bahasa sunda 3
KA dan modus.
-Djajasudanna & Idat A., -.
Contoh frasa adjektiva dapat dikemukakan sebagai berikut.
Preposisi; Pos Adjektiva Pembatas Frase Adjektival
posisi; Modali
tas; KA
jeung 'dan' murah 'murah' alus 'bagus' murah jeung alus
tapi 'tapi mahal 'mahal' goreng 'goreng' mahal tapi goreng
rada 'agak' penter 'pinter' - rada pinter
leuwih 'lebih' hade 'bagus' - leuwih hade
teuing 'terlalu beurang 'siang' - beurang teuing
pisan 'terlalu' seungit 'wangi' - seungit pisan
naker terlalu lucu 'lucu - lucu naker
kudu 'harus' alus 'bagus' - kudu alus
ulah 'jangan' hejo 'hijau' - ulah jejo
henteu 'tidak' geulis 'cantik' - henteu geulis
Jain 'bukan' sieun 'takut' - Jain sieun
- bodo 'bodoh' kabina-bina bodo kabina-bina
- bodas 'putih' ngepJak bodas ngepJak
- beureum 'merah' euceuy beureum euceuy
bray caang 'terang' - bray caang
Jat poho 'lupa' - lat poho
BAB VllI
ADVERBIA
. Adverbia dan Adverbial
Adverbia merupakan salah salu kategori kata yang terdapat di dalam
bahasa Sunda. Selain istilah adverbia dikenal pula istilah kata keterangan
-lihat D.K. Ardiwinala, dan Momon Wirakusumah & I. Buldan
Djajawiguna, -. Malah D.K. Ardiwinala mengkategorikan kata
kelerangan menjadi bagian dari kata tugas. Satu bentuk struktur kata atau
frasa bahkan kalusa yang berperilaku seperti adverbia maka' disebut
adverbial. Istilah lain untuk kata keterangan menu rut D.K. Ardiwinata
adalah kata tambahan. Cooisma - ; - mengemukakan istilah kata
tambahan untuk adverbia.
. Batasan dan Ciri
Adverbia merupakan bentuk-bentuk yuang menerangkan verba,
adjektiva, adverbia, dan unsur lainnya -preposisi-. -lihat T.F. Djaja
sudarma dan Idat A., : -. Pendapat yang hampir sarna dikemukakan
oleh D.K. Ardiwinata - : - yang menyebutkan bahwa semua kala
yang ditambahkan kepada kata lain dan menyebabkan perubahan makna
disebut kala tambahan -adverbia-. Kata-kata yang biasanya memperoleh
tam bah an ialah kata sifat, pekeljaan, bilangan, dan kata tambahan lain.
Alam Sutawijaya dkk - : - menjelaskan bahwa kata kelas adverbi
ialah kata yang fungsinya menerangkan kelja atau keadaan.
Memperhatikan batasan adverbia seperti yang dikemukakan di atas,
pada dasamya mengemukakan pengertian yang sarna. Dengan demikian
apa yang dikemukakan oleh T.F. Djajasudanna dan Idat A. - : -
dapat dijadikan rujukan. Lebih lanjut keduanya mengemukakan ciri-ciri
adverbia yang diantaranya memiliki ciri morfologis yang sarna dengan
adjektiva, yaitu dapat bergabung dengan simulfiks pang-na yang ber
makna 'paling' -'ter- .. '- dalarn komparatif, dan ciri simaksis, yaitu dapat
bergabung dengan preposisi tingkat, modalitas, dan preposisi subor
dinatif.
. Bentuk dan Makna
Bentuk dan makna adverbia berhubungan dengan ciri morfologis
adverbia ito sendiri. Berdasarkan bentuknya, adverbia dibagi dua bagian,
yaitu adverbia dasar dan adverbia turunan.
. . Adverbia Dasar
Adverbia dasar adalah adverbia yang belum mendapat atau menga
larni proses morfologis. Contoh adverbia dasar dapat disebutkan di bawah
ini.
anyar 'baru'
asar 'ashar'
awet'lama'
beurang 'siang'
bieu 'barusan'
baheula 'dahulu'
carang 'j arang ,
cocog 'cocok/sesuai'
deukeut 'dekat'
dieu 'sini'
dinya 'sana'
ditu 'situ'
engke 'nanti'
euceuy 'merah menyala'
getol 'rajin'
gigir 'pinggir/sisi'
gandeng 'ribut'
hare up 'depan'
haneut 'hangat'
heubeul 'lama'
isuk 'pagi/besok'
ieu 'ini'
itu 'itu'
jauh 'jauh'
-Contoh kata-kata adverbia diatas diambil dan beberapa sumber
buku. Lihat T.F. Djajasudarma dan Idat A., ; D.K. Ardiwinata, ;
Coolsma, ; dan Alam Sutawijaja dkk., -.
. . Adverbia Turunan
Adverbia turunan adalah adverbyia yang telah mengalami proses
pembentukan kata -morfologis-. Hal ini dapat dilihat dan ciri morfo
logisnya. Selain T.F. Djajasudarma dan Idat A. yang mengemukakan cin
morfologis adverbia itu dapat bergabung dengan simulfiks pang-na,
Alam Sutawijaya mengemukakanbentuk turunan adverbia dapat berupa:
bentuk dasar adverbia yang mengalami reduplikasi + sutiks -an; bentuk
dasar adverbia yang mendapat konfiks sa- + -na; bentuk dasar nomina,
verba atau adjektiva yang mendapat pengulangan + prefiks sa-; bentuk
d,asar nomina atau adjektiva yang mendapat reduplikasi; bentuk dasar
numeralia + sufiks -eun. Contoh adverbia turunan dapat dikemukakan di
bawah ini.
-a-
panglarikna 'paling kencang'
panglilana 'paling lama'
pangmindengna 'paling sering'
-b-
terus-terusan 'terus menerus'
. ampir-ampiran 'hampir saja'
ampleng-amplengan 'lama tak kunjung datang'
-c-
saatosna'sesudahnya/setelah itu'
sateuacanna 'sebelumnya/sebeJum itu'
samemehna 'sebelumnya'
-d- sadidinten 'sehari -hari/sepanjang hari'
saaya-aya 'seadanya'
jero 'dalam'
jentre 'jelas'
kamari 'kemarin '
kulon 'barat'
kendor 'perlahan-lahan '
luhur 'atas'
laun 'pelan'
langka 'jarang ,
lila 'lama'
loba 'banyak'
mindeng 'sering'
mangkukna 'kemarin dulu '
payun 'depan'
pageto 'lusa'
remen 'sering'
rosa 'kuat'
sakeudeung 'sebentar '
songong 'kasar'
sompral 'sombong'
tadi 'tadi'
tarik .kencang'
tukang 'beJakang'
untung 'untung'
wetan 'timur'
wengi 'maIarn'
sajajalan 'sepanjang jaIan'
-e- enya-enya 'sungguh-sungguh'
leres-leres 'betul-betul/benar-benar'
rupa-rupa 'bennacarn-macarn'
-
sakalieun 'cukup untuk sekali'
opateun 'cukup untuk em pat -orang-'
sabulaneun 'cukup untuk satu bulan'
Makna yang muncuI pad a adverbia turunan -a- menyatakan makna
'paling' -'ter- .. . '-; adverbia turunan -b- menyatakan makna intensitas atau
kontinuitas; adverbia turunan -c- menyatakan makna aspek inkoatif;
adverbia turunan -d- menyatakan makna sarna dengan, sesuai dengan,
sepanjang ... ; adverbia turunan -e- menyatakan makna intensitas; dan
adverbia turunan -f- menyatakan makna cukup untuk ....
. Struktur Sintaksis Adverbia
Struktur sintaksis adverbia dapat dilihat dengan memperhatikan
hubungan adverbia itu dengan unsur yang lain di dalarn tataran sintaksis
-kalimat-. Dengan demikian struktur sintaksis adverbia berhubungan pula
dengan ciri sintaksis adverbia itu sendiri, sebagaimana telah dikemukakan
di muka.
T.F. Djajasudarma dan Idat A. - - mengemukakan bahwa adver
bia dapat bergabung dengan preposisi tingkat, modaIitas, dan preposisi
subordinatif. Perlu juga ditambahkan dalam hal ini adalah posposisi
tingkat -pen.-.
Contoh struktur sintaksis adverbia dapat dikemukakan di bawah ini.
-a- Preposisi Tingkat + Adverbia
rada 'agak' + tarik 'kencang' ----> rada tarik
leuwih 'lebih' + lila 'larna' ----> leuwih lila
kacida 'sangat' + reuwasna 'kaget' ----> kacida reuwasna
-b-
Posposisi Tingkizt + Adverbia
pisan 'sangat' + sompral 'somoong' sompral pisan
amat 'sekali' + lila 'lama' lila amat
teuing 'terlalu' + hareup 'depan' hareup teuing
-c-
Modalitas + Adverbia
lain 'bukan' + isuk 'besok' ----> lain isuk
boa 'mungkin' + tadi 'tadj' ----> boa tadi
ulah 'jangan' + ayeuna 'sekarang' ----> ulah ayeuna
henteu 'tidak' + tarik 'kencang' ----> henteu tarik
-d-
SubordinatiJ + Adverbia
lamun 'kalau' + kamari 'kemarin' ----> lamun kamari
asal 'asal' + sakeudeung 'sebentar' ----> asal sakeudeung
supaya 'supaya' + lila 'lama' ----> supaya lila'
lantaran 'karena' + tarik 'kencang' ----> lantaran tarikzk
Selain struktur sintaksis adverbia di atas yang unsur-unsumya di
bentuk dari golongan panikel dengan adverbia, juga dapat dibentuk dan
gabungan kelas kata yang lain dengan adverbia, misalnya dengan verba,
adjektiva, dan adverbia. Comoh, dapat dikemukakan sebagai berikut di
bawah ini .
-a-
Verba + Adverbia
digawe 'bekerja' + lila 'lama' ----> dig awe lila
lumpat 'Iari' + tarik 'kencang' ----> lump at tarik
ngomong 'bicara' + sompral 'somoong' ----> ngomong sompral
-b-
Adjektiva + Adverbia
poho 'lupa' + hese 'susah' ----> hese poho
beureum 'merah' + euceuy 'sekali' ----> beureum euceuy
inget 'ingat' + babari 'gampang' ----> babari inget
-c-
Adverbia + Adverbia
tadi 'tadi' + peuting 'malam ----> tadi peuting
kamari 'kemarin' + ieu 'jni' ----> kamari ieu
lila 'lama' + deui 'lagj' ----> lila deui
. Makna Relasional Adverbia
. . Makna Relasional pada Frasa
Makna relasional adverbia pada frasa dapat menunjukkan:
-a- Perbandingan
rada tarik 'agak kencang'
kurang tarik 'kurang kencang'
leuwih tarik 'lebih kencang'
-b- Penyangkalan
lain isuk 'bukan besok'
henteu tarik 'tidak kencang'
ulah ayeuna 'jangan sekarang'
-c- Keterlaluanlberlebihan
hareup teuing 'terlalu depan'
lila amat 'terlalu lama'
tarik naker 'terlalu kencang'
-d- hubungan syarat
lamun sakeudeung 'kalau sebentar'
uparna engke 'kalau nanti'
asal sakeudeung 'asalkan sebentar'
-e- hubungan tujuan
supaya lila 'agar lama'
supaya tarik 'agar kencang'
supaya engke 'agar nanti'
-f- hubungan sebab
lantaran lila 'karena lama'
. sebab sakeudeung 'oleh karena sebentara'
alalan kernari 'karena kemarin'
-g- waktu
tadi peuting 'tadi malam'
lila deui 'lama lagi'
kamari ieu 'kemarin ini'
.
Makna Relasional pada Klausa
Makna relasional adverbia pad a klausa dapat menunjukkan:
-a-
Penjelasan
lumpat tarik 'lari kencang'
beureum euceuy 'merah sekali'
ngomong, sompral 'bicara sombong'
-b- Pemilihan
Indit ayeuna atawa engke? 'Berangkat sekarang atau nanti?'
Gawe beurang atau peuting? 'Bekerja siang atau malam?'
-c-
Perlawanan
Balik teh isuk tapi isuk-isuk keneh! 'Pulangnya besok tapi pagi-pagi
sekali! .
Datang teh kamari, ayeuna geus ngiles deui . 'Kemarin datang seka
rang sudah tidak ada lagi. '
-d- Penjumlahan
NgomongfUl gancang jeung tarik. 'Bicaranya cepat dan keras.'
Isuk jeung pageto ka dieu deui. 'Besok dan lusa ke sini lagi.'
BABIX
KALIMAT
Y. l Batasan
Para ahli bahasa mengemukakan batasan kalimat yang berlainan.
Mereka membuat batasan tentang kalimat berbeda-beda sesuai dengan
litik tolak pandangannya masing-masing. Ada yang memandang dari segi
makna atau fungsi dan ada yang memandang dari segi bentuk. Para ahli
tata bahasa tradisional pada umumnya berpandangan maknawi
-fungsional-, sedangkan para ahli modem berpandangan struktural.
Comoh batasan tradisional antara lain berbunyi sebagai berikut, "kalimat
ialah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu
pikiran yang engkap" CAlisjahbana, : - atau "kalimah teh nya eta
bagian basa anu pangpondokna pikeun ngedalkeun eusi hate" 'kalimat
ialah bagian bahasa yan tt terpendek untuk mengeluarkan isi hati' -Wira
kusumah, : -
Contoh batasan para ahli tat a bahasa sekarang berbunyi, "kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri daQ klausa"
-Kridalaksana, : - atau "satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya
jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik" -Ram an, : -,
atau "a grammatical unit, a construction in which the constitute is any
utterance wit.ll final intonation contour, and the constituents are the
clauses, connecting particles, and intonation patterns -Cook, : -;
atau "kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks -wacana- yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara kelalabahasaan" -Moehono,
: -.
Memperhatikan batasan-batasan di alas. kita lidak bisa membuat
batasan kalimat yang sederhana yang lengkap. Batasan yang
dikemukakan terakhir di atas -Moeliono-. karena ingin lengkap. mem
punyai tambahan beberapa kalimat lagi sebagai keterangan/pelengkap
nya. Berdasarkan kenyalaan itu. di sini tidak dikemukakan batasan.
Untuk memahami pengertian kalimat. kila harus mengetahui unsur-unsur
pembentuk kalimal itu seperti di bawah ini.
.
Unsur-Unsur Kalimat
Kalimat adalah bagian ujaran yang secara ketatabahasaan menduduki
tataran di atas klausa dan di bawah paragraf. Unsur langsung sebuah
kalimal terdiri atas konstituen dasar dan intonasi akhir. Konstituen dasar
sebuah kalimal bisa berupa sebuah klausa atau lebih. bisa sebuah frasa.
atau sebuah kata. Kalimat sempuma minimal terdiri atas konstituen dasar
yang berupa sebuah klausa dan intonasi akhir. Intonasi akhir bisa berupa
intonasi berita, intonasi tanya. atau intonasi seru. Dalam bahasa tulis.
intonasi-intonasi itu digambarkan dengan tanda titik O. tanda tanya -?-.
dan tanda seru -I-. Selain unsur wajib yang berupa konstituen dasar dan
intonasi. dalam sebuah kalimat kadang-kadang terdapal partikel
penghubung. Selain inlonasi akhir, dalam sebuah kalimat mungkin pula
masih ada intonasi lain yaitu intonasi yang menggambarkan jeda.
