bahasa sunda 2
da:
menak 'menak' ----> memenakkeun 'serasa menjadi menak'
budak 'anak' ----> bubudakkeun 'seperti anak-anak' -tingkah
laku-
-d- Dwipurwa Berafiks, Bemasal, dan Mengalami Proses-proses Mor
femis
Dwipurwa yang berafiks, bemasal. dan mengalarni proses morfemis
dapat terjadi pada nomina, verba, dan adjektiva. Dwipurwa berafiks,
bemasal, dan mengalami proses morfemis ini berfungsi membentuk
dan menunjukkan kategori sebagai berikut.
- - nomina - -, seperti pada:
purut -nama jeruk- ----> pungpurutan -nama tumbuh
tumbuhnan-
boros -nama anak tanaman ----> bongborosan macam-macam
boros'
seureud'sengat' ----> seungseureudan 'penyengat
-binatang kecil-
- - verba -, sepeni pad a:
kalung ' kalung ' ----> kangkalungkeun 'kalungkan'
pindah 'pindah' ----> p ipindahan 'sering pindah'
sangsara 'sengsara'----> disangsara 'dibuat sengsara
- - adjektiva - -, sepeti pada:
sieun 'takut' ----> singsieuneun ' ketakutan' -akibat pemah
takut-
sireum 'semut' ----> singsireumeun ' kesemutan'
deuleu ' lihat ' ----> deungdeuleueun 'terbayang-bayang di mata'
. . . Trilingga -Trireka-
T rilingga adalah pengulang:m dengan perubahan bunyi. Pe
ngu langan bemtfk dasar -yang diketahui- tcrjadi sebanyak dua kali.
Aninya, ada dua bentuk ulang, ditambah benruk dasar yang ketahui
-seolah-olah hasil penguIangan menjadi tiga bentuk, ditambah bentuk.
yang diulang- pada benruk dasar yang tidak diketahui seolah-olah ada liga
unsur dengan bunyi yang berbeda -vokal berbeda- . -lihat Djajasudarma,
dan -.
Bentuk. dasar yang diulang selalu bentuk dasar satu silabe, biasanya
berupa KA atau onomatope. Trireka -analog dengan dwireka- dapat di
bedakan atas -I- trireka dengan bentuk dasar diketahui dan - - trireka
dengan benruk dasar tak diketahui. Perhatikanlah contoh berikut.
- - Trireka dengan benruk dasar diketahui, seperti pada:
blok -KA - tumpah- ----> blak-blek-blok 'tumpah-tumpah'
blug -KA - jatuh- ----> blag-b/ig-blug 'teljatuh-jatuh '
dor -KA - tembakan- ----> dar-der-dor 'bunyi tembakan berkali
kali'
- - Tri reka dengan bentuk dasar tidak diketahui, seperti pada:
brang-breng-brong ---->'bunyi ribut' -biasanya dari seng-
pak-pik-pek ----> 'sibuk '
pJak-plek-plok ----> ' tertumpah-twnpah'
dag-dig-dug ----> 'berdebar-debar'
bak-bik-bek ----> 'bekelja setengah mati'
Trireka dengan urutan vokal: /a! -/ C /-/o/;/a/- /i /e /; dan / a /-/ i/
I-I u/, dengan arah perubahan vokal dari bentuk dasar dapat di
polakan seperti di bawah.
-lihat Djajasud arrna, -
. . . Bentuk Ulang Semu
Bentuk Ulang semu digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang
tidak memiliki makna bila tidak diulang -Djajasudarrna, - Bentuk
ulang semu ini, bila dilihat dari segi pengulangan, merupakan
pengulangan accidental -Rosen, ; Djajasudarrna, -. Oi dalam
bahasa Sunda didapatkan - - dwilingga semu; - - dwipurwa semu, dan - -
dwiwasana semu -lihat Wirakusumah & I. Buldan Djajawiguna, ;
dan Djajasudarrna, -. Perhatikanlah contoh berikut.
- -
Dwilingga semu, seperti pada:
cika-cika ----> 'kunang-kunang'
alun-alun ----> 'pusat kota'
eureup-eureup ----> -nama binatang - sering mengakibatkan
orang tidur sulit bangun bila tenindih bi
natang itu-
- - Dwipurwa semu, sepeni pada:
papa tong ----> 'capung'
lolongkrang ----> 'kesempatan'; 'ruang antara'
kukupu ----> 'kupu-kupu'
- -
Dwiwasana -pengulangan silabe akhir- semu, ~lX:~' ada: oO\.lf,Y- ktu L ~ , ~ \:'\ ~~ rl.~ ' ~~'l-
'-""" \ ~v~ ~~ _
' e wc. Io\Il!-k ~ M V\. , I&V} ~ ' ' t
butit; ----> -tandan pisang yang paling kecil-
kunyunyud ----> -KA untuk merasa ada yang menarik
narik-
gewewek ----> -KA untuk menggigit-
. Gejala Morfofonemik
Gejala Morfofonemik adalah gejala perubahan, penambahan, dan
pengurangan fonem pada morfem -Djajasudarma, : -. Gejala ini
secara kasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok: -I- gejala perubahan
-penambahan, pengurangan, pengalihan- fonem pada morfem dasar; - -
gejala morfofonemik dalam proses morfemis; dan - - gejala morfofone
mik dalam frasa. Perubahan-perubahan terscbut tidak merubah ani, tetapi
hanya mengubah oentuk.
- - Morfofonemik pada morfem dasar, terdiri atas sembilan jenis.
-a- Metatesis
Metatesis ialah teIjadinya peralihan tempat fonem pada bentuk
dasar, seperti pada:
dalu 'matang sekali' ----> ladu
aduy 'hancur' ----> ayud
-b- Protesis
Protesis ialah penambahan fonem pada awal dasar, sepeni pada:
ai -sebutan unruk gadis/perempuan- ----> nyai
jeung 'dan' ----> eujeung
akang -sebutan untuk laki-Iaki- ----> kakang
-c- Paragoge
Paragoge ialah penambahan fonem di akhir bentuk dasar, seperti
pada:
kitu 'demikian' ----> kituh
sia 'kamu' ----> siah
.. kitu 'begitu' ----> kituh
. ,
Epentesis
Epentesis ialah penyisipan/penambahan fonem ke dalam bentuk
dasar, sepeni pada:
kade, 'hati-hati' ----> kahade
eunteup 'hinggap' ----> euntreup
Aferesis
Aferesis ialah pengurangan fonem pada awal bentuk dasar,
seperti pada:
aceuk 'kakak perempuan' ----> ceuk
arek 'akan' ----> rek
bapa 'bapak' ----> apa
pilari 'cari, lihat' ----> ilari
Sinkope
Sinkope ialah gejala pengurangan fonem tengah -medial- pada
bentuk dasar, sepeni pada:
ambeh 'supaya' ----> abeh
jumblah 'jumlah' ----> jumlah
kandektur 'kondektur' ----> kanektur
Apokope
Apoke ialah pengurangan fonem final -akhir- pada bentuk dasar,
seperti pada:
ituh 'itu' ----> itu
[talia 'Italia' ----> [talia
absent 'absen' ----> absen
Asimilasi
Asimilasi terdiri atas dua golongan, yakni asimilasi progresif
dan asimilasi regresif. Asimilasi progresif, yaitu peluluhan
fonem akibat pengaruh fonem di depannya pada bentuk dasar,
seperti pada:
gambar 'gambar' ----> gamar
jumblah 'jumlah' ----> jum/ah
kanderon 'kanderon ----> kaneron
Asimilasi regresif, yaitu perubahan fonem inisial akibat pe
ngaruh fonem final pada bentuk dasar, sepeni pada:
gepluk -KA - jatuh- ----> kepluk
gapluk -KA - menarnpar- ----> kaplok
guprak -KA - jatuh- ----> kuprak
-i-
Disimilasi
Disimilasi progresif teIjadi apabila satu fonem pada bentuk
dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sarna yang ada di
depannya, seperti pada:
laleur 'lalat' ----> lareur
leler 'sadar' ----> lerer
luhur 'luhur' ----> lurur
Disimilasi regresif teIjadi apabila satu fonem akibat pengaruh
fonem yang sarna yang ada dibelakangnya berubah menjadi
fonem lain, seperti pad a:
ruruntuk 'bekas' ----> luruntuk
siraru -laron - Jawa- ----> silaru
raris 'sangat laku' ----> laris
tonton 'tonton' ----> tongton
- - GejaIa Morfofonemik dalarn proses Morfemis
Gejala morfofonemik dalarn proses morfemis ialah perubahan pacta
pembentukan kata jadian atau morfem kompleks -Djajasudanna,
: -. Ada dua macarn gejala ini, yakni aIomorf dan sandhi
-a-
Alomorf -Morfem Alteman-
Alomorf adaIah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya
yang berlainan -varian morfem- pada bentuk jadian -band. Djajasu
danna, : -. Alomorf bahasa Sunda adalah pa-, paN-, dan
paNa-; -na, dan -ana; maNa-; dan alomorf N-.
-
Alomorf paN-
Alomorf paN- timbul akibat prefiksasi pa- pad a bentuk dasar
yang tidak dapat mengalarni nasalisasi.
goreng + pa- + -na ----> penggorengan'alat untuk meng
goreng'
balik + pa- + -an ----> pangbalikan 'tempat pulang'
jajan + pa- + -an ----> pangjajanan 'tempat jajan'
ulin + pa- + -an ----> pangulinan 'tempat bennain'
- Alomorf paNa-/maNa-
Alomorf ini teljadi bila simulfiksasi pa- + -keun, yang alomorf
nya berupa panga- atau pang-.
Misalnya:
garo 'garuk' + pa- + -keun ----> - pangangarokeun, pang
garokeun 'tolong garuk
kan'
gantung 'gan ung' + pd- + -keun- ---> -pangagantungkeun
panggantungkeun '
long gantungkan'
rampid 'bawa sekalian' + pa- + -keun ----> -pangarampidkeun,
pangrampidkeun 'LOlong
bawa sekalian'
Alomorf manga- erjadi dalam pemben ukan makna aktif bi ran
Si if -pa- + N- ----> mang-a---, dan paN-a--, erjadi dalam pem
bentukan kategori grama ikal impera if bitransi if -unsur pe
nolong secara inheren-. Alomorf maN-a-- terbentuk bila bemuk
dasar bergabung dengan sufiks -keun + prefiks maN -a--, seperti
pada:
gubrag -KA untuk ja uh- + maN-a-- + -keun ---->mang-a-
gubragkeun 'membantu menjatuhkan'
gunting + maN-a-- + -keun ----> mang-a- guntingkeun 'mem
bantu mengguntingkan'
gambar + maN-a-- + -keun ----> mang-a- gambarkeun 'mem
bantu menggambarkan'
dedet + maN-a-- + -keun ----> mangadedetkeun 'membantu
menjejalkan'
-Djajasudanna, -
- - Alomorf -- a-na
Alomorf -- a-na teljadi bila sufiks -na bergabung dengan bentuk
dasar yang berakhir dengan fonem /nI seperti -an, -eun, -keun,
Misalnya:
gajih 'gaji + -an + - ----> gajihaoona 'terima uang
gajinya'
buruh 'upah' + -an + - ----> buruhaoooo •upahnya ,
dahar 'makan + -eun + - ----> dahareuoona 'yang akan
dimakannya'
dongeng 'cerita' + -keun + -na , ----> dongengkeuoona 'ceri
takannya'
bikeun 'berikan' + -eun + -na ----> bikeuneunana 'apa-apa
yang akan diberikan '
sapu 'sapu' + -keun + -eun + - ----> sapukeuneunana 'apa
apa yang akan disapu'
- Alomorf N- -nasal-
Alomorf nasal terbentuk bila terjadi nasalisasi pada-bemuk dasar
dalam membentuk makna aktif, seperti pada:
bere 'beri' + N- ----> mere 'memberi'
poe 'jemur' + N- ----> moe 'menjemur'
riup'tiup' + N- ----> niup 'meniup'
deil 'cicB' + N- ----> nyieil 'menyici!'
jieun 'buat' + N- ----> nyieun 'membuat'
sangu 'nasi' + N- ----> nyangu 'menanak nasi'
kaea 'kaca' + N- ----> ngaea 'bercermin'
guyang "mandi' + N- ----> nguyang 'meminjam' -binatang-
Kaidah perubahan fonem inisial -awal- menjadi fonem nasal
berdasarkan fonem konsonan yang homorgan, sebagai berikut:
konsonan inisial: konsonan nasal:
I b I dan I p I ----> Iml
I t I ----> Inl
I c I, I j I. I s I ----> J.'!
I k I dan Ig I ----> I f I
-Djajasudarma, dan Idat A., -
-b- Sandi
Sandi dalam bahasa Sunda ada dua jenis, yakni sandi vokal dan kon
sonan.
i. sandi vokal ialah peluluhan dua vokal yang berderet dalam mor
fern. Sandi vokal dalam bahasa Sunda ialah sebagai berikut.
i + a ----> e, seperti pada: pasantrian ----> pasantren 'pesan
tren'
a + i ----> e, seperti pada: saewu ----> sewu 'seribu'
a + e ----> e, seperti pada: kaedanan ----> kedanan 'tergila
gila'
a + a ----> a, seperti pada: kasusastraan ----> kasusastran
'kesusastraan'
a + u ----> , sepeJ i pada: kaucap ----> kocap 'ini lah'
a + ----> , seperti pada: kaondangan ----> kondangan 'pergi
ke undangan'
u + a ----> u, sepeJ i pada: pagupuan ----> pagupon 'kandang
merpati'
ii.
Sandi Konsonan
Sandi Konsonan terjadi dalam proses morfemis yang disebut
dwipurwa -pengulangan silabe inisial- dengan N--ng-, sepeni
pada:
sireum 'semut' ----> singsireumeun atau sisireumeun 'ke
semutan'
daun 'daun' ----> dangdaunan atau dadaunan 'dedaunan'
-macam-macam daun-
boros 'anak tumbuh-tumbuhan'----> bongborosan atau boboro
san 'bermacam-macam boros'
seureud 'sengat' ----> seungseureudan atau seuseureudan 'ber
macam-macam penyengat'
-lihat Djajasudarma dan Idat A., -
- - Gejala Morfofonemik dalam Frasa
Gejala Morfofonemik yang terjadi dalam rangka pembentukan frasa
cenderung menunjukkan ekonomisasi bahasa Djajasudarma dan Idat A.,
-. Gejala ini timbul melalui proses berikut.
a.
morfem pertama mengalami apokope, contoh:
kumaha dinya ----> kumadinya 'terserah kamu'
atuh da ----> atuda 'habis begitu'
b.
morfem pertama mengalami sinkope, contoh:
cobe heg ----> caheg' silakan coba'
c.
morfem kedua mengalami aferesis, contoh:
silaing mah ----> silaingah 'karnu sih'
d. morfem pertama mengalarni sinkope dan morfem kedua mengalarni
aferesis, contoh:
dewek mah ----> dekah 'saya sih'
e. morfem kedua mengalarni sandi dan morfem ketiga mengalarni
aferesis, contoh:
cek aing oge ----> cekengge 'kata saya juga'
. Kata dan Partikel
Kata dalarn sistem gramatika Sunda dikenal dengan istilah kecap
-Adiwidjaja, ; Wirakusumah, ; Ardiwinata, -. Ardiwinata
menyebutkan bahwa kata teIjadi dari satu bunyi atau lebih yang me
nunjukkan kepada satu makna -Ardiwinata, : -. Berdasarkan
bentuknya, kata dapat terdiri atas satu atau lebih engang 'silabe'
-Wirakusumah, ; Ardi winat.a, , ; Djajasudarma, -.
