Home » All posts
tidak, Anda akan pingsan sampai koma sebelum Anda menyelesaikan kilometer pertama.
Namun bahaya ini dihindari oleh sifat ketiga air.
Yang pertama adalah kapasitas termal air. Artinya, untuk mening-katkan suhu air,
diperlukan panas yang tinggi. Tubuh kita terdiri atas 70% air, tetapi berkat kapasitas
termalnya, air itu tidak menjadi panas dengan cepat. Bayangkan sebuah gerakan yang
meningkatkan panas tubuh se-besar 10OC. Jika tubuh kita mengandung alkohol alih-alih air,
gerakan yang sama akan meningkatkan suhu tubuh 20OC, dan untuk zat lain dengan
kapasitas termal lebih rendah, keadaan bahkan akan lebih buruk: menaikkan 50OC untuk
garam, 100OC untuk besi, dan 300OC untuk timbal. Kapasitas termal air yang tinggi lah
yang mencegah terjadinya perubahan panas sebesar itu.
Namun, bahkan kenaikan 10OC akan fatal, seperti telah disebutkan di atas. Untuk
mencegahnya, sifat kedua air—panas laten—berperan di sini.
Untuk menjaga tubuh tetap sejuk terhadap panas yang dihasilkan, tubuh
menggunakan mekanisme keringat. Ketika kita berkeringat, air menyebar di permukaan
kulit dan dengan cepat menguap. Tetapi karena panas laten air sangat besar, penguapan itu
membutuhkan panas yang besar pula. Panas ini tentu saja diambil dari tubuh sehingga
kita tetap sejuk. Proses penyejukan ini begitu efektif sehingga terkadang me-nyebabkan kita
merasa kedinginan meskipun cuaca agak panas.
Karena itulah, seseorang yang telah berlari sejauh sepuluh kilometer akan berkurang
suhu tubuhnya sampai 6OC sebagai akibat penguapan air satu liter saja. Semakin banyak
energi yang dikeluarkannya, semakin meningkat suhu tubuhnya, namun pada saat yang
sama, semakin banyak dia berkeringat dan menjadi sejuk. Di antara faktor-faktor yang
membuat sistem pengatur panas tubuh bekerja seluar biasa ini, yang utama adalah sifat
termal air. Tidak ada zat cair lain akan me-nyediakan sistem pengeluaran keringat seefesien
air. Contohnya, jika alkohol menggantikan air, pengurangan panas hanya sebesar 2,2OC;
bahkan pada amonia, hanya sebesar 3,6OC.
ada aspek penting lain dalam hal ini. Jika panas yang dilepaskan dalam tubuh
tidak dibawa ke permukaan, yaitu ke kulit, baik kedua sifat air maupun proses pengeluaran
keringat tidak akan berguna. Karena itulah struktur tubuh juga harus menjadi penghantar
panas yang baik. Pada poin inilah, satu lagi sifat penting air berperan: Tidak seperti zat cair
lainnya, air memiliki kapasitas sangat tinggi untuk konduktivitas termal, yaitu kemampuan
menghantarkan pa-nas. Karena alasan ini, tubuh membawa panas yang dihasilkan di dalam-
nya ke kulit. (Saluran darah dekat kulit melebar untuk tujuan ini dan itulah sebabnya kita
memerah ketika terlalu panas.) Jika konduktivitas termal air berkurang separo atau
sepertiganya, laju penghantaran panas ke kulit akan jauh lebih lambat, dan ini akan
membuat bentuk kehidupan kompleks seperti mamalia tidak mungkin hidup.
Semua itu menunjukkan bahwa tiga sifat termal air yang sangat berbeda bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang sama: mendinginkan tubuh makhluk hidup yang kompleks
seperti manusia. Air adalah zat cair yang dirancang khusus untuk tugas ini.
Sebuah Dunia Bersuhu Sedang
Kelima macam sifat termal air yang disebutkan dalam buku Hen-derson, The Fitness
of Environment, juga memainkan peran penting dalam menghasilkan iklim yang ramah dan
seimbang yang dimiliki bumi.
Panas laten dan kapasitas termal air yang lebih besar dibandingkan zat cair lainnya
adalah penyebab air memanas dan mendingin lebih lam-bat dibandingkan daratan. Pada daratan,
perbedaan suhu antara tempat ter-panas dan terdingin dapat mencapai 140OC: di laut,
perbedaan ini paling banyak berkisar antara 15O-20OC. Situasi serupa ada dalam
perbedaan suhu di malam dan siang hari: pada lingkungan gersang di daratan, perbedaan
suhu bisa mencapai 20O-30OC; di laut, perbedaannya tidak pernah lebih dari beberapa
derajat. Dan tidak hanya laut yang di-pengaruhi seperti ini: Uap air di atmosfer juga
merupakan agen keseim-bangan yang besar. Salah satu akibatnya adalah di daerah gurun di
mana uap air sangat sedikit, perbedaan antara suhu siang dan malam hari sangat ekstrem
sedangkan daerah di mana iklim laut dominan, perbeda-an ini lebih kecil.
Berkat sifat-sifat termal air yang unik, perbedaan suhu antara musim panas dan
musim dingin atau antara malam dan siang yang selalu konstan dalam batasan-batasan
tertentu sehingga manusia dan bentuk kehidupan lainnya dapat bertahan hidup. Jika
permukaan dunia kita memiliki air lebih sedikit dibandingkan daratan, perbedaan suhu antara
ma-lam dan siang akan jauh lebih besar, bidang daratan yang luas akan men-jadi gurun, dan
kehidupan tidak mungkin ada, atau setidaknya, jauh lebih sulit. Demikian pula, jika sifat
termal air tidak seperti sekarang ini, hasilnya adalah sebuah planet yang sangat tidak sesuai
untuk kehidupan.
Disimpulkan, sifat ini mempunyai tiga keutamaan. Pertama, sifat ini dengan kuat
menyeragamkan dan membatasi suhu bumi; kedua, sifat ini memung-kinkan pengaturan
suhu yang sangat efektif pada organisme hidup; dan ketiga, sifat ini mendukung siklus
meteorologis. Semua pengaruh ini benar-benar maksimum, karena tidak ada zat lain
dapat dibandingkan dengan air dalam hal ini.
Sifat-sifat air yang telah kita bahas sampai sekarang adalah sifat termal: yaitu sifat-
sifat yang berkaitan dengan panas. Air juga memiliki sejumlah sifat fisik yang ternyata juga
sangat tepat bagi kehidupan.
Salah satunya adalah tegangan permukaan air yang sangat tinggi. “Tegangan
permukaan” didefinisikan sebagai sebuah perilaku permu-kaan-bebas dari zat cair untuk
menyerupai kulit elastis di bawah penga-ruh tegangan. Perilaku ini disebabkan oleh gaya
tarik antara molekul-molekul dalam permukaan zat cair.
Contoh terbaik pengaruh tegangan permukaan dapat dilihat pada air. Bahkan
tegangan permukaan air sangat tinggi sehingga menyebab-kan beberapa fenomena fisik
yang aneh terjadi. Sebuah cangkir dapat menampung sejumlah air yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan tinggi cang-kir itu sendiri tanpa tumpah. Jarum besi yang secara hati-hati
diletakkan di atas permukaan air yang tidak bergerak akan mengambang.
Tegangan permukaan air jauh lebih tinggi dibandingkan tegangan per-mukaan zat cair lain.
Beberapa konsekuensi biologis dari sifat ini sangat penting dan ini tampak jelas terutama
pada tanaman.
Pernahkan Anda bertanya-tanya bagaimana tanaman mampu mem-bawa air dari
kedalaman tanah bermeter-meter ke atas tanpa pompa, otot, atau semacamnya? Jawaban
untuk teka-teki ini adalah tegangan per-mukaan. Saluran dalam akar dan batang tanaman
dirancang untuk me-manfaatkan tegangan permukaan air yang tinggi. Saluran-saluran ini
semakin tinggi semakin mengecil dan memicu air “merayap ke atas” dengan
sendirinya.
Yang memungkinkan rancangan sempurna ini adalah tegangan per-mukaan air yang
tinggi. Jika tegangan permukaan air sama rendahnya dengan tegangan pada kebanyakan zat
cair lainnya, secara fisiologi tidak mungkin bagi tanaman besar seperti pohon-pohonan
untuk hidup di tanah kering.
Konsekuensi penting lain dari tingginya tegangan permukaan air adalah peretakan
batu. Karena tegangan permukaannya, air bisa menem-bus ke celah-celah terdalam melalui
retakan-retakan terkecil di mana air membeku ketika suhu turun di bawah nol. Seperti kita
ketahui, air mem-punyai sifat tidak normal dengan mengembang ketika membeku.
Pengembangan ini menimbulkan tekanan di dalam batu yang akhirnya memicu batu
pecah. Proses ini sangat penting karena melepaskan mineral yang terperangkap dalam batu
ke dalam lingkungan dan juga membantu formasi tanah.
Sifat-Sifat Kimia Air
Di samping sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat kimia air juga sangat sesuai untuk
kehidupan. Di antara sifat-sifat kimia air, yang terutama adalah bahwa air merupakan
pelarut yang baik: Hampir semua zat kimia bisa dilarutkan dalam air.