Berdasarkan uraian di atas, balasan - . - dan unsur-unsur kalimat
- . -, kesatuan gramalikal seperti contoh-contoh di bawah ini merupakan
kalimal dalam bahasa Sunda.
- -
Basa kuring nganjang ka Imahna, Atang keur ngala suluh.
'Waklu saya ke rumalmya, Atang sedang memcari kayu bakar.'
- -
Atang keur ngala suluh.
'Atang sedang mencari kayu bakar.'
- -
Suluh kuling.
'Kayu bakarku.' -Jawaban atas pertanyaan, "Suluh saha eta
teh?"-
- -
Kuring. -Jawaban atas pertanyaan, "Saha nu ngala suluh teh?"-
Sekarang perhatikan kalimat - - berikut ini:
- - Mangkukna kuring ngadegkeun imah.
'Kemarin dulu saya mendirikan rumah.'
Kalimat - - terdiri atas em pat bagian: -i- mangkukna 'kemarin dulu', -ii-
kuring 'saya', -iii- ngadegkuen 'mendirikan', dan -iv- imah 'rumah'.
Bagian -i- dari kalimat - - dapat dihilangkan, sedangkan bagian lainnya
tidak dapat dihilangkan tanpa mengubah/mengurangi arti. Unsur kalimal
yang tidak dapat dihilang berstatus sebagai bagian inti dan yang dapal
dihilangkan berstatus sebagai bagian bukan-inti. Kalimat - - bisa diu bah
menjadi kalimat - -, tetapi tidak bisa menjadi kalimat - HIO-.
- - Kuring ngadegkeun imah.
'Saya mendirikan rumah.'
- - *Mangkukna ngadegkeun.
'Kemarin dulu saya rumah.'
- - *Mangkukna kuring imah.
'Kemarin dulu mendirikan.'
- - *Mangkukna ngadegkeun imah.
'Kemarin dulu mendirikan rumah.'
- - *Kuring -mangkukna- imah.
'Saya -kemarin dulu- rumah.'
. Bagian Inti dan Konstituennya
. . Fungsi, Kategori, dan Peran
Kalau kita perhatikan bagian inti dari kalimat - -, yaitu yang diubah
menjadi kalimat - -, kita menemukan tiga konstituen pembentuk kalimat
ini : -i- kuring. -ii- ngadegkeun. dan -iii- imah. Berdasarkan
fungsinya dalam kalimat itu, konstituen -i- benindak sebagai subjek,
konstituen -ii- sebagai predikat, dan konstituen -iii- sebagai objek. Ber
dasarkan kategori kaa pengisi konstituennya, subjek dalam kalimat itu
diisi oleh nomina, predikat diisi verba, dan objek diisi oleh nomina lagi.
Terlihat bahwa dalarn kalimat itu ada dua buah nomina, tetapi kedua
nomina dalarn kalimat ini tidak. sarna perannya. Pada konstituen -i-
nomina berperan sebagai pelaku-agenlif-, sedangkan pada konstituen -iii-
nomina berperan sebagai objektif. Konstituen -ii- verba berperan sebagai
aktif. berdasarkan data itu, kalimat - - dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kal
In = S: n l -ag- + P: v -ak- + : z -ob-
Oibaca:
Kalimat inti terdiri atas subjek yang diisi nominal sebagai
agentif. Predikat yang diisi verba aktif. dan Objek yang diisi
nomina sebagai objektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dalam
kalimat diisi oleh subjek, predikat. objek. dan keterangan; kategori diisi
oleh kelas kata konslitueinnya; dan peran diisi oleh makna semanlisnya.
Tentang kategori kelas kata telah dibicarakan dalam bab-bab terdahulu;
tentang fungsi konstituen kalimat akan dibicarakan dalam bagian yang
akan dalang. Oi sini akan dibicarakan sepintas ten tang peran-peran yang
dipegang oleh konslituen-konstituen kalimat. Ada dua macam istilah
yang sering dipakai dalam pembicaraan peran. ada yang bersifat ekstra
linguistik dan ada yang bersifat semamis. Istilah seperti pelaku, pene
rima, lujuan bersifat ekstralinguistik; istilah semantik untuk kata-kata itu
ialah agentif,benejaktif, dan objeklij. Oi samping itu masih banyak istilah
istilah lain yang menunjukkan peran konstituen-konstituen kalimat -lihat
Verhaar. : -. Contoh uraian kalimat berdasarkan perannya dalam
kalimat bahasa Sunda:
Si Tintin berperan sebagai agentif
meuli berperan sebagai aktif
tas berperan sebagai objektif
indungna berperan sebagai benefaktif
di Pasar Baru berperan sebagai lokatif
. .
Predikat dan Subjek
Unsur wajib sebuah klausa adalah predikat. tetapi kalimat sempurna
minimal harus mempunyai klausa yang berisi subj ek dan predikat.
Tentang pentingnya kedudukan pred ikat dal am klausa te r irat dari
batasan klausa yang dikemukakan oleh Elson dan Pickett - : -
dalam bukunya An Introduction to morjology and Sintax sebagai berikut,
"A clause construction is any string of tagmemes which consists of
includes one and only one predicate or predicate-like tagmeme among
the constituent tagrnemes of the string, and whose manifesting morpheme
sequence tipically, but not always, fill slots on the sentences level".
Di samping itu, pernbeda utara antara frasa dan klausa adalah bahwa
klausa adalah bahwa klausa bersifat predikatif,. sedangkan frasa tidak.
Maka je}aslah bahwa predikat itu menjadi ciri utama sebuah klausa.
. . . Predikat
Pada umumnya predikat harus kata atau frasa verba. Namun, karena
dalam bahasa Sunda tedapat kalimat nonverbal atau yang pada buku-buku
tata bahasa disebut kalimat nominal, predikat dalam bahasa Sunda tidak
sclamanya verba. Kategori lain pun, seperti nomina, dan adjektiva, dapal
bcrfungsi sebagai prcdikat. Kalimat yang predikatnya verba-l- disebul
kalirnat verbal; kalirnat yang predikatnya nomina- - disebut kalimal
ekuatif, dan kalimat yang predikatnya adjektiva- l-disebul kalimal stalif.
Kalimat verbal, berdasarkan peran verba yang menduduki predi
kamya, bisa berupa kalimat aktif, kalimat medial, kalimat pasif, dan
kalimat resiprokal. Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya agent!f
dan predikatnya berperan aktif.
- - Erna keur ngajalujur baju kuring.
'Ibu sedang menjahit -dengan tangan- baju saya.'
Kalimat medial ialah kalimat yang subjeknya berperan selain sebagai
agentif, juga sebagai objektif. Verba dalam kalimat medial mengenai
subjek dan sekaligus juga mengenai objeknya; predikatnya berperan
medial -refleksif-.
- - Nipu maneh jalma teh.
'Orang itu menipu diri sendiri.'
Kalimat pasif ialah kalimat yang predikatnya berperan pasif dan sub
jeknya berperan sebagai objektif.
- - Bola teh ku Idun disepak.
'Bola itu ditendang Idun.'
Kalimal resiprokal ialah kalimal yang verbanya menyebabkan subjek dan
objek dikenai perbualan berbalas-balasan.
-l -Jeung dulur kudu silih anjangan.
'Oengan saudara harus saling mengunjungi.'
Oi samping pembagian di alas, kalimal bisa pula dibagi berdasarkan jenis
verba yang mengisi fungsi predikamya. Predikat bisa diisi dengan verba
lransilif alau verba intransitif. Kalimal yang predikalnya verba lran
Silif, disebul kalimal lransilif, yaitu kalimat yang memerlukan objek,
seperti :
- - Kuring meuli buku di tako.
'Saya membeli buku di toko.'
Bila dalam kalimal lerdapal dua konSliluen objek alau selain objek masih
ada lingkup -scope-, kalimat itu disebut kalimat bilransitif.
- - Kulawargana ngirim dahareun ka kuring.
'Keluarganya mengirim makanan kepada saya.'
- - Mitoha mangmeulikeun imah ka kuring.
'Mertua membelikan say a rumah.'
Kalimat yang predikamya verba intransitif disebut kalimat intransitif,
yaitu kalimat yang lidak memerlukan objek - - . Bila kalimat intransitif
itu dilengkapi lingkupan kalimat itu menjadi kalimat biintransitif - -.
- - Bapa parantos angkat.
I Bapak sudah berangkat.'
- - Bapa parantos angkat ka kantor.
'Bapak sudah berangkat ke kantor.'
Selain kalimat transitif dan intransitif, dalam bahasa Sunda masih ter
dapat kalimat semitransitif. Kalimat semitransitif tidak memerlukan
objek, tetapi memerlukan pelengkap -komplemen-. Tanpa pelengkap
kaIimat tidal<. gramatikal -tidak jalan-. Dengan kata lain, verba yang
mengisi predikat pada kalimat semitransitif memerlukan pelengkap.
- -
Kaputusanana dumasar kana hasil rapat.
'Keputusannya berdasarkan hasil rapat.'
- - Manehna jadi wawakil rahayat.
'Ia menjadi wakil rakyat.'
- - Budak teh geus naek kelas.
'Anak -saya- sudah naik kelas'
Kalimat nonverbal terbagi atas kalimat ekuatif dan kalimal stalif. Kalimat
ekuatif ialah kalimat yang kJausanya berpredikat nomina-I-, kalimat
yuang kJausanya berpredikat adjektiva-I- disebut kalimat statif.
- - Manehna prajurit.
'Ia prajurit.·
- -
Rudi pinter, batuma bodo.
'Rudi pandai, temannya bodoh.'
. . . Subjek
Pada umumnya subjek kalimat berupa kata nomina atau Frase nomi
nal. Namun, dalam bahasa Sunda kategori lain pun bisa dijadikan subjek.
Kata atau frasa yang menduduki fungsi subjek, dalam buku tat a bahasa
lama, dianggap sebagai kata nomina- -; kata atau frasa itu dinominalisasi.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
- - Kembang keur disiram ku Bu Euis.
'Bunga sedang disiram oleh Bu Euis.'
- - Panenjona dipancokeun ku Aki Komprang.
'Penglihatannya ditujukan kepada Aki Komprang.'
- - Sare mengaruhkan kana kasehatan.
'Tidur mempengaruhi kesehatan.·
- - Cumiduh mangrupa kabiasaan nu kurang hade.
'Sering meludah merupakan kebiasaan yang kurang baik.'
- - Royal kaasup sifat anu kurang hade.
'Royal termasuk sifat yang kurang baik.'
- - Eta rek dibeuli ku kuring.
'ltu akan saya beli.'
- - Urang kudu usaha satekah polah.
'Kita harus berusaha sekuat tenaga.'
- - Kabeh nyeungceurikan akina nu geus maot.
'Semua menangisi kakeknya yang sudah meninggal.·
- - Duaan dititah nungguan di luar.
'berdua disuruh menunggu di luar.'
Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa subjek bisa diisi dengan
bermacam-macam kategori kata: nomina-l-, verba-I-, adjektiva-l-,
pronomina-l-, dan numeral.
. . Objek dan Pelengkap
Objek dan pelengkap -komplemen- sarna-sarna menempati POSISI
sesudah verba-l- yang mengisi fungsi predikat. Badannya, objek dalam
kalimat aktif bisa dijadikan subjek dalarn kalimat pasif padanannya;
pelengkap tidak bisa dipasifkan. Kalimat - - di bawah ini bisa dijadikan
kalimat pasif - a-, tetapi kalimat - - tidak bisa dipasifkan menjadi
- a-
- - Manetma neangan parnajikanana.
'Ia meneari istrinya.'
- a- Parnajikanana diteangan ku manehna.
'Istrinya dieari olehnya.'
- - Kuring jadi guru.
Saya menjadi guru.'
- a- *Guru dijadikeun kuring.
'Guru dijadikan saya.'
Pada kalimat - -, pamajikanana 'istrinya' berfungsi sebagai objek,
sedangkan guru pada kalirnat - - berfungsi sebagai pelengkap.
Dalam kalimat bitransitif kadang-kadang ada dua buah objek: objek
yang berperan sebagai objektif -penderita- dan objek Iainnya berperan
benejaktif -penerima/penyena-. Objek yang berada Iangsung setelah
verba biasa juga disebut objek Iangsung dan yang Iainnya objek tidak
langsung. Biasanya objek benejaktif benindak sebagai objek Iangsung,
tetapi dalam bahasa Sunda tidak selamanya demikian; malahan mungkin
kebalikannya, objek yang objektif menjadi objek Iangsung. Dalam bahasa
Sunda susunan kalimat - - Iebih umum dipakai daripada kalimat - -,
padahaI bila dilihat secara gramatikal bentuk verbanya, kalimat - --lah
yang betul.
~-l~~
- - Ki Waru mangnyieunkeun udud k kauI-;\ .
, ~
'Ki Waru membuatkan rokok kepada saya.'
- - Ki Waru mangyieunkeun kaula udud.
'Ki Waru membuaLkan saya rokok.'
. . Keterangan dan Ingkar dalam Kalimat
Sepeni telah disebutkan dalam pembicaraan unsur-unsur kalimat
- . -, unsur kalimat dibedakan atas bagian inti dan bagian bukan-inti.
Dari contoh kalimat - -: Mangkukna kuring ngadegkeun imah, bagian
intinya ialah bagian yang tidak dapat dihilangkan, yaitu kuring ngadeg
keun imah 'saya mendirikan rumah'; sisanya, mangkukna 'kemarin dulu',
merupakan bagian bukan inti. Apabila melihat fungsi konstituen
konstituennya, kalimat - - itu terdiri atas: keterangan: mangkukna
'kemarin dulu', subjek: kuring 'saya', predikat: ngadegkeun 'mendiri
kan', dan objek: imah 'rumah'.Temyata bahwa bagian yang dapat di
hilangkan dari kalimat itu berfungsi sebagai keterangan. Keterangan
dalam kalimat - - diisi dengan keterangan waktu. Selain dengan *t
terangan waktu, dalam bahasa Sunda masih terdapat keterangan lainnya:
keterangan tempat. keterangan sebab, keterangan akibat. keterangan asal.
keterangan alat. keterangan syarat. keterangan tujuan. keterangan per
lawanan. keterangan kualitas. keterangan perwatasan. keterangan kuanti
tas, keterangan kesungguhan -modalitas-.
-a- Keterangan Waktu
- - Tadi Ahmad datang ka dieu.
'Tadi Ahmad datang ke sini.'
- - Ti poe Senen kuling teu nalima koran.
'Sejak hali Senin saya tidak menelima koran.'
-b- Keterangan Tempat
- - Ahmat diuk dina korsi .