Sejalan dengan uraian di atas, dalarn sistem grarnatika Sunda dikenal
istilah kecap asal 'kata dasar' dan kecap rekaan 'kata rekaan!turunan'
-Wirakusumah, : -. Kecap asal ialah kata yang belum direka -di
derivasi-. Dan ternyata tidak semua dapat direka. Kata-kata yang tidak
dapat diturunkan -diderivasi- dikenal dengan sebutan partikel.
. . Kata dan Kata Tugas
Wujud kata bahasa Sunda bennacarn-rnacam, sesuai dengan potensi
nya untuk berketurunan. Lebih jauh Ojajasudanna - : - rnerinci
bentuk kata sebagai berikut:
- - satu morfem dasar yang biasa disebut kata dasar, seperti : sare,
'tidur', diuk 'duduk', dahar 'makan', dan indil 'pergi'
Bahasa Sunda memiliki morfem dasar yang tidak sarna dengan kecap
asal, misalnya gidig yang muncul harus selalu dengan preflks atau
reduplikasi; dan duru yang muncul harus dengan preflks si-, se
hingga menjadi siduru.
- - kombinasi morfem dasar dengan aflks -MTM- dalarn proses morfe
mis, dan menghasil!kan Icecap rundayan 'kata jadian' -Wirakusumah,
: -.
- - pengulangan morfem dasar, atau morfem dasar MTM, yang disebut
kecap rajekan 'kata ulang'
- -
kombinasi dua morfem dasar, atau kombinasi kata jadian yang
disebut kecap kantetan 'kala majemuk'.
Ardiwinata - - membedakan kata berdasarkan fungsinya, yaitu
kecap utama/poko 'kata utama/pokok' dan kata tugas. Kata utama ber
hubungan dengan kelas kata yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan
istilah warna kecap -Wirakusumah, : -. Kata tugas ialah unsur
lingual yang berfungsi tertentu dalam pembentukan kalimat, sepeni: kata
keterangan, kata sambung atau kongjungsi, kata seru at au inteljeksi, dan
kata pengeras. Karenanya, kata tugas disebut sebagai "Alat" kalimat
-Ardiwinata, : -.
. . Partikel
Morfem dasar -berdasarkan potensinya untuk diderivasi- tcrbagi
menjadi dua , yaitu morfem yang dapat diafiksasi dan morfem yang tidak
dapat diafiksasi . Morfem tidak dapat diderivasi dikenal dengan partikel.
Karena itu, secara struktural panikel dikatakan sebagai morfem terikat
secara sintaksis.
Jumlah panikel dalam bahasa Sunda cukup banyak antara lain di 'di',
ti 'dari', ku 'oleh',jeung 'dan', boh 'baik', rek 'akan', rada 'agak', bae
'saja', tea 'itu', teh, mah, dan gek -KA untuk duduk-.
Berdasarkan fungsinya panikel dapat memarkahi frasa klausa, dan
kalimat. Posisi partikel sebagai pemarkah frasa, ada yang berada di depan
unsur yang dimarkahinya yang disebut preposisi, dan ada yang berada
dibelakang unsur yang dimarkahinya yang disebut posposisi.
. . . Preposisi
Frasa yang dimarkahi preposisi disebut frasa preposisional. Frasa
preposisional biasanya berupa frase eksosentris.
Bahasa Sunda memiliki lima macam preposisi.
. . . . Preposisi Direktif
Preposisi direktif memarkahi nomina - - atau pronomina, dan mem
bentuk. frasa nominal, misalnya:
di ----> di imah 'di rumah'
lea ----> lea kota 'ke kota'
ti ----> ti tukang 'dari belakang'
dina*- ----> dina lomari 'di dalam lemari'
kana*- ----> kana beca 'naik beca'
ttna*- ----> tina hate'dari dalam hati'
di nu ----> di nu kariaan 'di tempat orang yang berpesta'
ka nu ----> ka nu gelo 'kepada orang gila'
ti nu ----> ti nu kuriak 'dati yang sedang membangun rumah'
-Djajasudanna, : -- -
. . . . Preposisi Agentif
Preposisi agentif selalu muncul dengan nomina -pronomina-
dan alat. Disebut agentif karena frasa ini berperan sintaksis sebagai agen
atau alat. Preposisi agentif bahasa SW da ialah ku 'oleh/dengan', mi
salnya:
ku kuring ----> 'oleh saya'
ku budak ----> 'oleh anak-anak'
ku peso ----> 'dengan pisau'
ku nyere ----> 'dengan lidi'
. . . . Preposisi Interjektif
Preposisi ku selain dapat memarkahi nomina dan pronomina juga
dapat memarkahi adjektiva. Jika preposisi ku memarkahi adjektiva, maka
hasilnya berupa interjeksi 'seruan'. Karena itu preposisi ini disebut
preposisi interjektif. Misalnya:
ku endah ----> 'indahnya'
ku berehan ----> 'ramahnya'
ku pinter ----> 'pintamya'
ku hese ----> 'sulitnya'
. . . . Preposisi Sebut n
Preposisi ini muncul untuk menyebut seseorang -Djajasudanna dan
Idat Abdulwahid, : -. Misalnya:
si ----> si jago 'jagoan'
kai ----> kai Soma 'Saudara Soma'
-ki- ----> ki guru -kat guru- 'Saudara guru'
. . . . Preposisi Konektif
Dikatakan preposisi konektif karena preposisi ini berfungsi
menghubungkan unsur bahasa yang sarna -Djajasudarma dan Idat Abdul
wahid, : -. Berdasarkan bemuk hubungannya. preposisi ini meli
puti -a- subordinatif, -b- koordinatif, -c- korelatif, -d- modalitas -modus-,
-e- keaspekan, dan
- preposisi tingkat.
. . . . . Subordinatif
Preposisi yang termasuk konektif koordinatif amara' lain seperti yang
berikut.
lamun -mun- · kalau'
asal 'asal'
supaya 'supaya'
bari 'sambil'
anu -nu- 'yang'
mimitina 'mulainya'
salila Uero- 'selama '
abong-abong 'memang-memang'
-kena-kena; abong kena-
gara-gara 'gara-gara'
sabab 'sebab'
ku lantaran kitu 'oleh karena itu'
sana jan 'meskipun'
. . . . . Koordinatif
Preposisi yang tennasuk konektif koordinatif, antara lain:
jeung -eujeung- 'dan';'dengan'
tapi 'tetapi'
atawa 'atau'
komo 'lebih-lebih'
padahaJ 'padahal'
saperti 'seperti'
siga -jiga- 'seperti' -serupa dengan-
kawas 'seperti'
lir 'seperti'
asa 'serasa'
kadya 'sepeni'
tibatan -manan- 'daripada'
saupama 'seandainya'
ngan -wungkul- 'saja'
teujeung 'tanpa'
nya eta 'yaitu'
kayaning 'sepeni'
di antarana 'di antaranya'
. . . . . Korelatif
Preposisi -konektif- korelatif iaIah dua buah preposisi atau lebih
daIam satu ujaran yang masing-masing memarkahi konstituennya, dan di
antara keduanya ada hubungan ketergantungan, baik gramatikaI maupun
semantik. Bahasa Sunda memiliki sebanyak pasangan preposisi kore
latif -lihat Djajasudarma dan Idat Abdulwahid, - sebagai berikut.
antara ... jeung ... 'antara '" dan .. .'
asa ... asa ... 'serasa ... serasa .. . '
boa .. . boa ... 'mungkin ... mungkin ... '
boh .. . atawa .. . 'baik ... atau .. .'
boh ... boh ... 'baik ... maupun .. . '
beuki ... beuki ... 'makin ... semakin .. .'
duka ... duka '" 'entah ... entah ... '
ka .. . ka ... 'ke ." ke ... '
ku ... ku ... 'oleh ... oleh ... '
lain ... tapi ... 'bukan ... melainkan .. .'
lain bae ... tapi .. . 'bukan hanya ... tetapi ... '
lamun ... tangtu .. . 'jika ... tentu .. .'
/ian ti .. . oge .. . 'selain ... juga ... '
leuwih ... batan '" 'lebih ... daripada .. . '
najan .. . tapi .. . 'walaupun ... tetapi ... '
naha ... atawa '" 'apakah ... atau .. .'
nu ... nu ... 'yang .. . yang .. . '
nya ... nya ... 'sudah .. , ... lagi'
teu ... teu ... 'tidak .. , tidak ... '
ti ... ka ... 'dari ... ke ... '
ti ." nepi ka .. . 'dari ... sampai ke ... '
tina ... kana .. . 'dari-hal- ... ke -pada- ... '
. . . . . Modalitas
Modalitas -modus- dalam bahasa Sunda antara lain seperti berikut.
lain 'bukan' ----> lain menak 'bukan ningrat'
henteu -teu- 'tidak' ----> henteu meuli 'tidak membeli'
yen 'bahwa' ----> yen euweuh ... 'bahwa tidak ada! .. .'
ulah 'jangan' ----> ulah nolak 'jangan menolak'
muga-muga 'semoga' ----> muga-muga sing hasil 'semoga ber
hasil'
boa 'mungkin' ----> boa cilaka 'mungkin celaka'
boa-boa 'jangan-jangan' ----> boa-boa tuluy 'jangan-jangan lang-
sung pergi'
kade 'hati-hati' ----> kade baseuh 'haLi-hati basah'
bisi 'jangan-jangan' ----> bisi euweuh 'jangan -jangan tidak ada'
teuing -ku- , alangkah' ----> teuing ku bangor 'alangkah nakalnya'
piraku omasa' ----> piraku teu bisa Omasa tidak bisa'
raraosan 'perasaan' ----> raraosan mah leres 'perasaan benar'
rupana 'rupanya' ----> rupana mah kabeurangan 'rupanya
-ia- kesiangan'
-Djajasudanna dan Idat Abdulwahid, : - -.
. . . . . Keaspekan
Partikel -preposisi- keaspekan bahasa Sunda dapat dikelompokkan
menjadi dua.
-a-
Partikel keaspekan, yaitu partikel yang menerangkan terjadinya
situasi -keadaan, peristiwa, dan proses-
-Djajasudanna dan Idat Abdulwahld, : -, yang antara lain
adalah
arek -rek- ----> rek indit 'akan pergi'
eukeur -keur- ----> keur nyangu 'sedang menanak nasi'
enggeus -geus- ----> geus hudang 'sudah bangun'
-b-
Pennarlcah Keaspekan Inkoatif -KA-
Pemarkah keaspekan inkoatif adalah penanda -KA- untuk me
nyatakan bagaimana awal makna yang diungkapkan verba dilakukan
atau dialami -Djajasudanna dan Idat Abdulwahid, : -. Se
lanjutnya Djajasudanna menyatakan bahwa setiap verba bahasa
Sunda dapat muncul dengan KA. Misalnya:
gek -KA untuk duduk- ----> gek diuk
pok -KA untuk berbicara- ----> pok ngomong
jung -KA untuk berdiri- ----> jung nangtung
reup -KA untuk tidur- ----> reup sare
bray -KA untuk membuka- ----> bray beunta
Dengan pemuncu]an XA, awal situasi -keadaan, penstlwa, dan
proses- tergambarkan bila dibandingkan dengan verba saja yang
muncul -bandingkan: diuk 'duduk' dengan gek diuk -awal duduk
tergambarkan; antara duduk dengan duduklah -ia---Djajasudarma
dan Idat Abdulwahid, : -.
. . . . . Preposisi Tingkat
Untuk menyatakan tingkat perbandingan dapat menggunakan pre
posisi tingkat. Preposisi tingkat hanya dapat melekat pada adjektiva.
Karena itu preposisi ini dapat dikatakan sebagai ciri sintaksis kelas adjek
tiva. Misalnya:
rada 'agak' ----> rada alus 'agak bagus'
· leuwih 'lebih' ----> leuwih beurat 'lebih berat'
kacida 'sangat' ----> kacida atohna 'sangat gembira'
. . . Posposisi
Telah disinggung di muka bahwa berdasarkan posisinya dalam frasa,
posisi adalah panikel yang berada di belakang unsur yang dimarkahinya.
Ada dua golongan posposisi dalam bahasa Sunda, yakni - - pemarkah
fokus sintaksis -penegas-, dan - - posposisi tingkat.
. . . . Posposisi Pemarkah Fokus Sintaksis
Posposisi penegas bahasa Sunda, antara lain, adalah
teh -takrif- ----> ayeuna teh ... 'kini'
tea -takrif- ----> manehna tea 'dia itu'
mah -komparatit- ----> kuring mah 'saya -ini- dibandingkan
dengan ... '
waelwelweh -pewatas- ----> kuring wae '-selalu- saya saja'
. . . . Posposisi Tingkat
Posposisi tingkat bahasa Sunda meliputi contoh berikut.
pisan 'sangat' ----> beunghar pisan 'sangat kaya'
amat 'dulu' ----> pageto amat 'kemarin dulu'
teuing 'terlalu' ----> beurang teuing 'terlalu siang'
deui 'lagi' ----> panggih deui 'ketemu lagi'
deui-deui 'sarna sekali' ----> embung deui-deui 'tidak mau sarna
sekali' -karena kapok-
kaeida 'sekali' ----> nyeri kaeida 'sakit sekali'
Khusus tentang partikel kae ida , temyata partikel ini dapat berlaku
sebagai preposisi -perhatian butir . . . . . - dan posposisi. Akan tetapi,
dalarn penggunaannya terdapat perbedaan. Letak perbedaannya adalah
kaeida sebagai posposisi rnernarkahi bentuk dasar, rnisalnya: alus kaeida
'bagu sekali', hideung kaeida 'hitam sekali', lada kaeida 'pedas sekali';
sedangkan kaeida sebagai preposisi selalu rnernarkahi bentuk turunan,
rnisalnya kaeida alusna 'sangat bagus', kaeida hideungna 'sangat hitam',
kaeida ladana 'sangat pedas'.