Konsekuensi yang sangat penting dari sifat kimia ini adalah mineral-mineral dan zat-
zat yang berguna yang terkandung tanah terlarut dalam air dan dibawa ke laut oleh sungai.
Diperkirakan lima milyar ton zat di-bawa ke sungai setiap tahun. Zat-zat ini penting
bagi kehidupan laut.
Air juga mempercepat (mengkatalisis) hampir semua reaksi kimia yang diketahui.
Sifat kimia air yang penting lainnya adalah reaktivitas kimianya ada pada tingkat yang ideal.
Air tidak terlalu reaktif yang mem-buatnya berpotensi merusak (seperti asam sulfat) dan
tidak juga terlalu lamban (seperti argon yang tidak bereaksi kimia). Mengutip Michael Den-
ton: “Tampaknya, seperti semua sifatnya yang lain, reaktivitas air ideal baik bagi peran
biologis maupun geologisnya.” 80
Detail lain tentang kesesuaian sifat-sifat kimia air untuk kehidupan selalu terungkap
ketika para peneliti menyelidiki zat ini lebih jauh. Harold Morowitz, seorang profesor
biofisika dari Universitas Yale, menyatakan:
Beberapa tahun ke belakang telah menyaksikan studi yang berkembang tentang
sebuah sifat air yang baru dipahami (yaitu, konduktansi proton) yang ternyata hampir unik
bagi zat ini , merupakan unsur kunci transfer energi biologis, dan tentu saja penting
bagi asal usul kehidupan. Semakin dalam dipelajari, semakin terkesan sebagian dari kami
dengan kesesuaian alam dalam bentuk yang begitu tepat.....
Viskositas Ideal Air
Setiap kali kita memikirkan zat cair, bayangan yang terbentuk dalam pikiran kita
adalah zat yang sangat cair. Kenyataannya, zat cair yang ber-beda memiliki tingkat
viskositas (kekentalan) yang berbeda: Kekentalan ter/aspal, gliserin, minyak zaitun, dan
asam sulfat, misalnya, sangat bervariasi. Dan jika kita bandingkan zat-zat cair ini
dengan air, perbedaannya menjadi lebih jelas. Air 10 juta kali lebih cair dibandingkan aspal,
1.000 kali lebih cair dibandingkan gliserin, 100 kali lebih cair dibandingkan minyak zaitun, dan 25
kali lebih cair dibandingkan asam sulfat.
Seperti yang ditunjukkan oleh perbandingan singkat itu, air memiliki tingkat
viskositas yang sangat rendah. Bahkan, jika kita mengabaikan beberapa zat seperti eter dan
hidrogen cair, air ternyata berviskositas lebih kecil dari apa pun kecuali gas.
Apakah kekentalan air yang rendah menguntungkan bagi kita? Akan berbedakah
keadaan jika zat cair vital ini memiliki kekentalan lebih besar atau lebih kecil? Michael
Denton menjawabnya untuk kita:
Kesesuaian air akan berkurang jika kekentalan air lebih rendah. Struktur sistem
kehidupan akan bergerak jauh lebih acak di bawah pengaruh gaya-gaya deformasi jika
kekentalan air sama rendahnya dengan hidrogen cair.... Jika kekentalan air sangat lebih
rendah, struktur yang rawan akan mudah dikacaukan... dan air tidak akan mungkin
mendukung struktur mikroskopik rumit yang permanen. Arsitektur molekular sel yang
rawan mungkin tidak akan bertahan.
Jika kekentalan lebih tinggi, gerak terkon-trol makromolekul yang besar dan ter-
utama struktur seperti mitokondria dan organel-organel kecil tidak akan mung-kin,
demikian pula proses-proses se-perti pembelahan sel. Semua aktivitas penting sel akan
membeku dengan efektif, dan jenis-jenis kehidupan seluler yang jauh menyerupai yang
biasa kita kenal akan tidak mungkin ada. Perkembangan organisme yang lebih tinggi, yang
secara kritis bergantung pada kemampuan sel untuk bergerak dan merangkak dalam fase
embriogenesis, pasti tidak mungkin terjadi jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dari
kekentalan normal. 82
Kekentalan air yang rendah tidak hanya penting untuk gerak seluler, namun juga
untuk sistem sirkulasi.
Semua makhluk hidup dengan ukuran tubuh lebih dari seperempat milimeter
memiliki sistem sirkulasi pusat. Hal ini karena pada ukuran le-bih dari itu, tidak mungkin
makanan dan oksigen didifusikan ke seluruh tubuh organisme. Artinya, makanan dan
oksigen tidak bisa lagi masuk secara langsung ke dalam sel, dan produk sampingannya pun
tidak bisa dibuang begitu saja. Ada banyak sel dalam tubuh sebuah organisme, karenanya
oksigen dan energi yang diambil tubuh perlu didistribusikan (dipompa) ke tubuh melalui
“saluran”; dan saluran lain diperlukan pula untuk mengangkut buangan. “Saluran” ini
adalah pembuluh vena dan arteri dalam sistem sirkulasi. Jantung adalah pompa yang
menjaga sistem ini agar terus bekerja, sementara zat yang dibawa melalui “saluran” itu
adalah cairan yang kita sebut “darah”, yang sebagian besar merupakan air, (95 % dari
plasma darah—materi yang tersisa setelah sel darah, pro-tein, dan hormon telah
dikeluarkan—adalah air.)
Itulah sebabnya kekentalan air sangat penting agar sistem sirkulasi berfungsi efisien.
Jika air memiliki kekentalan seperti aspal misalnya, pas-ti tidak ada jantung organisme yang
dapat memompanya. Jika air memi-liki kekentalan minyak zaitun, yang lebih kecil seratus
juta kali dibandingkan aspal, jantung mungkin bisa memompanya, namun akan sangat sulit dan
darah tidak akan pernah bisa mencapai miliaran kapiler di seluruh pelosok tubuh kita.
Mari kita cermati kapiler-kapiler ini . Tujuannya adalah memba-wa oksigen,
makanan, hormon, dan lain-lain yang penting bagi kehidup-an ke setiap sel di seluruh tubuh.
Jika sebuah sel berjarak lebih dari 50 mikron (satu mikron adalah satu milimeter dibagi
seribu) dari kapiler, maka sel ini tidak bisa memanfaatkan “layanan” kapiler. Sel
dengan jarak 50 mikron dari kapiler akan mati kela-paran.
Itulah sebabnya tubuh manusia dicip-takan sedemikian rupa sehingga kapilernya
membentuk jejaring yang menjangkau se-mua sel. Tubuh manu-sia normal memiliki sekitar
5 miliar kapiler yang panjangnya, jika dibentangkan, sekitar 950 kilometer. Pada se-bagian
mamalia, ada seba-nyak 3.000 kapiler dalam setiap satu sentimeter persegi jaringan otot.
Jika Anda menyatukan sepuluh ribu kapiler terkecil dalam tubuh manusia, hasil jalinannya
mungkin setebal isi pensil. Diameter kapiler bervariasi dari 3-5 mikron: sama dengan tiga
sampai lima milimeter dibagi seribu.
Jika darah akan menembus jalan sesempit itu tanpa terhambat atau melambat, maka
darah harus cair, dan berkat kekentalan air yang rendah, demikian adanya. Menurut Michael
Denton, jika kekentalan air sedikit saja lebih besar dari seharusnya, sistem sirkuasi darah
sama sekali tidak bermanfaat:
Sistem kapiler akan bekerja hanya jika zat cair yang dipompa melalui seluruh
tabungnya memiliki kekentalan yang sangat rendah. Kekentalan rendah sangat penting
karena aliran berbanding terbalik dengan kekentalan... Dari sini mudah dilihat bahwa jika
kekentalan air memiliki nilai hanya be-berapa kali lebih besar dari seharusnya, memompa
darah melalui kapiler akan memerlukan tekanan besar, dan hampir semua jenis sistem
sirkula-si pasti tidak akan bekerja…Jika kekentalan air sedikit lebih besar, dan kapiler
terkecil berdiameter 10 mikron alih-alih 3 mikron, maka kapiler harus memenuhi hampir
semua jaringan otot agar dapat menyediakan oksi-gen dan glukosa dengan efektif. Jelas
sekali rancangan bentuk kehidupan makros-kopik tidak akan mungkin dan sangat terbatasi....
Maka tampaknya keken-talan air harus demikian adanya agar menjadi perantara yang sesuai
bagi kehidupan.
Dengan kata lain, seperti semua sifat lainnya, kekentalan air juga “dirancang khusus”
untuk kehidupan. Mencermati kekentalan zat-zat cair berbeda, kita lihat antara satu zat
dengan yang lain ada selisih hingga miliaran kali. Di antara miliaran itu hanya ada satu zat
cair dengan keken-talan yang diciptakan tepat seperti yang diperlukan: air.
Segala sesuatu yang sudah kita ketahui dalam bab ini sejak awal menunjukkan bahwa
sifat termal, fisik, kimia, dan kekentalan air tepat seperti seharusnya demi keberadaan
kehidupan. Air dirancang begitu sempurna untuk kehidupan, sehingga dalam beberapa
kasus, hukum-hukum alam dilanggar demi tujuan ini . Contoh terbaik dari hal ini
adalah pengembangan yang tidak terduga dan tidak dapat dipahami pada volume air ketika
suhunya turun di bawah 4OC: Jika pengembangan tidak terjadi, es tidak akan mengambang,
lautan akan membeku menjadi padatan total, dan kehidupan tidak mungkin ada.