'Ahmad duduk pada kursi.'
- - Sigana mah ti kidul jolna teh.
'Mungkin datangnya dali selatan.·
-c- Keterangan Sebab
- - Imahna runruh sabab aya lini.
'Rumahnya runtuh karena gempa.·
- - Udi teu sakola lantaran gering .
'Udi tidak sekolah karena sakit.'
-d- Keterangan Akibat
- - Budak teh lulumpatan nepi ka capeeun.
'Anak itu berlali-Iali sampai merasa lelah.·
-e- Keterangan Asal
- - Eta geulang teh dijieunna ku emas.
'Gelang ini dibuat dari pada emas.·
-f- Keterangan Alat
- - Atang nyeukeutan pallot ku peso.
'Atang meraut potlot dengan pisau.·
-g- Keterangan Syarat
- - Mun diondang kuring rek datang.
'Kalau diundang saya akan datang.·
-h- Keterangan Tujuan
- - Supaya tereh asak seuneuna kudu digedean.
'Agar cepat masak apinya harus diperbesar.'
-i- Keterangan PerLawanan
- - Sanajan gering manehna datang.
'Meskipun sakit ia datang.'
-j- Keterangan KuaLitas
- - Si Ali ceurik tarik pisano
'Si Ali menangis kerasa sekali.·
-k- Keterangan Perwatasan
- - Kuring teu nyaho nanaon perkara eta mah.
'Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu.·
- - Keterangan Kuantitas
- - Ondangan [oba pisan nu teu datang.
'Banyak sekali undangan yang tidak datang.·
-m- Keterangan Modalitaslkesungguhan
- - Saleresna mah abdi oge hoyong tepang.
'Sebenamya saya pun ingin bertemu.'
- - Muga-muga bulan ieu kuring bisa mayar hutang'
'Mudah-mudahan bulan ini say a bisa membayar ulang.'
Tidak semua pemyalaan atau perintah dapal dilaksanakan. Untuk
menyalakan bahwa suatu pemyataan alau pemerintah lidak dapal di
laksanakan. Dibuallah kalimat ingkar atau kalimat negatif -lawan kalimat
positif-. Kalimat negalif bahasa Sunda dilandai dengan kata-kala henteu
'tidak', lain 'bukan', tara 'lidak pemah', moal 'tidak akan', mustahil
'mustahil', ulah 'jangan', entong 'jangan', embung 'tidak mau' Perhali
kan contoh-contoh di bawah ini.
- - Aminah henteu indit ka sakola.
'Aminah lidak pergi ke sekolah.'
- - Eta mah lain imah.
'Itu bukan rumah.'
- - Kuring mah tara ngaroko.
'Saya lidak -pemah- merokok. '
- - Ari maneh moal sakola?
'-Apakah- kamu tidak akan sekolah?'
- - Ari kaya kieu mah mustahil kajadian.
'Kalau begini -keadaannya- mustahil leIjadL'
V-~IJ'
- - Ulah wani-wani nganjang ka manehna.
'Jangan berani bertamu kepadanya.'
- - Mun hujan mah entong indit.
'Kalau hujan jangan pergi.'
- - Embung ari kudu indit wayah keiu mah.
'Kalau harus berangkal waktu begini, -saya- lidak mau.'
. Kalimat Tunggal
Berdasarkan jurn ah klausa yang menjadi konstituen dasar sebuah
kalimat, kalimat bisa dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimal
majemuk. Kalimat tunggal ialah kalimal yang konstituen dasamya hanya
sebuah klausa. Bila dalam sebuah kalimat terdapat klausa dua buah atau
lebih. kalimat semacam itu disebut kalimat majemuk. Kalimat tunggal
sempuma dapat di gambarkan dengan rumus sebagai berikut:
Kal T = + S + P ± ± Ket + Int. Akh.
Dibaca: Kalimat tunggal terdiri atas unsur wajib subjek dan predikat
dengan unsur opsional objek dan keterangan. dan unsur wajib intonasi
akhir. Dalam kalimat transitif. objek menjadi unsur wajib.
Dilihat dari pengisi unsur wajibnya. subjek dan predikat, kalimat
tunggal bahasa Sunda dapat terdiri atas kombinasi kata atau frase sebagai
berikuI:
-a- nomina- - + nomina-l-:
- - Maneh mah bebegig.
'Kamu orang-orangan.·
-b- nomina- - + verba- -:
- - Babaturanana daratang.
'Teman-temannya datang.'
-c- nomina- - + adjektiva- -:
- - Hujan teh gede pisano
'Hujan deras sekali.'
-d- nomina- - + numeralia:
- - Pamajikanana dua.
'Istrinya dua orang'
-e- pronomina + nomina-t-
- - Manehna prajurit.
'Ia prajurit.'
-D pronomina + adjekliva-J-:
- - Maneh mah ngedul.
'Kamu malas.'
-g- pronomina + verba- J-:
- - Kuring lalajo.
'Saya menonton.'
. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk ialah kalimat yang konstituen dasamya terdiri atas
dua klausa atau lebih. Ada dua macam kalimat majemuk dalam bahasa
Sunda: kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
. . Kalimat Majemuk Setara
Dalam bahasa Sunda kalimat majemuk setara -selanjutnya disingkat
KMS- disebut kalimah ngantel sadarajal. KMS ialah kalimah majemuk
yang anggota-anggota klausanya sederajat, masing-masing merupakan
klausa bebas. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
- - Sabot kuling maca, adi kuring nulis.
'Ketika saya membaca, adik saya menulis.'
Kalimat - - dibentuk dengan dua buah klausa bebas: kuring maca
'saya membaca' dan adi kuring nulis 'adik saya menulis'. Kedua klausa
itu dapat dijadikan dua kalimat sempuma menjadi Kuring maca dan Adi
kuring nulis. Kedua kalimat itu digabungkan dengan partikel penghubung
saboL 'ketika. sewaktu' sehingga menjadi kalimat majemuk setara seperti
kalimat - -. Kalimat itu dikatakan setara karena kedua klausanya setara
-sederajat-; masing-masing terdili atas subjek dan predikat. Berdasarkan
isi klausa-klausa yang digabungkan menjadi KMS serta partikel
penghubung yang dipergunakan. KMS bisa dibagi atas KMS sejalan.
KMS berlawanan. dan KMS sebab-akibat
. . . KaJimat Majemuk Setara SejaJan
Kalimat ini dibentuk dengan cara menyambungkan beberapa kalimat
tunggal yang isinya sejalan, tidak mengandung pertentangan yang sato
dengan yang lainnya.
- - Bi Emeh indit ka sawah, tuluy ngarambct bari sakalian
ngayuman pare nu paraeh.
'Bi Emeh pergi ke sawah, lalu menyiangi padi sambil sekalian
mengganti padi yang mati'.
Untuk membentuk KMS sejalan, bisa mengunakan partikel penghubung
tuluy 'lalu', terus 'terus', jeung 'dan', sarra 'serta', dan lain-lain, atau
cukup dcngan jedah sementara yang dalam bahasa tulis digambarkan
dengan tanda koma -,-.
. . . Kalimat Majemuk Setara Berlawanan
Kalimat ini ialah KMS yang dibentuk dengan kJausa-kJausa yang
isinya mengandung perlawanan. Partikel penghubung KMS berlawanan
ialah tapi 'tetapi', najan 'meskipun', ngan 'hanya' .
- - Manehna bangun sieun, tapi rek lumpat teu bisaeun .
.Ia seperti yang merasa takut, tetapi mau berlari -ia- tidak bisa'.
- -Sanajan diajar satengah paeh, tapi manehna mah teu maju-maju.
'Meskipun belajar setengah mati, ia tak maju-maju.'
- - Saenyana lain sieun, ngan kuring sok ngarasa tugenah lamun
ditanya ku wartawan.
'Sebelumnya bukan takut, hanya saya suka merasa tidak enak
apabUa ditanya wartawan.'
. . . Kalimat Majemuk Setara Sebab - Akibat
Kalimat ini tennasuk KMS yang salah satu anggota klausanya me
ngandung sebab atau akibat dari klausa yang lainnya. Partikel
penghubung KMS sebab-akibat ialah sabab 'sebab', lantaran 'sebab,
lantaran', ku sabab eta 'oleh karena ito', da 'sebab', ku lantaran 'oleh
karena', ku margi 'oleh karena'.
- - Ku margi teu damang. Ema teu tiasa ka mana-mana.
'Oleh karena sakil. Ibu tak bisa ke mana-mana.'
- - Aman gering. ku sabab eta teu bisa ka sakola.
'Aman sakit. oleh karena itu ia tidak bisa ke sekolah.·
- - Barudak baralik da guruna rapat.
'Anak-anak pulang sebab gurunya berapat.·
. . Kalimat Majemuk Bertingkat
Tidak selamanya kalimat majemuk dibentuk dengan kalimat-kalimat/
kJausa-kJausa bebas. Klausa bebas bisa digabungkan dengan kJausa ter
ikat untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Kalimat majemuk yang
konstituen dasamya terdiri atas kJausa bebas dan kJausa terikat disebut
kalimat majemuk bertingkat -selanjutnya disingkat KMB- . Oalam bahasa
Sunda KMB disebut kalimah ngantet seIer semeler. Klausa terikat dalam
kalimat majemuk biasanya mcnduduki salah satu fungsi dalam kalimat
tunggal. Oleh karena itu. bila kalimat majemuk diu bah menjadi kalimat
tunggal. kJausa terikatnya dapat diganti dengan kata at au frasa yang
menduduki fungsi yang digantikannya. Klausa bebas dalam KMB disebut
induk kalimat. sedang kJausa terikamya disebut anak kalimat. Berdasar
kan fungsi yang diduduki oleh anak kalimatnya. KMB dapal dibagi alas
KMB peluas subjek. KMB peluas predikat. KMB peluas objek. dan KMB
peluas keterangan.
. . . Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Subjek
Kata atau frasa yang mengisi fungsi subjek dapat diperluas menjadi
sebuah kJausa. Tentu saja kJausa ini masih terikat kepada induknya; oleh
karena itu. klausa hasil perluasan ini berkedudukan sebagai anak kalimat
pengganti subjek.
- - Nu mangmeulikeun baju ka manehna teh kabogohna nu anyar.
'Yang membeJikan dia baju itu. kekasihnya yang baru.·
Kalimat di alaS terdiri atas dua klausa: -i- nu mangmeulikeun baju ka
manehna 'yang membelikan dia baju itu' d.an. -ii- kabogohna nu anyar tea
'kekasihnya yang baru'. Klausa -i- dapat diganti dengan kata at au frasa
seperti manehna 'ia', Amir 'nama orang', dan lain-lain. Dengan demikian
kalimat - - dapat diubah menjadi kalimat tunggal Manehna teh ka
bogohna nu anyar lea ' a adalah kekasihnya yang baru.'
. . . KaIimat Majemuk Bertingkat Peluas Predikat
Predikat dapat diperluas menjadi sebuah klausa dalam KMB . Kali
mat tungagl Bu Eja ngalotek bari ngobrol 'Bu Eja membuat lotek sambil
mengobrol', dapat diperluas menjadi KMB.
- - Bu Eja ngalotek bari ngadongengkeun pangalamanana salila
jadi tukang lotek.
'Bu Eja membuat lotek sambil menceritakan pengalamannya
selama menjadi tukang lotek. '
Kalimat - - terdiri atas dua Klausa: -i- Bu Eja ngalotek 'Bu Eja mem
buat lotek' dan -ii- ngadongengkeun pangalamanana salila jadi tukang
lotek 'menceritakan pengalamannya selama menjadi tukang Iotek'.
Klausa -ii- menjadi anak kalimat sebab berasal dari perluasan dari
predikat klausa -i-, atau, kalau ditinjau dari kalimat tunggalnya, klausa
-ii- menggantikan predikat ngobrol.
. . . Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Objek
Sarna halnya dengan perluasan subjek, unsur nomina pengisi objek
pun bisa diganti atau diperluas dengan sebuah Idausa.
- - Manehna nyokol sakur nu dipikahayang ku manehna.
' a mengambil semua yang diinginkannya.'
Pada kalimat - - objeknya berupa klausa terikat sakur nu dipikahayang
ku manehna 'semua -barang- yang diinginkannya'. Kalimat - - bisa
"dikembalikan" pada kalimat tunggal Manehna nyokol barang ' a
mengam bil barang.'
. . . Kalimat Majemuk Bertingkat Peluas Keterangan
Semua jenis keterangan dapat diperluas menjadi klausa terikat.
Serikut ini diberikan conLOh untuk klausa terikat -anak kalimat-
peTilgganti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keter
angan sebab, dan keterangan syarat.
-SO- Memeh panonpoe meletek. kuring geus ayadi lempat ela.
'Sebclum matahari terbit, saya sudah berada di tempat itu.'
-S I-
Kwing meuli buku teh di lempal maneh meuli buku kamari lea.
'Saya pun membeli buku di tempat kamu membeli buku
kemarin ..
-S - Dina hiji poe Sunan Ka/ijaga ngalangkung ka leuweung meun
laS ka lembur sejen beh dileun gunung.
'Pada suatu hari Sunan Kalijaga melewati hutan akan menye
brang ke kampung lain yang berada di seberang gunung.'
- - Bima leh gancang nyanggupan dan karunya ka Pandila anu
geus miheman. 'Sima cepat-cepat menyanggupi sebab kasihan
kepada pcndcta yang sudah menyayanginya.'
-S-l- Masarakal teh moal beres roes lamun anggolana aing-aingan.
'Masyarakat tidak akan beres kalau para anggotanya tidak
rukun.'
. Perluasan Kalimat Tunggal
Kalimat tunggaI yang sederhana bisa diperluas. Perluasan kalimat
tunggaJ bisa mengubahnya menjadi kalimat majemuk atau terap sebagai
kalimat tunggaI. Hal ini bcrgantung kepada sifat perluasannya. Kalau
perluasan itu menyebabkan timbulnya klausa baru, maka kalimat tunggal
berubah menjadi kalimat majemuk. Kalau perluasan itu hanya me
nambahkan bermacam-macam keterangan yang tidak berbentuk klausa,
kalimat akan tetap sebagai kalimat tunggal meskipun kalimatnya menjadi
sangat panjang. Perhatikan contoh kaIimat-kaIimat berikut.
- - LfflVamkongkorongok.
'Ayam berkokok.'
- - Hayam kongkorongok tarik pisano
'Ayam berkokok kerns sekali.'
- - Tadi subuh-subuh waktu balebat hay am kuring kongkorongok
tarik pisan tina kandangna.
'Tadi subuh, waktu fajar, ayarnku berkokok di kandangnya
keras sekali.'