. Komposisi
Kornposisi di dalam sistern gramatika Sunda dikenal dengan istilah
kecap kantetan -kala majemuk-. Istilah kecap kantetan digunakan oleh
Adiwidjaja - -, Wirakusumah dkk. - -. Komposisi memiliki ciri
antara lain dua unsur yang tidak dapat disisipi apa-apa, dan dalam peng
ucapannya tidak ada jeda -unsur henti--Djajasudanna dan Idat Abdul
wahid, : -- -.Selanjutnya Djajasudarma menguraikan pembentukan
komposisi sebagai berikut:
-a- Komposisi dengan kaidah DM -Diterangkan-Menerangkan-, yang
disebut kata majemuk sintaktis, seperti yang berikut:
indung kesang 'biang keringat'
kotok bangkok' anak ayam yang mati didalam teluf'
sambel goreng 'sambal goreng'
pail peuheur 'kesulitan'
-b- Komposisi dengan kaidah MD -Menerangkan-Diterangkan-, seperti
yang berikut
amis mata -nama sejenis buah, kecil-kecil, merah, manis-
beureum panon -nama sejenis ikan-
hampang birit 'cekatan'
laer gada -selalu minta, bila terbit selera-
Lebih jauh Djajasudarma menerangkan bahwa di dalam bahasa
Sunda terdapat bentuk-bentuk yang mirip den~ata majemuk -kecap
kantetan-, dan unsumya terikat oleh satu bent~ermasuk ke dalam
bentuk ini ialah cramberry morpheme 'morfem unik'. Morfem unik ba
hasa Sunda berdasarkan posisinya adalah sebagai berikut:
-a- Morfem unik + bentuk dasar, seperti pada :
sarerang + kawung ----> sarerang kawung
'enau' 'serbuk tangkai enau'
lak-lak + dasar ----> lak-lak dasar
'dasar' 'habis-habisan'
carancang + tihang ----> carangcang tihang
'liang' -'waktu fajar' - mulai terlihat pe
pohonan remang-remang bagaikan
tiang-
-b- Morfem unik di belakang morfem dasar, seperti pada:
jambu + mede ----> jambu mede
'jambu' 'jambu monyet'
mata + holang ----> mata holang
'mata' 'bagian yang kecil yang keras pada
parnh anak ayam yang barn di
tetaskan'; 'tunas'
meupeus + keuyang ----> meupeus keuyang
'memecah-kan- , 'marah-marah pada orang yang
tidak bersalah, karena tidak berani
pada orang yang memang ber
salah'
sabar + darana ----> sabar darana
'sabar' 'sangat sabar'
keukeuh + peuteukeuh ----> keukeuh peutemukeuh
'kerns hati' 'kerns hati'
Di samping bentuk-bentuk ini di atas bahasa Sunda memiliki bentuk
komposisi dengan salah satu unsumya berupa morfem terikat khusus
-Djajasudanna dan Idat Abdulwahid, : -. Komposisi yang di
maksud adalah sebagai berikut
-a- tua + kampung ----> tua kampung
'tua' 'kampung' 'ketua kampung'
kundang + iteuk ----> kundang iteuk
'bawa' 'tongkat' 'bertongkat'
hiri + dengki ----> hiri dengki
'jahat'; 'jahar 'berhati jahat'
-b- anak + jadah ----> anak jadah 'anak haram'
'anak' -zadah Adj. 'anak'-
peuteuy + selong ----> peuteuy selong 'petai cina'
'petai' 'kamalandingan'; 'band ara '
reuneuh + jadah' ----> reuneuh jadah 'hamil tanpa
'hamil' nikah"
paturay + tineung ----> paturay tineung 'perpisahan'
'berpisah'
handap + asor ----> hadap asor ' merendahkan
'bawah' hati'
leumpeuh + yuni ----> leumpeuh yuni 'mudah ter
'layu' pengaruh'
sapoe 'sehari' + jeput ----> sapoe jeput 'seharian'
-c- abong + kena ----> abong kena 'mentang-men
tang'
-abong-abong = kena-kena- ----> 'mentang-mentang'
bene + beureuh ----> bene beureuh 'punya pacar'
-bebene = beubeureuh- 'pacar'
BAB V
NOMINA
. Nomina dan Nominal
Nomina adalah nama dari semua benda dan yang dibendakan, misal
nya imah 'rumah', kuring 'saya', maung 'harimau'. Nomina bahasa
Sunda dapat dibentuk selain dari bentuk dasar kelas nomina itu sendiri,
juga dapat dibentuk dari kelas bukan nomina, misalnya pagawe 'pega
wai', bodona 'bodohnya', tarikna 'kerasnya'. Pagawe berasaJ dari gawe
'keIja' -verba-, bodona berasal dari bodo 'bodoh' -adjektiva-, dan tarikna
berasal dari tarik 'kerns' -adverbia-. Bentuk pagawe, bodona, dan tarikna
lazim dikenal dengan istilah nomina. Afiks pa- pada pagawe dan -na pada
bodona dan tarikna berfungsi sebagai nominalisator.
-lihat Djajasudarma, dkk., -.
Nomina{t- bahasa Sunda dapat dibedakan dari kelas lain dengan
melihat ciri-cirinya, antara lain dengan va ensi sintaksis. Mengenai
batasan dan ciri nomina -t- bahasa Sunda ini dapat dilihat pada subbab
berikut.
. Batasan dan Ciri
Nomina -t- adalah suatu jenis kata yang menandai atau menamai
suatu benda yang dapat berdiri sendiri di dalam kalima:t dan tidak ber
gantung pada jenis kata Jail}, seperti orang, tempat, benda, kualitas, atau
tindakan.
Adapun penanda sintaksis dari nomina -t- bahasa Sunda, antara lain,
adalah dalam bentuk ingkar -negatif-. Kata ini dapat didahului oleh
lain 'bukan', misalnya lain kuda 'bukan kuda', lain kukudaan 'bukan
kud a -kud aan' .
Oi samping penanda sintaksis, ada juga penand,! morfologis, yakni
dengan bentuk dwilingga -OL-, misalnya imah 'rumah' menjadi imah
imah 'rumah-rumah', tetapi penanda morfologis ini hanya terbatas pada
nomina konkrit saja, dan tidak berlaku untuk nomina abstrak.
. Bentuk dan Makna
Nomina-l- di dalam bah,,<;a Sunda bisa diklasifikasikan dalam bebe
rapa cara. Misalnya, menurut maknanya, nomina -t- dapat digolongkan
dalam dua kelompok besar, yaitu kata-kata yang tergolong seperti maung
'harimau' dan beusi 'besi' serta kata-kata yang dibendakan atau dianggap
sebagai benda/nomina seperti akal 'akal'.
Dengan kata lain, kelompok pertama itu boleh dianggap sebagai
nomina yang berwujud -konkrit- sebab dapat diamati melalui panca indra,
sedangkan kelompok kedua sebaliknya mendapat sebutan nomina tak
berwujud -abstrak- karena tidak dapat diamati secara langsung, tetapi bisa
dijangkau dengan pikiran.
Menurut bentuk morfologisnya, nomina dalam bahasa Sunda dapat
dibedakan atas bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan yang
beraneka ragam dalam bahasa Sunda, dibentuk melalui beberapa proses
morfologis . Oi antara proses morfologis yang ada, pengimbuhaD.
-afiksasi- merupakan pembentukan nomina ' yang sangat penting. Di
samping pengimbuhan, perulangan -reduplikasi- juga cukup berperan
dalam pembentukan nomina jamak, seperti imah-imah 'rumah-rumah';
menunjukkan hal bermacam-macam, seperti bubuahan 'buah-buahan';
serta menyerupai, seperti kuda-kuda 'kuda-kuda' -hal yang menyerupai
kuda-.
. . Nomina Dasar Bebas
Nomina dasar bebas adalah nomina yang memiliki makna bila
digunakan tersendiri. Kategori gramatikal ini dapat bergabung dengan
negasi lain 'bukan' pada tataran sintaksis. Oalam konstruksi predikatif
nomina ialah argumen yang dapat dihubungkan verba -Kridalaksana,
-.
Nomina dasar bebas bahasa Sunda yang dipWlgut dari bahasa asing
didapatkan pada data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terutama
data yang dikumpulkan dari bahan bacaan dan majalah. Nomina terse but
dipungut melalui bahasa negara kita , -T. Fatimah Dajasudarma, -
misalnya Eropa, Fakultas, Quraisy, televisi, vas dan Zahri. Data ini dapat
memperkaya fonem bahasa Sunda, sebab fonem konsonan IfI, -, lvI, dan
Iz/ merupakan fonem inovatif di dalam bahasa Sunda. Kala Eropa, di
dalam bahasa Sunda biasanya menjadi Eropah.
Nomina dasar bebas dapat berfungsi sebagai subjek atau objek di
dalam konstruksi predikatif. Nomina dasar bebas bahasa Sunda ada yang
berasal dari bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Jawa, negara kita , dan asing.
. . Nominal -Nomina- Turunan
Nominal atau nomina turunan adalah nomina -t- yang mengalami
proses afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, dan nomina yang berasal
dari pelbagai kelas karena proses diadjektivalisasi, deadverbialisasi, dan
deverbalisasi.
. . . Nomina-t- Berafiks
Nomina berafiks adalah nominal atau nomina turunan yang muncul
dari proses afikasasi, seperti sabangku 'satu bangku', sacangkir 'satu
cangkir', sagelih 'satu keturunan', pangeusi 'pengisi', sasural 'satu
surat', asbakan 'ada asbaknya' calanaan 'ada ce ananya', pangalaman
'pengalaman', picarilaen 'bahan cerita', panglayungan 'tempat melihat
pelangi', pibajuenana 'bahan untuk menjadi baju', kasapuanana'
-tempat- tersapuinya'.
. . . Nomina-t- Reduplikasi
Nomina reduplikasi adalah nominal atau nomina turunan yang
muncul melalui proses ' redupUkasi, seperti awang-awang 'angkasa',
awewe-awewe 'perempuan-perempuan', dongeng-dongeng 'dongeng
dongeng' , buba-bibi -menyebut nama bibik tanpa aturan- , cukar-colwr
-menyebut kaki dengan tidak sopan- dan kuah-kueh -macam-macam
kueh-.
. . . Nomina-t- Gabungan Proses
Nomina gabungan proses adalah nominal atau nomina £unman yang
muncul melalui proses afiksasi dan bervariasi dengan proses reduplikasi,
sepeni babaturan ' ternan ' . gugunungan 'gunung timan' ; 'gunungan' ,
tatangkalan 'pepohonan' , jujukutan 'macam-macam rumpul' .
. . . Nomina'-t- yang Berasal dari PeJbagai Kelas Karena Proses
Nomina ini adalah nominal atau nomina turunan yang berasal dari
kelas kata lain kemudian dijadikan nominal melalui proses, seperti
berikut ini.
- - deadjektivalisasi : kabingah 'kebahagiaan', kasakir ' penyakit',
bodona 'bodohnya', kaadilan ' keadilan', kapin
reran 'kepandaian', kaalusanana 'bagusnya ',
pilicikeunana 'akan menjadi liciknya' .
- - deadverbialisasi bisana 'kemampuanqya' , eukeurna 'untuk
nya', songongna 'kekasarannya', bcunangeuna
na 'akan dapatnya' , kabiasaanana 'ke
maInpuannya' , tarikna 'kerasnya'; 'cepatnya' .
- - deverbalisasi pangangkut 'pengangkut', kabogoh 'pacar', pa
gawe ' pegawai', bacaan 'apa-apa yang dibaca',
rulisan 'tulisan', panganjangan 'tempat
berkunjung', kaperluan 'keperluan', pisapueun
'bahan untuk sapu', panu-tupan ' penutupan',
pigaweeunana 'yang akan menjadi pe kerjaan',
dedengean 'apa-apa yang didengar' .
. . . Nomina. -t- Gabungan
Nomina- - gabungan adalah nomina turunan yang muncul atau di
hasilkan dari proses penggabungan nomina atau nomina deverba dengan
nomina. Nomina-l- gabungan ini sebagian besar menunjukkan penjum
lahan, sepeni pada gabungan nomina berikut:
- - awewe lalaki 'laki-Iaki dan perempuan'; - - beurang peuring 'siang
dan mal am '; - - dunya aherat 'dunia dan akhirat'; - - kadang wargi
' saudara dan saudaraUauh-'; dan - - lahir batin 'lahir dan batin '.
Gabungan nomina -t- yang menunjukkan makna tempat, antara lain
terdapat pada - - puseur dayeuh 'pusat kota' dan - - lemah cai 'tanah
air'; yang menyatak.an posesif teljadi pada, antara lain: - - lembur kuring
'karnpung saya' dan - -film urang 'film kita' atau 'fllm nasional'.
Nomina -t-, yang digabung dengan nomina deverba dapat menunjuk
kan posesif, seperti pada - - barituan parnarentah 'banruan pemerintah',
- - paraturan pamarentah'peraturan pemerintah', dan - - pamere batur
'pemberian orang'.
. Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan
nomina- -. Pronomina dapat ditentukan melalui wacana atau faktor luar
bahasa, di samping kehadirannya secara lahiriah di dalam bahasa.
Pronomina memi!iki kategori gramatikal tunggal dan jarnak. Di dalam
bahasa Sunda kategori jamak dapat teljadi melalui infiksasi.
Pronomina bahasa Sunda dapat dibedakan atas - - pronomina per
sona -orangan-, - - pronomina demonstratif, dan - - pronomina penanya.
. . Pronomina Persona -Orangan-
Di dalarn bahasa Sunda hanya dikenal pembagian pronomina persona
menjadi tiga, yaitu: - - pronomina persona pertarna, - - pronomina
persona kedua, dan - - pronomina persona ketiga.
. . . Pronomina Persona Pertama
Pronomina persona pertarna dibagi dua bagian menurut jumlah
anggotanya, yaitu tunggal dan jamak. Promina persona pertama tunggal
terdiri alaS dewek, urang, kuring, sim kuring, abdi, di dieu 'aku/saya'.
Dewek, kuring, urang, di dieu, secara pragmatis digunakan dalarn bahasa
Sunda tingkat tutur kasar. Sementara sim kuring, dan abdi dipergunakan
dalam bahasa Sunda tingkat tutur lemes 'halus'.
Pronomina persoma pertarna jarnak terdiri atas dewek, sarerea,
kuring sarerea, abdi sadayana 'kami', dan urang 'kita'.
. . . Promina Persona Kedua
Seperti halnya pronomina persona pertarna, pronomina persona
kedua pun dapat dibedakan menurut jwnlah anggotanya, yaitu tunggal
dan jamak. Bentuk runggal meliputi siiaing, maneh, di dinya, anjeun,
saderek, salira 'engkau!kamu/saudara', sedangkan bentuk jamaknya
ialah silalaing, maraneh, saderek sadayana, anjeun sadayanaJaranjeun
'kamu semua/kamu sekalian/ saudara-saudara'.
. . . Pronomina Persona Ketiga
Pronomina persona ketiga pun sepeni halnya pronomina persona
penama dan kedua, mempunyai bentuk tunggal dan jarnak. Pronomina
persona ketiga tunggal yaitu rnanehna, a njeunna , rnantenna 'di alia',
sedangkan pronomina persona ketiga jamak yaitu maranehna, maraneh
an- ana-, aranjeunna, marantenna 'mereka'.
Semua pronomina persona yang dikemukakan ini dinamai
pronomina persona yang sebenamya. Oi samping pronomina persona
yang sebenamya, sebagai pengganti 'pronomina persona yang sebenar
nya. Oalam bahasa Sunda, pronomina persona yang tak sebenamya, teru
tama untuk pronomina persona penama dan dan pronomina prsona
kedua, ada beberapa, misalnya awn 'abang', ayi 'adik', ema 'ibu, apa
'bapak', biasa dipakai sebagai pronomina persona taksebenamya untuk
menggantikan pronomina persona penama. Emana 'ibu', apana 'bapak/
ayah' dipakai sebagai pronomina tak sebenamya untuk menggantikan
pronomina persona kedua.
. . Pronomina Demonstratif
Secara umum, pronomina demonstratif ialah kata yang dipakai I I tuk
menunjuk atau mengganti benda. Pronomina demonstratif dalam bahasa
Sunda ada tiga, yaitu ieu 'ini', eta 'itu -agak jauh-" dan itu 'itu Uauh-'.
Pronomina demonstratif ieu 'ini' dipergunakan sebagai penunjuk benda,
waktu, hal yang dianggap dekat oleh pembicara. Pronomina demonstratif
eta dipergunakan sebagai penunjuk benda, waktu, dan hal yang dianggap
agak jauh oleh pembicara, dan pronomina demonstratif itu diperguna
kan sebagai penunjuk benda, waktu, dan hal yang dianggap jauh oleh
pembicara.
. . Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah kata yang menanyakan benda, orang, atau
sesuatu keadaan. Oi dalam bahasa Sunda terdapat dua pronomina pe
nanya, yaitu:
- - saha 'siapa' untuk menanyakan orang
- - naon tapa' untuk menanyakan benda
. Numeralia -Pembilang Nomina-
Numerali adalah kategori yang dapat - - mendampingi nomina
dalam konstruksi sintaksis, - - mempunyai potensi untuk mendampingi
numeralia lain, dan - - tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan
sangat.