Air “begitu tepat” untuk kehidupan, sampai-sampai tidak dapat di-bandingkan dengan
zat cair lain. Sebagian besar planet ini, dunia dengan atribut lain (suhu, cahaya, spektrum
elektromagnetik, atmosfer, permu-kaan, dan lain-lain) yang semuanya sesuai untuk
kehidupan, telah diisi air dengan jumlah tepat untuk kehidupan. Jelaslah bahwa semua itu
bukan kebetulan, dan sebaliknya pasti merupakan rancangan yang disengaja.
Untuk menguraikannya dengan cara lain, semua sifat fisik dan kimia air
menunjukkan bahwa dia diciptakan khusus untuk kehidupan. Bumi, yang sengaja diciptakan
untuk tempat hidup umat manusia, dihidupkan dengan air yang khusus diciptakan untuk
membentuk dasar kehidupan manusia. Dalam air, Allah telah memberi kita kehidupan dan
dengannya Dia menumbuhkan makanan yang kita makan dari tanah.
Akan tetapi, aspek terpenting dari semua ini adalah bahwa kebe-naran ini, yang telah
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, di-ungkapkan dalam Al Quran, yang diturunkan
kepada umat manusia sebagai petunjuk empat belas abad yang lalu. Mengenai air dan umat
manusia, dikemukakan firman Allah dalam Al Quran:
“Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan,
yang pada (tempat tumbuhnya) kamu meng-gembalakan ternakmu. Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma,
anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An -
Nahl, 16: 10-11) !
Tidak seperti zat cair lain, air mengembang ketika membeku. Karena itulah, es
mengambang di air.
Karena air membeku dari atas ke bawah, samudra dunia tetap cair meskipun mungkin
ada lapisan es di permukaan. Jika air tidak memiliki sifat “luar biasa” ini, hampir semua air
di dunia membeku dan kehidupan di dalam laut tidak akan mungkin.
Sifat termal air memungkinkan kita membuang panas berlebihan dari tubuh dengan
cara berkeringat.
Volume air yang sangat besar dalam lautan di bumi menjaga temperatur planet ini
tetap seimbang. Itulah sebabnya, perbedaan temperatur antara siang dan malam sangat kecil
di daerah dekat laut, terutama di sepanjang pantai. Di daerah gurun jauh dari laut, perbedaan
temperatur antara siang dan malam bisa setinggi 40OC.
Tanaman dirancang untuk memanfaatkan tegangan permukaan air yang tinggi. Berkat
sifat ini, air dapat naik bermeter-meter bahkan sampai ke dedaunan di puncak pepohonan di
hutan.
Kekentalan air yang rendah sangat penting bagi kita. Jika air sedikit saja lebih kental,
tidak akan mungkin darah dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem kapiler. Sebagai contoh,
sistem pembuluh darah hati tubuh kita yang rumit (kiri) tidak akan pernah ada.
Kekentalan air yang rendah penting untuk semua makhluk hidup, bahkan tanaman.
Pembuluh-pembuluh kecil daun yang tampak pada gambar di atas bisa mengangkut air
karena air sangat cair.
Ada pemikiran dan tujuan dibalik alam semesta. Ada isyarat kehadiran Tuhan dalam
betapa abstraknya ilmu matematika menembus rahasia alam semesta, yang mengisyaratkan
adanya sebuah pemikiran rasional menciptakan dunia ini. Alam disesuaikan untuk
memungkinkan kehidupan dan kesadaran agar muncul.
John Polkinghorne, British Physicist
Sampai pada bab ini, kita telah mengamati betapa semua keseim-bangan fisik alam
semesta tempat kita hidup telah dirancang seca-ra khusus sehingga kita bisa hidup. Kita
telah melihat betapa struktur umum alam semesta ini, lokasi bumi di alam semesta, dan
faktor-faktor seperti udara, cahaya, dan air telah dirancang secara tepat untuk memiliki sifat
yang kita butuhkan. Di samping semua itu, kita juga perlu mencermati unsur-unsur yang
menyusun tubuh kita. Unsur-unsur kimia ini , unsur pembentuk tangan, mata, rambut,
dan organ-organ kita, seperti halnya semua makhluk hidup—tanaman dan binatang—yang
merupakan sumber makanan kita, telah dirancang secara khusus untuk memenuhi tujuan
mereka semestinya.
Fisikawan Robert E. D. Clark merujuk pada keberadaan rancangan khusus dan luar
biasa dalam unsur pembentuk kehidupan ketika dia berkata: “Seolah Sang Pencipta telah
memberi kita seperangkat bagian-bagian pracetak yang dibuat siap untuk bekerja.”
Di antara unsur-unsur pembentuk, karbon adalah unsur yang paling penting.
Rancangan pada Karbon
Pada bab sebelumnya kita menjelaskan proses yang luar biasa di mana karbon, unsur
yang menduduki posisi keenam dalam tabel periodik, dihasilkan dalam pusat bintang yang
sangat besar, yang disebut raksasa merah. Kita juga melihat bagaimana, setelah menemukan
proses yang menarik ini, Fred Hoyle tergerak untuk mengatakan bahwa “hukum fisika
nuklir telah dirancang secara sengaja dengan ber-dasar pada konsekuensi yang dihasilkan
pada bintang.”
Kalau kita mengamati karbon dengan lebih teliti, kita dapat melihat bahwa tidak
hanya su-sunan fisik unsur ini saja namun juga sifat kimianya dirancang secara sengaja agar
menjadi seperti seharusnya.
Karbon murni secara alamiah terjadi dalam dua bentuk: grafit dan berlian. Tetapi
karbon juga membentuk senyawa dengan bermacam unsur lain dan hasilnya adalah
berbagai jenis zat yang berbeda. Secara khusus benda organik kehidupan yang begitu
beragam—membran sel dan kulit kayu, lensa mata dan tanduk rusa, bagian putih telur dan
racun ular—semuanya tersusun oleh senyawa-senyawa yang berdasar karbon. Karbon,
dicampur dengan hidrogen, oksigen, dan nitrogen dalam bera-gam jumlah dan susunan
geometrik, menghasilkan begitu beragam materi dengan sifat-sifat yang jauh berbeda.
Beberapa molekul senyawa karbon mengandung hanya beberapa atom, yang lain
mengandung ratusan atau bahkan jutaan atom. Lebih jauh lagi, tidak ada unsur lain yang
memiliki manfaat seberagam karbon dalam pembentukan molekul dengan daya tahan dan
stabilitas seperti itu. Mengutip pendapat David Burnie dalam bukunya yang berjudul Life:
Karbon merupakan unsur yang sangat tidak biasa. Tanpa adanya karbon dan sifat
tidak biasanya, sepertinya tidak akan ada kehidupan di bumi.
Mengenai karbon, ahli kimia Inggris, Nevil Sidgwick, menulis dalam buku Chemical
Elements and Their Compounds:
Karbon merupakan unsur unik dalam jumlah dan ragam senyawa yang dapat
dibentuknya. Seperempat juta lebih telah diisolasikan dan dijelaskan, namun memberikan
ide yang sangat tidak sempurna akan kekuatannya, karena karbon merupakan dasar dari
semua benda hidup .
Baik ditinjau dari sisi fisika atau kimia, tidak mungkin kehidupan berdasarkan pada
unsur selain karbon. Pada suatu saat, silikon dikemu-kakan sebagai unsur lain yang
mungkin sebagai dasar kehidupan. Na-mun sekarang kita tahu bahwa dugaan ini tidak
mungkin. Mengutip pendapat Sidgwick lagi:
Sekarang kami cukup tahu untuk meyakini bahwa ide akan sebuah dunia di mana
silikon mengambil alih fungsi karbon sebagai dasar kehidupan tidaklah mungkin.....
Ikatan Kovalen
Ikatan kimia yang mengikat karbon ketika membentuk senyawa or-ganik disebut
“ikatan kovalen”. Ikatan kovalen terjadi ketika dua atom berbagi elektronnya.
Elektron-elektron sebuah atom menempati lapisan orbit spesifik yang mengelilingi
inti atom. Orbit yang terdekat dengan nukleus dapat ditempati tidak lebih dari dua elektron.
Pada orbit berikutnya elektron terbanyak adalah delapan elektron. Pada orbit ketiga, dapat
mencapai delapan belas. Jumlah elektron semakin meningkat dengan penambahan orbit.
Lalu, sebuah aspek yang menarik dari skema ini adalah atom “ingin” melengkapi
jumlah elektron dalam orbit. Misalnya, oksigen memiliki enam elektron pada orbit kedua
(dan yang paling luar), dan ini membuatnya lebih “berani” membentuk kombinasi dengan
atom lain-nya yang akan menyediakan dua kelebihan elektron yang diperlukan untuk
menaikkan jumlahnya menjadi delapan. (Kenapa atom bertindak seperti itu adalah sebuah
pertanyaan yang tidak terjawab. Namun dengan berperilaku seperti itu merupakan hal yang
bagus: karena jika tidak, kehidupan tidak akan mungkin.)
