parantos ngarojong kana ieu kagiatan. Mugi-mugi ku
pangrojong ti para sepuh jadi modal, tiasa diang
go bekel kanggo langkung ngaronjatkeun
ieu kagiatan....
'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan ter
laksananya kegiatan ini. Dengan rasa bangga dan
gembira bahwa para sepuh telah mendukung kegiatan
ini. Semoga dukungan dari para sepuh. menjadi
modal. dapat dijadikan bekal untuk lebih meningkalkan
kegiatan ini ....•.
- -
Wacana ho tatori
Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pem
baca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan, jadi se
lalu berusaha agar memiliki pengikut/penginut, atau paling tidak
menyetujui pendapat yang dikemukakan itu, kemudian terdorong
untuk melakukannya.
Yang termasuk wacana hortatori antara lain, khotbah, pidato tentang
politik. Perhatikanlah data berikut.
- - Bakti Ka Negara
Dina jihad atawa perang sud mah tara ieuh
ngitung-ngitung umur atawa pangalaman hirup. Lamun
enya bakti ka nagara. jeung ceuk komandan.
barudak kudu maju perang. tara talangke
deui bral bae miang.
'Berbakti Pada Negara
Dalam jihad atau perang sud itu tak pernah meng
hitung-hitung usia atau pengalaman hidup. Kalau
memang berbakti pada negara, dan kata komandan,
anak-anak harus maju berperang. tak pernah
menunggu lagi. berangkatlah mereka'.
- -
Wacana ho tatori
Wacana ini menyangkut beberapa orang penutur -lebih dari satu
orang- dan sedikit bagian naratif. Pentas drama ini dahulu dikenal
dengan 'sandiwara', tetapi sekarang lebih dikenal dengan drama.
Sendratari Sunda merupakan drama lad. misalnya 'Lulung
Kasarung", Munding Laya Di Kusumah".
- -
Wacana dramatik
Wancana ini digunakan dalam surat- ural, dengan sistem dan bentuk
tertentu. Dimulai dengan alinea pembuka, isi dan alinea penutup.
Pematikanlah sistem dan bentuk surat berikut
- - Sareng honnat,
Serat dibujeng enggalna bae sim abdi ngawakilan reren
cangan, pelajar Madrasah Tsanawryah Darul Falah Cipari
Majalengka, hoyong terang alamat Mbak Tulut -lbu Siti
Hardiyanti Indra Rukrnana- putra bapa presiden sareng Ibu
Tien tea.
Diantos waleranana, nuhun.
Momoh Halimah
Madrasah Tsanawiyah Darul Falah
Kompl. Pasanlren Cipari Majalengka
-Mangale No. -
- -
Wacana epistolari
Wacana ini berhubungan dengan upacara adal yang berlaku di
masyarakat bahasa Sunda, misalnya, nasi hal -pidato- pada upacara
perkawinan, kematian atau upacara cukuran anak. Contoh wacana
pada upacara perkawinan -sawer penganlin- sebagai nasihat kepada
pengantin perempuan.
- - Rarepeh parneget
istri
'Diarnlah laki-laki dan perempuan'
kuring rek ngawuruk putri
'saya akan memberi nasihat kepada putri'
piwuruk terus jeung santri
'nasihat terus dengan santri'
sugana jadi pamatri
'barangkali akan menjadi patri'
kana manahna nyi putri'
'pada hatinya nyi putri'
Analisis wacan'a yang lebih mendalarn dapat dilakukan melalui anali
sis mikrostrukturan dan makro struktural. Dihubungankan dengan jenis
wacana yang telah dikemukakan, pada hakikatnya secara makro struk
tural terdapat dominasi. Dominasi terse but berupa:
I.
Narasi konjungsi temporal
.
Desk.Jipsi konjungsi satial
.
Klasifikasi konjungsi korelatif
koordinatif
altematif
antitesis
kontras'
.
Evaluasi konsesif
syarat
keadaan
sebab-akibat
Klasifikasi terse but dihubungkan dengan empat sikap dasar alau
pendekatan yang disajikan oleh seorang penulis/pembicara, yaitu: ber
cerita, mendeskripsikan ciri/sifat, menganalisis'/mengklasifikasi, dan
mengevaluasi/mengulas -lihat Kinneavy, - Wacana jarang hanya
terdiri atas satu "mode" -keempat sikap yang disajikan di atas -naratif,
deskriptif, kJasifikasi, dan evaluasi- disebut dengan istilah "discourse
mode", tetapi salah satu mode mungkin mendominasi wacana tertentu.