Numeralia di dalam bahasa Sunda dapat dibedakan atas; - - nume
ralia pokok, - - numeralia tingkat, dan - - numeralia pecahan -lihat
Dj~jasudanna, dkk., -.
. . Numeralia Pokok
Numeralia pokok di dalam bahasa sunda dapat dibedakan atas - -
numeralia pokok tentu dan - - numeralia pokok tak tentu.
- - Numeralia pokok tentu, misalnya adalah saparapat 'seperempat',
satengah 'setengah', hiji 'satu, dua 'dua', sapuluh 'sepuluh', dan
sarebu 'seribu'.
- - Numeralia pokok tak tentu, misaknya adalah loba 'banyak', saeutik
'sedikit', sababaraha 'beberapa', dan kabeh 'semua'.
. . Numeralia Tingkat
'Numeralia tingkat di dalam bahasa Sunda dapat kita bedakan atas.
- - numeralia tingkat tentu dan - - numeralia tingkat tak tentu.
- -
Numeralia tingkat tentu, misalnya adalah kahiji 'kesatu', kadua
'kedua', dan kasapuluh 'kesepuluh'
- - Numeralia tingkat tak tentu, misalnya pada Teuing geus kasabaraha
kalina manehna kapalingan. Geus kasakitu kalina ku kuring dinase
hatan -Tidak tahu sudah keberapa kali ia kemalingan. Sudah
kesekian kali saya nasihati .-
. . Numeralia Pecahan
Numeralia pecahan di dalam bahasa Sunda adabeberapa di antaranya
adalah sasikat 'satu sikat', sadapur 'satu dapur', sahanggor 'sehanggor',
samanggar 'semanggar', saponggol 'seponggol', sarakit 'serakit', sakilo
'satu kilo', dan saliter 'satu liter'.
. Penggolongan Nomina-t-
Berdasarkan jumlahnya, nomina bahasa Sunda dapat kita bedakan
atas - - nomina tunggal dan jamak dan - - nomina kolektif.
. . Nomina TunggaJ dan Jarnak
Nomina-t- tunggal dan jamak di dalam istilah lain biasa dikatakan
nomina -t- terbilang dan tak terbilang.
- - Nomina-f- Tunggal
Istilah lain nomina- - tunggal atau nOI,!inaO} terbtlang;-adalah
nomina- - yang da at dl hitung_dan-d-apat disertai numeralia -bagi
kata-kara yang menunjukkan satuan jumlah-. Nomina- - yang me
nyatakan cairan, biji-bijian dan tepung-tepungan harus dengan
menggunakan takaran. Contohnya adalah abad 'abad', bulan 'bulan',
dulur 'saudara', enggong 'kamar tidur', nyere 'lidi' ese 'biji',
madhab 'mazhab', natus 'upacara kematian keseratus hari' , poe
'hari', dan umur 'wnur'
- - Nomina -I- Jamak
Nomina-t- jamak atau nomina-t- tak-terbilang adalah nomina-t-
yang tidak dapat disertai numeralia.
Contohnya, antara lain, adalah halimun 'kabut', haseup 'asap', hawa
'hawa', ibun 'embun', napsu 'napsu', polah 'tingkah laku', tanaga
'tenaga', dan teluh 'tenung'.
. . Nominal-l- Kolektif
Nomina>-t- kolektif ialah nomina-t-; yang dapat disubsritusikan
dengan pronomina maranehna atau maranehanana 'mereka' atau yang
dapat dirinci atas anggota-anggotanya -bagian-bagiannya-, seperti bangsa
'bangsa', gamelan 'gamelan', nayaga 'penabuh gamelan', rahayat
'rakyat', warganagara 'warganegara'.
Oihat Djajasudarma, , , dan -.
BAB VI
VERBA
. Verba dan Verbal
Hampir scmua ahli bahasa Sunda dalam membagi kclas kala bahasa
Sunda mencamumkan verba sebagai salah satu kelas kala. Akan lClapi,
ada yang mengelompok.kan verba scbagai kelas tersendiri. ada pula yang
mengelompokkannya ke dalam kela.? lain . ..Ka S-dan Soeriaruiddja --+ - -,
__-...".a.~··K.cmu- tan--mfkutl o'leh' Adiwidjaya - -, menggolongkan kala
kata sepeni hees 'tidur' ngawarung 'membuka warung ' , /eumpang 'bcr
jalan' ke dalam kelas keterangan, sedangkan kelas verba hanya melipuli
kata-kata yang senantiasa berhubungan dengan objek, misalnya muka
'membuka', numpakan 'menaiki', nyaksian 'menyaksikan', maraban
'memberi makan -hewan-'-periksa Kats & Soeriadiradja, ; ;
Adiwidjaya, : -- -. Ketidaksamaan pendapat para ahli bahasa
Sunda mengenai verba disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda.
Kats & Soediriadiradja - - memberi batasan verba di alas berdasarkan
hUbungannya dengan objek -sintaksis-, Cooisma - - -yang diikuti
olch Ardiwinata, - membagi verba bahasa Sunda berdasarkan bemuk
-morfologi- dan makna -semantik-, sedangkan Djajasudarma dan Idal
Abdulwahid - - mcmberi batasan berdasarkan valensi sintaksis .
Mengenai batasan dan ciri verba yang lebih jelas akan dibahas pada
subbab . .
Verba dibedakan dengan verbal. Verba terjadi dari bentuk dasar
verba itu sendiri, sedangkan verbal dibentuk dan bentuk dasar yang
berkelas nonverba. Jadi, hees 'tidur', leumpang 'beIjalan', muka 'mem
buka' dan seterusnya di atas tennasuk verba, sedangkan ngawarung
'membuka warung', nyaksian 'menyaksikan', dan maraban 'memberi
makan -hewan-'tennasuk verbal, sebab bentuk dasamya dari kelas no
mina, yaitu warung'warung', saksi 'saksi', dan parab 'makanan
-hewan-'. Verbal yang bentuk dasamya nomina disebut verbal denominal
dan yang bentuk dasamya adjektiva disebut verbal deadjektival -lihat
pula Kridalaksana, -.
. Batasan dan Ciri
Oi antara kelas kata bahasa Sunda, verba mempunyai kcdudukan
uwma, bukan hanya karena perannya dalam kalimat, melainkan juga
karena kckayaan benruk-benruknya. Verba bahasa Sunda dalam kalimal
biasanya menduduki fllngsi predikat. Memang agak su'liL unruk mcncntu
kan apakah sualu kata tennasuk kelas verba alau keadaan -adjckliva-.
Pada prinsipnya verba menggambarkan lingkah laku alau pekerjalln sualu
nomina, alau hal yang menunjukkan nomina itu diapakan -lihal
Arliiwinala, : -. Selanjurnya Ardiwinala - : - mcnycbulkan
bahwa inti suaLu pekerjaan adalah gerak, diam dan menjadi , iSlilah galik,
diam, dan menjadi ini yang kira kenai sekar:mg dengan iSlilah evefll
'pcrisliwa' -gcrak-, Slale 'keadaan' -diam-, dan process 'proses' -mcn
jadi-, yang dikemukakan oleh Hurford, : lam Djajasudanna,
: , untuk mengidentifikasi ani situasi-. Misalnya daun jadi
perang 'daun menjadi pirang', tenrulah karena sebelumnya daun LersebuL
Lidak pirang. Oengan perantara katajadi 'menjadi' diketahui' bahwa daun
iLU beralih at au berganti wama -dari hijau ke pirang- -lihat Ardiwinula,
: -.
Oi samping ciri di atas, verba bahasa Sunda memilikj ciri morfologis
dan sinLaksis. Ciri morfologisnya, antara lain verba tidak dapaL meng
alami sufiksasi -an yang bennakna 'lebih' -bandingkan dengan kclas
adjekliva, yang dapat mengalami sufiksasi -an: jangkung 'linggi'
jangkungan 'lebih tinggi' - pangjangkungna 'paling tinggi ' - lihal
Prawirasurnantri, : ; Wirakusumah, dkk, : -. Ciri morfo
logis lainnya yaJ. g utama. verba bahasa Sunda biasanya mengaiami
proses morfemis-yang berupa prefiksasi N -nasal- -lihat Cooisma. :
- . Sedangkan ciri sintaksisnya adalah bahwa verba bahasa Sunda dapa
be rgabung dengan partikel -hen- leu 'tidak ' at u tara 'tidak pcmah'
dalam membentuk negasi -lihat Ojajasudanna dan Abdulwahid.
: -, Misalnya, henteu balik 'tidak pulang', henteu matuh 'tidak mene
tap', dan tara mandi 'tidak pemah mandi'. Jadi, balik 'puJang', matuh
'menetap', dan mandi 'mandi' adalah kelas verba.
. Bentuk dan Makna
Verba bahasa Sunda berdasarkan bentuknya dapat dibedakan atas
dua jenis. yaitu - - bentuk dasar dan - - bentuk turunan. Verba dasar
adalah verba yang berupa morfem bebas. Tanpa mengalami proses mor
femis apa pun bentuk ini sudah gramatikal dalam kalimat, misalnya,
diuk 'duduk', hiber 'terbang', dan [umpat 'berlari'. Namun , ada pula
bentuk dasar verba yang wajib mcngalami proses morfemis -biasanya
prcfiksasi N-- agar kalimatnya gramlikaJ. misalnya, ambeu 'cium', dengc
'dengar', dan lajong 'Icndang' Bentuk ambeu, denge, dan tajong, jika
digunakan dalam kalimat berila -kecuali imperatif- harus terlebih dahulu
mengalami prcfiksasi N- mcnjadi ngambeu 'mencium', ngadengc
'mendengar'. dan najong'menendang'. Adapun verba turunan adalah
verba yang lelah mengalami proses morfemis baik berupa afiksasi
maupun p:;ngulangan -reduplikasi-. Misalnya , ngadiukan 'menduduki',
ngahiberkeun 'menerbangkan' dan lu[umputan berlari-Iari' . Benluk
ngadiukan, ngahiberkcun, lulumpalan masing-masing
bentuk dasar diuk, hiber. dan [umpal. yang mengalami
femis berupa simulfikasasi N + -an. N + -keun. dan
dwipurwa.
berasal
proses
pcngula
dari
mor
ngan
. . Bentuk Dasar
Secara semantis verba dasar bahasa Sunda memiliki tingkat per
bandingan makna. Bandingkanlah verba pencrong 'tatap', leuleup 'tatap',
dengan linga/i 'Iihat'. Secara generik verba-verba ini memiliki
makna yang sama yaitu 'melakukan satu kegiatan dengan menggunakan
indra penglihat -mata-', tetapi secara spesifik nuansa yang digambarkan
masing-masing verba berbeda. Verba tingali memiliki makna nuansa
yang netral, tidak memperhitungkan apakah kegiatan ilu dilakukan
dalam waktu relatif lama atau tidak, sedangkan pencrong dan teuteup
dilakukan dalam waktu relatif lama/terusmenerus -keaspekan kontinu
atit-. Verba pencrong dan teuteup berbeda dalam hal maksud: pencrong
biasanya menatap dengan tujuan yang kruang baik, sedangkan teuteup
menatap dengan tujuan ingin lebih jelas melihat sesuatu karena terpcsona/
kagum .
Pembagian veroa-t- bahasa Sunda secara semantik dapat pula
dilakukan dengan mengikuti pembagian verba ke dalam verba dinamis
dan statif dan Quirk, et al - - -lihat pula Ojajasudanna, : -.
Quirk, et al membagi verba bahasa Inggris menjadi dua bagian, yailu
dinamis -dynamic verbs- dan verba statif -stative verbs- . Verba dinamis
adalah verba yang dapat memiliki bentuk progresif, sedangkan verba
statif adalah verba yang tidak dapat diberi bentuk progresif -Quirk, et al. ,
: -. Jika ada verba statif dalam bentuk progresif, maka verba
ini mempunyai makna lain. Misalnya. He was writing a letter ' Oia
sedang mcnulis sebuah surat', verba write 'menulis' merupakan vcrbJ
dinamis , scdangkan verba know 'mcngetahui ' daJam ""He was knowing
the answer' Oia sedang mengetahui jawabannyJ' merupakan verba suti f
karcna lidJk dapat menjadi bentuk progresif "" was knowing. lidak sepeni
verba write yang dapat menjadi betnuk progresif was writing. Oemikian
pula di dalam bahasa Sunda, kalimal Manehna keur nulis sural ' Oia
sedang menulis surat' bcrterima, sedangkan " Manehna keur nYllJw
pijawaheunana 'Oia sedang mengetahui jawabannya ' tidak berterima.
Oengan demikian verba dinamis bmasa Sunda adalah verba yang dapat
be.rgabung Liengan partikel -eu- keur 'sedang' -partikel kcaspekan duratil-
dalam membentuk frasa verbal, sedangkan verba statif adalah verba yang
tidak dapat bergabung dcngan partikel -eu- keur. Namun, aturan ini
tidak selamanya berlaku sebab adakalanya di dalam bahasa Sunda, verba
yang lergolong verba dinamis tidak dapat bergabung dengan partikel -eu-
keur. Misalnya, verba anjog 'tiba', yang tergolong verba dinamis jenis
verba peristiwa transisional, tidak dapat dibentuk menjadi *keur anjog
'sedang tiba' . Ketidaktetapan aturan itu disebabkan oleh makna in
heren verba itu: anjog dianggap sebagai situasi yang pungtual/
momentan. Lain halnya di dalam bahasa Inggris, bentuk was arriving
'sedang liba' berterima -di samping itu, bahasa Inggris menerima pula
bentuk was dying 'sedang mati '-, tetapi menolak bentuk *was seeing
'sedang melihat -sebagai kegiatan mengindra-', sememara di dalam ba
hasa Sunda bemuk keur ningali 'sedang melihat' berterima. Verba statif
bahasa Sunda \ainnya mempunyai kemampuan untuk menunjuk kan
makna keaspekan.
. . . Verba Dinamis
Verba dinamis dibagi menjadi jenis, yaitu: - - verba aktivitas, - -
verba proses, - - verba sensasi tubuh, - - verba peristiwa transisional, dan
- - verba momentan.
. . . . Verba Aktivitas
Verba aktivitas -activity verbs- adalah verba yang menggambar
kan adanya aktivitas atau perbuatan yang dilakukan subjek alau se
suatu yang dianggap subjek. - entuk dasar verba jenis ini dapat dijadikan
imperatif.
Contoh:
baca 'baca'
dahar 'makan'
gegcl 'gigit'
leumpang 'berjaJan'
!Uti.\" 'tulis'
. . . . Verba Proses
Verba proses -process verhs- adalah verba yang mcnggamharkan
perubahan keadaan atau kondisi yang dialami subjek. Benluk dasar verba
proses lidak dapal dijadikan impcratif, sehab proses yang dinyalakcln ler
jadi dengan sendirinya tanpa kehendak subjek. Contoh:
Ciut 'gelar'
gelar 'tahir'
/i/ir 'mulai bertumbuh'
rerep 'berkurang panas badan -orang sakit-'
tuwuh 'tumbuh '
. . . . Verba Sensasi Tubuh
Verba sensasi tubuh -verbs oj bodily sensation- adalah ve rba yang
menggambarkan suatu situasi yang diterima atau dirasakan oleh tubuh.