Ikatan kovalen merupakan hasil dari kecenderungan atom untuk melengkapi elektron
pada orbitnya. Dua atau lebih atom dapat mengisi kekurangan dalam orbitnya dengan saling
berbagi elektron. Sebuah contoh yang bagus adalah molekul air (H2O), yang unsur
pembentuknya (dua atom hidrogen dan satu atom oksigen) membentuk ikatan kovalen.
Dalam senyawa ini, oksigen melengkapi jumlah elektron pada orbit kedua menjadi delapan
dengan berbagi dua elektron (masing-masing satu elektron) dari orbit dua buah atom
hidrogen; dengan cara yang sama, setiap atom hidrogen “meminjam” satu elektron dari
atom oksigen untuk melengkapi kulitnya sendiri.
Karbon sangat piawai dalam membentuk ikatan kovalen dengan atom lain (termasuk
atom karbon) yang memungkinkan terbentuknya sejumlah besar senyawa. Salah satu contoh
dari senyawa ini yang paling sederhana adalah metana: gas biasa yang dibentuk dari ikatan
kovalen empat atom hidrogen dan satu atom karbon. Hanya dengan enam elek-tron, orbit
terluar karbon kekurangan empat elektron untuk menggenap-kan menjadi delapan, tidak
seperti oksigen yang kekurangan dua, dan karena inilah, empat atom hidrogen diperlukan
untuk melengkapinya.
Telah disebutkan bahwa karbon memiliki beragam kemampuan dalam membentuk
ikatan dengan atom lain dan kemampuan inilah yang menghasilkan beragam senyawa.
Kelompok senyawa yang dibentuk secara eksklusif dari karbon dan hidrogen disebut
“hidrokarbon”. Kelompok ini merupakan kelompok senyawa yang sangat beragam yang
meliputi gas alam, bensin, kero-sen, dan minyak oli. Hidrokar-bon seperti etilen dan
propilen adalah dasar pembentuk in-dustri petrokimia modern. Hidrokarbon seperti benze-
na, toluena, dan terpentin tidak asing lagi bagi siapa pun yang kerjanya berhu-bungan
dengan cat. Naptalen yang melindungi pakaian kita dari ngengat adalah hidrokarbon lainnya.
Dengan tambahan klorin da-lam senyawa, beberapa hidrokarbon menjadi zat bius; dengan
tambahan florin, kita memiliki freon, gas yang banyak digunakan dalam AC.
ada kelompok senyawa penting lain bentukan dari karbon, hi-drogen, dan
oksigen yang berikatan kovalen satu dengan lainnya. Dalam kelom-pok ini kita temukan
alkohol seperti etanol dan propanol, keton, aldehid, dan asam lemak, sebagai salah satu dari
sekian banyak senyawa. Kelompok senyawa lain yang tersusun dari karbon, hidrogen, dan
oksi-gen adalah gula, yang mencakup glukosa dan fruktosa.
Selulosa yang menyusun kerangka kayu dan bahan kertas mentah adalah karbohidrat.
Begitu juga dengan cuka. Demikian pula lilin lebah dan asam formiat. Setiap senyawa dan
bahan-bahan yang begitu beragam yang terbentuk alami di dunia kita ini “tidak lebih”
merupakan susunan berbeda dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang diikat ber-sama oleh
ikatan kovalen.
Ketika karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen membentuk ikatan seperti itu,
hasilnya adalah sekelompok molekul yang merupakan dasar dan struktur kehidupan itu
sendiri: asam amino yang menyusun protein. Nukleotida yang menyusun DNA juga
merupakan molekul yang di-bentuk dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.
Singkatnya, ikatan kovalen yang mampu dibentuk oleh atom karbon sangat penting
untuk keberadaan kehidupan. Andaikan hidrogen, kar-bon, nitrogen, dan oksigen tidak
terlalu “berani” saling berbagi elektron, maka kehidupan tidak akan mungkin.
Yang memungkinkan karbon membentuk ikatan-ikatan ini adalah sebuah sifat
yang disebut para ahli kimia sebagai “keadaan meta-stabil”, sebuah keadaan dengan
ambang yang sangat tipis di atas stabil. Ahli biokimia, J. B. S. Haldane, menjelaskan
keadaan metastabil sebagai:
Molekul metastabil berarti molekul yang mampu melepaskan energi bebas dengan
transformasi, namun cukup stabil untuk bertahan lama kecuali diaktifkan oleh panas, radiasi,
atau penyatuan dengan katalis.90
Istilah yang agak teknis ini berarti bahwa karbon memiliki struktur agak unik, oleh
karenanya, sangat mudah bagi karbon membentuk ikatan kovalen dalam kondisi normal.
Akan tetapi, tepat di sinilah karbon mulai membuat penasaran ka-rena karbon
metastabil hanya dalam kisaran suhu yang sangat sempit. Lebih tepatnya, senyawa karbon
menjadi sangat tidak stabil jika suhu di atas 100OC.
Fakta ini sangat lumrah dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga sebagian besar
dari kita tidak menganggapnya istimewa. Misalnya ketika kita memasak daging, yang kita
lakukan sebenarnya adalah mengubah struktur senyawa karbonnya. Namun ada sesuatu
yang perlu kita catat di sini: Daging matang menjadi benar-benar “mati”; yaitu struktur
kimianya berbeda dengan yang dimiliki daging ini ketika masih merupakan bagian
organisme hidup. Sesungguhnya sebagian besar senyawa karbon menjadi “tidak alami”
pada suhu di atas 100OC: sebagian besar vitamin misalnya, terurai begitu saja; gula juga
mengalami perubahan struktur dan kehilangan sebagian nilai gizi; dan pada suhu sekitar
150OC, senyawa karbon akan mulai terbakar.
Dengan kata lain, jika atom karbon harus melakukan ikatan kovalen dengan atom-
atom lain dan jika senyawa yang dihasilkan harus tetap stabil, maka suhu lingkungan ha-rus
tidak lebih dari 100OC. Seba-liknya batas bawah adalah sekitar 0OC: Jika suhu turun jauh
di ba-wah 0OC, biokimia organik men-jadi tidak mungkin.
Dalam kasus senyawa lain, secara umum keadaan ini bukan-lah yang terjadi.
Sebagian besar senyawa anorganik tidak meta-stabil; kestabilannya tidak terlalu
dipengaruhi oleh perubahan su-hu. Untuk mengetahuinya mari kita lakukan sebuah
percobaan. Tusuk sepotong daging di ujung sebatang logam panjang, misal-nya besi dan
panaskan keduanya di atas api. Bersamaan suhu me-manas, daging akan menghitam dan
akhirnya terbakar jauh sebe-lum terjadi apa-apa dengan logam ini . Hal yang sama akan
terjadi juga jika Anda meng-ganti logam dengan batu atau kaca. Anda harus meningkatkan
panas sampai beberapa ratus derajat sebelum struktur benda-benda ini berubah.
Saat ini, Anda tentu sudah mendapati kesamaan antara kisaran suhu yang diperlukan
untuk pembentukan dan kestabilan ikatan kovalen se-nyawa karbon dan kisaran suhu yang
umum pada planet kita. Seperti telah dibahas di bagian lain, di seluruh alam semesta, suhu
berkisar dari jutaan derajat dalam pusat bintang sampai nol derajat mutlak (-273,15OC).
Namun bumi, yang telah diciptakan untuk umat manusia agar hidup di dalamnya, memiliki
kisaran suhu sempit yang mutlak diperlukan bagi pembentukan senyawa karbon sebagai
unsur pembentuk kehidupan.
Namun “kebetulan” yang menarik tidak berakhir di sini. Kisaran suhu yang sama
merupakan satu-satunya keadaan di mana air tetap cair. Seperti yang telah kita bahas pada
bab sebelumnya, air yang cair meru-pakan salah satu syarat utama kehidupan, untuk tetap
cair, air memerlu-kan suhu yang tepat sama dengan suhu senyawa karbon agar dapat ter-
bentuk dan stabil. Tidak ada “hukum” fisika atau alam yang mengha-ruskan keadaan seperti
ini, dan berdasarkan fakta ini, terbukti bahwa sifat fisik air dan karbon dan keadaan planet
bumi diciptakan selaras antara satu dan lainnya.
Ikatan Lemah
Ikatan kovalen bukan satu-satunya bentuk ikatan kimia yang men-jaga kestabilan
senyawa-senyawa bagi kehidupan. ada jenis ikatan lain dan berbeda yang dikenal
sebagai “ikatan lemah”.
Ikatan ini sekitar dua puluh kali lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen, dari sinilah asal
namanya; namun ikatan ini tidak kurang penting bagi proses-proses kimia organik.
Berkat ikatan yang lemah ini, protein yang membangun unsur pembentuk makhluk hidup
mampu menjaga struktur tiga dimensi yang rumit dan sangat vital.
Untuk menerangkannya, kita harus membahas secara ringkas struk-tur protein.