Ketiga kalimal di alas semuanya kalimal lunggal, meskipun kalimal - -
lebih luas daripada kalimat - - dan kalimal - - lebih luas daripada
kalimal - -. Kalimat - - lerdiri alas subjek: hayam 'ayam' dan
predikat: kongkorongok 'berkokok'; kalimat - - sarna dengan kalimat
- - hanya dilarnbah dengan kelerangan predikal -keadaan- tarik pisan
'keras sekali'. Kalimat - - sarna dengan kalimat - - yang dilengkapi
dengan kelerangan waktu: tadi 'ladi', subuh-subuh 'subuh-subuh', dan
waktu balebat 'waktu fajar' serta keterangan lempat: dina kandangna . 'di
kandangnya'. Selain predikal, subjek, objek, dan keterangan pun dapal
diperluas dengan kelerangan sifat -keadaan--nya.
a. Perluasan Subjek
Subjek yang berupa kala nomina dapat diperluas dengan adjektiva
menjadi frasa nominal.
- - budak bageur mah tara ceurik.
'Anak baik tidak pemah menangis.'
- - Putra Pa Lurah nu geulis tea, Nyimas Salamah, parantas
rimbitan.
'Putra
Pak Lurah yang canlik itu, Nyimas Salamah, telah
berkeluarga. '
b. Perluasan Predikat
Predikat yang berupa verba atau nomina dapat dipeluas dengan frasa
verbal atau nominal.
- - Pa Hamid nyaaheun pisan ka putrana.
'Pak Hamid sangat menyayangi anaknya.'
- - Bumina sae pisano
'Rumahnya bagus sekali.·
C. Perluasan Objek
Sarna halnya dengan subjek, nomina yang mengisinya bisa diperluas
menjadi frasa nominal . .
- - Bapa Samsu meser bumi nu kacida saena.
'Bapak Samsu membeli rumah yang sangat bagus.'
- - Pa Muhamad nikahkeun putrana nu bungsu.
'Pak Muhamad menikahkan putranya yang bungsu.'
d. Perluasan dengan Keterangan Waktu
or
Seperti telah disebutkan di atas, kalimat tunggal dapat diperluas
dengan berbagai keterangan tanpa mengubah kalimat tunggal menjadi
kalimat majemuk. Keterangan waktu dalam bahasa Sunda dapat diisi
dengan kata tunggal, frasa nominal, dan frase preposisional. Posisi ke
terangan waktu dapat pada awal, tengah, danpada akhir kalimat.
- - Tadi manehna datang deui.
'Tadi dia datang lagi.·
- - Mo sabaraha lilana deui oge tungtu babaturan urang daratang.
'Tidak berapa lama lagi temu ternan-ternan kita datang.·
- - Neangan jelema dina waktu saperti kieu mah tangtu bakal
hesena teh.
'Mencali orang pada waktu seperti ini temu akan sulit sekali.'
- - Kuling nyicingan ieu imah teh ti taun lilikuran keneh
'Saya mendiami rumah ini sejak tahun dua puluhan.·
e. Perluasan dengan Keterangan Tempat
Keterangan tempat hanya dapat diisi dengan frasa preposisional.
- - Naha teu arindit ka ditu?
'Mengapa tidak pergi Uamak- ke sana?'
- - Di dieu
bakal diadegkeun gedong sandiwara.
'Oi sini akan didirikan gedung sandiwara.'
- - Buku teh kapanggih tina jero lomari.
'Buku itu ditemukan dari dalam lemari.'
- - Anjeun bakal dianterkeun ku kuring nepi ka sisi ja/an gede .
'Kamu akan saya antarkan sampai pinggir jalan besar.'
f. Perluasan dengan Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan biasanya didahului partikal keur 'untuk', demi
'demi', supaya 'supaya, agar'.
- - Kuring meuli buku keur baceun barudak.
'Saya membeli buku untuk bacaan anak-anak.'
- - Demi kapemingan nagara urang kudu daek bajuang.
'Oemi kepentingan negara kita harus mau betjuang.'
- - Nyieun imah di dinya teh supaya deuketu ka pasar .
. -Saya- membuat rumah di sana agar dekat ke pasar.'
g. Perluasan dengan Keterangan Cara
Keterangan cara yang menyatakan caranya sesuatu peristiwa tetjadi
diisi dengan kata atau frase preposisional sepergi kungsi 'pemah', sering
'sering', kalan-kalan 'kadang-kadang', sabisa-bisana 'sebisa-bisanya',
/alaunan 'pelan-pelan', dan lain-lain.
- - Abdi oge kantos mios ka ditu mah.
'Saya juga pemah pergi ke sana.'
- - Anjeurma mah sering angkat ka Tasik
'BeHau sering pergi ke Tasik.'
- -
Kuring mah kalan-kalan bae nganjang ka manehnamah.
'Hanya kadang-kadang saja say a bertamu kepadanya.'
- -
Kuring kapaksa ngaluarkeun hojah sabisa-bisana.
'Saya terpaksa mengeluarkan argumentasi sebisa-bisanya.'
- -
Manehna nyampeurkeun bapana lalaunan.
'Dia mendekali ayahnya pelan-pelan.'
h. Perluasan dengan Keterangan Alat
Kelerangan alal ditandai dengan kala make 'memakai' atau
ngagunakeun 'menggunakan'.
- -
biasana sok make kareta api art"ka Jakarta mah
biasanya suka memakai kereta api ari ke Jakarta mah 'Bila
pergi ke Jakarta biasanya naik kereka api.'
-Ill-
Kudu ngagunakeun akal atuh ari nyanghareupan maraneha
nana mah.
harus menggunakan akal atuh ari menghadapi mereka mah
'Kalau menghadapi mereka -kita- harus menggunakan akal.'
I. Perluasan dengan Keterangan Similtif
Keterangan similatif adaJah keterangan yang menyatakan kesetaraan
atau kemiripan antara sualU keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan
keadaan, kejadiaan, atau perbuatan yang lain -Moeliono, : -.
Dalam bahasa Sunda keterangan similatif ditandai dengan siga. kawas
'seperti' .
- -
Ari jolad-joladna mah nu leumpang teh siga Pa Gugun.
ari jolad-joladnya mah yang beIjalan teh seperti Pak Gugun.
'Kalau melihat langkahnya yang berjalan itu seperti Pale
Gugun.'
- - Kawas indungna bae kalakuanana mah eta budak teh. sepeJti
ibunya saja kelakuannya mah itu anak teh
'Kelakukan anak itu persis seperti ibunya.'
j.
Perluasan dengan Keterangan Sebab
Biasanya ditandai dengan kata sebab, lantaran 'sebab'
- - Gajihna teu mahi bae lantaran manehna mah awuntah.
'Gajinya selalu tidak cukup karena dia loba -tidak bisa meng
atur-. '
. Fungsi Kalimat
Berdasarkan fungsinya kalimat bisa dipergunakan untuk menyatakan
pemberitaan!pemyataan, pertanyaan, atau perintah. Berhubung dengan
itu, kalimat bisa dibagi at as kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat
perimah -imperatif-. Penghalusan kalimat imperatif dapat mengubahnya
menjadi kalimat harapan atau permohonan, dan lain-lain.
. . Kalimat Berita
Dalam bahasa Sunda kalimat ini disebut Kalimat wawaran. Kalimat
berita ialah kaliamt yang dibentuk untuk menyampaikan berita -infor
masi- tanpa mengharapkan responsi tertentu dari pendengar atau pem
bacanya.
- - Barudak keur arulin di buruan.
'Anak-anak sedang bennain-main di halaman rumah.'
Kalimat berita bisa dibedakan atas kalimat afinnatif dan kalimat
negatif. Kalimat afinnatif ialah kalimat yang tidak mengandung unsur
negatif pada predikatnya, sedangkan kalimat negatif ialah kalimat yang
mengandung unsur negatif pada predikatnya. Contoh kalimat -lIS- me
rupakan kalimat afinnatif dan contoh-contoh kalimat - - - - - meru
pakan contoh-contoh kalimat negatif.
. . Kalimat Tanya
Dalam bahasa Sunda kalimat tanya disebut kalimat pananya. Per
bedaan kalimat tanya dengan kalimat berita terletak pada intonasinya.
Pada umumnya kalimat tanya mempunyai intonasi menaik. Kalimat
berita bisa berubah menjadi kalimat tanya dengan mengubah intonasinya,
inlonasi kalimat berita yang pada umumnya menurun, diubah menjadi
imonasi kalimat tanya. Kalimat - - dapat menjadi kalimat tanya.
- - Barudak keur arulin di buruan?
'Anak-anak sedang bennain-main di halaman?'
Di samping dengan intonasi akhir, kalimat tanya bisa juga dibanlu
atau ditandai dengan kata bantu tanya. Kata bantu tanya dalam bahasa
Sunda ialah naon 'apa', saha 'siapa', naha 'mengapa', mana 'mana', ku
naon 'mengapa', kumaha 'bagaimana', iraha 'kapan', sabaraha 'berapa'.
a. Kata bantu tanya noon
Kala bantu tanya naon 'apa' di pakai unluk menanyakan benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, perbuatan, atau hal.
- - Ari paranti nulis naon ngaranna?'
'Apa namanya alat untuk menulis?
-I - Ali ela salO naon?
'Itu binatang apa?'
- - Ali eta langkal naon?
'Itu pohon apa?'
- - Rek naon manehka dieu?
'Mau apa kamu ke sini?'
- - Noon sababna maneh kamari teu datang?
'Apa sebabnya -mengapa- kemarin kamu tidak datang?'
b. Kata bantu tanya saha
Kata bantu tanya saha dipergunakan untuk menanyakan orang, ma
laikat, dan Tuhan.
- - Saha ngaranna budak teh?
•Siapa nama anak iN?'
- - Saha malaikat nu sok mawa wahyu ka para nabi?
'Siapa malaikat yang biasa membawa wahyu kepada para
nabi?'
- - Saha ari nu nyiptakeun alam dunya
'Siapa yang menciptakan alam dunia?'
c. Kata bantu tanya naha dan ku naon
Kata bantu tanya naha 'mengapa' dan ku noon 'apa sebabnya' di
pakai untuk menanyakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu, sepeni:
-I - Naha maneh teu ka sakola?
'Mengapa kamu tidak ke sekolah?'
- - Ku naon barudak teh careurik bae?
'Mengapa -apa sebabnya- anak-anak menangis saja?'
d. Kata bantu tanya kumaha
Kata bantu tanya kumaha 'bagaimana' digunakan untuk menanyakan
keadaan atau kecaraan.
- - Kumaha tuang putra daramang?
'Bagaimana kabarnya anak-anak Saudara?'
- - Buah teh luhur pisano Kumaha atuh ngalana?
'Mangga itu tinggi sekali. Bagaimana memetiknya?'
e. Kata bantu tanya mana
Dipergunakan untuk menanyakan tempat. Bila didahului panikel
perangkai di 'di'. ka 'ke'. dan ti 'dari'. kata bantu tanya mana dipakai
untuk menanyakan arah.
- - Mana Bapa?
'Mana Bapak?'
- - Di mana diteundeunna buku teh?
'Buku itu disimpan di mana?'
- - Ka mana dibawana bangsalleh?
'Pencuri itu dibawa ke mana?'
- - Ari apa mulih ti mana?
' apak pulang dari mana?'
f. Kata bantu tanya iraha 'kapan'
Dipakai untuk menanyakan waktu.
- - Iraha apa sum ping?
'Kapan apak datang?'
g. Kata bantu tanya sabaraha 'berapa'
Dipakai untuk menanyakan jumlah atau bilangan.
- - Sabaraha urang nu macul di sawah teh?
' erapa orang yang mencangkul di sawah?'
. . Kalimat Imperatif
Dalam bahasa Sunda kalimat imperalif disebut kalimat panitah atau
kalimah parentah . Dengan kalimat imperatif diharapkan orang yang
diajak berbicara memberikan responsi dengan suatu tindakan. erdasar
kan tatakrama berbahasa, kalimat imperatif bisa dibedakan alas kalimat
perintah, kalimat persilaan, kalimat ajakan, kalimat anjuran, kalimat hara
pan, dan kalimat larangan.
a. Kalimat Perintah
Kalimat perintah dipakai untuk memerintah yang diajak berbicara
agar melakukan suatu tindakan. Untuk menegaskan perintah, dalam
bahasa Sunda, biasanya dipakai partikel pementing cing atau cik; untuk
menghaluskan perintah biasanya dipakai kat a punten 'maaf' atau cobi
'coba'.
- - Jang, pangnyokotkeun baju Bapa dina lomari!
'Nah, ambilkan baju Bapak dalam lemari!'
- - Cing ka dieu heula Jang sakeudeung, Bapa aya perlu!
'Ke sini dulu sebentar, Nak, Bapak ada Perlu!'
- - Punten
bae pangnyandakkeun upami Akang ka Bandung.
'Maaf Kak, kalau Kakak ke Bandung tolong dibawa.'
- - Cobi
pangnarokskeun ka tuang rama.
'Coba Saudara tanyakan kepada Bapak Saudara.'
b. Kalimat Persilaan
Kalimat persilaan dipakai untuk mempersilakan orang yang diajak
berbicara melakukan sesuatu tindakan. Untuk maksud ini kalimat bahasa
Sunda selalu dibubuhi kata mangga 'silakan' di muka atau di belakang
nya.
- - Mangga,
ka lebet!
'Silakan masuk!'
- - Ari wantun sakitu mah, mangga!
'Kalau berani seharga itu, silakan!'
c. Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan dipergunakan untuk mengajak orang lain melakukan
sesuatu bersama-sama si pembicara. Biasanya kalimat ajakan dibubuhi
kata seru hayu 'ayo, mari'. Kata hayu sering di pendekkan menjadi yu
saja. Kata hayu/yu dapat diletakkan posisi awal, tengah, atau akhir kali
mat.
- - Hayu
urang ke Bandung!
'Marl kita pergi ke Bandung!'
- - Urang ka Bandung, yu!
'Mari kita pergi ke Bandung!'
- - Urang ka Bandung yu, urang meuli baju!
'Mari kita pergi ke Bandung untuk membeli baju!'
d. Kalimat Anjuran
Kalimal anjuran sarna dengan kalimal perintah, tetapi tidak me
maksa. Yang diajak berbicara boleh melaksanakan dan boleh juga tidak
melaksanakan keinginan si pembicara. Kalimat anjuran bahasa Sunda
biasanya didahului oleh kala-kala hadena, saena, alusna 'sebaiknya' alau
utamana 'utamanya'.
- - Hadena mah nyimpang heula ka Ua maneh di dayeuh teh.
'Sebaiknya kamu di kota singgah dulu kepada Uakmu. '
- - Saena mah nginng ayeuna bae sareng abdi.
'Sebaiknya ikut bersama saya saja sekarang.'
- - An utamana mah kudu subuh-subuh indit leh.
'Sebaiknya berangkat pagi-pagi sekali.'
e. Kalimat harapan
Kalimat harapan dipergunakan apabiJa si pembicara menghendaki
agar yang diucapkannya berlaku/terlaksana, baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk orang lain. Kalimat harapan ditandai dengan kala-kata
mudah-mudahan 'mudah-mudahan', muga-muga/mugi-mugilmugia/
pamuga/pamugi 'semoga', hayang teh 'mudah-mudahan' .
- - Mudah-mudahan ditarima iman-islamna ku Nu Maha Kawasa.