Seperti halnya verba proses, verba jenis ini pun tidak dapat dijadikan
imperatif. Contoh:
getek 'geli'
nyeri •sakit' .
pegel 'pegal'
peureus '-rasa- nyeri -seperti pada saal dicabul rambut alau dipukul
dengan lidi-'
. peurih 'pedih'
. . . . Verba Peristiwa Transisional
Verba peristiwa transisional --ransi-ional even- verbs- adalah verba
yang mcnggambarkan perpindahan anlara dua kcadaan atau posisi
-lokasi- subjek. Pada umumnya verba jcnis ini tidak dapat dijadikan
imperatif karena situasi terjadi dengan scndirinya. Jika ada verba peris
tiwa transisional yang dijadikan imperalif, maka maknanya berubah
mcnjadi aktivitas -tidak lagi mcnggambarkan perubahan yang
dcngan scndirinya-. Contoh:
anjof{ 'tiba'
hiber 'tcrbang'
lllbuh 'jatuh'
ulf{raij 'jaluh'
wbrak 'tabrak'
tcrjadi
. . .'. Verba Momentan
Verba momentan -momen£ary verbs-
gambarLm suatu kegiatan -aktivitas-
adalah verba yang
yang bcrlangsung
meng
dalam
durasi yang pendek/singkat. Verba jenis ini dapat dijadikan impcratif.
Contoh:
babuk 'pukul'
badug 'senggoJ'
jewang 'raih'
-ekol 'pukul'
£ajong 'tendang'
. . . Verba Statir
Verba statif dibagi menjadi dua jenis, yaitu -I- verba dengan penger
tian dan persepsi lamban dan - - verba relasional.
. . . . Verba dengan Pengertian dan Persepsi Lamban
Verba dengan pengertian dan persepsi lamban -verbs of inert per
ception and cognition- adalah verba yang menggambarkan penerimaan
pengetahuan atau infonnasi melalui pancaindra atau pikiran, yang
menyebabkan seseorang -subjek- tanpa kemauan sendiri mengalami satu
dituasi. Verba jenis ini tidak dapat dimulai atau diakhin semaunya, dan
dianggap tidak memiliki tahap akhir. Cooisma - : - menyebuL
verba semacam ini di dalam bahasa Sunda sebagai kata-kaLa yang me
nyalakan kegiatan jiwa, baik pada taraf kemampuan mengenal dan
perasaan, maupun pada taraf keinginan alau hasral. Verba jenis ini
dipisah dari kelas saLu oleh Cooisma, karena pemakaiannya UnLuk per
sona keliga mendapaL sufiksasi -eun. ConlOh:
amheu 'cium'
hogoh 'cinLa'
denge 'dengar'
inget 'ingat'
nyaho ' tahu'
. . . . Verba Relasional
Verba relasional -relational verhs- adalah verba yang secara eksplisiL
menyaL~kan relasi. Verba jenis ini seakan-akan dengan jelas memper-'
lihalkan . balas -mengantarai- dua fungsi, yaiLU subjek dengan predikal.
Hal ini dapal dibuktikan melalui inLonasi. Verba relasional tidak berdiri
lcpasdalam kalimat melainkan menjadi bagian dan dan membenluk saLU
kesafuandengan predikat. COnLoh:
p.gem 'anut'
:, ga 'punya'
. 'geugeuh 'kuasai'
kandung 'kandung' -mengandung ani-'
sandang 'sandang -menyandang gelar-'
. . Verba Turunan
Verba turunan bahasa Sund.a di samping dapat dibentuk dan benLuk
dasar verba itu sendiri, juga dapal dibentuk dari bentuk dasar bukan
verba, yaitu nomina, adjektiva, dan adverbia. Verba turunan yang berasal
dan nomina disebut verbal denomina, bentuk dasamya adjektiva disebut
verbal deadjektiva, dan bentuk dasamya adverbia disebut verbal dead
verbia -lihat pula Kndalaksana, -. Bentuk dasar ini untuk
menjadi verba -t- mengalami proses morfemis berupa afiksasi dan peng
ulangan
. . . Verba Turunan Hasil Afiksasi
Afiksasi adalah proses penggabungan afiks pada hentuk Jasar
verba- -. Afiksasi yang menghasilkan verba turunan Japat berupa pre
iiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan simulfiksasi.
. . , . Prefiksasi
Prcliksasi adalah pcnggabungan prcfiks paJa hcntuk dasar vcrha-t-.
Pada umumnya bentuk dasar verba hahasa SunJa Japat hcrgahung
dengan prefiks, di antaranya N- -nasal-, ili-, ka-, li- , IJa-, -- -, /-aranr,-,
silih-, dan -pa- ling-,
. . , . , Prefiksasi N-
Prefiksasi N- berfungsi memberikan sualu siluasi sabagai tindakan
yang dikehendaki oleh subjek atau sesuatu yang dianggap subjck
-aktif-. Prefiksasi N- mempunyai alomorf n-, ny-, m-, dan ng- -nga-- ,
Alomorf n- mcnggantikan fonem inisial bentuk dasar It/. alomorf ny
menggantikan fonem inisial bentuk dasar lei atau lsi, Alomorf m
menggamikan, fonem inisial bentuk dasar fbI atau Ip/.Alomorf nga
menggantikan fonem inisial bentuk dasar fbi, Id/, Ig/, Ij/, /rI, atau Iw/,
sedangkan alomorf ng- menggantikan fonem inisial bentuk dasar /g/,
/kI, atau vokal. Pada umumnya, prefiksasi N- mendukung makna sebagai
berikut
a. Melakukan atau meniru pekerjaan, kelakuan, dan sifat yang disebut
kan dalam bentuk dasar, misalnya:
lebe 'lebai' -n- + nga- ----> ngalebe 'meniru lebai'
raja' raja' -n- + nga- ----> ngaraja 'berlagak sebagai raja'
cacing 'cacing' -n-+ nya- ----> nyacing 'sepeni cacing'
-
ungkluk 'pelacur' -n- + ng- ----> ngungkluk 'melacur'
pacet 'lintah' -n- + m- ---->macet 'sepeni lintah'
b. PekeIjaan atau mata pencaharian, misalnya:
sawah 'sawah' -n- + ny- ----> nyawah 'bersawah'
kebon 'kebun' -n- + ng- ----> ngebon 'berkebun'
huma 'ladang' -n- + nga- ----> ngahuma 'berladang'
paledang 'pandai tembaga + m- ----> maledang menjadi pandai besi'
panday 'pandai besi' + m- -·->manday 'menjadi pandai besi'
L membual, misalnya:
angeun 'sayur' -n- + ny· ._-> ngangeun 'menyayur'
cobek 'cobek' -n- + nl;- ._-> nyobek 'mcmbuat cobck'
klllull ' kclua' -n- + ngll- .. > ngalua ,mcmbuat kclua'
lumis 'tumis' -n- + n- o.> numis 'mcmbuat tum is
gUlll 'gula -n- + nga- -> ngagula 'mcmbu;.!t gul;.!·
d. Mengcrjakan benda scsuai dcngan kcgunaan at au kcbiasaannya,
misalnya :
pallah 'panah' -n- + m- ....> manah 'mcmanah'
sumpil 'sumpiL' -n- + ny- ....> nyumpil 'mcnyumpit'
lumbak 'tombak' en- + n- ....> numbak 'menombak'
kored 'sejenis cangkul kecil' -n- + ng- ----> ngored ' mcrumput
dengan sejenis cangkul
kecil'
bedil 'bedil' -n- + nga ----> ngabedil 'menembak'
-lihaL Ardiwina[a, : -
. . . . . Prefiksasi
di-
Prefiksasi di- pada bentuk dasar verba-l- membentuk makna kaLego
rial pasif disengaja. Comoh:
bawa 'bawa' -v- + di- ----> dibawa 'dibawa'
bedil 'bedil' -n- + di- ----> dibedil 'diternbak '
cekel 'pegang' -v- + di- ----> dicekel 'dipegang'
hakan 'makan' -v- + di ----> dihakan 'dimakan'
teunggeu/ 'pukul' -v- + di- ----> diteunggeul'dipukul'
Prefiksasi di merupakan oposisi dan prefiksasi N- -baik yang berupa
simulfiks dengan -an maupun -keun-, mang- + -keun, nyang- + -an, dan
nyang- + -keun. Prefiks N- ditanggalkan lerlebih dahulu jika verba-l-
turunan yang berafiks ini diubah ke benLuk pasif, sedangkan prefiks
mang- dan nyang- harus diganli oleh pang- dan sang-. Conloh:
mawa membawa' ----> dibawa'dibawa'
ngagantungkeun 'menggantungkan'----> digantungkeun 'digan
lungkan'
mangmawakeun ' menolongbawakan'----> dipangmawakcun 'di
lolongbawakan'
nyanghunjarkeun 'menyelonjorkakikan' ----> disanglwnjarkeun 'di
sclonjorkakikan'
milJapa 'mcnganggap bapak' ----> dipibapa 'dianggap bapak'
Di samping mendukung makna kalcgorial pasif, prciiksasi £Ii pada sc
bagian bcntuk dasar verba- I- juga mcndukung makna kalcgorial akli f,
misalnya, dig awe 'bekcrja', dibuat 'menuai', disada 'bcrbunyi', diangir
'keramas', dibaju 'berbaju', dsl.
. . . . . Piefiksasi ka-
Seperti halnya prefiksasi di-, prefiksasi ka- mendukung makna kale
gOrial pasif. Perbedaannya, prefiksasi di- menunjukkan bahwa situasi
yang dinyalakan oleh verba-l- terjadi dengan sengaja, sedangkan
prefiksasi ka- menunjukkan ketidaksengajaan. Di samping itu, prefiksasi
ka- menunjukkan bahwa situasinya Lelah sclesai -keaspekan perpeklif-.
Prefiksasi ka-dapal pula bennakna 'dapaL di'.
Contoh:
bawa 'bawa' -v- + ka- ----> kabawa 'terbawa'
bedil 'bedi-, -n- + ka- ----> kabedil 'tertembak'
hakan 'makan' -v- + ka ----> kahakan 'lennakan'
pacul 'cangkul' -n- + ka ----> kapacu/ 'tercangkul'
panggih 'temu' -v- + ka- ----> kapanggih 'dilemukan'
Tidal< semua bentuk dasar verba -t- dapat bergabung dengan prefiks ka
Berdasarkan kemampuan daya gabung dengan prefiks ka-, maka bentuk
dasar verba-t- dapat dike ompokkan sebagai berikut.
a. Bentuk dasar yang hanya dapat bergabung dengan prefiks ka-,
Contoh:
denge 'dengar' -v- + ka- ----> kadenge'terdengar'
gelong 'telah' -v- + ka- ----> kagelong 'tertelan'
harti 'arti' -n- + ka- ----> kaharti '-dapat- dimengerti'
b. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan prefiks ka-, tetapi
karena alasan semantis, harus menghadirkan sufiks -an. Contoh:
hees 'tidur' -v- + ka- + -an ----> kaheesan 'tertidur'
hujan 'hujan ' -n- + ka- + -an ----> kahujanan 'kehujanan '
panas 'panas' -a- + ka- + -an ----> kapanasan 'kepanasan'
Simulfiksasi ka- + -an biasanya bermaksa bahwa sesuatu terjadi se
cara tidak diharapkan dan tak menguntungkan.
c. Bentuk dasar yang dapat bergabung baik dengan prefiks ka- maupun
simulfiks ka- + -an. Sufiksasi -an mendukung makna keaspekan
frekuentatif. Contoh:
tajong 'tendang ' + ka- ----> katajong 'tertendang'
+ ka- + -an ----> katajongan 'tertendangi'
. . . . . Prefiksasi li-
Bentuk dasar verba yang dapat bergabung dengan prefiks ini terbatas
sekali. Prefiksasi ti- mendukung makna bahwa suatu situasi teIjadi secara
kebetulanltidak sengaja. Coolsma - : - mengelompokkan verba
bentuk ini ke dalam verba aktif karena subjeknya berperan sebagai
agentif. Hanya saja, tindakan itu bukan kemauan sendiri, melainkan tanpa
disengaja. Jika leita kaji lebih jauh, temyata subjek tidak hanya berperan
sebagai agentif melainkan juga sebagai objektif. Dengan kata lain, pre
fiksasi + i- mendukung makna refleksif. Contoh:
jengkang 'jatuh telentang' -v- + ti- ----> tijengkang 'jatuh te
lentang'
jongklok 'jatuh teIjerembab' -v- + ti- ----> tijongklok 'jatuh ter
jerembab'
soledat 'peleset' -v- + ti- ----> tisoledat 'terpe eset'
tajong 'tendang' -v- + ti- ----> titajong 'tersandung'
teuleum 'tengge am' -v- + ti- ----> titeuleum 'tengge am'
. . . . . Prefiksasi ba-
Prefiksasi ba- sang at terbatas pada beberapa bentuk dasar. Prefiksasi
ba- mendukung makna aktivitas -transisiona - dan berbalasan. Contoh:
darat 'darat' -n- + ba- ----> badarat 'beIjalan kaki'
ganti 'ganti' -v- + ba- ----> bag anti 'bergantian'
gilir 'gi ir' -v- + ba- ----> bagilir 'bergi iran'
labuh 'labuh' -v- + ba- ----> balabuh 'ber abuh'
layar 'layar' -n- + ba- ----> layar 'ber ayar'
. . . . . Prefiksasi pa-
Prefiksasi pa- mendukung makna resiproka -berba asan-. Bentuk
dasar yang dapat mengalami proses ini hanya dari ke as verba. Contoh:
amprok 'temu' -v- + pa ----> paamprok 'bertemu'
campur 'campur' -v- + pa ----> pacampur 'bercampur'
hili 'tukar' -v- + pa ----> pahili 'tertukar'
panggih 'temu' -v- + pa ----> papanggih 'bertemu'
tuker 'tukar' -v- + pa- ----> patuker 'tertukar'
. . . . . Prefiksasi barang-
Prefiksasi barang- mendukung makna bahwa suatu pekeIjaan di
akukan dengan tidak tentu. Contoh:
beuli 'beli' -v- + barang- ----> barangbeuli 'membeli apa
saja'
ilik 'lihat' -v- + barang- ----> barangilik 'melihat-lihat
apa saja'
gawe 'kerja' -v- + barang- ----> barang gawe 'rnengerj akan
apa saja'
hakan 'rnakan' -v- + barang- ----> baranghakan 'memakan
apa saja'
siar 'cari' -v- + barang- ----> barangsiar 'mencari apa
saja'
. . . . . Prefiksasi si/ih-
Seperti halnya perefiksasi pa-, prefiksasi silih- mendukung makna
berbalasan. Perbedaarmya, prefiksasi pa- makna pekerjaan yang di
lakukan oleh subjek tidak sengaja, sedangkan prefiksasi silih- men
dukung makna suatu pekerjaan dilakukan dengan sengaja. Contoh:
banting 'banting' -v- + silih- ----> silihbanting 'salingmem
bantingkan '
ganti 'ganti' -v- + silih- ----> silihganti 'salingberganti'
kirim 'kirim' -v- + silih- ----> silihkirim 'salingberkirim'
pencrong 'pandang' -v- + silih- ----> silihpencrong 'salingme
mandang'
tincak 'injak' -v- + silih- ----> silihtincak 'salingmeng
injak'
. . . . . Prefiksasi -pa- ting-
Prefiks ini rnemiliki ke.istimcwaan, yaitu hanya dapat bergabung
dengan bentuk dasar verba yang tiga silabe atau lebih. Bentuk dasar verba
yang dua silabe jika mengalarni prefiksasi ting- -pating-- terlebih dahulu
mengalarni infiksasi -ar- --al--. Prefiksasi ting- -pating-- mendukung
makna masing-masing melakukan. Contoh:
burinyay 'berkilat' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingburinyay 'ber
Idlatan'
koceak 'jerit' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingkoceaR 'berjeri
tan'
pecenghul 'muncul' -v- + -pa-ting ----> -pa- tingpecenghul 'ber
munculan'
soloyong 'selancar' -v- + -pa-ting- ----> -pa- tingsoloyong 'ber
gel 'tandak' -v- + -pa-ting- + -ar ---->
selancaran -perahu, ikan-
-pa- tingariget' bertan
dakan'
. . . . Infiksasi
Infiksasi adalah penyisipan infiks ke dalarn bentuk dasar. Bahasa
Sunda memiliki infiks -ar- dengan alomorf ra- dan -at-, infiks urn-, dan
infiks -in- .