Protein biasanya digambarkan sebagai sebuah “rantai” asam amino. Pada dasarnya
pengandaian ini benar, namun tidak lengkap. Pengandaian ini tidak lengkap, karena bagi
kebanyakan orang sebuah “rantai asam amino” dibayangkan sebagai suatu untaian mutiara
sedang-kan asam amino yang menyusun protein memiliki struktur tiga dimensi yang lebih
menyerupai sebatang pohon dengan cabang-cabang berdaun.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang menahan atom-atom asam amino untuk bersatu.
Ikatan yang lemah adalah ikatan yang menjaga struktur tiga dimensi yang penting dari
asam-asam ini . Tidak ada protein bisa bertahan tanpa ikatan yang lemah ini. Dan tentu
saja tanpa protein, tidak akan ada kehidupan.
Sekarang yang menarik dari masalah ini adalah bahwa kisaran suhu yang
memungkinkan ikatan lemah terbentuk sama dengan kisaran suhu yang ada di bumi.
Hal ini agak aneh karena sifat fisik maupun kimia ikatan kovalen versus ikatan lemah
merupakan hal yang sangat berbeda dan saling tidak berhubungan. Dengan kata lain, tidak
ada alasan menga-pa ikatan-ikatan ini memerlukan kisaran suhu yang sama. Namun
begitulah kedua ikatan ini : Kedua tipe ikatan ini hanya dapat terbentuk dan tetap
stabil dalam kisaran suhu yang sempit itu. Andaikan tidak—andaikan ikatan kovalen
memerlukan kisaran suhu yang sangat berbeda dari ikatan yang lemah, misalnya—maka
ikatan ini tidak akan mungkin membentuk struktur tiga dimensi rumit yang dibutuhkan
protein.
Segala sesuatu yang telah kita ketahui tentang keluarbiasaan sifat-sifat kimia atom
karbon menunjukkan bahwa ada keselarasan di an-tara unsur ini, yang merupakan
pembentuk dasar kehidupan, air yang juga penting bagi kehidupan, dan planet bumi yang
merupakan tempat bernaung kehidupan ini . Dalam Nature's Destiny, Michael Denton
menekankan keselarasan ini ketika mengatakan:
Dari kisaran suhu yang sangat besar di alam semesta, hanya ada satu pita sempit
suhu yang didalamnya kita memiliki (1) air yang cair, (2) senyawa organik metastabil yang
melimpah, dan (3) ikatan lemah untuk menstabilkan struktur tiga dimensi molekul yang
rumit.
Dari seluruh benda di ruang angkasa yang kita amati, “pita sempit suhu” ini hanya
ada di bumi. Demikian pula, hanya di bumi, dua pem-bentuk dasar kehidupan—karbon dan
air—ditemukan dalam persediaan melimpah.
Semua itu menunjukkan bahwa atom karbon beserta sifat-sifat luar biasanya
dirancang secara khusus untuk kehidupan dan bahwa planet kita diciptakan untuk menjadi
tempat tinggal bagi kehidupan berbasis karbon.
Rancangan pada Oksigen
Kita telah mengetahui bagaimana karbon merupakan unsur pem-bentuk makhluk
hidup yang paling penting dan bagaimana karbon diran-cang secara khusus untuk
memenuhi fungsi ini . Tetapi keber-adaan semua bentuk kehidupan berbasis karbon
mutlak bergantung pada hal kedua: energi. Energi adalah kebutuhan yang mutlak bagi
kehidupan.
Tanaman hijau memperoleh energi mereka dari matahari melalui proses fotosintesis.
Bagi makhluk hidup lain di bumi—termasuk kita—satu-satunya sumber energi adalah
sebuah proses yang disebut “oksida-si”—kata keren dari “pembakaran”. Energi organisme
penghirup oksigen diperoleh dari pembakaran makanan yang berasal dari tumbuhan dan
binatang. Seperti yang Anda tebak dari istilah “oksidasi”, pembakaran ini merupakan
reaksi kimia yang menjadikan zat-zat teroksidasi —dengan kata lain, zat-zat digabungkan
dengan oksigen. Karena itulah oksigen sama mutlaknya bagi kehidupan seperti karbon dan
hidrogen.
Rumus umum pembakaran (oksidasi) adalah sebagai berikut:
Senyawa karbon + oksigen > air + karbon dioksida + energi
Artinya bahwa ketika senyawa karbon dan oksigen bergabung (tentu di bawah
kondisi yang tepat), sebuah reaksi berlangsung sehingga meng-hasilkan air dan karbon
dioksida dan melepaskan energi yang besar. Reaksi ini paling mudah terjadi pada
hidrokarbon (senyawa hidrogen dan karbon). Glukosa (sejenis gula yang juga hidrokarbon)
adalah senyawa yang secara tetap dibakar dalam tubuh Anda untuk menjaga agar tubuh
tetap mendapat pasokan energi.
Begitulah, hidrogen dan karbon yang menyusun hidrokarbon me-rupakan unsur yang
paling sesuai untuk berlangsungnya oksidasi. Di antara semua atom lainnya, hidrogen
paling mudah bergabung dengan oksigen dan melepaskan energi paling banyak dalam
proses ini . Jika Anda memerlukan bahan bakar untuk membakar dalam oksigen, Anda
tidak dapat menemukan yang lebih baik dibandingkan hidrogen. Dari nilainya sebagai bahan
bakar, karbon berada di urutan ketiga setelah hidrogen dan boron. Dalam buku The Fitness
of the Environment, Lawrence Henderson mengomentari kesesuaian luar biasa yang tampak
di sini:
Reaksi-reaksi kimia (ini di atas), yang karena banyak alasan lain tampak paling
sesuai untuk proses fisiologi, ternyata merupakan reaksi yang mampu mengalirkan energi
melimpah ke dalam arus kehidupan.
Rancangan pada Api
(atau Mengapa Anda Tidak Langsung Terbakar)
Sebagaimana kita ketahui, reaksi dasar yang melepaskan energi yang diperlukan bagi
kelangsungan organisme penghirup oksigen adalah oksi-dasi hidrokarbon. Tetapi fakta
sederhana ini menimbulkan pertanyaan menyulitkan: Jika tubuh kita tersusun terutama oleh
hidrokarbon, me-ngapa hidrokarbon dalam tubuh tidak teroksidasi juga? Dengan kata lain,
mengapa kita tidak langsung terbakar, seperti korek api digesekkan?
Tubuh kita secara terus-menerus berhubungan dengan oksigen da-lam udara namun
tidak teroksidasi: tubuh tidak terbakar. Mengapa tidak?
Alasan bagi keadaan yang bertolak belakang ini adalah bahwa di bawah suhu dan
tekanan normal, oksigen dalam bentuk molekul (O2) memiliki tingkat kelembaman
(keengganan) atau “nobilitas” yang besar. (Arti dalam istilah kimia, “nobilitas” adalah
keengganan atau ketidak-mampuan sebuah zat untuk melakukan reaksi kimia dengan zat
lain). Na-mun hal ini menimbulkan pertanyaan lain. Jika molekul oksigen begitu “enggan”
sampai menghindar dari membakar kita, bagaimana molekul yang sama berhasil melakukan
reaksi kimia di dalam tubuh kita?
Jawaban untuk pertanyaan ini, yang membingungkan para ahli ki-mia pada awal abad
ke-19, tidak diketahui sampai pertengahan kedua abad ke-20, ketika para peneliti biokimia
menemukan keberadaan enzim dalam tubuh manusia yang berfungsi hanya untuk memaksa
O2 di atmos-fer untuk memasuki reaksi kimia. Sebagai hasil serangkaian langkah yang
sangat rumit, enzim ini menggunakan atom besi dan tembaga dalam tubuh kita sebagai
katalis. Katalis adalah senyawa yang memulai sebuah reaksi kimia dan memungkinkan
reaksi ini berlanjut dalam keadaan berbeda (misalnya suhu yang lebih rendah, dan
lain-lain) yang mestinya tidak mungkin apabila tanpa katalis. 93
Dengan kata lain, ada hal yang sangat menarik: Oksigen meru-pakan unsur yang
mendukung oksidasi dan pembakaran, dan wajar orang berharap oksigen akan membakar
kita juga. Untuk mencegahnya, bentuk molekul O2 oksigen yang ada di atmosfer diberi sifat
kelembaman kimia yang kuat. Karena itulah oksigen tidak mudah bereaksi. Namun di lain
sisi, tubuh kita bergantung pada sifat pem-bakaran oksigen untuk energi tubuh dan karena
alasan itulah sel-sel kita dilengkapi dengan sis-tem enzim yang sangat rumit yang membuat
gas “enggan” ini sangat reaktif.
Selagi dalam bahasan ini, perlu ditunjukkan pula bahwa sistem en-zim merupakan
contoh rancangan yang begitu mengagumkan sehingga teori evolusi yang menyatakan
bahwa kehidupan muncul kebetulan tidak akan pernah mampu menjelaskannya. 94
ada pencegahan lain agar tubuh kita tidak terbakar, yang dise-but ahli kimia
Nevil Sidgwick sebagai “sifat kelembaman karbon”.