'Mudah-mudahan dilerima iman-islamnya oleh Yang Ma
hakuasa. '
- - Mugi-mugi Akang sing jadi haji mabrur.
'Mudah-mudahan Abang menjadi haji mabrur.'
- - Hayang teh tong jadi ayeuna ka Jakartana.
'Semoga tidak jadi ke Jakarta sekarang.'
f. Kalimat Larangan
Kalimat larangan digunakan bila si pembicara menghendaki agar
yang diajak bicara tidak melakukan seperti yang disebutkan dalam kali
mat itu. Kalimat larangan bahasa Sunda ditandai kata-kata utah 'jangan'
dan enlOng 'jangan'.
- - Utah dahar buah atah bisi nyeri beuteung!
'Jangan makan mangga mentah nanti sakit perut!'
- - Enrong ngilu ka Bandung ayeuna!
'Jangan ikut ke Bandung sekarang!'
BAB X
HUBVNGAN ANTARKLAUSA
. PendahuJuan
Kalimat majemuk ialah kalimat yang dibentuk oleh dua buah klausa
atau lebih. Klausa yang saru dengan yang lainnya mempunyai hubungan
hubungan tertentu. Hubungan itu dilihat dari pertautan makna dan klausa
klausa pembentuk kalimat majemuk. Hubungan antarklausa ini
dapat ditandai dengan terdapatnya partikel penghubung -konjungsi- pada
awal salah satu klausa pembentuk kalimat majemuk yang bersangkutan.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini:
- - Ibu angkat ka pasar. ari abdi ngasuh pun adi di rorompok.
'Ibu pergi ke pasar. adapun saya mengasuh adik di rumah.·
- - Sanajan teu satuju oge ka kolot mah teu meunang ngalawan.
'Meskipun tidak setuju. kepada orang tua tidak boleh melawan.·
- - Nyi Vmi gering. ku sabab eta teu bisa ka mana-mana.
'Nyi Vmi sakit. oleh karena itu ia tidak bisa ke mana-mana.'
- - Waktu kuring datang. manehna kasampak keur ulin di buruan.
'Ketika saya datang. ia sedang bennain di halaman.'
Pada kalimat -. klausa pertama ibu angkat ka pasar dihutiungkan
dengan klausa kedua abdi ngasuh pun adi di rompok dengan partikel
penghubung ari yang diletakkan di muka klausa kedua. PaQa kalimat - -,
- -, dan - - hubungan anlarklausanya masing-masing dilandai dengan
panikel penghubung sanajan 'meslUpun',ku sabab eta 'oleh karena itu',
dan waktu 'waktu, ketika'.
Hubungan amarklausa dapat juga ditandai dengan adanya pelesapan
bagian dan salah satu klausa pembentuk kalimat majemuk. Yang senng
dilesapkan umumnya bagian subjek.
- - Maranehanana ngalobrol bali nungguan munding nukeur nyara
tuan.
'Mereka bercakap-cakap sambil menunggui kerbau yang sedang
merumput.'
- - Abdi bade narosan saparantosna diangkat jadi guru. 'Saya akan
melarnar setelah diangkat menjadi guru.'
Kalimat - - terdin atas dua klausa: -i- maranehanana ngalobrol
'mereka bercakap-cakap' dan Oi- -maranehanana- nungguan munding nu
keur nyara/uan '-mereka- menunggui kerbau yang sedang merumput'.
Subjek maranehanana 'mereka' pada klausa -ii- dilesapkan. Demikian
juga halnya pada kalimat - -, sujek abdi 'saya' pada klausa saparantosna
-abdi- diangkat jadi guru' sesudah -saya- diangkat menjadi guru' di
lesapkan. Dengan dilesapkannya subjek pada salah saru klausanya, terasa
hubungan antarklausa pada kalimat majemuk menjadi lebih padu.
Klausa-klausa pembentuk kalimat majemuk dapat dihubungkan
dengan dua cara, yaitu koordinasi dan subordinasi. Koordinasi dipakai
untuk menghubungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mem
punyai kedudukan yang sarna. Kalimat yang terbentuk dengan cara koor
dinasi adalah kalimat majemuk selara. Bila digambarkan, hubungan
koordinasi terlihat sebagai berikut:
+
Hubungan subordinasi dipakai untuk menghubungkan dua klausa
yang kedudukannya tidak sarna, salah satu klausa menjadi bagian dan
klausa yang lainnya. Hubungan subordinasi dapat bersifat komplementer,
bersifat meJengkapi, dan bersifat mewatasi atau bersifat menerangkan
-atribut-. Hubungan subordinasi bisa digambarkan sebagai berikut:
I KALIMAT J
Klausa
Klausa
Klausa merupakan bagian dari klausa . Kalimal yang dibcntuk dengan
cara subordinatif disebul kalimat majemuk bertingkal.
. Hubungan AntarkJausa daJ'am Kalimat Majemuk Setara
Dalam bagian ini akan dibicarakan hubungan semantis antarkJausa
pendukung KMS. Seperti disebutkan terdahuJu klausa-kJausa daJam KMS
dihubungkan secara koordinalif; oleh karena itu, hubungan semantis
anlarklausa KMS selain dan arti kedua kJausa yang dihubungkan, harus
juga diJihat dari koordinalor yang menghubungkannya -MoeJiono, :
-. Perhatikan contoh-contoh berikut.
- -
Maneh kudu jadi jalma pinter, sarta kudu letep ngajalankeun
ibadah ka Gusli Nu Mahasuci.
'Kamu harus menjadi orang pintar dan harus letap menjalankan
ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.'
- -
Manehna kudu jadi jalma pinter, alawa kudu tetep ngajalankeun
ibadah ka Gusti Nu Mahasuci .
'Kamu harus menjadi orang pintar, atau harus letap menjalankan
ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.'
- -
Maneh kudu jadi jalrna pinter, lapi kudu tetep ngajalankeun
ibadah ka Gusli Nu Mahasuci.
'Kamu harus menjadi orang pintar, tetapi harus tetap menjalan
kan ibadah kepada Allah Yang Mahasuci.'
Dalam kalimat - - pembicara menginginkan gabungan orang pintar
dan orang yang tetap beribadat, dalam kalimat - - pembicara meng
inginkan pilihan antara orang pintar dan orang yang tetap beribadat,
sedangkan dalam kalimat - - ada kontras antara orang pintar dan orang
yang tetap beribadat. Dari ketiga contoh di atas terlihat bahwa perbedaan
ani ketiga kalimat itu seolah-olah ditentukan oleh koordinator. Padahal
tidak demikian halnya. KIausa-klausa yang tidak mempunyai penalian
samasekali, meskipun digabungkan dengan koordinator, kalimat yang
dibentuknya tidak ak;m benerima.
- - *Manehna kudu jadi jalma pinter jeung harga buku teh mahal
pisano
'Kamu harus menjadi orang pintar dan harga buku mahal sekali.'
Dari uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hubung
an antarklausa dalam KMS bisa berupa hubungan penjumlahan, hubung
an pemilihan, dan hubungan perlawanan. Di bawah ini akan kita bahas
satu persatu.
. . Hubungan Penjumlahan
Klausa-klausa pembentuk KMS merupakan penjumlahan atau
penggabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses. Hubungan ini
ditandai oleh koordinator jeung 'dan', sarra 'serta', boh ... boh .. . 'baik .. .
maupun .. .', dan lain-lain. Hubungan penjumlahan bisa menyatakan
sebab-akibat, menyatakan ururan waktu, menyatakan pertentangan atau
menyatakan perluasan.
a. Yang menyatakan sebab-akibat:
-ll-Pa Toyib disindangkeun heula ka bumina Pa Wadana, atuh
kapaksa teu bisa kebat muru imahna.
'Pak Toyib diajak mampir dulu ke rumah Pak Wedana, sehingga
-ia- terpaksa tak bisa langsung pulang ke rumahnya.'
Kalimat - - terdiri at as dua buah klausa: - Ia- Pa Toyib di
sindangkeun heula ka bumina Pa Wadana dan -lIb- kapaksa teu bisa
kebat muru imahna. Hubungan klausa -lIa- dan -lIb- adalah hubungan
sebab akibat karena klausa -II b- terjadi sebagai akibat adanya klausa
-Ila-. Hubungan itu dijelaskan dengan partikel atuh.
b. Yang menyatakan urutan waktu:
- - Budak teh ngajleng tina ranjang, ti dinya tuluy lumpat ka caL
'Anak itu melompat dari tempat tidur, setelah itu, lalu lari ke
kamar mandi.'
Kalimat - - terdiri atas dua klausa: -l a- budak teh ngajleng tina
ranjang dan -l b- ti dinya tuluy -budak tt:h- lumpat ka cai. Hubungan
klausa - a- dan -l b- adalah hubungan urutan waktu; klausa -l b- ter
jadi setelah kejadian/peristi wa pada klausa -l a-. Hubungannya ditandai
dengan konjungsi yang berupa Frase preposisi ti dinya 'setelah itu' dan
partikel penghubung tuluy 'lalu'.
c. Yang menyatakan pertentangan:
- - Karesep kuring nongton film tragedi jeung nongton film
komedi.
'Kesenangan saya menonton film tragedi dan menonton film
komedi. '
Kalimat - - terdiri atas klausa karesep kuring nongton film tragedi
dan -karesep kuring- nongton film komedi.
Kedua klausa itu mempunyai pemyataan -objek- yang bertentangan:
tragedi dan komedi.
d. Yang menyatakan perluasan:
- - Manehna rajin ngarang boh waktu keur jadi mahasiswa boh
ayeuna sanggeus jadi pagawe.
'Ia rajin mengarang baik waktu ia menjadi mahasiswa maupun
sekarang selelah ia menjadi pegawai.·
Klausa kedua dalam kalimal - - merupakan infonnasi tambahan alau
perluasan dan klausa manehna rajin ngarang.
. . Hubungan Pemilihan
Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan yang
menyalakan pilihan di anlara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh
kedua kJausa yang dihubungkan -Moeliono. : -. Dalam bahasa
Sunda hubungan ini dinyatakan dengan konjungsi atawa, atanapi .atau·.
- -
Inggris manehna raheut hatena atawa inggis kunng disangka
anu lain-lain.
'Takut ia sakit hati atau takut aku disangka yang bukan-bukan.'
- -
Maneh rek milu jeung kuring atawa rek tetep cicing di dieu?
'Kamu akan ikut dengan saya atau akan tetap berdiam di sini?'
. . Hubungan Perlawanan
Pemyataan yang dikemukakan dalam klausa pertama merupakan hal
yang berlawanan dengan yang dinyatakan klausa kedua. Dalam bahasa
Sunda hubungan ini biasanya ditandai dengan partikel penghubung tapi,
nanging 'tetapi'. Hubungan perlawanan dapat dibedakan atas hubungan
perlawanan yang menyatakan penguatan, implikasi. dan perluasan.
a.
Yang menyatakan penguatan:
- -
Henteu ngan ukur kolot bae nu ditawan ku musuh teh. tapi
barudak oge sarua pada ditarawan. 'Tidak hanya orang tua yang
ditawan oleh musuh. tetapi anak-anak pun sarna-sarna di
tawan ..
Kalimat - - terdin atas dua klausa: - a- henteu ngan ukur koiot bae nu
ditawan ku musuh teh dan - b- barudaksarua pada ditarawan -ku
musuh teh-. Klausa - b- merupakan penguatan dan kJausa - a- dan
kedua klausa ini mempunyai hubungan perlawanan karena di
dalamnya mengandung frase yang isinya berlawanan. henteu ngan ukur
koiot bae dan barudak oge. Kedua klausa dihubungkan dengan koordi
nasi tapi.
b.
Yang menyatakan implikasi:
Implikasi yang dinyatakan dalam kJausa pertama berlawanan atau
tidak terjadi pada pernyataan yang dikemukakan dalam kJausa kedua.
- -
Mang Mahdi sareng Bi Asih parantos lami laki rabina. nanging
teu acan gaduh putra bae. 'Mang Mahdi dan Bi Asih sudah lama
berumah tangga, tapi belum mempunyai anak saja.·
Implikasi dali kJausa penama, bahwa suami-istli yang sudah lama
berumah tangga umumnya mempunyai kelurunan, tidak menjadi
kenyataan, sepeni yang dinyatakan dalam kJausa keuda. Klausa per
tama dan kedua dihubungkan dengan panikel penghubung nanging
'tetapi' bentuk halus dan tapi.
c.
Yang menyatakan perluasan:
Informasi yang dinyatakan pada kJausa kedua hanya merupakan
tam bahan dan informasi yang dinyatakan dalam kJausa penama;
kadang-kadang informasinya tidak menguatkan, bahkan sebaliknya.
melemahkan. Konjungsinya adalah panikeI penghubung tapi.
- - Budaya tradisional
kudu dimumule. lap; unsur-unsur budaya
luar nu hade bisa diasupkeun.
'Budaya tradisional harus dipelihara. tetapi unsur-unsur budaya
luar yang baik bisa dimasukkan.·
- -
Kuling satuju pisan kana pamadeganana. rap; aya sababaraha
hal anu perlu diomean.
'Saya sangat setuju akan pendinannya, tapi ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki.'
. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
. . Hubungan Waktu
Sepeni telah disebutkan terdahulu. hubungan antarklausa dalam kali
mat majemuk bertingkat -KMB- berupa hubungan subordinasi. Klausa
terikat dalam KMB, yang dalam buku tata bahasa tradisional disebut anak
kalimat, disebut pula klausa sematan. Klausa sematan yang menggam
barkan waktu teljadinya peristiwa yang dinyatakan dalam klausa utama
menyatakan hubungan waktu. Hubungan waktu dapat dibedakan lagi
menjadi -a- batas waktu pennulaan, -b- kesamaan waktu, -c- urutan
waktu, dan -d- batas waktu akhir teljadinya peristiwa atau keadaan.
a. Hubungan Waktu Permulaan
Dalam bahasa Sunda dipakai frasa ti mimiti 'sejak'.
- - Ti mimiti kuliah dibuka, manehna ngabandungan saregep pisano
'Sejak perkuliahan dibuka, ia menyimak dengan baik sekali.'
b. Hubungan Waktu Bersamaan
Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi waktu .'waktu', basa 'waktu',
bari 'sambil'
- - Waktu -bas a- kuring indit, manehna masih kcneh sare.
'Waktu saya berangkat, ia masih tidur.·
- - Kuring siduru bari ngulub hui boled.
'Saya berdiang sambi! merebus umbi jalar.'
c. Hubungan Waktu Berurutan
Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi, -sa-memeh 'sebelum', terus
'terus', sanggeus 'sesudah'.
- - -Sa- memeh indit urang kudu beberes heula di imah.
'Sebelum berangkat kita harus membereskan rumah dulu.'
- - Sanggeus dalahar terns berudak teh arindit ka sakola.
'Setelah makan terus anak-anak pergi ke sekolah.'