. . . . . Infiksasi -ar-
Infiks -ar- menjadi -at- jika bentuk dasar yang disisipinya berfonem
akhir /r/, atau berfonem inisial / /, atau berkonsonan /r/ pada silabe
kedua. Infiksasi -ar- mendukung makna -Subjek- jarnak. Di samping itu,
infiksasi -ar- mendukung makna 'sangat'. Contoh:
inggis 'kuatir' -v- + -ar- ----> aringgis ' -sangat- kuatir'
jot '-KA untuk- muncul' + ra ----> rajot 'bermunculan'
turnpat 'Iari' -v- + -at- ----> talurnpat 'berlari an'
paur 'ngeri' -v- + -al- ----> palaur '-sanga- ngeri'
sare 'tidur' -v- + -ar- ----> sarare 'pada tidur'
dst.
Dari contoh di atas, dapat dilihat pula bahwa jika bentuk dasamya ber
fonem inisial vokal, maka infiks -ar- diletakkan di depan bentuk dasar,
sedangkan apabila bentuk dasamya hanya satu sHabe, maka infiks -ar
berubah menjadi ra- dan diletakkan di depan bentuk dasar.
. . . . . Infiksasi -UIn-
Proses penyisipan infiks -urn sarna seperti halnya infiks -ar- . Jika
bergabung dengan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal, maka infiks
-urn- ini terletak di depan. Kadangkala fonem /u/Anya hilang sehingga
tinggallah fonem Im/ saja, misalnya, abur + -urn- ----> rnabur 'melari
kan diri·. Infiksasi -urn- pada bentuk dasar tertentu tidak mendukung
malena, melainkan hanya sebagai pemanis atau penghalus kata saja -lihat
Ardiwinata, : -, misalnya, deuheus + -urn- ---->durneuheus
'menghadap'. Infiksasi -urn- pada bentuk dasar verba -juga pada sebagian
nomina- mendukung makna keaspekan kontinuatif -frekuentatiO,
sedangkan pada bentuk dasar adjektiva bennakna 'seolah-olah bertingkah
seperti -bentuk dasar-'. Contoh:
ciduh 'ludah' -n- + -um- ----> cumiduh 'meludahi'
geulis 'cantik' -a- + -um ----> gumeulis 'berlagak cantik'
jegur 'dentum' -v- + -um ----> jumegur 'berdentuman'
pinter 'pandai' -a- + -um ----> guminter 'berlagak pandai'
seblak 'debar' -v- + -um- ----> sumeblak' berdebar-debar'
. . . . . Infiksasi -in-
Infiksasi -in- mendukung makna keaspekan perfektif. Bentuk dasar
yang dapat bergabung dengan infiks ini terbatas sekali. Contoh:
ganjar 'karunia' -n- + -in ----> ginanjar' dikaruniai'
panggih 'temu' -v- + -in ----> pinanggih 'ditemukan'
sembah 'sembah' -n- + -in ----> sinembah 'disembah'
serat 'tulis' -v- + -in- ----> sinerat 'tertulis'
tulis 'tulis' -v- + -in- ----> tinulis 'tertulis'
. . . . Suflksasi
Sufiks adalah penggabungan sufik pad a bentuk dasar. Bahasa Sunda
memiliki sufiks -an, -eun, dan -keun.
. . . . . Suflksasi -an
Bentuk dasar yang dapat membentuk verbal dengan proses ini
adalah kelas nomina dan adjektiva. Sufiks -an jika bergabung dengan
bentuk dasar nomina mendukung makna seseorang atau sesuatu meng
hasilkan atau memiliki apa yang disebutkan oleh bentuk dasar, sedangkan
pada bentuk dasar verba mendukung makna keaspekan frekuentatif.
Contoh:
anak 'anak' -n- + -an ----> anakan 'beranak'
daun 'daun' -n- + -an ----> daunan 'berdaWl '
getih 'darah' -n- + -an ----> getihan 'berdarah'
ragrag 'jatuh' -v- + -an ----> ragragan 'beIjatuhan'
reuwas 'kaget' -v- + -an ----> reuwasan 'mudah terkehut/kaget'
Di samping mendukung makna yang telah disebutkan di atas
sufiksasi -an mendukung makna kategorial imperatif, Contoh:
gede 'besar' + -an ----> gedean 'besarkan' -!-
ragaji 'gergaji' + -an ----> ragajian 'potongi dengan gergaji' -!-
tajong 'tendang' + -an ----> tajongan 'tendangi' -!-
. . . . . Sufiksasi -eun
Sufiksasi -eun pada bentuk dasar nomina mendukung makna bahwa
seseorang atau sesuatu menderita hal yang disebutkan oleh bentuk dasar,
sedangkan bentuk dasar verba menunjukkan bahwa yang manjadi subjek
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan sufiks ini adalah dari
kelas verba, nomina, dan adjektiva. Sufiksasi -keun mendukung makna
Simulfiksasi adalah penggabungan beberapa afiks pada bentuk dasar.
Penggabungan afiks ini dapat berupa prefiks + inJiks, prefiks
+ sufiks, infiks + sufiks, dan prefiks + infiks + sufiks. Simulfiksasi
yang mendukung terjadinya verba - - turunan, di antaranya simulfiksasi
N- + -an, N- + -keun, mang- + -keun, dan pi- + -eun.
adalah orang ketiga. Contoh:
cacing 'cacing' -n- + -eun
daek 'mau' -v- + -eun
hayang 'ingin' -v- + -eun
keong 'siput' -n- + -eun
reuwas 'terkejut' -v- + -eun
. . . . . Sufiksasi -keun
kategorial imperatif. Contoh: .
alung 'lempar' -V- + -keun
datang 'datang' -V- + -keun
gambar 'gambar' -n- + -keun
gede 'besar' -a- + -keun
tilu 'tiga' -n- -keun
. . . . Simulfiksasi
----> cacingeun 'cacingan'
----> daekeun 'Cia- mau'
----> hayangeun 'Cia- ingin'
----> keongeun 'kesiputan'
----> reuwaseun '-ia- terkejut'
----> alungkeun 'lemparkan' -!-
----> datangkeun 'datangkan' -!-
----> gambarkeun 'gambarkan' -!-
----> gedekeun 'besarkan' -!-
----> tilukeun 'buat jadi tiga' -!-
. . . . . Simulfiksasi N- + -an
Simulfikasi N- + -an pada bentuk dasar verba mendukung makna
keaspekan kontinuatiflrekuentatif dan aktivitas yang disengaja, pada
bentuk dasar nomina bermakna 'subjek memberikan sesuatu -yang
dinyatakan oleh bentuk dasar- pada objek' dan 'menjadi, sedangkan pad a
bentuk dasar adjektiva mendukung malma proses dan kausatif -lihat
Ardiwinata, : -- -. Contoh:
datang 'datang' -v- + N- + -an ----> ngadatangan 'mendatangi'
dum 'dum' -v- + N- + -an ----> nyiuman 'menciumi'
apu 'kapur' -n- + N- + -an ----> ngapuran 'mengapuri'
raja 'raja' -n- +. N- + -an ----> ngarajaan 'menjadi raja -di ... -'
gede 'besar' -a- + N- + -an ----> ngagedean 'membesar'
seukeut 'tajam' -a- N- + -an ----> nyeukeutan 'meruncingkan'
. . . . . Simulfiksasi N- + -keun
Simulfiksasi N- + -keun dapat terjadi pada bentuk dasar verba,
nomina, dan adjektiva. Simulfiksasi N- + -keun ini pada bentuk dasar
verba -intransitif- mengubah makna dari suatu situasi yang terjadi dengan
sendirinya menjadi situasi yang dilakukan -oleh subjek- dengan sengaja,
pada bentuk dasar. nomina menunjukkan bahwa objek berfungsi sebagai
alat, sedangkan pada adjektiva dan numeralia bermakna kausatif. Contoh:
denge 'dengar' -v- + N- + -keun ----> ngadengekeun 'mendengar
kan'
ubar 'obat' -n- + N- + -keun ----> ngubarkeun 'mengobatkan'
kadek 'tetak' -v- + N- + -keun ----> ngadekkeun 'menetakkan
-golok-'
gede 'besar' -a- + N- + -keun ----> ngagedekeun 'membesar
kan'
hiji 'satu' -or- + N- + -keun ----> ngahijikeun 'menyatukan'
Simulsiks N- + -an dan N- + -keun menunjukkan kategorial aktif.
Untuk menjadi kategorial pasif, maka prefiks N- diganti dengan prefiks
di- atau ka-.
. . . . . Simultiksasi mang- + -keun
Sirnulfiksasi mang- + -keun dapat rnengubah verba rnonotransitif dan
intransitif rnenjadi bitransitif. Contoh:
diuk 'duduk' -v i- + mang- + -keun ----> man g diu k k e un
'menolong dudukkan'
beuli 'beli' -vrn- + mang- + -keun ----> men g me u I ike un
'menolongbelikan '
simpang 'singgah' -v i- + mang- + -keun---->mangnyimpangkeun
'menolongsinggahkan'
sembah 'sernbah' -n- + mang- + -keun ---->mangnyembahkeun
'rnem bantusem bah
kan'
ciduh 'ludah' -n- + mang- + -keun ---->
mangnyiduhkeun
'meludahkan'
Dari comoh di atas dapat kita lihat bahwa sebagian bentuk dasar yang
berfonem inisial /bl, lei, dan lsi terlebih dahulu mengalami prefiksasi
N-. Verba - - bentuk mang- + -keun di atas jika diubah ke dalam bemuk
pasif, maka mang- berubah menjadi pang-, kemudian baru dibubuhi
prefiks di-. Misalnya, mangmeulikeun menjadi dipangmeulikeun dan
mangdiukkeun menjadi dipangdiukkeun.
. . . . . Simultiksasi pi- + -eun
Simulfiksasi pi- + -eUn pada bentuk dasar verba -juga kelas lainnya-
menduku,ng makna keaspekan prospektif/futuratif. Artinya, situasi yang
digambarkan dapat atau akan teIj,adi. Bemuk dasar yang akan mcngalami
proses ini, ada yang langusung ada pula yang terlebih dahulu mengalami
prefiksasi N-. Contoh:
. . . Verba Turunan dari -Re-duplikasi
-Re-duplikasi atau pengulangan merupakan satu proses gramatikal
yang berupa pengulangan bentuk sebagian atau seluruhnya baik disertai
perubahan fonem atau tidak.. Bahasa Sunda memiliki jenis peng
ulangan:
- dwilingga, yaitu seluruh bentuk dasar diulang,
- dwipurwa, yaitu pengulangan sebagian yakni silabe pertama,
- trilingga, yaitu pengulangan tiga silabe dengan perubahan bunyi, dan
- bentuk ulang semu.
-Iihat Djajasudarma dan Idat Abdulwahid, -
Pengulangan yang teIjadi pada verbaI-t- dapat berupa dwilingga
tanpa atau dengan afiks dan dwipurwa tanpa atau dengan afiks.
. . . . Dwilingga
Dwilingga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu dwimumi dan
dwireka., Dwimu ni adalah pengulangan penuh tanpa perubahan bunyi,
sedangkan dwireka adaIah pengulangan penuh dengan perubahan bunyi
vokal. Afiks yang dapat bergabung dengan dwimumi, di antaranya,
prefiks N- dan sunk -an. PenguIangan dwilingga menggambarkan bahwa
aktivitas yang dilakukan oleh subjek berkaIi-kaIi atau terus menerus
-keaspekan frekuentatif/kontinuatit-.
Contoh:
cengir'seringai' ----> cungar-cengir 'menyeringai-seringai'
de/ek 'delik' ----> du/ak-de/ek 'mendelik-delik'
gilek 'bergerak ----> gu/ak-gi/ek 'oleng'
sedikit ke samping'
gantung 'gantung' ----> guntang-gantung 'bergantung-gantung'
tanya 'tanya' ----> tunyu-tanya 'bertanya-tanya'
Kalau kita perhatikan contoh dwireka di atas, perubahan vokal
umumnya mengikuti aturan sebagai berikut: - - bila bentuk dasar verba
itu berpola vokaI berbeda, maka pada bentuk ulangnya akan berubah pola
vokalnya, yakni menjadi lu/-/a/; maksudnya, vokaI luI pada silabe per
tama dan vokaI Ia/ pada silabe kedua; - - bila bentuk dasar itu berpola
vokaI sarna, ada dua kernungkinan yang teIjadi pada pola vokaI bentuk
ulangnya, yaitu -a- berpola vokaI IuI-/a/ dan -b- berpola vokaI Ia/-/a/ atau
luI-lui -lihat pula Kats dan Soeriadiradja, : -.
Berikut ini adaIah conton penguIangan dwimumi dengan afiks:
ajrug 'loncat' ----> ajrug-ajrugan 'meloncat-loncat'
udaq 'kejar' ----> udaq-udagan 'berkejar-kejaran'
I
ilik 'lihat' ----> ngilik-ngilik 'rnelihat-lihat'
teda pinta' ----> neda-neda 'rnernohon terus rnenurus '
. . . . Dwipurwa
Dwipurwa atau pengulangan sebagian -silabe pertarna- dapat ber
sarna-sarna dengan afiks rnendukung rnakna keaspekan sepeni pada
pengulangan dwirnurni. Bentuk dasar yang dapat rnengalami proses
rnorfofonernik berupa pengurangan fonern pada silabe penama bentuk
ulangnya, ada pula yang tidak contoh:
tanya 'tanya' ----> tatanya 'benanya-tanya'
penta 'pinta' ----> mementa 'rnemohon'
lumpat 'Iari ' ----> lulumpatan 'berlari-lari'
seuri 'tawa' ----> seuseurian ' tenawa-tawa'
udag 'kejar' ----> ngungudaq 'rnengejar-ngejar'
Jika bentuk dasamya dari kelas adjektiva, rnaka bukan berarti sering
atau terus-rnenerus, rnelainkan hanya untuk rnengubah kategori saja
rnenjadi verbal. Contoh:
goreng 'jelek' -- --> ngagogoreng 'rnenjelek -jelekkan'
ripuh 'repot' ----> ngariripuh 'merepolkan'
rujit 'kotor'; ----> ngarurujit 'rnengotori';
'jijik' 'mengejijikan '
. Kategori Verba
Berdasarkan kategorinya, verba bahasa Sunda dapat di bagi rnenjadi
jenis, yaitu - - verba transitif, - - verba intransitif, - - verba bitransitif,
dan - - verba rnajemuk.