Artinya, karbon tidak terlalu mudah juga dalam bereaksi dengan oksigen di bawah
tekanan dan suhu normal. Dijelaskan dengan bahasa kimia, semua ini tampak agak sulit
dimengerti, namun sebetulnya yang akan digambarkan di sini adalah sesuatu yang pasti
sudah diketahui siapa pun yang pernah menyalakan perapian dengan tumpukan kayu atau
tungku batubara pada musim dingin atau mengadakan barbecue pada musim panas. Agar
api mulai menyala, Anda harus menyiapkan banyak perlengkapan (bahan bakar, pemantik
dan lain-lain) atau meningkatkan dengan tiba-ti-ba suhu bahan bakar sampai derajat sangat
tinggi (seperti dengan obor). Tetapi sekali bahan bakar itu terbakar, karbon di dalamnya
bereaksi de-ngan oksigen dengan cepat dan energi dilepas-kan dalam jumlah besar. Itulah
sebabnya sangat sulit menyalakan api tanpa sumber panas lain. Namun setelah pembakaran
dimulai, panas yang tinggi dihasilkan dan memicu senya-wa karbon lain yang terdekat
ikut terbakar sehingga api menyebar.
Jika kita mencermati masalah ini, kita dapat melihat bahwa api itu sendiri adalah
contoh rancangan paling menarik. Sifat kimia oksigen dan karbon telah dirancang
sedemikan rupa sehingga kedua unsur ter-sebut saling bereaksi (pembakaran) hanya ketika
ada panas tinggi. Ini juga bagus karena jika sebaliknya, kehidupan di planet ini tidak
akan menyenangkan atau bahkan tidak mungkin. Andaikan oksigen dan kar-bon hanya
sedikit lebih mudah saling bereaksi, pembakaran spontan — penyalaan dengan sendirinya
— dari manusia, pohon, dan binatang akan menjadi kejadian yang lumrah ketika cuaca
terlalu hangat. Misalnya, se-orang yang berjalan melalui gurun bisa secara tiba-tiba terbakar
di siang hari sangat terik; tanaman dan binatang akan dihadapkan pada risiko yang sama.
Bahkan andaikan kehidupan mungkin ada dalam dunia seperti itu, benar-benar tidak akan
menyenangkan.
Sebaliknya, andaikan karbon dan oksigen sedikit lebih lembam (yaitu agak kurang
reaktif) dari sekarang ini, akan lebih sulit menyalakan api: bahkan mungkin mustahil. Dan
tanpa api, kita bukan saja tak mampu menjaga tubuh tetap hangat: besar kemungkinan
bahwa tidak akan ada kemajuan teknologi di planet kita, karena kemajuan ini
bergantung pada kemampuan mengolah bahan-bahan seperti logam; dan tanpa pa-nas yang
disediakan oleh api, pemurnian dan pengolahan logam menjadi mustahil.
Semua hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat kimia karbon dan oksigen disusun
agar sangat sesuai bagi kebutuhan umat manusia. Berke-naan dengan hal ini, Michael
Denton mengatakan:
Ketidak-reaktifan atom karbon dan oksigen pada suhu lingkungan, diga-bungkan
dengan energi sangat besar yang dilepaskan begitu pembakaran dimulai, benar-benar cocok
bagi kehidupan di bumi. Kombinasi aneh ini tidak hanya menyediakan energi melimpah
bagi kehidupan tingkat tinggi dari ok-sidasi yang terkendali dan teratur, namun juga
memungkinkan penggunaan api terkendali oleh umat manusia, serta memungkinkan pe-
manfaatan energi pembakaran yang melimpah bagi kemajuan teknologi.
Dengan kata lain, karbon dan oksigen telah diciptakan dengan sifat-sifat yang paling
sesuai untuk kehidupan manusia. Sifat-sifat kedua un-sur ini memungkinkan kita
menyalakan api dan memanfaatkannya se-nyaman mungkin. Lebih jauh lagi, dunia penuh
dengan sumber karbon (misalnya kayu) yang sesuai bagi pembakaran. Semua itu
merupakan petunjuk bahwa api dan bahan-bahan untuk memulai dan memper-tahankannya
diciptakan khusus sesuai bagi kehidupan manusia. Dalam Al Quran, Allah berfirman
kepada umat manusia:
Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba
kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (QS. Yaasiin, 36: 80) !
Daya Larut Ideal Oksigen
pemakaian oksigen oleh tubuh sangat bergantung pada sifat gas un-tuk larut dalam
air. Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru kita saat kita menarik napas segera dilarutkan
dalam darah. Protein yang disebut he-moglobin menangkap molekul-molekul oksigen dan
membawanya ke sel tubuh lainnya di mana, berkat sistem enzim khusus yang dijelaskan
sebelumnya, oksigen digunakan untuk mengoksidasi senyawa karbon yang disebut ATP
untuk melepaskan energinya.
Semua organisme kompleks memperoleh energi mereka dengan cara ini. Tetapi
operasi sistem ini bergantung terutama pada daya larut ok-sigen. Jika oksigen tidak cukup
larut, oksigen yang akan memasuki darah dan sel tidak akan cukup dan tidak akan bisa
menghasilkan energi yang mereka butuhkan; di lain sisi, jika oksigen sangat larut, darah
akan kele-bihan oksigen dan memicu kondisi yang dikenal sebagai keracunan oksigen.
Perbedaan daya larut dalam air dari gas yang berbeda bervariasi de-ngan faktor
mencapai sejuta. Yaitu, gas yang paling mudah larut sejuta kali lebih gampang terlarut
dalam air dibandingkan gas yang paling tidak mudah larut, dan sangat sulit menemukan gas-gas
dengan daya larut sama. Misalnya, karbon dioksida larut dua puluh kali lebih mudah dalam
air dibandingkan oksigen. Tetapi di antara kisaran daya larut yang mungkin dimiliki, daya larut
oksigen benar-benar sesuai untuk kebutuhan kehi-dupan manusia.
Apa yang akan terjadi jika daya larut oksigen dalam air berbeda: sedikit lebih rendah
atau sedikit lebih tinggi?
Mari kita cermati kemungkinan pertama. Jika oksigen kurang larut dalam air (dan
juga dalam darah), oksigen yang masuk ke aliran darah hanya sedikit dan sel-sel tubuh akan
kekurangan oksigen. Ini akan mem-buat kehidupan sangat sulit bagi organisme
bermetabolisme aktif seperti manusia. Betapapun hebatnya Anda bernapas, Anda secara
terus-mene-rus akan menghadapi bahaya mati lemas karena tidak cukup oksigen yang
sampai ke dalam sel-sel tubuh Anda.
Sebaliknya, jika daya larut oksigen dalam air lebih tinggi, Anda akan dihadapkan
pada ancaman keracunan oksigen, yang dijelaskan di atas. Sebetulnya, oksigen merupakan
zat yang berbahaya: Jika sebuah organis-me mendapatkan terlalu banyak oksigen, akibatnya
bisa fatal. Sebagian oksigen dalam darah bereaksi dengan air darah. Jika jumlah oksigen
yang terlarut terlalu tinggi, maka dihasilkan zat yang sangat reaktif dan merusak. Salah satu
fungsi sistem enzim darah yang rumit adalah untuk mencegah keracunan itu terjadi. Namun
jika jumlah oksigen terlarut terlalu tinggi, enzim ini tidak bisa mengerjakan tugasnya.
Sebagai akibatnya, setiap napas yang kita hirup akan meracuni kita dan meng-akibatkan
kematian dengan cepat. Ahli kimia, Irwin Fridovich mengo-mentari masalah ini:
Semua organisme yang bernapas terjebak dalam perangkap berbahaya. Oksigen yang
mendukung kehidupannya justru racun bagi mereka, dan mereka bertahan hidup di bawah
ancaman bahaya, hanya dengan ber-gantung pada mekanisme pertahanan yang rumit. 97
Yang menyelamatkan kita dari perangkap ini—dari keracunan akibat terlalu banyak
oksigen atau dari kematian yang disebabkan tidak cukup-nya oksigen merupakan fakta
bahwa daya larut oksigen dan sistem enzim yang rumit dari tubuh telah dirancang secara
cermat dan diciptakan seba-gaimana seharusnya. Gamblangnya, Allah tidak hanya telah
mencipta-kan udara yang kita hirup, namun juga sistem yang memungkinkan menggunakan
udara itu dalam keselarasan sempurna dengan yang lainnya.
Unsur-Unsur Lain
Karbon dan oksigen tentu saja bukan satu-satunya unsur yang diran-cang dengan
sengaja untuk memungkinkan kehidupan. Unsur-unsur seperti hidrogen dan nitrogen, yang
menyusun sebagian besar tubuh makhluk hidup, juga memiliki sifat-sifat yang
memungkinkan kehi-dupan. Kenyataannya, tidak ada satu pun unsur dalam tabel perio-
dik yang tidak berperan dalam mendukung kehidupan.