-Sa-memeh dan sanggeus dapat diganti dengan bahasa halusnya
sateuacan dan saparantos.
d. H ubungan Waktu Batas Akhir
Dalam bahasa Sunda dipakai konjungsi nepi ka 'sampai'
- - Barudak mahasiswa ngadaragoan di kelas nepi ka aya beja yen
dosenna aya halangan.
'Anak-anak mahasiswa menunggu di kelas sampai ada berita
bahwa dosennya berhalangan.'
. . Hubungan Syarat
Klausa sematan dalam KMB menjadi syarat terlaksananya apa yang
discbutkan dalam klausa utama. Subordinatomya bisa menggunakan
partikel penghubung asal 'asal ', lamun 'kalau' :
- - Setrumna bakal dibere
ku Mang Omap oge, asal kabagean
laukna bae.
'Setrumnya akan diberi oleh Mang Oman, .asal diben ikannya.'
- - Lamun matak cageur mah, najan sakumaha paitna oge ubar teh
didahar bae.
'Kalau bisa -rrienyebabkan- sembuh, bagaimanapun pahitnya
obat itu akan diminum juga.'
. . Hubungan Tujuan
Klausa sematan menyalakan lujuan dan yang dinyalakan dalam
klausa Ulama. Dalam bahasa Sunda biasanya memakai subordinator seja
'maksud' , arekJrek 'akan'.
- -
Kuring nyaba ka Bandung seja nepungan babaturan.
'Saya pergi ke Bandung untuk menemui ternan.'
- - Manehna keur ka tampian arek ngubah wadah.
'Ia sedang ke jamban akan mencuci piring.'
. . Hubungan Kontras-Konsesif
Dalam KMB macam ini lerdapal kontras pada klausa semalannya,
tetapi hal itu tidak menyebabkan ada perubahan pada yang dinyatakan
dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai ialah sanajan
'wala-pun-, biar-pun-'.
- - Sanajan kacida capena, manehna mah tara ngarasulla
enggoning nyanghareupan tugas teh.
'Walaupun sangat capai -lelah-, ia tidak pemah mengeluh
dalam menghadapi tugas.'
. . Hubungan Perbandingan
Antara klausa sematan dan klausa utamanya terdapat kemiripan.
Alau, mungkin pemyataan dalam klausa utama dianggap lebih baik dari
pada pemyataan dalam klausa sematan. Subordinatomya bisa saperti
'seperti', tinimbang 'daripada'.
- -
Rano Kamo nyaaheun ka barudak tatanggana saperti mikanyaah
ka a o-alona.
'Rano Kamo menyayangi anak-anak tetangga seperti ia me
nyayangi keponakan-keponakannya.'
- - Tinimbang nganggur mah maneh teh mending digawe bae di
kebon kuring.
'Daripada menganggur, lebih baik kamu bekerja saja di kebun
saya. '
. . Hubungan Sebab
KJausa sematan sebab atau alasan teIjadinya sesuatu yang dinyatakan
dalam klausa utama. Subordinatomya bisa berupa partikel penghubung
sebab 'sebab', lantaran 'sebab'.
- -
Rapat Jurusan teu tulus ayeuna lantaran aya acara sumpah pa
gawe nagri sa-Unpad.
'Rapat Jurusan tidak jadi sekarang sebab ada acara sumpah
pegawai negri se-Unpad.'
- - Kuling eureun
digawe di kantor eta sabab kuling hayang kuliah
deui.
'Saya berhenti bekerja di kantor itu sebab saya ingin
melanjutkan kuliah lagi.'
. . Hubungan Akibal
Sebaliknya dari hubungan penyebaban, klausa sematan dalam KMB
teIjadi sebagai akibat yang dinyatakan dalam Klausa utama. Hubungan
ini bisa dinyatakan dengan subordinator nepi ka 'sampai', ku kituna
'akibatnya, oleh karena itu' .
- - Harita teh kuring gering pama nepi ka teu bisa hudang-hudang
,
acan.
'Waktu itu saya sakit keras sampai bangun pun tidak bisa.'
- - Pa Muchtar nuju ka Jakarta, ku margi eta kuliah ti anjeunna
diteuayakeun.
' Pak Muchtar sedang pergi ke Jakarta, oleh karena itu kuliah
beliau ditiadakan.'
- - Balong loba nu saraat, ku kituna loba lauk nu paraeh.
'Kolam banyak yang kering, akibatnya banyak ikan mati.
. . Hubungan Cara
Klausa sematannya menyatakan cara melaksanakan apa yang
dinyatakan dalam klausa utama. Biasanya hubungan dinyatakan dengan
subordinator ku -jalan- 'dengan cara'.
- - Si Atang ngagoda adina ku jalan ngome cocooanana.
'Si Atang menggoda adiknya dengan cara mengusik
mainannya. '
- - Doktor ngubaran manehna ku nyuntikkeun obat kana
bujuma.
'Doktor mengobati dia dengan Ceara- menyuntikkan obat
pada pantatnya.'
. . Hubungan Sangkalan
Klausa sematan menyatakan adanya kenyataan yang berlawanan
dengan keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama.
- - Manehanana mah tenang bae sakitu usukan rek ujian teh.
'Ja tenang saja padahal besok mau ujian.'
Biasanya yang akan ujian sibuk menyiapkan bahan-bahan ujian -rneng
hapal-, tetapi kenyataan · yang diperlihatkan dalarn klausa utarna tidak
dernikian.
- - Manehna mah cicing bae saperti nu teu nyaho kana kajadian nu
sabenema.
'Ja diarn saja seolah-olah tidak tahu kejadian yang sebenamya.·
. . Hubungan Kenyataan
KJausa sernatan rnenyatakan keadaan yang nyata yang berlawanan
dengan yang dinyatakan dalarn klausa utarna. Subodinatomya ialah par
tikel penghub~ng padahal 'padahal' dan sedengkeun 'sedangkan'.
- - Manehna rnah api-api bodo, padahalloba kanyahoan.
'Dia pura-pura bodoh, padahal ia banyak pengetahuannya.'
- - Ujian geus deukeut, sedeungkeun urang can ngapalkeun.
'Ujian sudah dekat, sedangkan leita belurn rnenghapal.'
. . Hubungan Hasi'l
KJausa sematan rnerupakan hasil dan pekerjaan atau keadaan yang
dinyatakan dalarn klausa utarna. Subordinator yang dipakai ialah nepi ka
'makanya', ku kituna 'makanya, oleh karena iLU '.
- - Sandiwara teh teu rame pisano nepi ka loba nu lalajo baralik ti
heu a.
'Sandiwara itu sarna sekaJi tidak rarnai, makanya banyak yang
rnenonton pulang duluan.'
- - Digawena getol pisan, ku kituna pantes mun hasil tatanenna alus
pisano
'Dia bekerja rajin sekali, makanya pantas bila hasil pertanian
nya baik sekali.'
. . Hubungan Pen.ielasan
KIausa sematan rnerupakan penjelasan dari yang dinyatakan dalarn
klausa utama. Subordinatomya partikel penghubung yen 'bahwa'.
- - Sim kuring rumaos yen elmu sim kuring teu acan dugi ka lebah
dinya.
'Saya mengakui bahwa ilmu saya belum sampai ke situ.'
- - Tindak-tanduknya muduhkeun yen Pa Jamali teh jalma luhung
elmuna.
'Tingkah lakunya menunjukkan bahwa Pak Jumali adalah
manusia berilmu tinggi.'
. . Hubungan Atributif
Hubungan atributif bisa berupa pewatas dan bisa pula berupa posesif.
Klausa sematan pewatas bersifat membatasi acuan dari nomina dalam
klausa utama. Dalam bahasa Sunda klausa sematan pewatas biasanya
dimulai dengan partikel penghubung nu 'yang'.
- - Uana nu kakara balik ti Mekah taun kamari ayeuna jadi mu
baleg kasohor.
'Uwaknya yang baru pulang dan Mekah tahun yang lalu seka
rang menjadi mubalig kenamaan:
- - Anjeun mah moal nyaho masalah nu ku kuring keur disanghare
upan ayeuna.
'Kamu tidak mengetahui masallih yang sedang saya hadapi
sekarang. '
Klausa sematan posesif juga -menjadi pewatas, tetapi hubungannya
merupakan hubungan pemilikan. Klausa sematan posesif ditandai dengan
partikel penghubung nu 'yang' dan akhiran -na '-nya' pada nomina yang
menjadi milik subjek atau objek dari klausa utama.
- - Budak riu kalakuanana minculak teh geus dikaluarkeun ti sako
lana.
'Anak yang kelakuaIU ya buruk itu sudah dikeluarkan dari
sekolahnya. '
- - Urang kudu merhatikeun mahasiswa-mahasiswa nu nasibna
pikarunyaeun.
'Kita haru memperhatikan mabasiswa-mahasiswa yang nasib
nya perlu dikasihani.'
. Pelesapan
Salah satu syarat agar kalirnat rnenjadi efektif ialah dengan cara
pelesapan. Bagian-bagian tertentu dari sebuah kalirnat yang sudah
diketahui oleh pesapa atau pernbaca dapat dilepaskan. Dalam tingkatan
wacana hal ini sering dilakukan. Bagian utarna kalirnat yang bisa dilesap
kan ialah subjek, predikat, dan objek.
. . Pelepasan Subjek
Dalarn bahasa Sunda, subjek sering dilesapkan. Tidak hanya dalam
kalirnat rnajernuk, dalarn kalirnat tunggal pun sering tidak dikatakan.
Tentu saja kalirnat tunggal itu jadi tidak sernpuma. Namun, para pesapa
atau permbaca akan bisa rnenerka siapa/apa subjek kalirnat ini .
Subjek kalirnat dapat dicari pada bagian lain ujaran atawa wacana.
- -
Kamari kuring ngala buah bari sakal ian rneresihan tangkalna.
'Kernari saya rnernetik rnangga sambil sekalian rnernbersihkan
batangnya. '
Kalirnat - - berasal dari dua kalirnaL Lunggal : -i- kamari kuring ngala
buah dan -ii- kamari kuring meresihan tangkal buah. Kedua kalirnat itu
disatukan rnenjadi kalirnat rnajernuk. Keterangan wakLu dan subjek pada
kalirnat kedua dilesapkan dan objeknya diganti dengan akhiran penanda
rnilik -na. Pelesapan iLu bisa dilakukan karena keterangan dan subjek
pada kedua klausa itu sarna. Contoh lain pelesapan subjek adalah sepeni
berikut ini.
- - Saparantosna sababaraha kali dipariksa, Pa Lurah dibebaskeun
Lina sagala rupa tuduhan korupsi.
'Setelah beberapa kali diperiksa, Pak Lurah dibebaskan dari
segala rupa Luduhan korupsi.'
- -
Ku sabab ngedul ngapalkeun, rnanehna henteu lulus ujian.
'Oleh karena rnalas rnenghapal, ia tidak lulus ujian.'
Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa yan bisa dilesapkan ialah sub
jek pada klausa sernatan setelah konjungsi. Pada kalirnat - - subjek Pa
Lurah pada kalimat sematan menduduki posisi setelah konjungsi sapa
rantosna. Subjek Pa Lurah dilesapkan karena sarna dengan subjek pada
klausa utamanya. Demikian juga halnya dengan kalimat - -. subjek
manehna setelah konjungsi ku sabab dilesapkan karen a sarna dengan
subjek pada kJausa utamanya.
. . Pelesapan Predikat
Predikat atau verba dalam kalimat majemuk bisa pula dilesapkan.
Persyaratannya sarna dengan pada pelesapan subjek, predikat atau verba
yang sarna pasa beberapa klausa pembentuk kalimat majemuk dapat di
lesapkan.
- -
a. Pa Amat ngajar ilmu bumi.
'Pal< Amat mengajarkan ilmu bumi.'
b.
Pa Endang ngajar ilmu alam o
' Pal< Endang mengajarkan ilmu alam.'
c.
Kuring ngajar bahasa negara kita .
'Saya mengajarkan bahasa negara kita .'
d.
Pak Amat I gajar ilmu bumi, sedengkeun Pa Endang jeung
kuring ngajarkelUl ilmu alam jeung bahasa negara kita .
'PaI< Amat mengajarkan ilmu bumi, sedangkan Pak Endang
dan saya mengajarkan ilmu alam dan bahasa negara kita .'
- - a. Kuring teu nyaho.
'Saya tidal< tahu.'
b.
Manehna arek milu.
'Ia al<an ikut.'
c.
Manehna moal milu.
'Ia tidal< al<an ikut.'
d.
Kuring teu nyaho naha manehna teh arek milu atawa moaL
'Saya tidal< tahu apal<ah ia al<an ikut atau tidal<.'
Kalimat -d- pada contoh kalimat - - dan - - merupakan kalimat
majemuk yang dibentuk dari kalimat -a-, -b-, dan -c- pada kalimat - -
dan - -. Pada kalimat - - d kata ngajar dihilangkan sebelum frasa
bahasa negara kita dan pada kalimat - - kata milu tidak dipakai setelah
kata ingkar moat.
. . Pelesapan Objek
Objek pun bisa dilesapkan. Objek yang sarna dalam bebcrapa klausa
cukup disebut sekali saja pada kalimat majemuk yang bentuk dengan
klausa-klausa tersebul.
- - Tinimbang melak mah lila, leuwih hade meuli baeti pasar buah
buah wae mah.
'Daripada menanam lama; lebih baik membeli buah dari pasar.'
Kalimat - - berupa kalimat majemuk yang mempunyai hubungan per
bandingan. Klausa pertama tinimbang melak -buah- mah lila dan klausa
kedua teuwih hade meuli bae ti pasar buah-buah wae mah. Objek buah
pada klausa pertama dihilangkan. Demikian pula conwh kalimat - - di
bawah ini. Karena objeknya sarna, salah satu dilesapkan.
- - Mending mana, arek menta atawa arek maok buah
teh ti nu
tatangga?
'Lebih baik mana, meminta atau mencuri mangga kepunyaan
tetangga?'
BAB XI
WACANA
. Pendahuluan
Wacana -discourse- merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, mem
bentuk satu kesatuan -lihat Moeliono & S. Oardjowidjojo, -. Pro
posisi merupakan makna yang didukung oleh klausa sebagai satuan
minimum, dan kalimat sebagai satuan perluasan dari kJausa -lihat Pike &
Pike, ': -. Tataran makna yang ebih luas dari proposisi adalah
pengem bangan tema yang didukung oleh paragraf/kalimat klaster -clus
ter- yang dapat dikembangkan ke dalam satuan yang disebut mono og.
Tataran yang lebih luas lagi dari pengembangan tema ialah interaksi
sosial yang didukung oleh satuan minimum 'tukar-menukar' -exchange-
yang dapat dikembangkan ke dalam yang ebih luas berupa konversasi
-percakapan-.