. . Verba Transitif
Verba transitif adalah verba yang rnernerlukan objek -lihat pula
Djajasudarma dan Idat Abdulwahid, -. Kehadiran objek rnerupakan
pelengkap verba. Verba transitif bahasa' Sunda biasanya berprefiks N-,
mi, bersufiks -an, dan -keun. Contoh:
peuncit 'sernbelih' -v- + N- ---->meuncit ' rnenyernbelih'
jieun 'buat' -v- + N- ----> nyieun 'membuat'
indung 'ibu' -n- + mi- ----> miindung 'menganggap se
bagai ibu -kepada-'
hade 'bagus' -a- + mi- ----> mihade 'memperbaiki'
luncat '!ompat' -v- + N- + -an ----> ngaluncatan 'melompati'
uyah 'garam' -n- + N- + -an ----> nguyahan 'menggarami'
kotor 'kotor' -a- + N- + -an ----> ngotoran 'mengotori'
sapu 'sapu' -n- + N- + -keun ----> nyapukeun 'menyapukan'
teunggeul 'pukul' + N- + 'keun ----> nuenggeulkeun 'memukul
kan'
Prefiks mi- sebenamya berasal dari awalan pi-, nomina atau adjektiva
yang mengalami prefiksasi pi-, jika dibentuk menjadi verbal, maka pi
mengalami perubahan menjadi mi-, misalnya, pUndung 'masih -bersifat-
ingin selalli dekat dengan ibu' menjadi miindung. Jika diubah ke dalam
bentuk pasif, maka mi- harus dikembalikan menjadi pi-, kemudian barn
mengalami prefiksasi di- ..
Sufiksasi -an dan -keun memiliki perbedaan malena. Sufiksasi -keun
mendukung malena bahwa objek berperantif, sedangkan para sufiksasi -an
objek berperan lokatif.
Bandingkanlah:
sapu 'sapu' -n- + N- + -an ----> nyapuan 'menyapu -misa!
nya lantai-'
+ N- + -keun ----> nyapukeun 'menyapukan -mi
salnya sampah-'
. . Verba Intransitif
Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek Oihat
pula Djajasudanna & Idat Abdulwahid, -. Verba intransitif sudah
sempuma meskipun tanpa disertai objek. Verba intransitif bahasa Sunda
ada yang tanpa prefiks, ada pula yang berprefiks N-, di-, nyang-, dan
bentuk dwipurwa. Contoh:
diuk 'duduk'
leumpang 'beIjalan'
tangtung 'berdiri' v + N ----> nangtung 'berdiri'
pundur 'mundur' -v- + N ----> mundur 'mundur'
gawe 'keIja' -n- + di ----> digawe 'bekeIja'
baju 'baju' -n- + di- ----> dibaju 'berbaju•
tamba 'obat' -n- ----> tatamba 'berobat'
kemu 'kumur' -v-
----> kekemu 'berkumur'
. . Verba Bilransilif
Verba bitransitif adalah verba yang memerlukan dua objek· -tujuan
dan penerima- -lihat Djajasudanna dan Idat Abdulwahid, -. Verba
bitransitif bahasa Sunda biasanya bersimulfiks mang- + -keun, misalnya,
manehna mangmawakeun buku keur adina 'ia membawakan buku untuk
adiknya' . Yang berfungsi sebagai -tujuan/objektif- adalah buku 'buku'
dan yang berfungsi sebagai -penerima/benefaktif- adalah adina
'adiknya'. Verba bentuk mang- + -keun, jika diubah ke dalam bentuk
pasif, maka mang- menjadi pang-, baru kemudian mengalami prefiksasi
di-. Contoh:
beuli 'beli' + mang- + -keun ----> mangmeulikeun 'menolong
belikan'
tulis 'tulis' -v- + mang- + -keun ---->mangnuliskeun' menolong
tuliskan '
Contoh di atas jika dipasifkan, menjadi:
dipangmeulikeun 'ditolongbelikan'
dipangnuLiskeun 'ditolongtuliskan'
-Jihat pula Ardiwinata, : ; Coolsma, : -
. . Verba Majemuk
Verba majemuk adalah verba yang dasamya terbentuk melalui proses
pemajemukan dua morfem asal atau lebih, atau verba berafiks yang di
gabungkan dengan kata atau morfem terikat sehingga menjadi satu satuan
makna -lihat Tata Bahasa Baku Bahasa negara kita , ; Djajasudanna
dan Idat Abdulwahid, -. Komponen verba majemuk bahasa Sunda
dapat dibentuk masing-masing bentuk dasar bebas, ada pula yang salah
satu komponennya bentuk berafiks. Jika komponen yang pertama verba
majemuk ini berafiks, maka penulisannya dipisahkan, sedangkan
bila mengalami simulfiksasi maka penulisannya di satukan. Contoh:
-a- verba majemuk yang komponennya merupakan bentuk dasar -bebas-:
J J
jual beuli' 'jual beli'
sumput salindung 'bersembunyi terus menerus'
susun tindih 'bertumpuk'
tepung lawung 'bertemu'
unJ.uk uninga 'memberi kabar'
-b- verba majemuk yang salah satu komponennya berafiks:
mager sari 'membentuk lingkaran -misalnya rumah-rumah/tenda
tend a-'
napak jalak 'membuat tanda silang'
nata baris 'menata barisan'
ngahurun balung 'termenung'
ngembang kapas 'berbuat seperti bunga kapas; berakhir dengan
kekecewaan'
mager, napak, nata, ngahurun, ngembang, merupakan bentuk
turunan yang berasal dari bentuk dasar pager 'pagar' -n-, tapak
'jejak' -n-, tata 'susun' -v-, hurun 'tumpuk' -v-, kembang 'bunga'
-n-. Masing-masing bentuk dasar ini mengalami prefiksasi N
yang berfungsi untuk membentuk verba-t- -aktif-.
-c- verba majemuk yang kompnennya mengalarni simulfiksasi:
dihurunsuluhkeun 'dianggap sarna'
ditegalambakeun 'ditelantarkan -tanah- ,
dibejerbeaskeun 'dijelaskan'
dialungboyongkeun 'dijadikan bola mainan'
nganomerduakeun 'menomorduakan'
-lihat Ardi winata, : -
Verba majemuk di atas masing-masing berasal dari bentuk dasar
hurun 'tumpuk' + suluh 'kayu bakar' -n-, tegal 'padang' -n- + amba
'luas' -a-, bejer 'pecah' -v- + beas 'beras' -n-, alung 'lempar' -v- +
boyong 'membawa musuh yang sl dah takluk; sejenis mainan kanak
kanak yang menggunakan sejenis bal yang harus dilemparkan dan
ditangkap sambil naik kuda-kudaan', nomor 'nomer' -n- + dua 'dua'
-nr-
.
Perilaku Sintaksis Verba
Perilaku sintaksis verba yang dirnaksud di sini adalah sifat verba-l-
bahasa Sunda dalam hubungannya dengan kata lain dalam tataran grama
tika yang lebih tinggi, yaitu dalam tataran {rasa, klausa, dan kaIimat.
Perilaku yang diamati meliputi frase verbal dan fungsi verba - -.
. . Frasa Verba
Frase adalah unsur sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih
yang tidak predikalif -lihat Djajasudanna dan Idal Abdulwahid, :
-. Ciri predikalif. tiada lain untuk membedakannya dari klausa, sebab
klausa termasuk unsur sintaksis yang lerdiri alas dua unsur atau lebih
yang predikatif, memiliki predikat di antara unsurnya.
Berdasarkan inlinya, frasa dapat dibagi atas beberapa jenis, di
anlaranya frase verbal. Frasa verbal dibentuk dengan verba sebagai inti
nya. sedangkan unsur yang Jainnya hanya berfungsi sebagai atribul/
pewatas. Unsur pewatas itu biasanya panikel. Panikel ini ada yang ler
lelak di depan verba -inti-, ada pula yang di belakang. Contoh:
keur indit 'sedang pergi'
bisa ngomong 'dapal berbicara'
blug labuh 'jalulah -ia-.
dahar jeung ulin 'makan dan bermain'
leumpang atawa lumpat 'berjalan atau berlari'
Kontruksi keur indit. bisa ngomong. blug labuh. dahar jeung ulin.
leumpang atawa lumpat adalah frasa verbal. Yang menjadi inti pada
frasa tersebul adalah verba indit, ngomong, labuh. sedangkan pada frase
dahar jeung ulin dan leumpang atawa lumpat sebagai intinya adalah
verba dahar dan ulin, leumpang dan lumpat dengan banluan penghubung
jeung'dan atawa 'atau'.
. . Jenis-Jenis Frase Verba
Frase verbal bahasa Sunda dapat dibedakan atas frasa - - endosentris
atribulif dan - - endosentris koordinalif. .
. . .
Frasa Endosentris Atributif
Frasa verba endosentris atributif terdiri atas verba sebagai inti dan
unsur lain sebagai pewatas. Yang berfungsi sebagai pewatas adalah par
tikel keaspekan, modus, dan kecap anteuran. Pad a umumnya ketiga
pewatas terse but dapat diletakkan di de pan verba, ada pula beberapa
partikel keaspekan yang dapat menduduki posisi di belakang verba.
Pewatas yang menduduki posisi di depan verba disebut pewatas depan.
sedangkan pewatas yang menduduki posisi di belakang verba disebut
pewatas belakang.
- pewatas depan, meliputi:
-a- partikel keaspekan + verba, misalnya:
geus indit 'sudah pergi'
can batik 'belum kembali'
bari neunggeul 'sambil memukul'
keur leumpang 'sambil berjalan'
biasa menta 'biasa meminta'
mindeng ngalamun 'sering melamun'
langka nyarita 'jarang berbicara'
sakapeung datang 'kadang-kadang datang'
beunang meuli 'hasil darimembeli'
-b- modus + verba, misalnya:
geura dahar 'lekaslah -kamu- makan'
geuwat nurut 'segeralah -kamu- menurut'
kudu nenjo 'harus melihat'
masing nganyahokeun 'ketahuilah -olehmu-'
ulah bebeja 'jangan bilang'
urang lalajo 'mari -kita- nonton'
meunang nganjuk 'boleh menghutang'
bisa ngomong 'dapat berbicara'
pasti migeugeut 'pasti merindukan'
-c- kecap anteuran + verba, misalnya:
am dahar 'makanlah -ia-'
blug labuh 'jatuhlah -ia-'
jung nangtung 'berdirilah -ia-'
jleng luncal 'melompatlah -ia-'
pok ngomong 'berbicaralah -ia-'
- pewatas belakang, misalnya:
-d- verba + panikel keaspekan/adverbia, misalnya:
ulinbae 'bennain saja'
indit deui 'pergi lagi'
gawe lila 'bekeIja lama'
eureun heula 'berhenti dulu'
seuri oge 'tertawa juga'
Sebagian -a-, -b-, -c-, dan -d- dapat bergabung membentuk frasa
verbal yang tiga un sur, misalnya:
geura am dakar -teh- 'lekaslah makan segera'
geuwat geura balik 'lekaslah pulang segera'
kudu masing yatna 'hendaklah sangat berhati-hati'
ulah rek bebeja 'janganlah sekali-kali memberi tahu'
ulah ulin bae 'jangan bennain terus'
. . . Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa verba endosentris koordinatif terdiri atas dua inti -verba- yang
dihubungkan oleh preposisi. Berdasarkan preposisi penghubungnya, frasa
endosentris koordinatif dapat atas:
-a- koordinatif aditif, misalnya:
dahar jeung nginum 'makan dan minum'
dig awe bari sakola 'bekeIja sambi! sekolah'
menta jeung meuli 'meminta dan membeli'
-b- koordinatif altematif, misalnya:
menta atawa nginjem 'minta atau meminjam'
meuli atawa nganjuk 'membeli at au menghutang'
mayar atawa gratis 'membayar atau gratis
-c- koordinatif dijungtif. misalnya:
nginjeum lain menta 'meminjam bukan meminta'
nganjuk padahal meuli 'menghutang padahal membeli
nginjeum tapi ngambek 'pinjam tetapi marah'
-d- koordinatif kondisional, misalnya:
mere ngan nyokot 'memberi tetapi harus diambil'
nganteurkeun ngan muruhan 'mengantarkan tetapi harus bayar'
datang ngan nitipkeun 'datang hanya menitip'
-lihat pula Djajasudarrna & Idat Abdulwahid, -.
. Fungsi Verbal-t-
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, verbal-t- bahasa Sunda
menduduki fungsi yang utamanya adalah sebagai predikat. Verba-t- yang
mengisi fungsi predikat akan menentukan nominal-t- apa yang harus
hadir mengisi fungsi subjek atau objeknya, misalnya pada kalimat
berikut:
- - Begal teh ngadek jelema.
'Rampok itu membacok orang.'
- - Mang Ahdi keur ngadekan suluh di buruan.
'Mang Ahdi sedang menetaki kayu bakar di halaman rumah.'
- - Mang Ahdi ngadekkeun bedogna kana suluh.
'Mang Ahdi menetakkkan goloknya pada kayu bakar.'
Nomina pengisi fungsi objek pada kalimat - -, - -, dan - - tidak sarna.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh perubahan bentuk dan makna verba
yang mengisi fungsi predikatnya, yakni ngadek 'menetak', ngadekan
'menetaki', dan ngadekkeun 'menetakkan'. lelema 'orang' berperan
sebagai objektif, suluh 'kayu bakar' selain berperan sebagai objektif juga
sebagai lokatif, sedangkan bedogna 'goloknya' berperan sebagai instru
mental -alat-.
Predikat di dalam kalimat bahasa Sunda, tidak selamanya menduduki
posisi setelah subjek. Adakalanya predikat ini menduduki posisi di
depan subjek. misalnya:
- - Manehna keur dahar.
'Ia Sedang makan.'
menjadi:
- - Keur dahar manehna.
'Sedang makan ia.·
Jika pengisi fungsi predikat ini berupa [rasa verbal yang pewatasnya
KA. maka kemungkinan transposisi -pol a urutan- yang terjadi adalah
seperti pada kalimat - - dan - -.
- - Manehna jung nangtung.
ia jung berdiri
'Ia berdiri-lah-.·
- - lung nangtung manehna.
jung berdiri ia
'Berdirilah ia.·
- - lung manehna nangtung.
jung ia berdiri
'Berdirilah ia.'
- - *Nangtung jung manehna
berdiri jung ia
'Berdiri ia.'
Perubahan posisi predikat ini bertalian erat dengan topikalisasi.
Bagian yang ditonjolkan -dijadikan topik- harus diletakkan di depan
subjek. Pada kalimat - - yang ditonjolkan adalah manehna 'ia' -subjek-.
sedangkan pada kalimat - - dan - - yang ditonjolkan adalah saat awal
siruasi berdiri. Kalimat - - tidak dapat ditransposisikan menjadi kalimat
- -. sekalipun predikat berada di depan subjek. Ketidakberterimaan ini
disebabkan oleh urulan KA yang berada di belakang verba. KA harus
selalu berada di depan verbanya -untuk lebih jelasnya lihal Djajasudanna,
-. Jika yang dilonjolkan adalah objek, maka posisi predikal lelap
berada setelah subjek. Yang berubah adalah makna kategorial verba-l-
pengisinya, yakni dari aktif menjadi pasif. Misalnya:
- -
Paninggaran ngabedil uncal.
'Pemburu menembak rusa.'
menjadi:
- -
Uncal dibedil ku paninggaran.
'Rusa dilembak pemburu.'
Makna kalegorial verbal yang mengisi fungsi predikat pada kalimat - -
adalah aktif, yang ditandai dengan prefiks N-, sedangkan pada kaliinal
- - makna kalegorial verbalnya adalah pasif, dilandai dengan prefiks di
. Predikat di dalam kalimat imperatif adakalanya berdiri sendiri, subjek
atau objeknya tidak dinyatakan secara eksplisit. Verba- - pengisinya,
biasanya berupa bentuk dasar verba-l- dinamis, terutama jenis verba-l-
aktivilas, misalnya:
- -
Bedil ! 'tembak'
- - Lumpat ! 'berlari'
- - Tulis ! 'tulis'
Di samping berfungsi sebagai predikat. verba- - bahasa Sunda dapat
pula berfungsi sebagai pelengkap, misalnya:
- -
Bodak teh kcur diajar lewnpang.