Dalam tabel periodik dasar ada sembilan puluh dua unsur mulai dari hidrogen
(paling ringan) sampai uranium (paling berat). (Tentu saja ada unsur-unsur lain di luar
uranium, namun unsur-unsur ini tidak terbentuk secara alamiah dan semuanya dibuat
dalam kondisi laboratorium. Tidak satu pun dari unsur-unsur ini stabil). Dari
kesembilan puluh dua unsur ini , dua puluh lima di antaranya secara langsung berperan
penting untuk kehidupan, dan di antaranya, hanya sebelas – hidrogen, karbon, oksigen,
nitrogen, sodium, magnesium, fosfor, belerang, klorin, potasium, dan kalsium—yang
menyusun sekitar 99% berat badan hampir semua jenis makhluk hidup. Empat belas unsur
lainnya (vanadium, kromium, mangan, besi, kobalt, nikel, tembaga, seng, molibdenum,
boron, silikon, selenium, flurin, dan iodin) muncul dalam organisme kehidupan hanya
dalam jumlah yang sangat kecil, meskipun begitu unsur-unsur ini memiliki fungsi-
fungsi yang sangat penting. Tiga unsur—arsenik, timah, dan tungsten—ditemukan pada
beberapa makhluk hidup di mana unsur-unsur ini melakukan fungsi yang tidak bisa
benar-benar dipahami. Tiga unsur lain—bromin, strontium, dan barium— diketahui ada
pada kebanyakan organisme, tetapi fungsi-fungsinya masih merupakan misteri. 98
Spektrum lebar ini mencakup atom-atom dari setiap rangkaian yang berbeda pada
tabel periodik, yang unsur-unsurnya dikelompokkan ber-dasarkan sifat-sifat atomnya. Ini
menunjukkan bahwa seluruh kelompok unsur dalam tabel periodik penting untuk kehidupan,
dengan cara bagai-manapun. Dalam buku The Biological Chemistry of the Elements, J. J. R.
Frausto da Silva dan R. J. P. William mengatakan bahwa:
Unsur-unsur biologi tampaknya telah diseleksi dari hampir semua kelompok dan
subkelompok tabel periodik... dan ini berarti bahwa hampir semua jenis sifat kimia
berkaitan dengan proses kehidupan dalam batasan-batasan yang ditentukan oleh
lingkungan.
Bahkan unsur radioaktif berat pada bagian akhir tabel periodik telah dirancang untuk
berperan bagi kehidupan manusia. Dalam buku Nature's Destiny, Michael Denton
menggambarkan secara terperinci peran penting yang dimainkan unsur-unsur radioaktif,
seperti uranium, dalam pemben-tukan struktur geologis bumi. Radioaktif alamiah sangat
berkaitan de-ngan kenyataan bahwa inti bumi mampu mempertahankan panasnya. Panas
ini menahan inti, yang terdiri dari besi dan nikel, agar tetap cair. Inti cair ini
merupakan sumber medan magnet bumi yang, seperti telah diterangkan di bagian lain,
membantu melindungi planet dari radi-asi dan partikel berbahaya dari luar angkasa, di
samping melakukan fungsi-fungsi lain. Bahkan gas dan unsur lembam seperti logam-logam
rare-earth, yang tampaknya tidak satu pun mendukung kehidupan, jelas ada disebabkan oleh
tuntutan untuk memastikan bahwa rangkaian unsur bentukan-alami hanya sampai pada
uranium.100
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa semua unsur yang kita ketahui keberadaannya
memiliki suatu peran bagi kehidupan manusia. Tidak satu pun dari unsur-unsur ini
yang keberadaannya berlebihan ataupun tidak bertujuan. Situasi ini merupakan bukti lebih
jauh bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk umat manusia.
Setiap sifat fisik dan kimia alam semesta yang telah kita kaji ternyata tepat sesuai
dengan yang diperlukan bagi keberadaan kehidupan. Na-mun, dalam buku ini kita hanya
mengorek permukaan dari bukti yang berlimpah untuk fakta ini . Betapapun dalamnya
Anda menyelidiki detail atau memperluas penelitian, pengamatan umum ini tetap berlaku;
dalam setiap detail alam semesta, ada satu tujuan demi kehidupan manu-sia, dan setiap
detail dirancang secara sempurna, seimbang, dan harmonis untuk mencapai tujuan itu.
Tentu saja ini merupakan bukti keberadaan Sang Pencipta yang men-jadikan alam
semesta untuk tujuan ini. Apa pun sifat materi yang kita kaji, kita menyaksikan di dalamnya
pengetahuan, kebijaksanaan, dan kekua-tan tidak terbatas dari Sang Pencipta. Allah
menciptakan benda-benda ini dari ketiadaan. Setiap benda tunduk pada kehendak-Nya,
dan itulah sebabnya setiap dan segala sesuatu berada dalam keharmonisan yang sempurna
satu sama lain.
Inilah kesimpulan yang akhirnya dicapai ilmu pengetahuan abad ke-20. Meskipun
demikian, ini merupakan sekadar pengakuan terhadap fakta yang telah dipaparkan Al Quran
empat belas abad lalu kepada umat manusia: Allah telah menciptakan setiap detail alam
semesta untuk menampakkan kesempurnaan ciptaan-Nya sendiri:
“Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam
keadaan payah.” (QS. Al Mulk, 67: 1-4) !
Salah satu bentuk alamiah karbon murni adalah grafit. Namun, unsur ini mampu
membentuk zat-zat yang sangat berbeda jika bergabung dengan atom-atom unsur lain.
Struktur utama tubuh manusia merupakan hasil ikatan kimia berbeda-beda yang mampu
dibentuk karbon.
Struktur metana: empat atom hidrogen membagi setiap satu elektron dengan sebuah
atom karbon.
Minyak zaitun, daging, dan gula merah: Segala sesuatu yang kita makan terbuat dari
susunan hirogen, oksigen, dan karbon dengan penambahan atom lain seperti nitrogen.
AIR DAN METANA: DUA CONTOH
IKATAN KOVALEN YANG BERBEDA
Dalam molekul air (atas), ada ikatan kovalen antara dua atom hidrogen dan satu
atom oksigen. Dalam molekul metana (bawah), empat atom hidrogen membentuk ikatan
kovalen dengan sebuah atom karbon.
Ikatan Kovalen: Atom secara kuat diikat ke atom lain
Ikatan yang lemah: sebuah senyawa organik dibentuk dalam sebuah struktur tiga
dimensi oleh ikatan (garis putus) yang lemah (ikatan non-kovalen)
Kepercayaan bahwa alam semesta kita yang menakjubkan ini bisa tersusun oleh
kesempatan adalah gila. Dan saya tidak sepenuhnya bermaksud mengatakan gila dalam arti
makian pada umumnya namun lebih dalam makna orang gila secara teknis. Meskipun
pandangan seperti itu secara umum memiliki banyak aspek pemikiran yang menderita
schizofrenia.
Karl Stern, University of Montreal Psychiatrist
Pada awal buku ini, telah disebutkan prinsip antropik dan bahwa prinsip ini telah
diterima secara luas dalam dunia ilmu penge-tahuan. Kemudian seperti yang telah
dijelaskan, prinsip antropik menyatakan bahwa alam semesta ini bukan merupakan benda-
benda yang terkumpul acak, tidak bertujuan, tidak berarah, dan bahwa sebalik-nya, alam
semesta ini dirancang dengan sengaja sebagai tempat tinggal bagi kehidupan manusia.
Sejak itu kita telah melihat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa prinsip antropik
benar-benar sebuah fakta: bukti yang dimulai dari kece-patan perluasan Ledakan Besar
hingga keseimbangan fisik atom, dari kekuatan relatif empat gaya fundamental hingga
alkimia bintang-bin-tang, dari misteri bentuk ruang angkasa hingga ke susunan tata surya.
Dan ke mana pun melihat, kita menyaksikan pengaturan luar biasa tepat dalam struktur
alam semesta ini. Kita melihat bagaimana penyusunan dan ukuran bumi tempat kita hidup
dan bahkan atmosfernya benar-benar seperti yang dibutuhkan. Kita menyaksikan bagaimana
cahaya dikirimkan kepada kita dari matahari, air yang kita minum, dan atom-atom yang
menyusun tubuh kita, serta udara yang terus-menerus kita hirup ke dalam paru-paru kita,
semuanya luar biasa sesuai bagi kehidupan.
Singkatnya, setiap kali kita mengamati segala sesuatu di alam semest-a, kita akan
mendapati rancangan luar biasa yang tujuannya adalah memupuk kehidupan manusia.
Mengingkari kenyataan rancangan ini berarti, seperti yang dikemukakan oleh psikiater Karl
Sterm, melanggar batas pemikiran.
Implikasi rancangan ini juga jelas. Rancangan tersembunyi dalam setiap detail alam
semesta merupakan bukti paling meyakinkan akan keberadaan Sang Pencipta, yang
mengendalikan setiap detail dan memi-liki kekuatan dan kebijaksanaan tidak terbatas.
Seperti yang telah diung-kapkan teori Ledakan Besar, Sang Pencipta yang sama telah
menciptakan alam semesta dari kehampaan.
yang dicapai oleh ilmu pengetahuan modern ini meru-pakan sebuah fakta
yang difirmankan kepada kita dalam Al Quran: Allah menciptakan alam semesta dari
ketiadaan dan memberinya keter-aturan:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah, Yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa dan kemudian, Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikuti-nya degan cepat, dan (diciptakan-
Nya pula) matahari dan bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raaf, 7: 54) !