Klausa sebagai proposisi yang berfungsi sebagai penyampai pesan
-message-, memiliki kedudukan sebagai pengungkap peristiwa, keadaan,
proses yang komunikatif. Klausa yang tersusun dalam mengungkapkan
pesan ini bertitik tolak dari tema yang disusun berurutan dengan bagian
lain yang disebut rima. Pesan yang disampaikan di dalam klausalkalimat
ialah tentang sesuatu yang terkandung dalam tema, sisa pesan -me
rupakan unsur yang mengembangkan tema- disebut rima -sebutan yang
diberikan oleh aliran Praha - Prague School-. Pesan struktur dalam klausa
itu terdiri atas tema yang kemudian disusul oleh rima. Pola tema-rima ini
sebagai salah satu unsur yang dapat digunakan dalam pendekatan seman
tis terhadap wacana. Studi ke arah wacana sebenarnya sudah dianjurkan
sejak Firth - -. Para peneliti bahasa dianjurkan untuk meneliti konver
sasi, karena "it is here that we shall find the key to a better under standing
of what language is and how it works". Dengan demikian, para ahli
bahasa akan mengeni apa sebenamya bahasa dan bagaimana caranya
bekerja -informasi-komunikatif-. Patm diakui bahwa kejelasan maima
sebuah kata dalam komunikasi tergantung pada konteks. Penimbangan
Firth kemudian diabaikan karena arahan Bloomfield, bahwa linguis harus
menjauhkan diri dari pertimbangan makna dengan konsentrasi pada
forma dan subslansi -arahan ini sudah sejak -.
Konversasi dapat terjadi dalam komunikasi lisan dan tulisan, dalam
komunikasi lisan kita memerlukan kawan bicara -pembicara-kawan
bicara-. Komunikasi lisan yang tidak memerlukan kawan bicara hanyalah
komunikasi yang terjadi antara pembicara dengan jam -manusia mene
mukan jawaban waktu- atau dengan kalender. Bila dilihat dari fungsi
bahasa dalam komunikasi dapat digambarkan melalui bagan berikut.
Pembicara SALURAN Pendengar
Pembaca
direktif
Penulis
Fungsi
Bahasa: ekspresif
fatik estetik
Oihat Leech, ; Ojajasudarma, -
Oi dalam kominikasi tulis yang didukung oleh wacana tulis diperlu
kan unsur penulis dan pembaca. Contoh berikut menunjukkan percakapan
-konversasi- yang berfungsi di sini adalah fungsi fatik -pembuka satu
komunikasi atau apa yang disebut percakapan basa-basi di dalam
Moeliono dan soenjono Dardjowidjojo, -. Fungsi fatik adalah fungsi
bahasa dalam komunikasi yang berhubungan dengan saluran komunikasi
-pembuka komunikasi-
Contoh - - wacana bahasa Sunda:
- -
A: Wilujeng enjing.
'Selamat pagi'.
B'
Wilujeng enjing.
'Selamat pagi'.
Wacana yang mendukung percakapan ini digunakan di kantor
kantor at au sekolah. Sebagai pengaruh dari bahasa Barat -Belanda,
Inggris-, dan sebagainya. Oleh masyarakat bahasa Sunda digunakan
upaya wacana yang berfungsi fatis sebagai berikut:
-la-A:
Darnang? 'Sehat?'
B:
Pangesto atau Berekah sae.
'Baik' 'Diberkahi -Tuhan- baik'.
Pada -la- ekspresi lengkap yang sering diucapkan pertama kali bertemu
adalah "Kumaha damang?", sarna halnya dengan situasi jawabannya,
tentu akan dikatakan "Baik". Dalam hal bertarnu dan akan masuk rumah
seseorang, sekarang cenderung digunakan ekspresi:
- - A:
Assalam ualai kum.
B:
Waalaikumsalam.
dahulu dipakai ekspresi:
- a- A: Punten 'Permisi'.
B:
Mangga 'Silakan'.
Ekspresi komunikasi pada - a- hampir terdesak oleh - -. Ekspresi yang
digunakan secara timbal-balik menyatakan kehadiran masing-masing
-baik A maupun B-. Ekspresi performalif keduanya membcnluk urulan
yang koheren alau runtut -lihat Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo-.
Baik - - - a-, - -, dan - a- di dalam bahasa Sunda merupakan wacana
yang apik, meskipun sederhana sebagai pembuka komunikasi -lihat
fungsi falik-, dan merupakan bagian dari fragmen yang lebih besar -lebih
luas- yang biasa disebul konversasi, sebabai pengembangan dan
exchange 'tukar-menukar' sehingga terjadi interaksi sosial -lihat Pike &
Pike, - Percakapan lcngkap di dalam interaksi siluasi bahasa Sunda
dapat dilihat pada wacana benkut. Kala punten dan seorang lamu di
dalam bahasa Sunda dapal pula dijawab dcngan rampes , letapi kala ini
cenderung berkurang pemakaiannya, hingga akan menjadi kata usang.
- - "Punten", cek Ki Minta. - - "Pennisi", kala Ki Minta
"Rampes", saur Ama Saca "Silakan", kata Ama Saca.
"Aya naon ieu leh sore-sore?" "Ada apa -dalang- sore
hari?"
"Bade ngadeuheus wae, parantos "Akan bertamu saja, sudah
lami leu tepang." lama kami lak bertemu".
"Nuhun, atuh. Sok ka darieu, "Terima kasih, kalau be
dina samak." gitu. Mari masuk, di atas
tikar dudu\mya."
"Geuning sarerea". saur Ibu Saca "Oh sekeluarga", kata Ibu
Saca.
-PM / /XI/ »
Fragmen - - ini merupakan 'comoh salah sebuah komunikasi basa
basi yang Jengkap, bila dibandingkan dengan -l- dan - a- atau - - dan
- a-. Konversasi basa-basi belum sampai pada konversasi yang sebenar
nya. Percakapan -konversasi- basa-basi ini diperlukan untuk dasar ber
pijak yang sarna untuk pemahaman komunikasi pada umumnya nanti,
agar didapatkan penafsiran yang sarna -penafsiran ini percakapan yang
selaras- -lihat Moe iono dan Soenjono Dardjowidjojo, -.
Dalam wacana lisan penyapa adalah pembicara daJll pesapa adalah
pendengar, dalam wacana tulisan penyapa adalah penulis dan pesapa
adalah pembaca. Wacana lisan yang menekankan interaksi antara pembi
cara dapat berupa tanya jawab antara pasien dan dokter, polisi dan ter
sangka, sena jaksa dan terdakwa.
Komunikasi lisan yang tidak menekankan interaksi pembicara antara
lain berupa komunikasi pembicaraan dengan jam -untuk mengetahui
waktu-; atau komunikasi pembicara dengan kalender -unruk mengetahui
han, tanggal, tahun, dan seterusnya. Wacana lisan yang mementingkan isi
berupa: pidato, ceramah, kuliah, dakwah, atau deklamasi. Salah satu
contoh percakapan basa-basi, pembuka pidato dalam wacana bahasa
Sunda adalah:
"Assalamualaikum Warchmatullahi Wabarakatuh"
"Bapa-bapa, Ibu-ibu nu ku sim kuring dipihorrnat, ... "
"Bapak-bapak, lbu-ibu yang saya horrnati, ..."
Wacana rulisan yang bersifat interaksi antara lain, berupa: Poiemik,
surat-menyurat antara iimuwan, sastrawan, kekasih, sahabat. Salah saru
paia pembuka dan penutup surat dalam bahasa Sunda, sebagai berikut:
Bandung, Oktober
Kahatur
Ka payuneun .. ..
di
Jakana
Horrnatna,
Kata penutup dapat pula berupa baktosna, atau wassalam, bergantung
pada keakraban interaksi pengirim dan penerima sural. Wacana tulisan
yang bersifat transaksi dapat berupa instruksi, pemberitahuan, makalah,
pengumuman, iklan, surat, undangan, esai, novel dan cerpen -lihat
Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo, -. Salah satu contoh yang
berupa wacana tulisan yang berupa transaksi -iklan- di dalam bahasa
Sunda:
PERYOGI DIPIBANDA PERLU DIMILIKI
POLEMIK POLEMIK
Undak Usuk Basa Sunda Undak Usuk Bahasa Sunda
Naha leres Undak Usuk Apakah benar Undak Usuk
Basa Sunda teh warisan Bahasa Sunda iru warisan
jaman feodal? zaman feodal?
Wacana lisan mengandaikan penyapa -pembicara- dan pesapa -pen
dengar-, dan wacana tulis mengandaikan penulis dan pembaca.
Ekspresi -kalimat- da am wacana memiliki implikasi konvensional
-pengetahuan kita atau masyarakat bahasa tentang sesuatu- dan implikasi
percakapan -data kalimat dalam percakapan-. Bandingkanlah kalimat
berikut"
- - a. "Iraha pere teh Lia?" saur Ama Saca ka putrana anu cikal.
"Kapan libur itu Lia?" tanya Ama Saca kepada anak
sulungnya.
b. Harita Lia rek indit pisan ka sakola.
'Waktu itu Lia akan segera berangkat ke sekolah'.
Berdasarkan pcngalaman kita dapat menyimpulkan bahwa Lia adalah
seorang murid, hanya berdasarkan ka imat - a-, atau dapat pula disimpul
kan bahwa Lia seorang pegawai yang dapat libur karena cuti. Tetapi
secara konvensional akan menunjukkan bahwa Lia seorang murid
didukung oleh implikasi percakapan yang berupa kata pere 'Iibur'. Pada
- b- kita dapat menyimpulkan bahwa Lia adalah seorang guru atau
seorang murid, didukung oleh ka sakala 'ke sekolah'. Kalimat - a-
didukung oleh kalimat - b- menyimpulkan bahwa Lia dapat menjadi
seorang murid atau seorang guru, karena hanya murid atau guru yang
dapat mengalami peristiwa baik pada - a- maupun - b-.
Pada data - - M-inta- sebagai pembicara yang memohon do'a restu
karena akan pindah ke Kalimantan Barat dan B-apak- membuat implikasi
bahwa M akan kay a karena banyak baru permata di sana.
- - M: Sumuhun. Sajabi ti nyuhunkeun pidu'a teh ti Bapa, abdi
seja nyuhunkeun dihapunten, margi bade ka Kalimantan
Barat.
'Va. Selain memohon do'a restu dari Bapak, saya bemiat
memohon maaf, karena saya akan ke Kalimantan Barat'.
bemiat mohon maaf, karena saya akan ke Kalimantan Barat'.
B: Alhamdulillah. bakal beunghar sabab di ditu mah loba
berli an.
'Alhamdulillah. akan kaya -kamu- sebab di sana banyak
berlian.
Implikasi yang dikemukakan di sini berupa pengalaman B tentang dunia
-implikasi konvensional- -bahwa di Kalimantan Barat banyak berlian atau
pennata-. Implikasi percakapan dapat menunjukkan hubungan antara M
dan B itu apakah hubungan anak dan bapak atau hubungan antara atasan
dan majikan. Hal ini masih menunjukkan ketaksaan bila data per
sona yang muncul hanya nama diri -minta- dan pronomina sapaan
Bapak. Perhatikan kalimat berikutnya:
- -
Manehna urang Amerika, ku lantaran kitu nyaritana togmol.
'ia orang Amerika. oleh sebab itu ia berbicara tegas dan apa
adanya.'
ImpUkasi nyaritana togmol 'ia berbicara dan apa adanya ' didasarkan
pada pengetahuan kita tentang orang Amerika pada umumnya. Perhati
kanlah kalimat berikut - - pembicara mengungkapkan sesuatu yang di
alaminya dan pendengar menyarankan untuk melakukan sesuatu ber
dasarkan pengalamannya. meskipun di dalam data tidak didapatkan verba
yang bermakna demikian -makan-.
- -
Pembicara: Beuteung kuring geus kukurubukan bae. 'Perutku
sudah keroncongan.·
Pendengar: Pan
aya warungdi tungtungan jalan ieu teh! 'Kan
ada warung di ujung jalan ini!'
Pada kedua kalimat wacana - - tidak hadir kata makan. tetapi dari penga
laman pendengar menyarankan pembicara agar melakukan perkerjaan
makan bila keadaan demikian terjadi. Perhatikanlah wacana - - yang
muncul dari pengalaman.
- -
a. Sekarang musim hujan.
b.
Kita terus membawa payung bila bepergian.
c.
Sering hujan ini menimbulkan banjir.
d.
Bila banjir terjadi akan menimbulkan penyakit dan ke
sengsaraan.
KaIimat di at as digabungkan untuk membentuk leks -wacana- dan
hubungan anlara kalimat merupakan kohesi gramalikal; tuluran yang
bergabung membentuk wancana yang berhubungan, hubungan di antara
nya adalah unsur koheren wacana. Perhatikanlah contoh berikut, koheren,
tetapi hanya yang penama teks kohesif dengan kalimal kedua -ber
hubungan karena eJipsis-.
- -
A: Bisa maneh indit tengah peuting?
'Bisakah kamu pergi tengah maIam?'
B:
Bisa.
'Bisa'.
C:
Bisa maneh indit tengah peuting?
'Bisakah kamu pergi tengah malam?'
D:
Mobil kuring mogok.
'Mobil saya mogok'.
.
Konteks Wacana
Konteks wacana tentiri atas berbagai unsur sepenl sltuasi, pem
bicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk
amanat, kode, dan saluran -lihat Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo,
-. Hal ini berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat
dalam setiap komunikasi bahasa, sepeni yang dikemukakan oleh Hymes
- -. Unsur-unsur ini sebagai berikut:
- -
Latar -setting dan scene-
Latar ini menunjuk pada tempat dan waktu terjadinya percakapan.
Misalnya, percakapan yang teIjadi dikampus Un pad pada pukul
. pagi, yang menghasil.kan wacana, antara lain:
-lO-A: Wilujeng enjing 'Selamat pagi'.
B:
Wilujeng enjing 'Selamat pagi'.
A:
Bade maparin kuliah? 'Mau memberi kuliah'
B:
Sumuhun, mangga atuh. 'Va, mari ah'.
- -
Pesena -participants-
Pesena mengacu kepada pesena percakapan: pembicara -penyapa-
dan pendengar atau lawan bicara -pesapa-, misalnya, antara A dan B
dalam contoh - - dan A dan B adalah pesena percakapan.
- -
Hasil -ends-
HasH mengacu kepada hasil percakapan dan tujuan percakapan,
misalnya, seorang pengajar bertujuan memberikan pelajaran secara
menarik, dan kadang-kadang tergantung kepada para peJajar itu
sendiri apakah dengan topik yang menarik itu hasilnya baik atau
malahan sebaliknya, karena peJajar itu datang hanya untuk bersantai
santai di kelas.
- -
Amanat
Amanat mengacu kepada bentuk dan isi amanat, Bentuk amanat
dapat berupa surat, esai, iklan pemberitahuan, pengumuman, dan
sebagainya. Bentuk dan isi amanat dalam 'kata-kata' dan 'pokok per
cakapan'. Misalnya, -a- adalah bentuk amanat dan -b- isi amanat:
-a-
Indungna ngado'a, "Gusti, mugi abdi sadaya dipapaberkah
salamet, ditebihkeun tina balai".
'Ibunya berdo 'a,
"Tuhan, semoga kami diberkahi keselamat
an, dan dijauhkan dari kecelakaan".