'Anak. itu edang belajar berjalan. '
-I -
Manehna sok ngajar tali
'Ia sering mengajar tari.'
Ada sejumlah verba yang posisinya seperti subjek, misalnya:
- -
Leumpang matak jagjag.
'Berjalan menyebabkan -kita- sehat dan kuat.'
- - Nyatu matak
seger.
'Makan menyebabkan segar.'
- - Hudang beurang
teu hade.
'Bangun kesiangan tidak baik.'
Sekilas, verba leumpang 'berjalan', nyatu 'makan', dan hudang beurang
'bangun kesiangan' nampak sepeni subjek, dan memang mcnurut
Ard iwinata verba ini berfungsi sebagai jejer 'subjek' -periksa
Ardiwinata, : , -. Kalau kita kaji Iebih jauh, ternyata kalimat
- - - - - itu bukanlah kalimat, melainkan frasa verbal yang berupa
ungkapan fraseologis. Dalam bahasa Sunda jika subjck menyangkut
umwn -alam-, kontruksi aktif yang muncul itu tan-subjek, hanya berupa
fraseologis. Hal ini berbeda dengan bahasa Indo-Eropa, misalnya bahasa
Inggris, yang harus menampilkan subjek. Bandingkanlah dengan struktur
bahasa Inggris dengan apa yang disebut Gerund:
- - Swimming
is a good sport.
'Berenang adalah olah raga yang baik.'
Swimming 'berenang' dalam kalimat di atas bukan berfungsi sebagai
verba, melainkan sebagai nomina dan menduduki fungi subjek, tetapi
bandingkan pula dengan bahasa Sunda:
- - Leumpang teh matak jagjag.
'Berjalan itu menjadikan -kita- sehat dan kuat.'
- - Leumpangna sing gancang!
'-Ayo- berjalanlah dengan cepat!'
Leumpang 'berjalan' pada kalimat - - dengan bantuan panikel teh, yang
berfungsi sebagai definite article, berubah kategorinya menjadi nomina.
Fungsi yang didudukinya sudah tentu subjek. Demikian pula dengan
leumpangna 'berjalannya', sufIksasi -na dalam hal ini berfungsi sebagai
nominalisator, mengubah kategori verba leumpang menjadi nomina.
Bandingkan dengan kalimat - -.
BAB vn
ADJEKTIVA
. Adjektiva dan Adjektival
Bahasa Sunda memiliki bentuk kelas kata yang disebut dengan
adjektiva. Satu bentuk struktur kata atau frasa atau bahkan klausa yang
berperilaku seperti adjektiva maka disebut adjektival -lihat Kridalaksana,
: -.
. Batasan dan Ciri
Beberapa ahli bahasa mengemukakan pendapatnya tentang batasan
adjektiva. D.K. Ardiwinata - : - menyatakan bahwa kata sifat
-adjektiva- ialah kata yang menjadi ciri suatu benda, atau kata yang
menjawab peI anyaan bagaimana. Sifat yang terutama ialah yang
berkenaan dengan ruap, rasa, dan bau, yaitu sesuatu yang terpahami
melalui pancaindra. Sejalan dengan pendapat di atas, T.F. Djajasudarrna
dan Idat Abdulwahid - : - mempertegas lagi bahwa adjektiva di
dalam bahasa Sunda menerangkan nomina. Lalu timbul pertanyaan
apakah semua kata yang menerangkan nomina selalu disebut adjektiva?
Sepeni contoh berikut ini, imah kuring 'rumah saya', bapa maneh 'bapak
kamu', keretas surat 'kertas sural'; apakah kata l-Uring, maneh, dan surat
dalam gabungan kat a itu disebut nomina? Jawabnya. tentu tidak selalu
kata yang menerangkan nomina itu disebut adjektiva. Hal ini dapat di
kontraskan dengan contoh gabungan kat a berikut ini: imah alus 'rumah
bagus', bapa gering 'bapak sakit', dan keretas murah 'kertas murah'
Kata alus, gering, dan murah dalam gabungan kata itu disebut adjektiva.
Berkaitan dengan uraian di atas, T.F. Djajasudarma lebih lanjut
mengemukakan bahwa adjektivamemiliki ciri-ciri morfologis dan sin
taksis. Hal yang sarna juga dikemukakan oleh Alam Sutawijaya dkk.
- : dan : -.
Ciri morfologis dan ciri sintaksis adjektiva bahasa Sunda adalah
sebagai berikut ini.
. . Ciri Morfologis
. Secara infleksi dapat bergabung dengan afiks:
-a- infiks -ar-/-cil-
Contoh: laleutik 'kecil-kecil' -Alam S., : -
haraseum 'masam scmua' -Alam S., : -
-b- sufiks -eun
Contoh: eraeun 'Cia- malu' -Alam S., : -
pohoeun 'Cia- lupa -T.F. Djajasudarma, : -
-c- prefiks pang- + sufiks -na
Contoh: pangalusna 'terbagus' -T.F.Djajasudanna, : -
panglucuna 'paling lueu' -T.F.Djajasudarma, : -.
. Secara derivasi dapat bergabung dengan afiks:
prefiks pang- + sufiks -na.
Contoh: pangakangna 'paling/merasa lebih dari'
pangeuceuna 'paling/merasa lebih dan'
pangaingna 'paling/merasa lebih dari'.
. . Ciri Sintaksis
. Dapat bergabung dengan didahului oleh partikel rada 'agak'.
Contoh: rada pinter' agak pinter' -T.F.Djajasudanna, -
rada pantes 'agak pantas'
rada beureum 'agak merah'
. Dapat bergabung dengan didahului oleh partikel leuwih 'lebih'.
Contoh: leuwih beunghar 'lebih kaya' -T.F.Djajasudanna, -
leuwih bodas 'lebih putih'
leuwih seungit 'lebih wangi'
.
Dapat bergabung dengan didahului dan diperluas oleh partikel kaeida
+ sufiks -na 'a angkah + nya', dan partikel pohara + sufiks -na
'alangkah + nya'.
Contoh: kaeida geulisna 'a angkah camiknya' -Alam S., -
pohara kasepna 'alangkah cakepnya'
.
Dapat diperluas dengan menambah partikel naker 'paling', pisan
'paling', temen 'paling/sekali', dan teuing 'paling'
Contoh: bageur pisan 'paling baik' -Coolsma, -
era naker 'malu sekali'
sono temen 'rindu sekali'
mahal teuing 'terlalu/paling mahal'
.
Bentuk dan Makna
Bentuk adjektiva bahasa Sunda dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Sedangkan makna yang
muncul sesuai dengan bentuk adjektiva tersebul.
. . Adjektiva Dasar
Bentuk adjektiva dasar merupakan adjektiva yang belum mengalami
proses morfologis.
Contoh adjektiva dasar:
alus 'bagus'
amis 'manis'
aral 'putus asa'
asin 'asin'
atoh 'gembira'
bageur 'baik'
beunghar 'kaya'
beureum 'merah'
bodo 'bodo'
caang 'terang'
eageur 'sehat'
cape 'lelah'
daek'mau'
era 'malu'
euceuy 'merah menyala '
galak 'galak'
gede 'besar' .
getol 'rajin'
haseurn 'masam '
hese 'susah'
hipu 'empuk'
heuras 'keras'
inggis 'takut'
isin 'malu'
jangkung 'tinggi'
jauh 'jauh'
karadak 'kasar'
kareueut 'terlalu manis'
/wret 'kikir'
lesang 'licin'
lernes 'halus'
liat 'liat'
lorryod 'lonjong'
mahal 'mahaI'
rnalarat 'miskin'
rnurah 'murah'
pahang 'sengak'
pinter 'pandai'
poho'lupa'
resep 'senang'
riweuh 'sibuk'
rubak 'lebar'
seungit 'wangi'
sieun 'takut'
SOM 'rindu'
teuas 'keras'
tUs 'dingin'
tengi 'tengik'
Makna yang mucul dan bentuk adjektiva dasar ini sesuai dengan
makna kata yang ada dalam kata yang bersangkutan. -Contoh-contoh
kata diatas diambil dari kbeberapa sumber. Lihat T.F. Djajasudarma,
; Alam Sutawijaja dkk, & ; D.K. Ardiwinata, ; dan
Coolsma, -.
. . Adjektiva Turunan
Bentuk. adjektiva turunan merupakan adjektiva yang telah mengalami
proses morfologis. Bentuk adjektiva turunan ini adalah seperti
berikut di bawah ini.
-a- Adjektiva dasar + infiks -ar-/-al
Contoh:
gede + -al- =galede 'besar-besar'
alus + -ar- :;::: aralus 'bagus-bagus'
pinter + -al- = paUnter 'pandai-pandai'
Makna adjektiva turunan dengan pembubuhan infiks -ar-/-al- ini
menyatakan jamak/banyak -subjekoya-.
-b- Adjektiva dasar + sufiks -eun
Contoh:
panas + -eun =panaseun 'Oa- merasa panas'
era + -eun = eraeun 'Oa- merasa malu'
atoh + -eun =atoheun 'Oa- merasa gembira'
Makna adjektiva tunman dengan pembubuhan sufiks -eun ini me
nyatakan bahwa subjek adalah persona ketiga.
-e-
Adjektiva dasar + konfiks pang- + -na
Contoh:
lucu + pang- + -na = panglucuna 'paling lueu'
pinter + pang- + -na = pangpiterna 'paling pandai'
beunghar + pang- + -na = pangbeungharna 'paling kaya'
Makna adjektiva turunan dengan pembubuhan konfiks pangna ini
menyatakan 'paling'.
-d-
Derivasi adjektiva yang dibentuk dan nomina dasar + konfiks pang
+ -na
Contoh:
akang + pang- + -na = pangakangna 'merasa paling'
euceu + pang- + -na =pangeuceuna 'merasa paling'
aing + pang- + -na =pangaingna 'merasa paling'
Makna adjektiva turunan dengan pembunuhan konfiks pangna pada
bentuk dasar nomina ini menyatakan merasa paling lebih dari yang lain.
-e-
Reduplikasi bentuk dasar adjektiva
Contoh:
beunghar-beunghar 'kaya-kaya'
kasep-kasep 'eakep-eakep'
pinter-pinter 'pandai-pandai'
Makna adjektiva turunan dengan reduplikasi benruk dasar adjektiva
menyatakan intensitas.
.
Tingkat Perbandingan
Sistem komparatif dalam bahasa Sunda dikenal dengan tiga tingkat.
Ketiga sistem komparatif ini adalah tingkat perband ingan ekualif,
tingkat perbandingan komparatif, dan tingkat perbandingan superlatif.
-lihat Djajasudarna dan Idat Abdulwahid, : -.
. . Ekuatif
Tingkat perbandingan ekuatif di dalam bahasa Sunda dilandai oleh
partikel rada 'agak'. Sebagai eontoh dapat disebutkan di bawah ini.
rada alus 'agak bagus'
rada lucu 'agak lueu'
rada cape 'agak lelah'
rada pinter 'agak pinter'
rada goreng 'agak jelek'
. . Komparatif
Tingkat perbandingan komparatif di dalam bahasa Sunda ditandai
oleh adanya panikel leuwih 'lebih'. Sebagai eontoh dapal disebulkan di
bawah ini.
leuwih beunghar 'lebih kaya'
leuwih bodas 'lebih putih'
leuwih liat 'iebih liat'
leuwih hade 'lebih baik'
leuwih herang 'lebih bening'
. . Superlatif
Tingkat perbandingan superlatif di dalam bahasa Sunda ditandai oleh
adanya panikel teuing 'terlalu', naker 'terlalu', pisan 'terlalu', dan di
tandai' oleh adanya gabungan panikel kacida 'paling', pohara 'paling' di
tam bah afiks -na yang melekat pada kata dasar adjektiva, serta adanya
gabungan afiks pang- + -na yang berani 'paling' -'ter-.. .'-. Sebagai eon
toh dapat disebutkan di bawah ini.
Adanya panikel teuing :
murah teuing 'murah sekali!terlalu murah'
teuas teuing 'terlalu keras'
rubak teuing 'terlalu lebar'
Adanya partikel naker:
hade naker 'bagus sekali/terlalu bagus'
tUs naker 'dingin sekali/terlalu dingin'
galak neker 'galak sekalilterlalu galak'
Adanya partikel pisan:
gede pisan 'terlalu besar'
asin pisan 'terlalu asin'
bageur pisan 'terlali baik'
Adanya partikel poharalkaeida + afiks -na:
kaeida koretna 'terlalu kikir/kikir sekali'
kaeida eapena 'terlalu lelah/lelah sekali'
kaeida hesena 'terlalu susah/susah sekali'
pohara hadena 'paling baik/terlalu baik/baik sekali'
pohara seungitna 'paling wangilwangi sekalilterlalu wangi'
pohara isinna 'malu sekali'
Adanya gabungan afiks pang- + -na:
pangamisna 'paling manis'
pangatohna 'paling gembira'
panghipuna 'paling empuk'
. Fungsi Adjektiva
Fungsi adjektiva berhubungan erat dengan kedudukannya di dalam
kalimat bahasa Sunda. Bahasa Sunda, juga bahasa-bahasa lainnya mem
punyai tataran fungsi di dalam sintaksisnya. Fungsi sintaksis itu meliputi
subjek -S-, predikat -P-, objek - -, dan keterangan -K-. Dengan demikian
fungsi adjektiva berhubungan dengan bagaim ana kedudukan atau fungsi
adjektiva itu di dalam kalimat. Sebelum mengemukakan bagaimana
fungsi adjektiva. ada baiknya leita simak uraian T.F. Djaj asudanna,
: , tentang struktur kalimat tunggal.
T.FDjajasudarma dan Idal A. menyatakan bahwa kalimat tunggal di
sini adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, jadi unsur yang mem
bentuknya bersifat predikatif -dapat berupa satu verba- atau nomina dan
verba, yang berfungsi masing-masing sebagai subjek dan predikar.
Bahasa Sunda menyebutnya susunan jejer untuk subjek dan caritaan
untuk predi kat -l iha£ pula Momon Wirakusum ah & I. Buldan
Djajawiguna, -. Subjek dalam bahasa Sunda dapat berupa nomina
atau frasa nomina, sedangkan predikat dapat berupa nomina atau frasa
nomina, verba atau frasa verba, adjektiva atau frase adjektiva. dan adver
. bia atau frasa adverbia.
Memperhatikan pendapat T.F. Djajasudarma ini di atas maka
fungsi adjektiva dapat menduduki fungsi predikat di dalam kalimat ba
hasa Sunda. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagaimana berikut di
bawah ini . .
Nomina -Fungsi Subjek- + Adjektiva -Fungsi Predikat-
Hujan teh gede pisano 'Hujan turun lebat sekali.'
Ali bageur pisano 'Ali baik sekali.·
Budak teh tucu naker. 'anak itu lucu sekali.'
Promina -Fungsi Subjek- + Adjektiva -Fungsi Predikat-
Kuring mah poho deui. 'Saya lupa lagi.'
Maneh mah pinter. 'Kamu -itu- pandai.·
Manehna mah geus beunghar. 'Ia -itu- sudah kaya.·
. Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang dibentuk dengan adjektiva sebagai
inti. Unsur lainnya dapat berupa pembatas. preposisi,