Tidak aneh kalau kebenaran yang diungkap ilmu pengetahuan ini mengecewakan
sebagian ilmuwan dan akan terus demikian. Mereka adalah ilmuwan yang menyamakan
ilmu pengetahuan dengan materia-lisme; mereka adalah orang-orang yang meyakini bahwa
ilmu pengeta-huan dan agama tidak dapat seiring, dan menjadi orang yang “berilmu
pengetahuan” sama dengan menjadi ateis. Mereka telah dilatih untuk percaya bahwa alam
semesta dan semua kehidupan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai kejadian kebetulan,
sekali tanpa adanya kehendak atau rancangan. Ketika orang-orang itu menemui fakta
penciptaan yang jelas, ketidakpercayaan dan kebingungan mereka merupakan hal yang
wajar.
Untuk memahami ketidakpercayaan kaum materialis, kita perlu mengupas sekilas
pertanyaan tentang asal kehidupan.
Asal Kehidupan
Asal kehidupan, atau dengan kata lain, pertanyaan tentang bagai-mana makhluk
hidup pertama hidup di bumi, merupakan salah satu dilema terbesar yang dihadapi kaum
materialis pada satu setengah abad terakhir. Kenapa harus seperti itu? Ini karena bahkan
sebuah sel hidup, unit terkecil kehidupan, jauh lebih rumit dan tak tertandingi bahkan oleh
pencapaian terbesar teknologi manusia. Hukum probabili-tas membuat jelas bahwa tidak
ada sebuah protein pun dapat terbentuk secara kebe-tulan; dan andaikan protein—unsur
pembentuk sel yang paling menda-sar—terbentuk secara kebetulan, kemungkinan
terbentuk-nya sel utuh secara kebetulan bahkan sama sekali tidak terpikirkan. Tentu saja ini
merupakan bukti penciptaan.
Karena ini merupakan topik yang dibahas secara lebih terperinci dalam buku lain,
kami hanya akan menyuguhkan sedikit contoh di sini.
Sebelumnya dalam buku ini, kami menunjukkan bagai-mana keseimbangan di alam
semesta tidak mungkin ter-bentuk secara kebetulan. Sekarang kami akan menunjuk-kan
bagaimana hal yang sama juga berlaku bahkan untuk pembentukan secara kebetulan
kehidupan paling seder-hana. Sebuah penyelidikan pada topik ini yang dapat kita jadikan
acuan adalah perhitungan yang dibuat oleh Robert Shapiro, seorang dosen ilmu kimia dan
pakar dalam bidang DNA di Universitas New York. Shapiro, seorang penganut Darwinisme
dan evolusionisme, menghitung peluang pembentukan secara kebetulan 2.000 jenis protein
berbeda yang diperlukan untuk menyusun sekadar bakteri seder-hana (tubuh manusia
mengandung 200.000 bentuk protein berbeda). Menurut Shapiro, peluang ini adalah
satu banding 1040.000 (Angka ini adalah “1” diikuti oleh 40. 000 nol, dan itu tidak ada
persamaannya di alam semesta).
Tentu saja, arti angka Shapiro sederhana: Penjelasan kaum materialis (beserta
rekannya, Darwinis) bahwa kehidupan tersusun kebetulan benar-benar tidak berlaku.
Chandra Wickramasinghe, seorang dosen matematika dan astronomi terapan di Universitas
Cardiff mengomentari hasil penghitungan Shapiro:
Kemungkinan pembentukan kehidupan dengan sendirinya dari benda mati merupakan
satu berbanding dengan angka yang diikuti 1040.000 buah nol... Ini cukup besar untuk
mengubur Darwin dan keseluruhan teori evolusi. Tidak ada cairan sumber kehidupan, baik
di planet ini atau planet lain, dan jika permulaan kehidupan tidak terjadi secara acak, maka
permulaan ini merupakan hasil dari kecerdasan yang bertujuan. 103
Astronomer Fred Hoyle menyimpulkan hal yang sama:
Sesungguhnya, teori semacam itu (bahwa kehidupan dirancang oleh suatu kecerdasan)
sangat jelas sehingga membuat orang bertanya-tanya mengapa itu tidak diterima sebagai
bukti dengan sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis dibandingkan ilmiah.104
Baik Wickramasinghe dan Hoyle adalah orang-orang yang, hampir sepanjang karier
mereka, memahami ilmu pengetahuan dengan pende-katan materialisme; namun kebenaran
yang mereka temui adalah bahwa kehidupan diciptakan, dan mereka memiliki keberanian
untuk meng-akuinya. Sekarang, lebih banyak ahli biologi dan biokimia telah menge-
sampingkan dongeng bahwa kehidupan dapat muncul secara kebetulan.
Orang-orang yang masih setia menganut Darwinisme—orang-orang yang masih
bersikukuh bahwa kehidupan muncul kebetulan—sungguh dalam keadaan ketakuan seperti
yang sudah kami katakan pada awal bab ini. Tepat seperti yang dimaksud ahli biokimia
Michael Behe ketika dia mengatakan, “Kenyataan bahwa kehidupan dirancang oleh suatu
kecerdasan merupakan guncangan bagi kami pada abad ke-20 yang telah terbiasa
memikirkan kehidupan sebagai hasil hukum alam yang sederhana”105. Guncangan yang di-
rasakan oleh orang-orang seperti itu merupakan guncangan karena harus menghadapi
kenyataan keberadaan Allah, yang menciptakan mereka.
Para pengikut paham materialis jatuh ke dalam dilema tak terelak-kan karena mereka
berkutat untuk mengingkari kenyataan yang dapat mereka lihat dengan jelas. Dalam Al
Quran, Allah menggambarkan kebi-ngungan penganut materialisme sebagai berikut:
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, sesungguhnya kamu benar-benar
dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan dari padanya (Rasul dan Al
Quran) orang yang dipalingkan. Terku-tuklah orang-orang yang banyak berdusta,
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebohongan lagi lalai.” (QS. Adz-
Dzaariyaat, 51: 7-11) !
Pada poin ini, tugas kita adalah mengajak mereka yang karena terpe-ngaruh oleh
filosofi materialisme, telah melewati batas-batas rasionalitas, untuk berpikir dan
menggunakan akal sehat. Kita harus mengajak mere-ka untuk membuang semua prasangka
mereka, berpikir, dan memper-timbangkan dengan cermat rancangan alam semesta beserta
kehidupan di dalamya yang luar biasa, serta untuk menerimanya sebagai bukti se-derhana
akan kenyataan penciptaan Allah.
Akan tetapi, penyeru panggilan ini sebenarnya bukan kita sendiri melainkan Allah.
Allah, Sang Pencipta langit dan bumi dari ketiadaan, memanggil manusia yang Dia ciptakan
untuk menggunakan akal mereka:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali
sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka
sembahlah Dia. Ma-ka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus, 10:
3) !
Pada ayat lain manusia diberitahu:
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-
Nahl, 16: 17) !
Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran pencip-taan. Sekarang
waktunya bagi dunia ilmu pengetahuan untuk melihat kebenaran ini dan mengambil
pelajaran darinya. Orang yang menging-kari atau menolak keberadaan Allah, terutama
orang yang berpura-pura bahwa mereka melakukannya atas nama ilmu pengetahuan,
sebaiknya menyadari betapa jauh mereka tersesat dan berbelok dari arah yang benar ini.
Di sisi lain, kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan memiliki pelajaran
lain bagi orang yang telah mengatakan bahwa mere-ka mempercayai keberadaan Allah dan
bahwa alam semesta diciptakan oleh-Nya. Pelajaran ini adalah bahwa kepercayaan
mereka mung-kin dangkal, bahwa mereka tidak sepenuhnya memikirkan bukti ciptaan
Allah atau tentang konsekuensi-konsekuensinya, bahwa, karena alasan ini, mereka mungkin
tidak memenuhi semua kewajiban atas kepercaya-an mereka. Dalam Al Quran Allah
menggambarkan orang seperti itu dengan:
“Katakan: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika
kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Ke-punyaan Allah.’ Katakanlah:
‘Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit
yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Ke-
punyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertak-wa?” Katakanlah:
“Siapakah yang ditangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu me-
ngetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau
demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al Mu’minuun, 23: 84-89) !
Orang yang telah menyadari bahwa Allah itu ada, dan Dia mencipta-kan segala
sesuatu, namun tetap mengingkari kebenaran ini, sesungguh-nya seperti “tertipu”. Adalah
Allah yang menciptakan alam semesta dan bumi tempat kita hidup secara sempurna bagi
kita dan kemudian men-ciptakan kita pula. Tugas setiap orang adalah untuk
menganggapnya se-bagai fakta terpenting dalam kehidupannya. Langit dan bumi dan segala
sesuatu di antaranya adalah milik Allah Yang Mahaagung. Umat manu-sia harus
menganggap Allah sebagai Tuhan dan Penguasa dan mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini
diungkapkan kepada kita oleh Allah dalam firman:
“Tuhan (Yang menguasai langit) dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya.
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?” (QS. Maryam, 19: 65)
ada 2.000 jenis protein dalam bakteri sederhana. Kemungkinan semua ini ada
secara kebetulan adalah 1 banding 1040.000. Pada manusia ada 200.000 bentuk protein.
Kata “tidak mungkin” terlalu halus untuk menggambarkan peluang kejadian seperti itu
hanya karena kebetulan.
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar dibandingkan penciptaan
manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghaafir, 40: 57) !
"Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana." (QS. Al Baqarah, 2: 32) !
Langganan:
Postingan
(
Atom
)