-b-
Indungna ngado' a nyuhunkeun ka Gusti supados aranjeunna di
paparin berkah saJamet, diterbitkeun tina baJai.
'Ibunya memohon kepada Tuhan mudah-mudahan mereka
semua diberkahi keselamatan, dijauhkan dari kecelakaan.'
- -
Cara -Key-
Cara mengacu pada semangat melaksanakan percakapan, misalnya
dengan cara yang bersemangat, menyala-nyala atau dengan cara
santai, tenang meyakinkan.
- -
Sarana -Instruments-
Sarana mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilakukan secara
Hsan atau tidak dan pada -variasi- bahasa yang dipakai.
- -
Norma -Norma-
Norma mengacu pada perilaku peserta percakapan. Misalnya, diskusi
yang cenderung dua arah, masing-masing memberikan tanggapan
-argumentasi-, sedangkan kuliah cenderung satu arah, dan ke
sempatan terakhir untuk benanya.
- -
Jenis -Genres-
Jenis rnengacu pada kategori sepeni sajak, tcka-teki, kuliah, doa, dan
sebagainya. Di dalarn teka-tcki bahasa Sunda ada jenis yang disebut
sisindiran terdiri atas cangkang dan isi. Sisindiran ini di dalarn
bahasa Sunda ada tiga rnacam, yakni paparikan -parek 'dekat'- dekat
bunyi antara cangkang -terdiri dan dua lank- dan isi -dua lank
berikutnya- -bandingkanlah dengan pantun Melayu-; paparikan
-raket 'era sekali' - ulangan bunyi terjadi pada akhir lank dari
cangkang, diulang pada isi, dan ada pengulangan frase/kata dari
cangkang pada isi-; wawangsalan -wangsal - wangsul 'kernbali
isinya dapat dikatakan sebagai deep structur-struktur batin- yang
harus dikernbalikan -dican pada larik pertama untuk rnakna -benda-
yang diacu, dan isinya -rnakna- merniliki ulangan bunyi dengan kata!
silabe akhir dari larik kedua-. Perhatikanlah contoh benkut:
- - Paparikan
Poe Saptu poe Kernis Hari Sabtu han karnis
Salasa heuleut-heuleutan Selasa berselang-selang
saha itu gede kurnis siapa itu berbesar kumis
leumpangna eundeuk-eun ia berjalan bergoyang-goyang
deukan
Dua larik pertarna adalah cangkang dan dua larik berikutnya ini.
Bandingkanlah dengan pantun Melayu:
Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian
. ,...,.. .. bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian
- - Rarakitan
Sing getol nginum jajamu Rajin-rajinlah rninum jamu
nu guna nguatkeun urat yang berguna rnenguatkan urat
sing getol naengan elrnu yang rajin rnencan ilrnu
nu guna dunya aherat yang berguna di dunia ahirat
Frasa yang diulang adalah sing getol 'rajin-rajinlah ' dan nu gUM 'yang
berguna '; keduanya diulang pada posisi yang sarna pada dua larik yang
menjadi makna wacana ini
- - Wawangsalan
- -
Nyiruan genteng cangkengna Tawon berpinggang amat ramping
masing mindeng pulang yang sering pontang panting
anting
- -
Teu beunang di tiwu leu Tak bisa dijadikan tebu hUlan
weung
teu beunang dipikasono Tak dapat dibuat orang kangen
padanya
Pada wacana - - kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan larik
penama -salah satu jenis tawon yang berpinggang sangat ramping- adalah
nama salah satu jenis lebah -tawon-, dan bunyi nama ini harus
berhubungan dengan silaba akhir/kata yang ada pada larik kedua paling
akhir. lsi yang pertama adalah papanting -jenis tawon yang berpinggang
sangat ramping - berlekuk ke dalam-. Pada wacana - - isinya adalah
tebu hutan atau kaso 'kasau' -sejenis tumbuhan sebangsa tebu, tetapi
bunyi akhir pada larik kedua pada ekspresi dipikasono 'dibuat orang
kangen padanya' kata sono 'kangen' sebagai bentuk dasar tidak menjadi
penentu tetapi sonoritas dari bunyi ekspresi itu yang menentukan arau
larik kedua harus menjadi pembuka isi dengan mengungkapkan ekspresi
yang mengandung bunyi sarna dengan isi wawangsalan. Bandingkan
dengan genre -jenis- yang ada dalam wacana Melayu:
Dangdut tali kecapi
kenyang perut senanglah hati
Sebuah ujaran yang sarna dapat mempunyai pengertian yang berlainan
jika situasi dan unsur-unsur lainnya berbeda. Bandingkanlah wacana
berikut:
- -
a.
pembicara seorang penguasa
pendengar sekretaris
tempat kantor
waktu jam kantor
situasi
b. pembicara
pendengar
lempal
waklu
situasi
Ti awalna geus sasadiaan, milih nu bisa
'Dari semula sudah disiapkan memilik
yang bisa
lembang alawa ngawih. Malah milih
barudak
menembang alau bemyanyi. Malah me
milih anak-anak
awewe nu geus bisa ngigel sagala. Emah
age
perempuan yang sudah dapal menari.
Emah juga
sabal Lia, kapela.
sahabal Lia lerpilih -lerpakai-.'
Guru SD
murid-murid
sekalah
rapal kenaikan kelas
Guru SD sedang rapal dengan murid
murid sebagai panilia pesla kenaikan ke
las.
Pak mengemukakan apa yang sudah di
lakukan panitia
uTi awalna geus sasadiaan, milih anu bisa
'Dari semula sudah disiapkan memilih
yang bisa
tembang jeung ngawih. Malah milih
barudak
menembang dan bemyanyi. Malahan
memilih anak-anak
awewe anu geus bisa ngigel sagala.
Emah age
perempuan yang sudah dapal menari.
Ema juga
sabat Lia, kapela.
sahabat Lia tetpilih -terpakai-.'
Pada adegan -lOa- ekpresi milih barudak awewe 'memilih anak-anak
perempuan' memiliki makna konotatif -anak perempuan pilihan sebagai
model yang akan dijadikan objek untuk menghasilkan uang-. sedangkan
pada -lOb- memiliki makna kognitif, anak-anak yang akan diparnerkan
keterarnpilannya di bidan ini .
Saluran komunikasi yang terjadi pada - - adalah apa yang disebut
pembicaraan bersemuka, ada juga yang berwujud pembicaraan melalui
telepon, surat dan televisi. Unsur wacana yang disebut kode di dalarn hal
ini adalah bahasa yang dipakai, seperti bahasa negara kita baku atau bahasa
daerah. Di sarnping unsur-unsur konteks yang telah dikemukakan ada
unsur wacana yang berupa ' dunia fiktif' sepeni dalam fiksi ilmiah.
Pendengar akan merasa kagum bila ada anak yang berumur lima tahun
mengatakan ekpresi - -, sebaliknya tidak akan terjadi kekaguman bila
pawang ular yang berkatanya:
- - Kuring bisa maehan oray sendok
'Saya bisa membunuh ular kobra '
Pcrbedaan pendengar dari segi usia akan mengakibatkan langgapan yang
bcrbeda-beda. Jika ekspresi - - diucapkan dengan pendengar anak yang
berumur lima tahun, tiga puluh tahun atau nenek-nenek yang berumur
lujuh puluh tahun, maka tanggapan akan berbeda-beda.
- - Anjeun teh geulis pisano
'Kamu cantik sekali.'
Ekspresi - - diucapkan dengan pendengar yang berusia lima tahun tentu
lidak lazim, paling yang akan muncul ekspresi 'Maneh teh pigeuliseun'
'Kamu kelak kalau sudah besar cantik', ekspresi - - bagi pendengar
yang berusia lima tahun hanya diucapkan bila pembicara memang
memuji dengan sebenarnya -biasanya di dalarn hati-. Bagi pendengar
yang berusia tiga puluh tahun ekspresi ini sangat lazim, entah dengan
maksud memuji sebenarnya, atau merayu. Lain halnya bagi pendengar
yang berusia tujuh puluh tahun -nenek-nenek- dapat berarti dahulunya ia
cantik atau memang menghina. \
cUngkapan yang sarna dapat memiliki arti yang berbeda bergantung
pada perangkat benda yang menjadi konteksnya.
Perhatikanlah data berikut:
- - a. Da di dieu mah teu aya nu kitu.
'Sebab di sini itu tak ada yang begitu' .
b. Kumaha di dieu bae atuh ari kitu mah.
'Bagaimana di sini saja kalau temyata begitu'.
c. Di dieu meuncit reungit di ditu meuncit domba'
'Kami di sini menyembelih nyamuk karnu di sana menyem
belih kambing'
Frasa deiktik tempat -lokatif- di dieu 'di sini' pada -l a- mengacu pada
tempat, bermakna pihak, lokasi, sekitar, daerah, kampung atau rumah;
pada -l b- di dieu 'di sini' mengacu pada pronomina persona I tunggal,
bermakna 'saya'; pada -l c- di dieu 'di sini' bermakna baik pronomina
persona maupun lokasi, atau pronomina I jamak -kelompok- . Kita dapat
memperhatikan adanya deiktis persona, lokasional dan temporal. Seperti
di dalam bahasa negara kita , bahasa Sunda mem iliki deiktis lokasional
yang dapat disulih dengan pronomina personal dalarn kalimat tertentu.
Deiktis temporal dapat mengacu pada jarak waktu yang tidak sarna,
di dalarn bahasa Sunda sepeni pada ayeuna 'sekarang', yang terdapat
pada:
- - a. Ayeuna mah sagala aya atuh.
'Sekarang' ini musim segala ada'.
b. Hayu urang angkat ayeuna!
'Mari ki ta pergi sekarang'.
c. Ayeuna mah keur usum hujan.
'Sekarang ini lagi musim hujan'. ,
Ekspresi - a- kata ayeuna 'sekarang' memiliki jarak waktu yang
panjang, sedangkan pada -l b- ayeuna 'sekarang' memiliki jarak wakru
sesaat saja, pada - c- ayeuna 'sekarang' memiliki jarak waktu selarna
enam bulan musim hujan.
Unsur-unsur seperti pembicara, pendengar, dan benda atau peristiwa
yang menjadi acuan dapat dirinci. Rincian dapat memberi tanda keterang
an bagi eksistensinya dan hubungannya dengan pembicara yang mem
perkenalkannya pada percakapan iru. Setiap orang memiliki berbagai cara
untuk memperkenalkannya sesuai dengan konteks. Ciri-ciri orang dapat
diperjelas misalnya dengan ciri luamya atau dengan uraian yang .agak
emosional, bahkan dapat pula dinyatakan dengan pcrbuatan yang sedang
dilakukan orang ini . Cara memperkenaJkan melaJui:
- - Rincian ciri luar:
- - a. Budak awewe nu buukna panjang teh dulur kuring.
'Anak perempuan yang berambut panjang itu saudara saya'.
b.
Lalak.i nu dedeg sana kumisna kande/ teh geuning dulur ma
nehna.
'Laki-laki yang tinggi besar berkumis tebal ilu lemyata sau
daranya'.
c.
Itu saha dibaju katuncar mawur?
'Siapa itu yang berbaju "ketumbar tumpah"
-berbintik-bintik kecil sebesar ketumbar-?'
- - Rincian emosional:
- -
a. Budak awewe nu geulis camperenik teh emok dina samak.
'Anak perempuan yang cantik kecil mungil itu duduk di alas
likar' .
b.
Budak harak jeung bengal teh teu bogaeun balur ulin.
'Anak yang galak dan senang menganggu yang lain itu tidak
mempunyai teman bennain'.
c.
Istri nu songong teh ayeuna bade ngalih ka Sukabumi.
'Perempuan yang berkala kasar itu sekarang akan pindah ke
Sukabumi'.
- - Rincian perbuatan:
- -
a. Pameget nu ngabedega di lawang teh gandekna.
'Laki-laki yang berdiri tegak di tempat masuk itu pembantu
nya'.
b.
Budak lalaki nu nulak cangkeng itu teh anak batur kuling.
'Anak laki-laki yang benolak pinggang itu, anak temanku'.
c.
Nu nuju luang mani ngalimed teh putra bib.i ti Cihideung.
'Yang sedang makan nikmat dan bemafsu itu anak bibi dari
Cihideung'.
- - Rincian campuran -Misalnya, emosional dan perbuatan-:
- -
a. Budak nu keur nulak cangkeng bari ngaheot teh geulis siga
indungna.
'Anak yang sedang benolak pinggang sambil bersiul itu
cantik sepeni ibunya'.
b.
Bapa Lurah nuju nyeuseulan Si Astra da sok cocorokot.
'Bapak Lurah sedang memarahi Si Astra karena sering
. mengambil barang orang lain tanpa pamit'.
c.
Ibu-ramana teh caralikeun, na ari putrana bet harak.
'Ibu-bapaknya itu pendiam, tetapi anaknya mengapa galak'.
Unsur yang dapat muncul selain yang disebutkan terdahulu, adalah
rincian yang melibatkan orang seorang di dalam masyarakat. Oalam suatu
konteks sosial yang khusus hanya satu peranan yang dilakukan oleh orang
pada waktu dan ruang tertentu -time-space - lokasional-. Perhatikanlah
Contoh yang sering muncul di dalam surat kabar atau majalah.
- -
a. Dr. Habibie nampa tamu ti mancanagara.
'Dr. Habibie menerima tamu dari luar negeri'.
b.
Ketua Umum Tim Penggerak PKK Propinsi Ja-Bar Ibu
Hajjah Emmy Sari amah Yogie masihkeun piala ka nu
unggul dina lomba Kejar Paket A ....
'Ketua Umum Tim Penggerak PKK propinsi Ja-Bar Ibu
Hajjah Emmi Sariamah Yogie memberikan piala kepada
pemenang lomba Kejar Pakel ... '.
c.
Wali kota Bandung Ateng Wahyudi masihkeun sumbangan
kayalim piatu ....
'Wali KOla Bandung Ateng Wahyudi memberikan sumba
ngan kepada yalim piatu ... '.
Oalam seliap kasus pada contoh - a-, -l b-, dan -l c-, orang kenal
karena peranannya yang relevan bagi isi tulisan, atau oleh peranannya
yang dikenal umum . Setiap orang dalam berita ini mungkin men
jalankan peranan lain, misalnya, sebagai orang tua, anak, kemenakan,
saudara, pemain olah raga, alau pelukis. Akan tetapi peranan itu tidak
relevan bagi konteks ini sehingga tidak ditampilkan pad a koteks
ini -lihat Moeliono dan Sunjono Oardjowidjojo, ed., -.
Mungkin peranan yang lebih dari satu relevan bagi keadaan pada
waktu tertentu. Hal itu sering dinyatakan sebagai konteks antara peranan
peranan itu. Perhatikanlah contoh - - berikul ini.
- -
a. Kuring resep ka manehna lamun keur jadi jelema jegug tapi
ari dina kahirupan sapopoe mah manehna teh malaral.
'Saya senang kepadanya bila -ia- sedang menjadi orang